Anda di halaman 1dari 6

Pendidikan Berkarakter Sebuah Solusi Mewujudkan Generasi Berakhlak Mulia

Definisi Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, perbuatan, cara mendidik;. Dalam kamus Bahasa Indonesia (2008) disebutkan, bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian yang seperti itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan sutu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya. Di era globalisasi ini, semua bersaing menuntut ilmu untuk menjadi orang yang paling cerdas. Kecerdasan yang diperoleh sebenarnya tidak memberi jaminan untuk meraih keberhasilan. Daniel Goleman menyebutkan ternyata 80 persen keberhasilan dipengaruhi oleh kecerdasan emosi (karakter), dan hanya 20 persen ditentukan oleh otak (IQ). Sementara kecerdasan otak selalu didepan dan diasah, sedangkan karakteristik atau budi alamiah yang sejatinya tiang utama semakin kabur dan menghilangkan mutu pendidikan. Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan Karakter Pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Fungsi pendidikan karakter adalah (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku

bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa. Bangsa Indonesia sedang menghadapi permasalahan fondamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Permasalahan itu berupa perilaku masyarakat belum sejalan dengan karakter bangsa yang dijiwai oleh falsafah Pancasila: religius, humanis, nasionalis, demokratis, keadilan dan kesejahteraan rakyat. Jika permasalahan ini dibiarkan dapat menimbulkan ancaman pada eksistensi bangsa. Fenomena ketuntasan belajar yang rendah tersebut dapat disebabkan oleh beban kurikulum yang terlalu berat. Sistem pendidikan sekolah seperti itu dapat berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter. Sebab, dalam waktu yang panjang sebagian terposisikan inferior rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang berkepanjangan tersebut akan membentuk pribadi yang kurang percaya diri, dan menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan mendorong remaja berperilaku negatif, seperti senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah, dan menurunnya mutu lulusan. Karena itu kritik-kritik yang ditujukan pada pendidikan persekolahan, bahwa pendidikan formal kita hanya melahirkan ahli matematika, fisika, dan kimia, tetapi lulusannya tidak

berkarakter. Pendidikan di Indonesia sudah saatnya untuk memihak kepada kompetensi, baik kompetensi keahlian maupun kompetensi karakter; bukan hanya kompetensi matematika, kimia, fisika, dan sejenisnya. Kondisi-kondisi sebagaimana digambarkan memerlukan pemecahan yang fundamental dan komprehensif. Pemecahan mendasar terkait dengan pendidikan moral dan motivasi diri, dan pemecahan komprehensif mencakup seluruh lapisan masyarakat. Gerakan pendidikan karakter berbangsa merupakan solusi yang penting dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Secara konseptual pendidikan karakter telah disusun dan dimulai untuk diterapkan di sekolah. Ada delapan belas nilai karakter yang perlu diimplementasi di sekolah, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Mengapa Perlu Adanya Pendidikan Karakter? Ada beberapa penamaan nomenklatur untuk merujuk kepada kajian pembentukan karakter peserta didik, tergantung kepada aspek penekanannya. Di antaranya yang umum dikenal ialah: Pendidikan Moral, Pendidikan Nilai, Pendidikan Religius, Pendidikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Karakter itu sendiri. Masing-masing penamaan kadang-kadang digunakan secara saling bertukaran (inter-exchanging), misal pendidikan karakter juga merupakan pendidikan nilai atau pendidikan religius itu sendiri. Sepanjang sejarahnya, di seluruh dunia ini, pendidikan pada hakekatnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk menjadi cerdas dan pintar dan membantu mereka menjadi manusia yang baik. Menjadikan manusia cerdas dan pintar, boleh jadi mudah melakukannya, tetapi menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh lebih sulit atau bahkan sangat sulit. Dengan demikian, sangat wajar apabila dikatakan bahwa problem moral merupakan persoalan akut atau penyakit kronis yang mengiringi kehidupan manusia kapan dan di mana pun. Bagaimana Mendidik Aspek Karakter? Pendidikan bukan sekedar berfungsi sebagai media untuk mengembangkan

kemampuan semata, melainkan juga berfungsi untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermatabat. Dari hal ini maka sebenarnya pendidikan watak (karakter) tidak bisa ditinggalkan dalam berfungsinya pendidikan. Oleh karena itu, sebagai fungsi yang melekat pada keberadaan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa, pendidikan karakter merupakan manifestasi dari peran tersebut. Untuk itu, pendidikan karakter menjadi tugas dari semua pihak yang terlibat dalam usaha pendidikan. Dari hasil penelitiannya dijelaskan bahwa paling tidak ada 25 variabel yang dapat dipakai sebagai materi pendidikan karakter. Namun, dari 25 variabel tersebut yang paling umum dilaporkan dan secara signifikan hanya ada 10, yaitu: Perilaku seksual, Pengetahuan tentang karakter (Character knowledge), Pemahaman tentang moral sosial, Ketrampilan pemecahan masalah, Kompetensi emosional, Hubungan dengan orang lain (Relationships), Perasaan keterikan dengan sekolah (Attachment to school), Prestasi akademis, Kompetensi berkomunikasi, Sikap kepada guru (Attitudes toward teachers).

Otten (2000) menyatakan bahwa pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam seluruh masyarakat sekolah sebagai suatu strategi untuk membantu mengingatkan kembali siswa untuk berhubungan dengan konflik, menjaga siswa untuk tetap selalu siaga dalam lingkungan pendidikan, dan menginvestasikan kembali masyarakat untuk berpartisipasi aktif sebagai warga negara. Prinsip Pendidikan Karakter yang Efektif 1. Mengembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja penunjang sebagai fondasi karakter yang baik.Pendidikan karakter berpegang pada keyakinan bahwa dengan berbagi secara luas, pilar utama, nilai-nilai etika inti seperti peduli, jujur, adil, tanggungjawab, dan hormat pada orang lain dan diri sendiri dibarengi dengan nilainilai kinerja penunjang seperti rajin, tekun, etika-budi luhur yang kuat, dan kegigihan membentuk basis karakter yang baik. 2. Mendefinisikan karakter secara komprehensif meliputi berfikir, berolah-rasa, dan berperilaku. Karakter yang baik meliputi pemahaman, peduli tentang, dan berperilaku sejalan dengan nilai-nilai etika inti. Oleh karena itu pendekatan holistik terhadap pengembangan karakter berupaya mengembangkan aspek-aspek kognitif, emosional, dan perilaku kehidupan moral. 3. Menerapkan pendekatan komprehensif, direncanakan dengan sengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter. 4. Menciptakan komunitas yang peduli. Hubungan-hubungan kepedulian ini akan membantu tumbuh dua-duanya keinginan untuk belajar dan keinginan untuk menjadi orang yang baik. 5. Memasukkan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua siswa, mengembangkan karakter mereka, dan membantu mereka untuk berhasil. Apabila siswa berhasil dalam tugas di sekolah dan merasakan suatu perasaan kompetensi dan otonomi, mereka lebih mungkin merasa dihargai dan diperhatikan sebagai pribadi. Karena siswa datang ke sekolah dengan keterampilan-keterampilan, minat dan kebutuhan berbeda, suatu program akademik yang membantu seluruh siswa berhasil akan menjadi salah satu program akademik dimana konten akademik cukup berhasil dijalin untuk melibatkan seluruh siswa. Ini berarti menyediakan suatu kurikulum yang menarik dan bermakna bagi siswa. Pendekatan-pendekatan ini

meningkatkan otonomi siswa dengan menarik minat siswa, memberi siswa kesempatan-kesempatan berfikir kreatif dan menguji ide-ide mereka.

Kesimpulan

Sekarang ini banyak diantara pemuda indonesia yang tidak memanusiakan manusia lain. Maksudnya yaitu mereka tidak menganggap manusia berhakekat sebagai manusia yang mempunyai hak dan kewajiban yang harus dihargai. Sebagai contoh nyata yaitu sekarang ini banyak kasus-kasus perkelahian antar mahasiswa dan siswa yang disertai dengan penyiksaan salah satu pihak yang kalah. Mereka menjadikan pihak yang kalah itu sebagai bulan-bulanan dan dianggap sebagai boneka yang dapat dimain-mainkan dan mereka siksa. Dari kasus tersebut dapat kita peroleh fakta-fakta mengenai terjadinya krisis yang terjadi pada jati diri generasi bangsa Indonesia. Karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dan perlu kita hayati bersama bahwa pendidikan merupakan kunci masa depan bangsa kita.Pendidikan berkarakter harus berjalan secara baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik dalam mempersiapkan generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Persiapan dengan mewariskan budaya dan karakter bangsa yang telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Dengan kata lain, peserta didik akan selalu bertindak, bersikap yang mencirikan budaya dan karakter bangsa. Pendidikan berkarakter merupakan inti dari suatu proses pendidikan. Dalam mengembangkan pendidikan karakter, kesadaran akan siapa dirinya dan kepedulian terhadap kemajuan bangsa akan terasa teramat penting. Oleh karena itu, pendidikan karakter bangsa diarahkan pada upaya mengembangkan nilainilai yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi sebuah solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan Pendidikan karakter yang berhasil diterapkan akan menghasilkan banyak nilai-nilai.

Riwayat penulis
Nama TTL No Hp Alamat : Rahmat Akbar : 09 April 1994 : 085607969000 : Desa Dungus RT 19 RW 05 Sukodono Sidoarjo jawa timur

Perguruan tinggi : Universitas Pembangunan Nasional veteran Jawa timur Jurusan Email : S1 Administrasi Bisnis : akbbbarsay@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai