Anda di halaman 1dari 8

MATERI PENDIDIKAN KARAKTER

Penguatan pendidikan moral (moral


education) atau pendidikan karakter
(character education) dalam konteks
sekarang sangat relevan untuk
mengatasi krisis moral yang sedang
melanda di negara kita. Krisis tersebut
antara lain berupa meningkatnya
pergaulan bebas, maraknya angka
kekerasan anak-anak dan remaja,
kejahatan terhadap teman, pencurian
remaja, kebiasaan menyontek,
penyalahgunaan obat-obatan,
pornografi, dan perusakan milik orang
lain sudah menjadi masalah sosial yang
hingga saat ini belum dapat diatasi
secara tuntas, oleh karena itu betapa
pentingnya pendidikan karakter.
Menurut Lickona, karakter berkaitan
dengan konsep moral (moral
knonwing), sikap moral (moral felling),
dan perilaku moral (moral behavior).
Berdasarkan ketiga komponen ini dapat
dinyatakanbahwa karakter yang baik
didukung oleh pengetahuan tentang
kebaikan, keinginan untuk berbuat
baik, dan melakukan perbuatan
kebaikan.

Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan


karakter yaitu , Religius, Jujur,
Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif,
Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu,
Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air,
Menghargaiprestasi,
Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai,
Gemar membaca, Peduli lingkungan,
Peduli sosial, Tanggung jawab.

Pembentukan karakter merupakan


salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003
menyatakan bahwa di antara
tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta
didik untuk memiliki kecerdasan,
kepribadian dan akhlak mulia.

Amanah UU Sisdiknas tahun 2003


itu bermaksud agar pendidikan
tidak hanya membentuk insan
Indonesia yang cerdas, namun
juga berkepribadian atau
berkarakter, sehingga nantinya
akan lahir generasi bangsa yang
tumbuh berkembang dengan
karakter yang bernafas nilai-nilai
luhur bangsa serta agama.

Terdapat sembilan pilar karakter yang


berasal dari nilai-nilai luhur universal,
yaitu:
1.   Karakter cinta Tuhan dan segenap
ciptaan-Nya
2.   Kemandirian dan tanggungjawab
3.   Kejujuran/amanah, diplomatis
4.   Hormat dan santun
5.   Dermawan, suka tolong-menolong
dan gotong royong/kerjasama;
6.   Percaya diri dan pekerja keras
7.   Kepemimpinan dan keadilan
8.   Baik dan rendah hati, dan
9.   Karakter toleransi, kedamaian, dan
kesatuan.
Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan
secara sistematis dalam model
pendidikanholistik
menggunakan metode knowing the
good, feeling the good, dan acting the
good.
Dampak Pendidikan Karakter
Apa dampak pendidikan karakter
terhadap keberhasilan akademik?
Beberapa penelitian bermunculan untuk
menjawab pertanyaan ini. Ringkasan
dari beberapa penemuan penting
mengenai hal ini diterbitkan oleh
sebuah buletin, Character Educator,
yang diterbitkan oleh Character
Education Partnership.
Dalam buletin tersebut diuraikan
bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz
dari University of Missouri- St. Louis,
menunjukan peningkatan motivasi
siswa sekolah dalam meraih prestasi
akademik pada sekolah-sekolah yang
menerapkan pendidikan karakter.
Kelas-kelas yang secara komprehensif
terlibat dalam pendidikan karakter
menunjukkan adanya penurunan
drastis pada perilaku negatif siswa
yang dapat menghambat keberhasilan
akademik.

Sebuah buku yang berjudul Emotional


Intelligence and School Success
(Joseph Zins, et.al,
2001) mengkompilasikan berbagai hasil
penelitian tentang pengaruh positif
kecerdasan emosi anak terhadap
keberhasilan di sekolah. Dikatakan
bahwa ada sederet faktor-faktor resiko
penyebab kegagalan anak di sekolah.
Faktor-faktor resiko yang disebutkan
ternyata bukan terletak pada
kecerdasan otak, tetapi pada karakter,
yaitu rasa percaya diri, kemampuan
bekerja sama, kemampuan bergaul,
kemampuan berkonsentrasi, rasa
empati, dan kemampuan
berkomunikasi.

Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel


Goleman tentang keberhasilan
seseorang di masyarakat, ternyata 80
persen dipengaruhi oleh kecerdasan
emosi, dan hanya 20 persen ditentukan
oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak
yang mempunyai masalah dalam
kecerdasan emosinya, akan mengalami
kesulitan belajar, bergaul dan tidak
dapat mengontrol emosinya. 

Anak-anak yang bermasalah ini sudah


dapat dilihat sejak usia pra-sekolah,
dan kalau tidak ditangani akan terbawa
sampai usia dewasa. Sebaliknya para
remaja yang berkarakter akan
terhindar dari masalah-masalah umum
yang dihadapi oleh remaja seperti
kenakalan, tawuran, narkoba, miras,
perilaku seks bebas, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai