PENDAHULUAN
1
teladan oleh guru dan orang tua, penciptaan suasana berkarakter di sekolah dan
keluarga, serta pembudayaan nilai-nilai karakter dalam masyarakat.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan karakter dengan keberadaban bangsa.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan karakter.
4. Untuk mengetahui bagaimana gambaran dari pendidikan karakter yang sudah
berhasil.
1.4 Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pengertian, landasan,
tujuan, dan fungsi pendidikan karakter.
2. Mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan kreatif dalam
menelaah berbagai isu dan permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan
karakter.
3. Menstimulasi minat dan motivasi untuk mengimplementasikan pendidikan
karakter di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
2
4. Menyajikan informasi yang akurat, relevan, dan terbaru tentang berbagai model,
strategi, program, dan contoh pendidikan karakter yang telah berhasil dilakukan
di dalam dan luar negeri.
5. Memberikan rekomendasi dan saran yang konstruktif untuk meningkatkan
kualitas dan efektivitas pendidikan karakter di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
a. Di sekolah, siswa belajar untuk menghormati guru, teman, dan staf sekolah. Mereka
juga belajar untuk mengikuti aturan, jadwal, dan tata tertib sekolah. Mereka juga
belajar untuk bekerja sama, berbagi, dan membantu sesama dalam kegiatan belajar
dan bermain. Mereka juga belajar untuk mengembangkan potensi diri mereka
melalui berbagai mata pelajaran, ekstrakurikuler, dan kompetisi. Mereka juga
belajar untuk menghargai prestasi diri dan orang lain, serta mengakui kesalahan dan
memperbaikinya.
b. Di rumah, anak-anak belajar untuk menghormati orang tua, saudara, dan anggota
keluarga lainnya. Mereka juga belajar untuk menjaga kebersihan, kerapihan, dan
4
kenyamanan rumah. Mereka juga belajar untuk berbakti, berterima kasih, dan
menyayangi keluarga. Mereka juga belajar untuk mandiri, bertanggung jawab, dan
berhemat dalam mengurus diri dan kebutuhan sehari-hari. Mereka juga belajar
untuk beragama, berdoa, dan menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan mereka.
c. Dimasyarakat, warga negara belajar untuk menghormati hukum, norma, dan etika
yang berlaku. Mereka juga belajar untuk toleran, damai, dan harmonis dalam
berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda agama, etnis, budaya, dan gender.
Mereka juga belajar untuk peduli, empati, dan solidaritas terhadap orang-orang
yang membutuhkan bantuan atau perlindungan. Mereka juga belajar untuk kreatif,
inovatif, dan produktif dalam menciptakan karya atau jasa yang bermanfaat bagi
masyarakat. Mereka juga belajar untuk cinta tanah air, bangga menjadi Indonesia,
dan menjaga keutuhan NKRI.
Pengertian dari landasan berpikir adalah dasar atau alasan yang mendasari suatu
pemikiran atau penalaran. Landasan berpikir dapat bersifat ilmiah atau non-ilmiah,
tergantung pada sumber, metode, dan tujuan dari pemikiran tersebut. Landasan berpikir
ilmiah adalah dasar-dasar yang harus kita ketahui mengenai cara berpikir secara
rasional, objektif, dan benar, sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan. Landasan
berpikir non-ilmiah adalah dasar-dasar yang tidak memenuhi syarat-syarat ilmiah,
seperti berdasarkan pada keyakinan, emosi, intuisi, atau tradisi.
Sumber daya manusia dibutuhkan untuk mengelola sumber daya alam supaya
menghasilkan produk yang memiliki kualitas baik. Tentunya sumber daya manusia itu
harus mempunyai kemampuan serta keterampilan yang bermutu. Oleh karena itu,
pendidikan memiliki peran yang sangat krusial sebagai upaya meningkatkan kualitas
SDM. Sehubungan dengan hal tersebut pendidikan karakter juga dapat dijadikan
sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia di Indonesia.
5
Di Indonesia, pendidikan karakter setidaknya memiliki sembilan pilar karakter dasar,
mulai dari; 1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya; 2) tanggung jawab,
disiplin, dan mandiri; 3) jujur; 4) hormat dan santun; 5) kasih sayang, peduli dan
Kerjasama; 6) percaya diri, kreatif, pantang menyerah dan kerja keras; 7) keadilan dan
kepemimpinan; 8) baik dan rendah hati; 9) toleransi, cinta damai, dan persatuan
(Mustoip, Japar & Zulela, 2018).
a. Pengintegrasian nilai dan etika pada mata pelajaran. Strategi ini dilakukan
dengan menyelipkan nilai-nilai karakter dalam materi, metode, media, dan
evaluasi pembelajaran. Contohnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia,
guru dapat mengajarkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan toleransi melalui
teks-teks sastra.
6
b. Internalisasi nilai positif yang ditumbuhkan oleh semua warga sekolah. Strategi
ini dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai karakter dalam hati dan pikiran
peserta didik melalui contoh dan teladan dari kepala sekolah, guru, dan orang
tua. Contohnya, kepala sekolah dapat menunjukkan sikap disiplin, bertanggung
jawab, dan peduli terhadap guru dan siswa.
c. Pembiasaan dan latihan. Strategi ini dilakukan dengan membentuk kebiasaan
dan keterampilan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter melalui kegiatan
sehari-hari di sekolah. Contohnya, siswa dapat belajar untuk bersih, rapi, dan
hemat melalui kegiatan membersihkan kelas, merapikan buku, dan menghemat
air.
d. Penciptaan suasana berkarakter di sekolah. Strategi ini dilakukan dengan
menciptakan iklim dan budaya sekolah yang mendukung terwujudnya
pendidikan karakter. Contohnya, sekolah dapat menyediakan fasilitas, sarana,
prasarana, dan simbol-simbol yang menggambarkan nilai-nilai karakter.
e. Pembudayaan. Strategi ini dilakukan dengan menjadikan nilai-nilai karakter
sebagai bagian dari gaya hidup peserta didik yang tidak hanya diterapkan di
sekolah, tetapi juga di rumah dan masyarakat. Contohnya, siswa dapat
melaksanakan program pengabdian masyarakat yang melibatkan partisipasi aktif
dari orang tua dan masyarakat.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA