Anda di halaman 1dari 11

Bab 1

PENDAHULUAN

A.latar belakang
Buku yang di laporkan adalah buku yang berjudul, pendidikan karakter.Buku ini di
terbitkan pada Juli 12 dan di cetak oleh penerbit erlanggan dengan tebal 234 halaman
Buku ini menjelaskan tentang pendidikan karakter bahwa pendidikan karakter adalah
suatu prose untuk mengubah jati diri seseorang itu untuk lebih baik,maju dan berkarakter
sopan, baik,peduli,dan mempunyai intelektual yang sempurna baik itu dalam lingkungan
sekolah dan dimana pun kita berada.
Pendidikan moral(moral education) dalam keseharian sering di pakai untuk menjelaskan
aspek-aspek yang berkaitan dengan etika.Dalam implementasinya, pendidikan akhlak,masih
sama halnya dengan pendidikan moral,walaupun beberapa lembaga pendidikan sudah
menyatakan berbasis moral dan akhlak,tetapi masih berbanding lurus dengan naiknya angka
kriminalitas dan dekadensi moral di kalangan anak sekolah.Sedangkan pendidikan karakter
merupakan upaya pembimbingan perilaku siswa agar mengetahui mencintai dan melakukan
kebaikan.
Secara teoritis,karakter seseorang dapat di amati dari tiga aspek yaitu:

 Mengetahui kebaikan ( knowing the good )


 Mencintai kebaikan ( loving the good)
 Melakukan kebaikan ( doing the good).
Proses pendidikan dengan bahasa sederhana adalah mengubah manusia menjadi lebih baik
dalam pengetahuan,sikap,dan keterampila.Namun pada praktiknya lebih di tekankan pada
aspek prestasi akademik.sehingga mengabaikan pembentukan karakter siswa.

B.Nilai-nilai dalam pendidikan karakter Bangsa


Menurut koentjaraningrat dan Mochtar Lubis,karakter bangsa indonesia yaitu
meremehkan mutu,suka menerabas tidak percaya diri sendiri,tidak berdisplin, mengabaikan
tanggung jawab,hipokrit,lemah kreatifitas,etos kerja buruk,suka feodalisme,dan tak punya
malu.sedangkan menurut Winarno surakhamad dan Pramoedya Ananta,penindas,korupti
dan tak logis.
Karakter lemah tersebut menjadi realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia.Nilai-nilai
tersebut sudah ada sejak bangsa Indonesia masih di jajah bangsa asing Beratus ratus tahun
yang lalu.Nilai-Nilai yang terkandung dalam pendidikan berkarakter bangsa yaitu:

 Nilai Religius, merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang di anut nya,toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa
dikatakan tradisi,sistem yang mengatur tata ke imanan(kepercayaan)dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
 Jujur,merupakan perilaku didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat di percaya dalam perkataan tindakan,dan pekerjaan
 Toleransi,merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama,suku,etnis,pendapat dan sikap.
 Disiplin, merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
 Kerja keras, merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar.
 Kreatif, merupakan cara berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu hasil yang telah di miliki.
 Mandiri, merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain.
 Demokratis, merupakan cara berpikir, bertindak,yang menilai hak dan kewajiban
dirinya orang lain.
 Rasa ingin tahu, merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupa untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang di pelajari nya,dilihat dan
di dengar.
 Semangat kebangsaan, merupakan cara berpikir dan berwawasan yang
menempatkan kepetingan bangsa dan negara
 Cinta tanah air, merupakan sikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan,kepedulian,terhadap budaya,sosial dan ekonomi.
 Menghargai prestasi, merupakan tindakan mendorong dirinya untu menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat.
 Bersahabat/komunitatif, merupakan tindakan yang memperlihat kan rasa senang
bicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
 Cintai damai, merupakan sikap,perkataan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
 Gemar membaca, merupakan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca.
 Peduli lingkungan, merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya
 Peduli sosial, merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
 Tanggung jawab, merupakan sikap perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya
C.proses pendidikan karakter
Dalam kamus bahasa Indonesia, karakter di artikan sebagai sifat-sifat kejiwaan,akhlak
atau Budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat dan watak.Sedangkan
menurut Thomas lickona pendidikan karakter adalah: perihal menjadi sekolah karakter
dimana sekolah adalah tempat terbaik untuk menanamkan karakter.
Berdasarkan totalitas psikologis dan sosiokultural pendidikan karakter dapat di
kelompokkan sebagai berikut.
1. Olah hati,olah pikir,olah rasa,dan olahraga
2. Beriman dan bertahan,jujur,amanah,adil bertanggung jawab,berempati,berani
mengambil resiko pantang menyerah,berkorban,dan berjiwa patriotik
3. Ramah,saling menghargai,toleran,peduli,suka menolong ,nasionalis mengutamakan
kepetingan umum,dinamis,kerja keras dan beretos kerja.
4. Bersih dan sehat,disiplin,sportif,tangguh,andal,berdaya
tahan,bersahabat,ceria,gigih,cerdas,kritis,kreatif.inofatif,ingin tahu,berpikir terbuka.

Menurut mochatar Buchori dalam salah satu tulisannya mengungkapkan bahwa


ada yang salah dengan pendidikan watak(karakter) di indonesia.salah satu kekeliruan
terbesar adalah ketika “pendidikan watak” di formulasikan menjadi pelajaran
agama,pelajaran kewarganegaraan atau Budi pekerti, yang progaram utamanya
adalah pengenalan nilai-nilai secara kognitif(pengetahuan) semata paling dalam
hanya sampai pada penghayatan nilai secara afektif.

Langkah-langkah penerapan pendidikan karakter untuk menjadi budaya sekolah


yaitu:
 Kesepakatan mengenai karakter yang hendak di capai dan di targetkan
sekolah
 Membangun pemahaman bahwa sekolah ingin membudayakan karakter
positif untuk seluruh warga sekolah
 Menyusun rencana menyeluruh untuk pengembangan dan pembelajaran
mengenai karakter yang hendak di capai.
 Mengembangkan moto
 Melakukan evaluasi terhadap program karakter
 Memberikan apresiasif bagi warga sekolah.

D.mengapa sekolah harus melakukan pendidikan karakter


Alasan sekolah melakukan pendidikan karakter yaitu:
 Karena karakter bangsa Indonesia masih lemah
 Sejalan dengan Renstra Kemendiknas 2010-2014
 Memerlukan pemahaman tentang konsep,teori,metodologi dan aplikasi yang
relevan dengan pembentukan karakter.
Selain itu yang tidak kalah penting bahwA keberhasilan pendidikan karakter adalah ketika
moyoritas warga sekolah melakukan atau membangun karakter yang telah di sepakati
bersama,tidak sekedar ada model atau teladan,namun ada kesadaran melakukannya secara
konsisten, terus menerus sehingga membentuk budaya sekolah.
Jadi selama ini pendidikan karakter di sekolah di bebankan dan di sandarkan pada
bidang studi pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKN), Kemudian berganti nama
menjadi pendidikan kewarganegaraan,(PKN). Pendidikan Pancasila di sekolah dalam
perspektif literasi kritis memiliki sedikitnya tiga masalah mendasar yang penting untuk di
diskusikan.
Yang pertama yaitu:
a) Menyangkut masalah content curriculum pendidikan Pancasila
b) Menyangkut masalah learning methodology pendidikan Pancasila
c) Menyangkut output pendidikan Pancasila.
Pendidikan Pancasila masuk dalam kurikulum pendidikan Indonesia sejak masa orde baru
sehingga saat ini di harapkan mampu memberi kontribusi terbentuknya karakter
kebangsaan warga negara sebagai mana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional.

Ringkasan Bab 2

LANDASAN TEORI PENDIDIKAN DALAM MEMBANGUN PEMBELAJARAN


AKTIF,KREATIF,KRITIS,DAN BERKARAKTER

A.perubahan paradigman pendidikan dari pengajaran menjadi pembelajaran


Perubahan paradigman pembelajaran di Indonesia telah terjadi secara fundamental
pada saat UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional(Sisdiknas)
dilahirkan.bahwa perubahan paradigman pembelajaran merupakan tuntutan dari reformasi
pendidikan,dimana salah satunya menyebutkan bahwa reformasi penyelenggaran
pendidikan nasional berubah dari paradigman pengajaran menjadi paragdiman
pembelajaran.
Pengajaran adalah istilah yang mewakili peranan dominan guru sebagai pengajar,Guru
selama ini di pandang sebagai pihak yang mendominasi pembelajaran.Hal ini di sebabkan
karena guru menjadi“penceramah” di kelasnya sehinggan menempatkan dirinya sebagai
satu-satunya sumber belajar bagi siswanya.Guru berpikir bahwa siswa adalah tabungan
yang harus terus di isi.kondisi ini oleh Paulo freire di sebut sebagai pendidikan gaya bank,
sedangkan pembelajaran menuntut peran aktif siswa sekaligus mengoreksi peranan
dominan guru.yang artinya, telah terjadi perubahan yang sangat mendasar mengenai makna
proses belajar dalam sistem pendidikan nasional di republik ini.
perubahan paragdiman ini sejatinya harus diikuti oleh perubahan para guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.guru sejatinya bukanlah satu-satunya sumber
belajar.Guru menjadi fasilitator.Guru bukan lah pemeran utama, tapi guru harus menjadi
sutradara dan penulis skenario saja, skenario yang di maksud adalah apa yang biasa di
laksanakan guru sebagai rencana pelaksanaan pembelajaran.guru sejatinya bukan lah satu-
satunya sumber belajar Guru menjadi fasilitator sutradara, dan penulis skenario.
Perubahan paradigman pendidikan dari pengajaran menjadi pembelajaran seiring
dengan tujuan dari pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam UU Sisdiknas No.20
tahun 2003.menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensinya sendiri untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri,ke pribadian,kecerdasan,akhlak mulia serta keterampilan yang
di perlukan dirinya,masyarakat,bangsa,dan negara.pengertian tersebut mengisyaratkan
bahwa proses pembelajaran seharusnya berbasis“ student center learning”.
Tokoh pendidikan John dewey berpendapat bahwa ( orang belajar dari apa yang di
kerjakan nya) pendapat ini di perkuat oleh Paulo freire yang menyakini bahwa“
berpikir,berkata, berbuat, itu lah praktis.Proses pembelajaran adalah praksis yang unsur-
unsurnya adalah anak berpikir, anak berkata, dan anak berbuat. Praksis mengintegrasikan
ketiga unsur itu. Pendapat freire memiliki makna bahwa proses belajar harus total.Bahkan
freire lebih dalam lagi berpendapat bahwa anak baru bisa di katakan belajar jika sudah
mengintegrasikan unsur berpikir,berkata, dan berbuat.
Tokoh pendidikan lai Alex bouerne juga menentang proses pembelajaran gaya ceramah
dan dominan “ menyuapi” peserta didi. Alex berpendapat mungkin memasukkan sejuta
fakta kedalam otak tetapi tetap menjadi tidak terdidik Sama sekali” .Alex ingin mengatakan
bahwa guru merencanakan pelaksanaan proses pembelajaran yang bermakna mendidik,
guru tidak boleh dengan pola memasukkan pengetahuan atau hanya mentransfer
pengetahuan semata. Mendidik tidak hanya memberikan pengetahuan oleh Doris leasing,
pendapat Alex di pertajam dengan makna belajar yang sesungguhnya.Doris mengatakan
bahwa seseorang baru belajar jika “ Anda tiba-tiba mengerti sesuatu yang telah anda
ketahui sepanjang hidup anda, tetapi dengan pemahaman yang berbeda”.pendapat ini yang
berarti dalam proses pembelajaran ada proses menerima pengetahuan,
mengolahnya,menganalisisnya, mendiskusikannya, dan mengatakannya kembali.
Hal diatas sejalan dengan pendapat para tokoh pendidikan yang memiliki pandangan
mengenai guru yang ideal membawa perubahan.
a) Ralph Waldo Emerso mengatakan bahwa“ rahasia dalam pendidikan terletak pada
sikap guru dalam menghargai murid”.
b) WILLIAM A.Ward berpendapat bahwa, pengajar bisa memberitahu. Pengajar yang
baik menjelaskan. Namun pengajar Yang terbaik adalah memberikan inspirasi
Mendidik tidak hanya memberikan atau mentransfer pengetahuan,melainkan mencakup
proses menerima pengetahuan,mengolahnya,menganalisisnya,mendiskusikannya,dan
mengatakannya kembali.

B.konsep-konsep dasar pedagogik kritis


Pedagogik kritis adalah pendekatan pendidikan yang berusaha menolong peserta didik
untuk mempertanyakan pendidikan yang berusaha menolong peserta didik untuk
mempertanyakan dan menantang pendominasian,dan kepercayaan serta praktik-praktik
yang mendominasi mereka.
Ada beberapa praktik-praktik yang mendominasi selama ini adalah:
 Hegemoni. Kelompok yang di dominasi oleh mereka yang menerima begitu saja
tanpa perlawanan ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan yang berasal dari kelompok
dominan,yang di sampaikan melalui sekolah,buku-buku pelajaran,dan film-film.
 Dialog, adalah konsep kunci dalam pedagogis kritis(pk) Bagi Paulo freire Dialog
adalah suatu relasi horizontal yang penuh persahabatan anatara dua individu yang di
penuhi cinta,harapan,kepercayaan diri.
Konsep dialog yang di tekankan para pedagog kritis tidak lain untuk
mempertentangkan dengan konsep antidialog.hubungan antara guru dan murid
dalam pendidikan yang berisi dan sarat dengan dialog, tentu berbeda dari hubungan
anatara guru dan murid yang“antidialog”.Tetapi sayangnya model pendidikan anti
dialog mengikuti pandangan para pedagog kritis, menguasai para insan yang berasal
di sekolah.
Pendidikan dialog dicirikan oleh relasi horizontal,penuh cinta dan harapan antar
manusia yang berkomunikasi..sedangkan anti dialog bersifat di antaranya relasi
vertikal,tanpa cinta,dan hampa nalar kritis.karena anti dialog menyelimuti dunia
pendidikan dan persekolahan, mengajak para insan pendidikan untuk “melawan”
anti dialog melalui apa yang di sebut “pedagogis komunikatif” atau “pedagogis
dialogis” yaitu pedagogis yang di dasari atas konsep dialog.
 Pemerdekaan, mendidik menurut para pedagog kritis adalah menawarkan satu arah
yang merupakan bagian dari kegiatan pendidikan kepada siswa.jadi bukan arah yang
satu-satunya di paksakan guru.dan arah tersebut membentuk seseorang menjadi
aktor sosial yang berfungsi membebaskan diri dan membebaskan orang lain dari
belenggu kultur kelas dominan.Dalam konteks ini,merujuk pada freire,PK, melalui
pendidikan kemerdekaan,menekan kan pendidikan yang berpori akan pada revolusi
kultural.
 Lontar masalah, pelontar masalah mengantar siswa-siswinya menjadi pelontar
masalah juga,kelas sang pelontar masalah membawa siswa-siswinya aktif dan
berpikir kritis.
Jadi model pendidikan kritis adalah jawaban atas perubahan paradigman pendidikan
melalui logika teori kritis yang vokal terhadap realitas masyarakat,mengajak berpikir historis dan
tidak memisahkan teori dengan praktik seperti di kemukakan oleh Max Horkheimer.ilmu
pengetahuan turut memberikan perubahan berarti bagi masyarakat.proses pembelajaran,dalam
pandangan Horkheimer,bukan mengutamakan pengetahuan semata tetapi proses pembelajaran
yang sejatinya mengajarkan untuk perubahan dan di praktikkan.

Dalam mode pembelajaran dengan menggunakan perspektif teori kritis Max Horkheimer

 Kritis terhadap Realitas masyarakat


 Berpikir historis
 Tidak memisahkan teori Dengan praxis.

C.bagaimana literasi kritis dalam khazanah teoritis pendidikan di Indonesia

Ki Hajar Dewantara, pendidik, pemikir,dan pejuang Indonesia yang hidup di masa kolonial
Belanda dan masa revolusi kemerdekaan,memiliki perspektif pendidikan yang kritis bahkan
kemudian berhadapan langsung dengan kolonialisme hingga beresiko di asingkan dari negeri tercinta
iiniDari perspektif ini beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek
intelektual belaka akan menjauhkan peserta didik dari masyarakat.

Perspektif Ki Hajar tersebut juga meniscayakan relasi yang kuat antara pikiran,perasaan dan
tindakan,dengan cara Ki Hajar ini di kemudian menjadi makin berkembang karena memperkenalkan
among method.

Suatu konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara Dan upaya Revitalisasi pendidikan Pancasila yaitu :

 Olah cipta
 Olah rasa
 Olah karya dan
 Pendidikan Pancasila

Cara pandang Ki Hajar ini di kemudian menjadi makin berkembang karena beliau
memperkenalkan among method dalam pembelajarannya metode membimbing siswa untuk belajar
dan memberi ruang yang luas agar siswa menjadi pribadi berkarakter.

Pandangan Tan Malaka atas pendidikan bertujuan untuk mempertajam pikiran dan mehaluskan
perasaan.dan menurut Tan Malaka pendidikan harus di maknai sebagai proses untuk mewujudkan
peserta didik menjadi orang yang baik dan bijak.

Tan Malaka memandang bahwa pendidikan berkewajiban untuk menanamkan etos kerja dan
keterampilan-keterampilan praktis yang memunculkan kepada pribumi untuk mencintai kerja,dan
begitu juga pendidikan pun memberikan nilai tambahan.pendidikan untuk anak-anak para kuli dan
buruh di tujukan agar otak mereka lebih tajam dan berkemauan lebih kuat, di samping
menghaluskan perasaan-perasaan mereka seperti apa yang menjadi cita-cita pendidikan setiap
bangsa atau golongan di negeri mana pun.

