Anda di halaman 1dari 6

PERAN GURU DALAM MORAL ANAK BANGSA

Laporan ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Pengembangan
Profesi Guru”

Dosen Pengampu :

Non Syafriafdi S.Pd., M. Pd

Disusun oleh :

Refa Mayora

2005112642

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Riau

2022/2023
Pendidikan sudah ada sepanjang peradaban manusia, dalam rangka melestarikan
hidupnya karena sesederhananya peradaban disuatu masyarakat. Di dalamnya pasti berlangsung
suatu proses pendidikan Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional) mengartikan
pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakat.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk
mempunyai kekuatan keagamaan, kendali diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa maupun negara.

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, pamong
belajar, konselor, tutor, fasilitator, instruktur dan sebutan lain yang sesuai dengan bidangnya,
serta berkontribusi dalam pendidikan.

Moral adalah istilah manusia mengatakan manusia dalam tindakan yang memiliki nilai
positif. Manusia yang tidak memiliki moral dikatakan amoral, dimana berarti dia tidak bermoral
dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral merupakan hal mutlak
yang wajib dimiliki oleh manusia.

Moral secara ekplisit meruakan hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi
individu, tanpa moral manusia tidak akan bisa melaksanakan proses sosialisasi. Moral dalam
zaman sekarang memiliki nilai implisit, karena banyak orang yang memiliki moral maupun sikap
amoral itu dari perspektif yang sempit.

Moral itu sifat pondasi atau dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dimana manusia
harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh lingkungan sekitarnya. Moral adalah nilai ke-
solidan dalam kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh. Penilaian terhadap moral dapat
diukur dari kebudayaan masyarakat dilingkungan setempat.

Moral yaitu tingkah laku atau perbuatan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia.
Jika yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat

1
setempat sehingga dapat diterima serta menyenangkan lingkungannya, maka orang itu dinilai
mempunyai moral yang bagus, begitupun sebaliknya.

Moral adalah hasil dari agama dan budaya. Setiap budaya memiliki standar moral yang
berbeda sesuai dengan sistem nilai dan norma yang telah dibangun sejak dulu.

Guru profesional mesti sadar bahwa anak-anak yang datang ke sekolah sudah
mempelajari pendidikan moral di rumah dari keluarganhya dan masyarakat stempat dilingkungan
ia tinggal. Hal ini berarti, anak-anak telah mempunyai kepercayaan, tabiat dan sikap tentang
moral yang mereka pelajari sebelum mereka ke sekolah.

Latar belakang ini menciptakan berbagai persoalan moral dari segi prinsip hidup dan
pengetahuan anak-anak. Guru juga harus sadar bahwa sekolah itu sendiri adalah sumber
pembelajaran moral secara tidak langsung. Suasana sosial disekolah dan bagaimana guru
bertingkah laku secara tidak langsung akan berpengaruh kepada moral anak-anak disekolah.

Anak-anak yang belajar disekolah tinggi dan ternama penghayatan moralnya tentu lebih
beruntung, dimana proses pemupukan nilai mudah dilakukan dibandingkan dengan sekolah
sebaliknya. Guru profesional harus bisa menerima bahwa nilai-nilai moral sudah tertanam sejak
lama dalam diri siswa. Guru harus bersedia untuk mengajar dengan mengambil pengetahuan dan
pembelajaran moral yang ada. Guru juga dikehendaki mengembangkan pengetahuan moral
murid-muridnya dan membimbing mereka semasa pengajaran dilangsungkan. Pendidikan
disekolah berguna untuk mengembangkan pengetahuan moral anak-anak ke arah yang mencapai
kesuksesan kurikulum untuk menciptakan individu yang bermoral, beretika dan berakhlak tinggi.

Kemudian, guru profesional harus bertanggung jawab juga untuk menyalurkan faktual-
faktual seiring dengan penerapan nilai-nilai murni pendidikan dikalangan peserta didiknya.
Nilai-nilai murni diterapkan bukan dalam mata pelajaran pendidikan tertentu saja, tetapi pada
semua mata pelajaran yang ada.  Berdasarkan prinsip keterpaduan inilah unsur-unsur yang
membolehkan potensi individu berkembang secara menyeluruh dan seimbang. Justru hal ini juga
untuk mencapai pendidikan yang sukses. Pelajar-pelajar sekolah akan diberi kesempatan
menghayati nilai-nilai murni seta mengamalkannya dalam kehidupan mereka sehari hari, seperti
kegiatan belajar-mengajar melalui mata pelajaran- mata pelajaran dsb.

2
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan model terstruktur dan model diluar
pengajaran. Hal ini memerlukan kerjasama yang baik antara guru sebagai tim pengajar dengan
pihak-pihak lain yang terkait. Antara moral dan etika sebenarnya tidak sama. Moral adalah hal
yang mengatakan bagaimana kita hidup. Etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi
dan daya pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi
baik. (Suseno, 2000:14-17).

Guru memiliki peranan fundamental dalam upaya peningkatan kualitas, relevansi dan
efektifnya pembelajaran. Oleh sebab itu, peningkatan profesionalisme guru adalah kebutuhan
yang tidak dapat dihindari. Hal ini mengingat banyaknya tuntutan dan harapan masyarakat
terhadap perubahan dalam sistem pembelajaran. Sejalan dengan hal itu, tuntutan  peningkatan
kemampuan guru semakin besar.

Dalam kondisi demikian, seorang guru harus mampu meningkatkan mutu serta
kemampuan untuk membina moral dan suri tauladan kepada siswanya. Masalah guru merupakan
topik yang tidak habis-habisnya menjadi buah bibir masyarakat. Bahkan, dalam forum ilmiah
pun masalah itu menjadi bahan perdebatan.

Hal ini merupakan indikasi bahwa dibenak guru ada beberapa masalah yang perlu
dipecahkan dalam menjalankan tugas sebagai pengajar. Apalagi peran guru merupakan salah satu
faktor yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam melakukan transformasi ilmu
serta internalisasi etika dan moral.

Dengan profesionalisasi guru, maka guru bukan lagi sebagai pengajar tetapi tugas guru
beralih menjadi Coach, Conselor dan Learning manager. Sebagai Coach, seorang guru harus
mampu mendorong siswanya untuk menguasai tentang konsep-konsep keilmuan, memotivasi
untuk mencapai prestasi siswa stinggi-tingginya serta membantu untuk menghargai nailai-nilai
dan konsep-konsep keilmuan.

Sebagai konselor guru berperan sebagai sahabat dan teladan dalam pribadi siswa serta
mengundang rasa hormat dan keakraban pada diri siswa. Sebagai manager, guru membimbing
siswanya untuk belajar, mengambil tindakan dan mengekspresikan ide-ide yang dimilikinya.
Dengan begitu, diharapkan siswa bisa mengembangkan kreativitas dan mendorong adanya

3
penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga siswa mampu bersaing
di dunia pendidikan.

Referensi :

(Suseno, 2000:14-17). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2000

Anda mungkin juga menyukai