Adapun materi pendidikan karakter yaitu: Karakter adalah watak atau tabiat, yaitu sifat
batiniah manusia yang mempengaruhi segala tingkah laku antara satu orang dengan
orang lain. Saat ini penguatan pendidikan moral atau pendidikan karakter sangat
ditekankan untuk mengatasi krisis moral yang saat ini sedang melanda negara kita.
Krisis karakter tersebut antara lain pergaulan bebas, kekerasan terhadap anak dan
remaja, penyalahgunaan narkoba, dan lainnya. Oleh karena itu, pendidikan karakter
sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan anak dan remaja. Pengertian
pendidikan karakter dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pengertian luas dan
pengertian sempit.
Dalam arti luas, pendidikan karakter adalah semua dinamika rasional, yang artinya,
semua hubungan yang ada dengan individu mengandung unsur pendidikan karakter,
baik hubungan individu dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.
Dengan kata lain, pendidikan karakter dalam arti luas adalah pendidikan karakter yang
terjadi secara alami dan cenderung tidak disadari dalam kehidupan serta bebas dari
ruang dan waktu. Sedangkan pendidikan karakter dalam arti sempit adalah pendidikan
karakter sebagai proses yang disadari atau disengaja.
Pendidikan karakter dalam pengertian ini adalah usaha yang telah direncanakan,
mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas dan terukur. Kedua definisi di atas tidak
saling bertentangan.
Bahkan, mereka saling melengkapi jika dibentuk oleh kebiasaan, dan kebiasaan adalah
hasil dari tindakan yang berulang, sedangkan tindakan adalah aksi dari sebuah ide.
Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan ini
bisa tercapai. Metode pembelajaran yang tepat meliputi metode keteladanan, metode
pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman.
Nasionalisme
Menghargai, memelihara dan mengembangkan budaya bangsa sendiri serta mampu
menghargai kekayaan budaya bangsa lain untuk memperkuat jati diri bangsa Indonesia.
Kemandirian
Sikap percaya pada kemampuan, kekuatan, bakat pada diri sendiri, tidak bergantung
pada orang lain.
Integritas
Menyelaraskan pikiran, perkataan, dan tindakan yang mewakili perilaku moral yang
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
1. Kejujuran
2. Teladan
3. Tanggung jawab
4. Anti korupsi
5. Komitmen moral
6. Cintai kebenaran
Pendidikan memiliki sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal,
yaitu:
Buletin tersebut menjelaskan bahwa Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri St.
Louis menunjukkan adanya peningkatan motivasi siswa sekolah untuk mencapai
prestasi akademik di sekolah yang menerapkan pendidikan karakter.
Dikatakan ada sejumlah faktor risiko yang menyebabkan anak tidak bersekolah. Faktor
risikonya tidak terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya
diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi,
empati dan kemampuan komunikasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang kesuksesan seseorang di
masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dan hanya 20
persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).
Anak yang memiliki masalah kecerdasan emosional akan mengalami kesulitan belajar,
bersosialisasi dan tidak akan mampu mengontrol emosinya. Masalah anak-anak ini
dapat dilihat sejak usia prasekolah dan, jika tidak ditangani, akan berlanjut hingga
dewasa.
Di sisi lain, remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang
dihadapi remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, alkohol, perilaku seks bebas dan
sebagainya. Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak
pendidikan dasar antara lain; Amerika Serikat, Jepang, Cina dan Korea.