Ringkasan Bab 3

Pendidikan karakter dalam praktis kelas yang aktif,kreatif,kritis,dan berkarakter


A.pengantar
Ada sejumlah idealisme dan pandangan yang melandasi gerak langkah dan pemikiran
saya dalam mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan dan
membebaskan.Berbagai pandangan dan idealisme tersebut memang bersifat universal dan
di yakini sebagai paradigma pendidikan pendidikan progresif .berikut ini pandangan-
pandangan tersebut sebagai berikut:
 Pandangan menurut pendidikan,
Pendidikan adalah sebuah proses sadar dan terencana untuk terus mendorong
perubahan serta pembeharuan individu dan sosial untuk mencapai mutu
kehidupan lebih baik lagi, dengan cara memaksimalkan kemerdekaan pribadi
peserta didik, serta membela kondisi kemanusiaan dalam lingkungan
sosialnya.Faktor mendasar dalam pendidikan adalah proses“mengada” si anak.dan
faktor lain di luar diri anak adalah sasaran-sasaran sosial.
 Pandangan terhadap anak sebagai warga belajar.
Perbedan-perbedaan pribadi anak lebih penting dari pada kesamaannya,potensi
perbedaannya yang menentukan proses pembelajaran dan posisi masa depannya.
 Pandangan terhadap materi kurikulum.
Kehidupan anak merupakan totalitas walau dalam dunia anak yang sempit,hal ini
menyibukkan benaknya diikat oleh fisik dan kepentingannya,yang paling menguasai
pikiran nya adalah segala pada saat itu.
 Pandangan terhadap proses belajar.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran lebih terkait langsung dengan siswa
sebagai subjek dan warga belajar.oleh karenanya perlu pengutamaan partisipasi
siswa dalam menentukan model dan proses belajar.Dalam melibatkan peserta
didik ke dalam proses pembelajaran agar mereka aktif mengembangkan potensi
dirinya.

B.hambatan sistemik Guru di Indonesia


Sepanjang era orde baru telah terjadi banyak kebijakan yang keliru,terutama dalam
bidang pendidikan,sehingga berdampak bagi kreativitas dan kekritisan di kalangan
guru.Sejak orde baru di mulai dan sampai hari ini(era Reformasi).Menurut budayakan
Sindhunata,pendidikan selama orde baru hanya lah melahirkan air mata.
Runtuhnya orde baru menggugah kembali harapan untuk menciptakan sistem
pendidikan yang membebaskan masyarakat dari ke bodohan,ke miskinan,dan
penderitaan.hal yang utama di harapkan dari reformasi politik dan ekonomi yaitu agar
tercapainya reformasi dan transformasi di bidang pendidikan.
Reformasi dan transformasi dalam dunia pendidikan merupakan suatu mutlak yang harus di
lakukan jika bangsa kita ingin maju mengejar ke tertinggalan dalam berbagai aspek
kehidupan.
Pendidikan tidak bisa serta -merta disamakan dengan‘pengajaran’ seperti halnya belajar di
samakan sembaran sekolah...

C.model-model pembelajaran dalam praktik kelas


Model:1

 Najis di sentuh koruptor


Silih berganti penguasa tak membuat kondisi berubah,bahkan korupsi makin
merajalela dan parah.para penguasa justru korupsi dengan para pengusaha untuk
memuluskan korupsinya.hampir semua lembaga pengadilan dan kejaksaan tak luput
dari penyakit korupsi.kondisi ini tertentu makin membuat rakyat kecil semakin
menderita.
Model :2

 Kisah uang kertas


Model :3
 Anti korupsi
Menurut kamus bahasa Indonesia karya purwadarminta korupsi ialah perbuatan
yang buruk seperti penggelapan uang, penerima uang sogok.
Sedangkan menurut UU: Korupsi adalah perbuatan yang di lakukan seseorang atau
kelompok untuk memperkaya diri atau korporasi sehingga mengakibatkan kerugian
pada keuangan negara.
Model :4

 Pendidikan anti korupsi


Merupakan pendidikan tentang korupsi yang bertujuan membangun dan
meningkatkan kepedulian warga negara terhadap bahaya dan akibat dari tindakan
korupsi.
Model :5

 Dalam pendidikan karakter “kerja keras,dan jujur” yang membangun karakter kerja
keras dalam berbagai mata pelajaran, seperti BK(bimbingan konseling) yang
bertujuan untuk menyemangati peserta didik agar tidak mudah putus asa dalam
mewujudkan cita-citanya mau pun menggapai mimpinya.
Model :6

 Menciptakan konflik dalam ruang kelas


Model :7

 Sebuah pengalaman mengangkat isu sensitif dalam pendidikan multikultural di kelas.


Menghargai perbedaan adalah salah satu karakter yang harus di bangun dalam
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai