Anda di halaman 1dari 4

AGAMA dan PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan merupakan sarana peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Manusia
menjadi berkualitas salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan yang berkembang didunia
sering dihubungkan dengan pendidikan formal. Sehingga, pendidikan formal dijadikan sebagai
standar untuk peningkatan kualitas manusia. “Manusia akan menjadi manusiawi melalui proses
pendidikan formal” . Anggapan inilah yang lazim digunakan di seluruh dunia, sehingga dianggap
sebagai asumsi umum.

Menurut John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Dengan demikian, pendidikan
mempunyai tujuan utama yaitu untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
secara simultan dan seimbang. Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar
untuk pengetahuan, tetapi mengesampingkan pengembangan sikap atau nilai perilaku dalam
pembelajarannya. Padahal, pendidikan merupakan salah satu wadah pembentukan sikap dan
perilaku, dalam hal ini pendidikan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter
seseorang. 1

Karakter sendiri, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah “tabiat atau sifat-sifat
kejiwaan, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain”.
Adapun berkarakter berarti “berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.
Sementara itu, menurut Hermawan Kartajaya, karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu
benda atau individu (manusia). Jadi, dapat dikatakan bahwa karakter merupakan keadaan asli
yang ada dalam diri seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Karakter
juga merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

1
Masnur Muslich. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. (Jakarta : Bumi Aksara,
2011), hal. 17.

1
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat. 2

Sedangkan karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang
ditandai dengan nilai-nilai reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, sabar, rela
berkorban, kreatif, inovatif, dan nilai-nilai positif lainnya. Individu juga memiliki kesadaran
untuk berbuat yang terbaik atau unggul dan mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya
tersebut.3 Untuk membangun karakter mulia dengan nilai-nilai positif itulah diperlukan
pendidikan pembentukan kepribadian yang disebut sebagai pendidikan karakter.

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian
seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata
seseorang, yaitu tingkah-laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain,
kerja keras, dan sebagiannya. Sedangkan, menurut Elkind and Sweet, pendidikan karakter adalah
upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia, peduli, dan inti atas nilai-nilai etis
atau susila.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang
direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku individu
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. 4

Mengapa pendidikan karakter itu penting? Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa
karakter seseorang dapat mempengaruhi kesuksesannya. Berdasarkan penelitian di Harvard
University, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi bagaimana kemampuan individu untuk mengelola diri
(soft skill). Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh
hard skill dan 80% oleh soft skill. Bahkan, orang-orang tesukses di dunia bisa berhasil karena
lebih banyak didukung kemampuan soft skill. Senada dengan itu, Daniel Goleman, seorang
psikolog dari Amerika Serikat, menerangkan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat,

2
Heri Gunawan. Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasi. (Bandung : ALFABETA, 2012), hal. 3
3
Heri Gunawan. Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasi. (Bandung : ALFABETA, 2012), hal. 4
4
Heri Gunawan. Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasi. (Bandung : ALFABETA, 2012), hal. 28

2
ternyata 80% dipengaruhi oleh kecerdasan emosi (EQ) dan 20% ditentukan oleh kecerdasan otak
(IQ). Individu yang mempunyai masalah dengan kecerdasan emosi akan mengalami kesulitan
belajar, bergaul, dan tidak dapat mengontrol emosinya.5 Jika seseorang tidak dapat mengontrol
emosinya dengan baik, maka nilai-nilai karakter mulia tidak dapat di aplikasikan. Oleh karena itu
pendidikan karakter diperlukan untuk mengembangkan potensi dasar individu agar berpikiran
baik dan berperilaku baik.

Pendidikan karakter memang sangat diperlukan dalam proses pembentukan karakter individu,
agar terjadinya keseimbangan antara daya pikir dan juga dalam berperilaku yang sesuai dengan
norma-norma yang ada. Untuk itu pendidikan karakter penting dan perlu diberikan perhatikan
khusus dalam penerapan pola didikan maupun dalam kurikulum. Atas kesadaran inilah maka
diperlukan ruang khusus agar pendidikan karakter dapat diterapkan. Seperti yang telah
dijelaskan, pendidikan karakter adalah upaya untuk menjadikan individu menjadi pribadi yang
berkarakter baik dan dapat menempatkan nilai-nilai luhur (nilai agama, budaya, adat-istiadat, dan
nilai keindahan) dalam berperilaku. Dalam rangka memberikan fokus terhadap pendidikan
karakter sejak dini maka diperlukan upaya mengfungsikan pendidikan agama di sekolah-sekolah
dan juga di Perguruan Tinggi. Karena tujuan pendidikan agama adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan sekaligus menjadi media pembentuk sikap, kepribadian, dan
keterampilan individu dalam mengamalkan ajaran agamanya. Dalam ruang inilah pendidikan
karakter akan mendapat porsi khusus. Pendidikan Agama dapat membentuk watak individu dan
memberi semangat, serta kekuatan saat individu berada dalam situasi kritis. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter dan agama, dalam hal ini penanaman nilai-nilai
agama, memiliki keterkaitan satu dengan lainnya, seperti dua sisi mata uang yang saling
menempel. Dalam nilai-nilai agama pembentukan karakter sebenarnya sudah ada, hanya saja
memerlukan ruang khusus agar dapat diterapkan lebih maksimal dalam pendidikan secara umum.

5
Syamsyul Kurniawan. Pendidikan Karakter : Konsepsi & Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan
Masyarakat, Sekolah, Perguruan Tinggi, & Masyarakat . (Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA, 2013), hal. 32- 33

3
Sumber :

Kurniawan, Syamsyul. 2013. Pendidikan Karakter : Konsepsi & Implementasinya Secara


Terpadu di Lingkungan Masyarakat, Sekolah, Perguruan Tinggi, & Masyarakat. Yogyakarta :
AR-RUZZ MEDIA.

Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasi. Bandung : Alfabeta.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional.


Jakarta : Bumi Aksara.

http://cyberdakwah.com/2013/03/pendidikan-karakter-dan-pendidikan-agama/

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/sigit-dwi-kusrahmadi-drs-msi/power-pint-
paud-17-mei-2010.ppt

http://kbbi.web.id/

Anda mungkin juga menyukai