Anda di halaman 1dari 5

TIARA NUR AZIZAH

235060159

TUGAS RESUME BUDI PEKERTI PERTEMUAN 1-6

HAKIKAT PENDIDIKAN MORAL DAN BUDI PEKERTI

Pengertian pendidikan budi pekerti menurut draft kurikulum berbasis kompetensi


(2001) dapat ditinjau secara konsepsional dan operasional. Pengertian pendidikan budi
pekerti secara konsepsional merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi
manusia seutuhnya yang berbbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan
masa yang akan datang. Sedangkan pengertian pendidikan budi pekerti secara operasional
merupakan upaya untuk membekali peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan Latihan
selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya agar memiliki
hati nurasi yang bersih, berperangai baik, serta menjaaga kesusilaan dalam melaksanakan
kewajiban terhadap Tuhan dan sesame makhluk. Pendidikan afektif merupakan pendidikan
yang mengembangkan aspek emosi atau perasaan yang terdapat dalam Pendidikan
humaniora dan seni yang dihubungkan dengan sistem nilai-nilai hidup, sikap dan keyakinan.
Pendidikan moral merupakan mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai dengan
kehendai masyarakatnya. Pendidikan karakter merupakan seseorang dapat dikatakan
berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki
masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.
Pendidikan moral di Indonesia bertujuan untuk menanamkan seperangkat nilai-nilai yang
menjadi ciri manusia. Pendidikan moral Indonesia diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Isi
pendidikan moral Pancasila pada dasarnya bersumber dan bertujuan untuk menumbuhkan
public culture, tetapi bahan tersebut tidak bisa dilepaskan dan erat hubungannya dengan
upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Pendidikan moral Indonesia diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Penambahan berbagai bahan ilmu pengetahuan dan masalah sosial hendaknya memperkaya
pendidikan moral agar terjadi pula penalaran moral (moral reasoning) dan perkembangan
moral kognitif (cognitive moral development). Pendidikan moral juga diselenggarakan dengan
mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
Hal terpenting dari keberhasilan pendidikan moral ialah peran sera masyarakat dalam
pendidikan meliputi peran serta perseorangan,kelompok, keluarga, organisasi profesi,
pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan.
PLATFORM PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

Pendidikan budi pekerti merupakan pandidikan nilai yang membutuhkan keterampilan


khusus untuk proses penanamannya. Oleh karena itu, dibutuhkan kompetensi pendidik untuk
memilih model dan metode yang tepat.
Pemilihan metode dan model yang tepat serta memerhatikan tingkat perkembangan
siswa secara menyeluruh akan mempermudah proses penanaman nilai dalam diri siswa. Di
samping itu, metode yang cocok, menarik, tidak membosankan, melibatkan seluruh siswa
akan membuat anak tidak menyadari bahwa dirinya sedang belajar untuk mencapai
kematangan pribadinya, melalui pencarian nilai-nilai bersama dengan teman-teman
sebayanya dalam tuntunan dan pendampingan guru.
Penilaian budi pekerti merupakan usaha untuk mengikuti perkembangan siswa secara
utuh dan berkesinambungan dalam menghayati budi pekerti. Seberapa jauh nilai-nilai budi
pekerti diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Aspek penilaian menyangkut perilaku yang
konkret dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain.
Sekurang-kurangnya ada 10 (sepuluh) nilai yang menjadi acuan deskripsi perilaku siswa
terhadap Tuhan, sesama, diri sendiri, dan alam. Penilaian budi pekerti dapat berupa penilaian
kualitatif atau kuantitatif. Untuk menilai budi pekerti dibutuhkan prasyarat yang tidak mudah,
yaitu menyangkut keteladanan, konsistensi, dan kondisi sekolah yang mendukung
berkembangnya perilaku siswa secara optimal.
PEMBAHASAN URGENSI PENDIDIKAN MORAL DAN BUDI PEKERTI

Pendidikan moral merupakan hal sangat pundament karenanya sangat urgen


ditanamkan pada anak. Mengembangkan nilai dan sikap anak dapat dipergunakan berbagai
metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang didasari oleh nilai-nilai
agama untuk dapat menjalani hidup sesuai dengan norma yang dianut agama dan masyarakat.
Dalam menentukan suatu pendekatan dan metode yang akan dipergunakan perlu mempunyai
alasan dan landasan yang kuat dengan faktor-faktor yang mendukung seperti karakteristik
tujuan kegiatan dan karakteristik anak.
Potensi apapun yang muncul dari anak seyogianya kita kembangkan dengan jelas dan
terprogram dengan baik. Tidak hanya perkembangan Bahasa, daya pikir, keterampilan dan
jasmani saja, namun aspek moral dan keagamaan pun seharusnya menjadi salah satu pokok
perkembangan dan pembinaan yang harus dikelola, deprogram dan diarahkan dengan
sempurna.
Dengan begitu, untuk mengembangkan nilai-nilai moral keagamaan anak diupayakan
mampu mewarnai pertumbuhan dan perkembangan diri mereka, sehingga muncul dampak
positif perkembangan fisik, akal pikiran, akhlak, perasaan kejiwaan, estetika, dan kemampuan
sosialisasinya yang diwarnai nilai-nilai keagamaan.
PASANG SURUT PENDIDIKAN MORAL DAN BUDI PEKERTI

Pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak mengingat penurunan moral yang


dialami generasi penerus bangsa ini, pendidikan karakter diharapkan bisa membangitkan
kesadaran bangsa Indonesia untuk membangun fondasi kebangsaan yang kokoh. Dalam dunia
pembelajaran untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul seiring perkembangan
zaman, UNESCO memberikan kunci berupa empat pilar belajar yaitu, belajar untuk
mengetahui learning to know.
Pedoman yang digunakan oleh pendidik dalam pendidikan budi pekerti melingkupi enam
pilar utama, yaitu: tanggung jawab, dapat dipercaya, peduli terhadap sesama, hormat, sportif,
dan menjadi warga negara yang baik. Pilar inilah yang menunjukkan bahwa pendidikan budi
pekerti berbeda dengan pendidikan biasa yang hanya mengejar nilai akademis saja.
Pendidikan budi pekerti sebagai upaya mendidik manusia seutuhnya, membuktikan
bahwa pendidikan tidak hanya mengejar intelektual semata. Namun, lebih diarahkan kepada
pembentukan moral peserta didik yang harus diperkuat.
Konsep karakter atau budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara bertujuan untuk
mendidik anak-anak agar dapat menjadi anak yang baik, terpuji, beradab, dan mencapai
kebahagiaan yang setingitinginya sesuai dengan budaya luhur bangsa.
Taman siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara didasarkan atas prinsip Ing ngarso
sung tuludho, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani. Dalam hal ini seorang guru harus
mampu menjadi teladan, mampu membangun ketika berada di tengah-tengah siswa, dan
mampu mendampingi siswanya dalam membangun potensi yang mereka miliki.
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN PPKN DI MASA KINI

Etika menggambarkan kualitas watak dan kepribadian seseorang, dalam hal ini peserta
didik, yang tercermin dalam sikap dan perilakunya, sesuai dengan nilai, norma dan nilai yang
dianut oleh dirinya dan masyarakat dalam kehidupan dan kehidupan sehari-hari.
Cakupan karakter meliputi sikap dan perilaku seseorang (siswa) dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta alam.
Pembinaan karakter disusun sebagai karya pembinaan bagi peserta didik agar tumbuh
menjadi manusia yang berkarakter dan menjadi pribadi yang menarik dan terpuji sesuai
dengan nilai, norma, moral agama dan sosial serta wawasan budaya bangsa. Cerminan watak
dan kepribadian yang menawan harapan menjadi anggota masyarakat madani yang religius,
jujur, toleran, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri dan percaya diri, sadar lingkungan,
demokratis, cerdas, kreatif dan inovatif.
Isi bahan ajar pendidikan akhlak dikembangkan sesuai model GBPP untuk
mengintegrasikan akhlak ke dalam PPK bagi guru SD/MI, SLTP/MTS dan SMU/MA/SMK dengan
mengintegrasikan nilai-nilai akhlak dalam setiap baki PPKn. dan memilih yang relevan dengan
pertumbuhan dan perkembangan karakter dan kepribadian peserta didik, mulai dari
mengemis, heteronomous, socionomic, dan autonomous, serta pra-konvensional,
konvensional, dan sepenuhnya konvensional.
Dalam proses pembelajaran perlu diupayakan untuk menciptakan kondisi yang
menantang, menyenangkan, demokratis dan menguntungkan agar nilai-nilai etika siswa
terinternalisasi dan personal ketika membahas bahan ajar IPS. Setelah siswa
mengintegrasikan semua keunggulan belajarnya (kognitif, afektif dan psikomotorik) ke dalam
unit bermakna (suspensi) yang dilaksanakan, komitmen terhadap sikap dan perilaku yang
menarik dan terpuji terwujud.
Selain contoh-contoh yang diterima oleh semua pihak, selalu diperlukan pendekatan
dan metode antara lain analisis nilai, analisis lingkungan, pembelajaran kooperatif, simulasi
untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif. , bermain peran, diskusi,
brainstorming, tanya jawab, diskusi, dialog dan studi kasus bergantian dan menyesuaikan
dengan esensi mata pelajaran dan tingkat perkembangan siswa.

Anda mungkin juga menyukai