Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER, SERTIFIKASI GURU, SERTIFIKASI

DOSEN DI INDONESIA DAN HAL-HAL YANG MENJADI PERMASALAHAN DAN


SOLUSINYA
Kelompok 3 PSPF20B :
1. Desri Saragih
2. Elia Sri Suryani
3. Eveline Novriyanti Purba
4. Nabila Ramadhani
5. Restina Tiolenta Sihombing
6. Salonika Sarumaha

Pendidikan Berbasis Karakter


Karakteristik berasal dari kata "characteristic" yang berarti sifat yang khas. Atau bisa
diambil pengertian bahwa karakteristik adalah suatu sifat khas yang membedakan dengan
yang lain.Karakter adalah wujud pemahaman dan pengetahuan seseorang tentang nilai-nilai
mulia dalam kehidupan yang bersumber dari tatanan budaya, agama dan kebangsaan seperti :
nlai moral, nilai etika, hukum, nilai budi pekerti, kebajikan dan syari’at agama dan budaya
serta diwujudkan dalam sikap, perilaku dan kepribadian sehari-hari hingga mampu
membedakan satu dengan lainnya. Dengan demikian maka karakter pada hakekatnya bukan
hanya harus dipahami dan diketahui ataupun hanya diajarkan tetapi harus diteladani. Dimana
yang selanjutnya diharapkan bahwa karakter individu tersebut akan membangun
karakterkarakter daerah dan bangsa sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur dalam tujuan
pendidikan nasional. Pendapat lain dari pengertian karakter, seperti yang disampaikan
Gunarto (2004 : 22) bahwa : Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, budaya dan nilai kebangsaan yang diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-sehari menjadi suatu pembiasaan yang melekat.
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa
: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan karakter
adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),
perasaan (feeling), dan tindakan (action), tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter
tidak akan efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan serta mampu membedakan satu dengan lainnya. Dengan pendidikan karakter,
seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel (2007 :
89) tentang “Keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80% dipengaruhi oleh
kecerdasan emosi (EQ), dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ)”. Dalam kajian
tersebut dibahas delapan pendekatan pendidikan nilai berdasarkan kepada berbagai literatur
dalam bidang psikologi, sosiologi, filosofi dan pendidikan yang berhubungan dengan nilai.
Namun, selanjutnya berdasarkan kepada hasil pembahasan dengan para pendidik dan alasan-
alasan praktis dalam penggunaannya di lapangan, pendekatan-pendekatan tersebut telah
diringkas menjadi lima jenis pendekatan berikut :
Lima pendekatan tersebut adalah :
1. Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach)
2. Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach)
3. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach)
4. Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach); dan
5. Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach). (Superka, 2006 : 78).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Karakter adalah sifat khas, kualitas dan kekuatan moral pada seseorang atau
kelompok. Puskur (Pusat Kurikulum) memberikan suatu definisi atau pengertian karakter
sebagai watak tabiat, akhlak, ataukepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
nilai-nilai kebajikan yang dapat menjadi suatu keyakinan dandigunakannya sebagai landasan
cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencanadalam menanamkan nilai-nilai
sehingga terinternalisasi dalam diri peserta didik yang mendorong dan mewujud dalam sikap
dan perilaku yang baik.Pendidikan karakter bukan terletak pada materi pembelajaran
melainkan pada aktivitas yang melekat, mengiringi, dan menyertainya (suasana yang
mewarnai, tercermin dan melingkupi proses pembelajaran pembiasaan sikap dan perilaku
yang baik) Pendidikan karakter tidak berbasis pada materi, tetapi pada kegiatan.
Proses terbentuknya pendidikan karakter (Tim Pengembangan FIP-UPI. 2007:4) ,
yaitu:
1. Melalui pendidikan, pengalaman, cobaan hidup, pengorbanan dan pengaruh
lingkungan,kemudian terinternalisasi nilai-nilai sehingga menjadi nilai intrinsik yang
melandasi sikap dan perilaku.
2. Sikap dan perilaku tersebut dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
3. Kebiasaan tersebut dijaga dan dipelihara maka jadilah karakter
Jadi bahwa keberhasilan dalam proses pembentukan karakter lulusan suatu satuan
pendidikan, akan ditentukan bukan oleh kekuatan proses pembelajaran, tetapi akan ditentukan
oleh kekuatan manajemennya, yang mengandung pengertian bahwa mutu karakter lulusan
memiliki ketergantungan kuat terhadap kualitas manajemen sekolahnya. Hal ini disebabkan
karena proses pembentukan karakter harus terintegrasi kedalam berbagai bentuk kegiatan
sekolah.
Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan
pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya (Risna .A dan Siti .N, 2011 : 1).
Ada 18 (delapan belas) nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Kementerian
Pendidikan Nasional (2013), adalah :
1. Religius.
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.

2. Jujur.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi.
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja Keras.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.Jadi dengan peirlaku tertib ini dapat membangun karakter siswa dalam kehidupan
nyata.
6. Kreatif.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
7. Mandiri.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis.
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan di dengar.
10. Semangat Kebangsaan.
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air.
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam
di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki.Hal inis angat penting
mengingat bahwa siswa seringkali berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
17. Peduli Sosial.
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab.
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Delapan belas nilai-nilai karakter diatas dapat menjadi fokus bagi guru untuk
menanamkan nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran yang ada di sekolah. Setiap nilai-
nilai karakter yang akan ditanamkan kepada siswa, ada indikasi-indikasi yang harus
diperhatikan, seperti contoh sikap peduli social, indiaksinya siswa dengan kesadaran sendiri
membantuk temannya ketika mengalami permasalahan.

Sertifikasi Guru

Sertifikasi Guru atau Sergur merupakan sebuah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru yang sudah memenuhi standar profesional atau kelayakan seorang guru dalam
Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah.

Seorang guru yang sudah bersertifikat, akan memiliki nilai lebih yang dapat
digunakan sebagai nilai tambah ketika seorang guru akan berpindah ke sekolah lain yang
mungkin lebih menjanjikan. Sertifikasi Guru ini diberikan kepada tenaga pendidik yang
sudah memenuhi syarat.

Syarat Sertifikasi Guru

Berikut merupakan syarat-syarat yang harus tenaga pendidik penuhi untuk memiliki
sertifikat guru.

1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana ( S1 ) atau Diploma empat (D-IV)dari program


studi yang terakreditasi. Bagi tenaga pendidik yang tidak atau belum memiliki ijazah
S1 atau minimal D-IV maka belum bisa mendaftar untuk sertifikasi guru.
2. Guru dalam jabatan atau Pegawai Negeri Sipil yang mendapatkan tugas mengajar
yang sudah diangkat. Dengan kata lain, tenaga pendidik ini sudah diakui sebagai salah
satu guru dalam salah satu lembaga pendidikan baik negeri ataupun swasta.
3. Seorang guru yang akan mendaftar Sertifikasi Guru, maka setidaknya sudah
berpengalaman mengajar minimal 5 tahun dalam satu sekolah atau sekolah yang
berbeda tapi masih dalam satu ruang lingkup yayasan yang sama.
4. Guru bukan PNS yang memiliki status Guru Tetap Yayasan(GTY) atau guru yang
diangkat oleh Pemda yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah daerah.
5. Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). NUPTK
merupakan nomor induk yang diberikan kepada seorang pendidik (guru) dan tenaga
kependidikan, baik dari kalangan PNS maupun non PNS. NUPTK ini terdiri dari 16
digit dan tidak akan berubah meskipun tenaga pendidik berpindah-pindah sekolah.

Ketika sudah memenuhi syarat-syarat diatas, maka tenaga pendidik (guru) bisa mengajukan
sertifikasi untuk mendapatkan sertifikat mengajar.

Sertifikasi Guru ini tentunya memiliki manfaat untuk guru itu sendiri. Diantaranya
melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra
profesi guru. Dengan adanya Sertifikasi Guru ini juga dapat digunakan sebagai bentuk
penilaian masyarakat terhadap tenaga pendidik di lingkungan sekitar. Sehingga dapat
melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.

Prioritas Sertifikasi Guru

Dalam mendaftar Sertifikasi Guru juga ada urutan yang diprioritaskan dalam
mendapatkan sertifikat guru. Menurut Prioritas Penetapan Peserta Program Sertifikasi Guru
ada 5 hal yang diprioritaskan dalam mendapatkan sertifikasi guru, yaitu:

1. Masa kerja sebagai guru, hal ini tentunya menjadi suatu prioritas yang utama dalam
memilih tenaga pendidik mana yang lebih layak mendapatkan sertifikasi guru terlebih
dahulu.
2. Usia guru saat akan mendaftar Sertifikasi Guru.
3. Pangkat/ golongan (berlaku untuk Guru PNS)
4. Tugas tambahan, seperti guru yang merangkap sebagai pembina mata ekstrakurikuler
tertentu.
5. Prestasi Kerja juga menjadi salah satu hal yang diperhatikan untuk mengajukan
Sertifikasi Guru.

Hak dan Kewajiban Guru yang Sudah Bersertifikasi

Sebagai tenaga pendidik yang sudah bersertifikat (memiliki Sertifikasi Guru) maka
akan ada hak dan kewajiban yang harus dijalankan. Berikut merupakan hak dan kewajiban
guru yang sudah bersertifikat.

 Kewajiban

Sebagai tenaga pendidik (guru), tentunya memiliki kewajiban antara lain

a. Menjadi tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses


pembelajaran, menilai hasil pembelajaran dan melakukan bimbingan terhadap peserta
didik.
b. Sehat jasmani dan rohani, dan harus memiliki kemampuan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan yang sudah pemerintah buat dan setujui. Dalam artian lain, sebagai
seorang pendidik, harus bekerja dengan ikhlas sesuai arahan dari pemerintah guna
mencapai tujuan pemerintah tersebut.
c. Tenaga pendidik juga diharapkan memiliki komitmen yang tinggi dan sikap
profesional dalam meningkatkan mutu pendidikan.
d. Seorang guru juga harus bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya sesuai dengan
namanya. Guru yaitu digugu dan ditiru sehingga dapat menjadi panutan dan dapat
menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukannya sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya.
 Hak

Selain memiliki kewajiban atas profesi yang dimilikinya, seorang guru juga memiliki hak
yang didapatkan dari profesinya tersebut. Hak-hak tersebut antara lain:

a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.


b. Seorang guru juga layak mendapatkan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja guna meningkatkan semangat kerja dan mengabdi.
c. Guru juga memiliki hak promosi ke tingkat yang lebih tinggi dan juga penghargaan
berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja
dalam bidang pendidikan.
d. Tenaga pendidik juga berhak mendapatkan sertifikat pendidik, dimana adanya
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan
intelektual.
e. Memiliki hak dan kesempatan dalam menggunakan sarana dan prasarana yang
pemerintah sediakan guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas sebagai seorang
tenaga pendidik tersebut.
f. Seorang guru juga berhak dalam memberikan penghargaan atas pencapaian peserta
didiknya guna memberikan motivasi untuk peserta didik tersebut. Begitupun
sebaliknya, tenaga pendidik juga memiliki hak memberikan sanksi kepada setiap
peserta didiknya masing-masing. Pemberian sanksi ini juga tidak melebihi batas dan
masih pada batas kewajaran.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan Kualifikasi
Akademik dan kompetensi, dan juga untuk memperoleh pelatihan dan pengembangan
profesi dalam bidangnya yang diselenggarakan oleh pemerintah.
h. Seorang guru juga berhak dalam mendapatkan cuti studi sesuai dengan perjanjian
yang sudah disepakati.

Sertifikasi Dosen

Sertifikasi dosen adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk dosen. Sertifikasi
dosen bertujuan untuk (1) menilai profesionalisme dosen guna menentukan kelayakan dosen
(2) melindungi profesi dosen sebagai agen pembelajaran di perguruan tinggi, (3)
meningkatkan proses dan hasil pendidikan dan (4) mempercepat terwujudnya tujuan
pendidikan nasional. Sertifikat pendidik yang diberikan kepada dosen melalui proses
sertifikasi adalah bukti formal pengakuan terhadap dosen sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan tinggi. Sertifikasi pendidik dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk
memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi ini dilakukan dalam bentuk penilaian
portofolio, yang merupakan penilaian pengalaman akademik dan profesional dengan
menggunakan portofolio dosen. Penilaian portofolio dosen dilakukan untuk memberikan
pengakuan atas kemampuan profesional dosen.

Proses sertifikasi dosen memanfaatkan penggunaan teknologi informasi dan


komunikasi yaitu tatalaksana Serdos terintegrasi menggunakan aplikasi Sistem Informasi
Sumberdaya Terintegrasi (SISTER). Penyelenggaraan Program Serdos sejak tahun 2017
berbasis on-line dan integrasi data dosen untuk mendukung pengembangan karir dosen dan
nilai-nilai budaya akademik serta kejujuran dalam rangka pendidikan karakter di perguruan
tinggi. Penilaian kontribusi dilakukan terhadap pengembangan Tridharma dan kompetensi
dasar dosen meliputi kompetensi sosial yang ditunjukkan oleh kemampuan berbahasa Inggris,
potensi akademik, dan publikasi ilmiah. Serdos tahun 2017 tetap mengikuti ketentuan Serdos
sebelumnya, namun mengalami penyempurnaan dalam hal tahapan penilaian. Pada tahun
2017, dosen yang telah ditetapkan menjadi DYS (D4) akan dinilai oleh Penilai Persepsional
dan Penilaian Empirik (penilaian gabungan) yang dilakukan sebelum DYS menyusun
Deskripsi Diri. Apabila DYS memenuhi persyaratan minimal nilai gabungan, maka
selanjutnya DYS berhak untuk menyusun Deskripsi Diri (D5), yang akan dinilai oleh Asesor
di PTPS. Sedangkan sejak tahun 2019 ada pembaharuan dalam aspek aplikasi yang
digunakan, yaitu sebagai pangkalan data dosen peserta sertifikasi dosen (D1, D3 D4 dan D5)
dan seluruh penyusunan serta penilaian instrumen/borang sertifikasi dosen menggunakan
aplikasi SISTER (Sistem Informasi Sumberdaya Terintegrasi). Penggunaan SISTER juga
dimaksudkan sebagai upaya terintegrasinya pembinaan karir sumberdaya dibawah
Kementerian. Lebih lanjut, diharapkan dapat memberikan edukasi nasional dalam
menegakkan prinsip kejujuran dan akuntabilitas melalui penggunaan sistem sertifikasi secara
online bagi sivitas akademika di perguruan tinggi.

Syarat Sertifikasi Dosen


1. Terdaftar pada pangkalan data pendidikan tinggi (PD-DIKTI);
2. Memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S2/setara;

3. Memiliki NIDN atau memiliki NIDK bagi dokter pendidik klinis penuh waktu atau
memiliki NIDK bagi dosen paruh waktu;

4. Memiliki masa kerja sekurang-kurangnya dua tahun secara berturut-turut pada


perguruan tinggi tempat yang bersangkutan bertugas saat diusulkan;

5. Memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya Asisten Ahli;

6. Memiliki pangkat/golongan-ruang atau surat keputusan inpassing/penyetaraan dari


pejabat yang berwenang;

Permasalahan Krisis Moral dan Pendidikan Karakter beserta Solusi


Begitu banyak terjadi permasalahan di negara kita ini yang telah mengakar dan sulit
untuk di tanggani. Salah satu permasalahan yang telah menjadi perhatian pemerintah yang
semakin meningkat pada masa sekarang adalah permasalahan-permasalahan yang
menyimpang dari nilai, norma dan moral dalam masyarakat, yang mana kebanyakan dari
pelaku penyimpangan ini terjadi pada generasi muda terutama pada anak usia sekola. Adapun
penyebab terjadinya permasalahan-permasalahan yang menyimpang tersebut adalah karena
krisis nilai karakter dan moral yang dialami oleh masyarakat dikarenakan kurangnya
kesadaran dalam diri masyarakat maupun kurangnya pendidikan karakter yang didapat. Hal
inilah yang kemudian membuat pemerintah semakin gencar lagi dalam menjadikan
pendidikan karakter sebagai bagian besar dari pembelajaran yang ditanamkan kepada siswa
dalam lingkungan sekolah.
Permasalahan-permasalahan yang menyimpang ini antara lain 1) permasalahan
korupsi, kolusi dan nepotisme; 2) kejahatan atau kriminalitas yang tinggi; 3) pelecehan
seksual; 4) perundungan atau bulliying; 5) kekerasan dalam rumah tangga; 6) pelecehan
seksual; 7) kecanduan obat-obatan terlarang 8) hamil diluar nikah yang mengakibatkan
tingginya pernikahan pada anak dibawah umur 9) kenakalan remaja, dan lainlain.
Melihat krisis nilai moral serta budi pekerti pada masa sekarang tentunya sangat
memprihatinkan bagi kita sebagai warga negara Indonesia, karena kebanyakan penyimpangan
ini terjadi kepada anak dengan usia sekolah, dimana generasi inilah yang kelak menjadi
harapan bangsa dalam memimpin negara di masa yang akan datang. Sehingga pemerintah
lebih giat lagi di dalam pembangunan kembali pendidikan karakter yang ada di sekolah.
Pendidikan karakter di sekolah ini bertujuan untuk menekan serta menghindari krisis moral
pada peserta didik sehingga mereka sebagai penerus bagsa tahu betul bagaimana caranya
bertidak sesuai dengan norma dan moral yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam hal penyebab dari terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau penyimpangan
yang terjadi pada nilai dan norma ini dapat dikatakan karena beberapa faktor, yakni kondisi
lingkungan, pergaulan, psikologis serta emosional yang aterjadi pada seorang anak lah yang
menjadikan penyimpangan ini banyak terjadi dalam usia anak sekolah terutama pada usia
remaja, dimana remaja memiliki emosi serta psikologis yang cendrung kurang stabil, hal ini
dikarenakan dalam usia remaja mereka masih dalam tahap pencarian jati diri dan belum
menemukan siapa dan akan menjadi apa mereka. Sehingga kebanyakan anak pada usia
sekolah lebih rantan terbawa akan emosi, tidak berfikir dulu debelum bertindak atau bersikap
nekat, suka mencoba hal-hal baru dan kurang bisa memfilter apa yang baik dan yang buruk
bagi diriya.
Selain beberapa faktor tersebut, faktor pembawaan karakter dan pisikologis yang
didapat dari didikan orang tua di dalam rumah yang menjadi tempat dimana ia menghabiskan
banyak wakju juga memiliki ambil besar dalam pembangunan serta penanaman nilai
karrakter dari seorang anak. Dimana pendidikan karakter itu pertamakali didapatkan dari
orang tuanya sampai ia menginjak usia sekolah pun orang tua tetap menjadi pendamping
utama dalam penanaman nilai-nilai karakter serta moral pada anak.
Dengan melihat betapa pentingnya pendidikan karakter inilah yang kemudian
mendorong pemerintah untuk menjadikan pembentukan katakter menjadi salah satu tujuan di
dalam pendidikan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2003 mengenai
Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3, yang mana hal ini kemudian dapat dilihatdalam
pelaksanaan pembentukan karakter di sekolah dilakukan penanaman nilai-nilai budi pekerti
dan moral melalaui beberapa sisipan dari aktivitas pembelajaran-pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, E. W. (2013). Ersis Warmansyah Abbas. PENDIDIKAN KARAKTER,


19.
Ahmadi, Abu, dan Priyono, Psikologi Belajar Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Dwiningrum, S. I. A., & Purbani, W. (2012). Manusia berkarakter dalam
perspektif guru dan siswa. Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi
Pembelajaran, 42(1).
https://lldikti6.kemdikbud.go.id/sertifikasi-dosen/
https://gurubinar.id/blog/informasi-lengkap-mengenai-sertifikasi-guru-yang-
perlu-anda-tahu?blog_id=66

Anda mungkin juga menyukai