Anda di halaman 1dari 14

Nama : Habib Abdulloh

Kela : 4D Non mukim prodi PAI

Lembar : UTS ETIKA KEGURUAN

Kelompok 1

Etika profesi keguruan,

Nama anggota : - habib, jazuli, hilmi

1. Apa pengertian guru?


Jawab : ecara umum dalam Bahasa Indonesia pengertian guru adalah merujuk sebagai pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
2. Apa isi undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang keguruan?
Jawab : bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
3. Apa peran guru dalam pendidikan?
Jawab :
a. Guru sebagai sumber belajar maka gurulah yang menjadi tempat peserta didik menggali atau
mengambil pelajaran. Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru
harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa dan guru perlu
melakukan pemetaan tentang materi pelajaran.
b. Guru sebagai fasilitator berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
c. Guru sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman melalui pengelolaan kelas. Sebagai pengelola
pembelajaran guru memiliki 4 fungsi umum yaitu : merencanakan tujuan belajar; mengorganisir
berbagai sumber belajar; dan memimpin dan mengawasi.
d. Guru sebagai demonstrator yaitu peran untuk mempertunjukkan kepada siswa tentang segala
sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan paham terhadap pesan/informasi belajar
yang disampaikan. Guru juga berperan sebagai model atau teladan bagi siswa.
e. Guru sebagai pembimbing yaitu membimbing siswa agar dapat menentukan berbagai potensi
yang dimilikinya sebagai bekal mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan
melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian tersebut ia
dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua
dan masyarakat. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa
tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya.
f. Guru sebagai motivator, proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi
dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan potensi belajar siswa. Untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar
siswa.
g. Guru sebagai penilai berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan melakukan penilaian maka guru akan mengetahui
atau menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dan juga guru
dapat menentukan keberhasilan setiap program-program yang telah direncanakan oleh guru itu
sendiri.
4. Apa saja kriteria sebagai guru?
Jawab :
 Harus mendapat pengakuan dari pemerintah dan masyarakat
 Adanya kode etik
 Mempunyai organisasi profesi yang menaungi
 Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup.
5. Apa saja kode etik sebagai seorang guru?
Jawab :
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan bertanggung jawab bersama terhadap pendidikan
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dam
martabat profesinya
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian

Kelompok 2

Anggota : elok, Firda

A. Jelaskan apa saja perilaku etika profesi keguruan?

Jawaban : Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik
sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola pola
hubungan antar manusia yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling menghargai,
tolong menolong, dan sebagainya.

Sebagai acuan pilihan perilaku, etika bersumber pada norma-norma moral yang berlaku. Sumber yang
paling mendasar adalah agama sebagai sumber keyakinan yang paling asasi, filsafat hidup (di negara kita
adalah Pancasila), budaya masyarakat, disiplin keilmuan dan profesi. Dalam dunia pekerjaan, etika
sangat diperlukan sebagai landasan perilaku kerja para guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dengan
etika kerja itu, maka suasana dan kualitas kerja dapat diwujudkan sehingga menghasilkan kualitas
pribadi dan kinerja yang efektif, efisien, dan produktif.

Etika kerja lazimnya dirumuskan atas kesepakatan para pendukung pekerjaan itu dengan mengacu pada
sumber-sumber dasar nilai dan moral tersebut di atas. Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu
disebut kode etik. Kode etik akan menjadi rujukan untuk mewujudkan perilaku etika dalam melakukan
tugas-tugas pekerjaan. Dengan kode etik itu pula perilaku etika para pekerja akan dikontrol., dinilai,
diperbaiki, dan dikembangkan. Semua anggota harus menghormati, menghayati, dan mengamalkan isi
dari semua kode etik yang telah disepakati

bersama. Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan
merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas-tugasnya. Secara umum, kode
etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:

 Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuandan kebijakan yang telah ditetapkan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

 Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan danpersengketaan dari para pelaksana, sehingga


dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.

 Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus penyimpangan
tindakan.

 Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku.

Karena kode etik itu merupakan suatu kesepakatan bersama dari para anggota suatu profesi, maka kode
etik ini ditetapkan oleh organisasi yang mendapat persetujuan dan kesepakatan dari para anggotanya.
Khusus mengenai kode etik guru. di Indonesia, PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) telah
menetapkan kode etik guru sebagai salah satu kelengkapan organisasi sebagaimana tertuang dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PGRI.

B. jelaskan tentang moral yang berlaku di profesi keguruan?

Jawaban: Guru merupakan profesi yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat bukan hanya
bagi para peserta didik. Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan memberi teladan bahakan
arahan kepada orang lain. Guru bukanlah sebuah profesi yang hanya menuntut kompetensi tapi juga
menuntut perilaku yang baik. Oleh karena itu, setiap aktivitas dan sikap yang ditunjukan seorang guru
menunjukan kepribadian dan kompetensinya serta menunjukan hasil yang dicapainya terutama dalam
mendidik siswanya dan memberi teladan juga kepada masyarakat. Dan untuk mencapai semuanya itu
dibutuhkan guru yang bermoral.

Menjadi guru moral memang bukan perkara mudah. Moralitas selalu meminta untuk setiap orang
konsisten. Konsistensi yang dimaksud adalah konsistensi antara apa yang diucapkan dengan sikap yang
dilakukan.
Ada garis lurus searah antara sikap dan ucapan. Morality (from the latin, moralitas "manner, character,
proper behavior") is the differentiation of intentions, decisions, and actions between those that are
good (or right) and those that are bad (or wrong). Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku,
tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman,tafsiran,suara hati,serta nasihat, dan lain-lain.

Menjadi Guru dari sebuah obyek bernama moral tentunya sekali lagi bukan perkara mudah. Kadang ada
begitu banyak kelemahan yang tersembunyi dari dalam diri yang selalu tampak. Indonesia adalah
sebuah negara dengan nilai-nilai ke-indonesiaan yang begitu baik dimata dunia. Pancasila telah menjadi
landasan moral bagi 250 juta pengikutnya. Kalaupun ada yang beringas, kekerasan dimana-mana,
korupsi merajalela, integritas bangsa mulai goyah-mungkin ini adalah gejala 'keletihan' dari segenap
bangsa Indonesia. Mungkin saja para guru moralnya perlu refreshing. perlu kembali menengadah
kepada Pancasila dan nilai-nilai moral yang dianjurkannya.

Jadi, seorang guru yang bermoral adalah pendidik yang mempu menjaga ucapan dan tindakan agar tidak
menimbukkan sesuatu yang merugikan dirinya dan peserta didik yang dididikya. Pendidik yang bermoral
adalah mereka yang senantiasa tetap konsisten menjaga martabat baik profesinya serta mampu
menunjukan prilaku, tindakan, dan apa yang keluar dari mulutnyv adapatv menimbulkan kebaikan bagi
orang banyak.

Cara-cara yang mungkin dapat kita lakukan dalam mewujudkan semuanya itu terutama dalam
mengembangkan keprofesionalan seorang pendidik antara lain.

1) Merefleksikan diri sebelum dan sesudah megajar. Dengan begitu kita dapat mengetahui apakah
yang kita lakukan terutama dalam kelas tidak menimbulkan sesuatu yang buruk.

2) Secara konsisten dan penuh tanggung jawab mengamalkan kode etik profesi keguruan. Karena di
sana telah dijelaskan bagiman kita seharunya bertindak dan berlaku, memperlakukan siswa kita, serta
bagaimana kit abertidak di masyarakat.

3) Senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritik yang membangun yang dilontarkan oleh
masyuarakat ataupun teman prodesi kita, terutama sebisa mungkin meminta kritik dari para siswa
tentang cara berprilaku kita di dalam kelas.

4) Senantiasa mengawali setiap tugas dan kerja kita dengan meminta pertolongan Roh Kudus agar
kiuta diberi kemampuan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab kita.

Dengan, begitu kita mungkin akat tetap di panfang sebagai guru yang berkompeten dan pantas untu
dijadikan teladan.

Moral dalam Pengembangan Profesi Pendidik


Seorang pendidik dikaatan berkualita, berkompetan, bahakan professional jika setiap apa yang
dilakukannya, baik sikap, prilaku, tindakan, cara mendidik dan cara menempatkan posisinya dapat
menunjukan atau mencerminkan sesuatu yang baik, berahklak, bahkan bermoral.

Seorang guru harus dapat menempatkan dirinya dimana saja dengan baik dengan menunjukan sikap
ataupun prilaku yang bermoral. Pola tingkah laku guru tersebut dapat dilihat dari segi sasaran sikap
profesi guru, yaitu:

1) Sikap terhadap pertaturan perundang-undangan

Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru mutlak perlu mengetahui
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan ialah segala peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional, di pusat maupun di Daerah, maupun departemen lain dalam rangka pembinaan
pendidikan di negara kita.

Setiap guru Indonesi awajib tunduk dan taat kepada ketentuan-ketentuan pemerintah. Dalam bidang
pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan dan peraturan, baik yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional maupun Departemen yang berwenang mengatur pendidikan, di pusat maupun di
daerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanan-kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.

Bagaiamana guru bersikap terhadap peraturan yang berlaku menunjukan juga, aoakah ia bermoral atau
tidak. Karena peraturan tersebut memberikan arahkan kepada seorang guru agar dapat berlaku baik.

2) Sikap terhadap Organisasi Profesi

Guru secara bersama-sama memelihara dan meningktkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya peranan organisasi
profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan,
agar lebih berdaya guna dan berhasil guna sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan
memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat tergantung kepada kesadaran para
anggotanya, rasa tanggung jawab, dan kewajiban para anggotanya Organisasi PGRI merupakan suatu
sistem, di mana unsur pembentukannya adalah guru-guru. Oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai
dengan tujuan sistem. Ada hubungan timbal balik antara naggota profesi dengan organisasi, baik dalam
melaksanakan kewajiban maupun dalam mendapatkan hak.

3) Sikap terhadap Teman Sejawat


Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahawa “Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.” Ini berarti bahwa: (1) Guru hendaknya menciptakan dan
memlihara hubngan sesama guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2) Guru hendaknya menciptakan dan
memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan
kerjanya.

Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan dalam rangka melakukan tugas kedinasan.
Sedangkan hubungan keleuargaan ialah hubungan persaudaraan yang perlu dilakukan, baik dalam
lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang tercapainya
keberhasilan anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.

Sikap profesional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap ingin bekerja sama, saling harga
menghargai, saling pengertian, dan tanggung jawab. Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa
senasib sepenanggungan seta menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan
diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain

4) Sikap terhadap Anak Didik

Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa: Guru berbakti membimbing peserta
didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Dasar ini mengandung
beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang ufur dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni:
tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan manusi Indonesia
seutuhnya.

Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara
guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti
membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan
ke arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte
peserta didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik.

Seorang guru yang bermoral adalah guru yang menempatkan peserta didik sebagai subjek didik bukan
menempatkan murid sebagai objek apalagi objek penganiayaan.

5) Sikap terhadap Tempat Kerja


Sikap in berkaitan dengan bagaimana guru bersikap bagi dirinya dan bagi orang tua murid dan
masyarakat sekelilingnya. Guru bersikap bagi dirjya berarti bahwa gur harus membangun sikap yang baik
dari dirinya sendiri sebelum ia bersikap kepada orang lain, terutama ia harus dapat mengintrospeksi dir
bahaiaman prilakunya saat di dalam kelas.

Sikap terhadap orang tua murid terutama masyarakat adalah bagaiamana guru menunjukan sikap yang
hangt kepad aorang tua murid agar membatu kita dalam mendidik perserta didik serta bagaiman kit
abersikap kepada masyarakat. Sikap kit atersebut dapat dilihat dari cara berpakaian kita, tutur kata kita,
bahkan dari apa yang kita gunakan. Untuk itulah, penting bagi seorang guru untuk mampu
memposisikan dirnya dengan bai di masyarakat.

6) Sikap terhadap Pemimpin

Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang lebih besar, guru
akan berada dala bimbingan dan pengawasan pihak atasan.
Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan mempunyai kebijaksanaan dan arahan
dalam memimpin organisasinya, di mana tiap anggota organisasi itu dituntut berusaha untuk bekerja
sama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut.

Oleh sebab itu, dapat kita simpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam
pengertian harus bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.

7) Sikap terhadap Pekerjaan

Profesi keguruan berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan dan
perbedaan. Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik, bila dia mencitai
dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apa pun agar kariernya berhasil baik, ia committed
dengan pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu melaksanakan tugsnya serta mampu melayani dengan
baik pemakai jasa yang membutuhkannya.

Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikan
kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta
didik dan para orang tuannya. Bukan hanya itu, guru juga harus mempunyai tanggung jawab dan sikap
pengabdian penuh dalam mendidik.
Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru, baik secara pribadi maupun secara kelompok, untuk selalu
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-
sendiri,guru dapat melakukannya secara formal maupun informal. Secaar formal, artinya guru mengikuti
berbagai pendidikan lanjutan atua kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan
kemampuannya.

Secara informal guru dapat meningkat pengetahuan dan keterampilannya melalui mass media seperti
televis, radio, majalah ilmiah, koran, dan sebagainya, ataupun membaca buku teks dan pengetahuan
lainnya yang cocok dengan bidangnya.

2. A. apa saja kesalahan yang terjadi pada seorang guru?

Jawaban : Dalam praktik pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang melakukan kesalahan–
kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan tersebut sering kali tidak disadari oleh
para guru, bahkan masih banyak di antaranya kesalahan yang dilakukan guru, bahkan masih banyak
yang menganggap hal ini biasa dan wajar. Padahal, sekecil apapun kesalahan yang dilakukan oleh guru,
khusunya dalam pembelajaran, akan berdampak negative terhadap perkembangan peserta didik.

Seorang guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah, dan
yang paling penting adalah mengendalikan dirinya serta menghindari dari kesalahan-kesalahan yang
mungkin akan dilakukanya.

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas guru, antara lain melalui pelatihan,
seminar, dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan formal dengan menyekolahkan guru ketingkat yang
lebih tinggi. Kendati pun dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan,
namun upaya tersebut paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang menunjukkan sebagian besar
guru memiliki ijazah perguruan tinggi. Latar belakang pendidikan guru ini hendaknya berkolerasi positif
dengan kualitas pendidikan, bersama dengan faktor lain yang mempengaruhinya.

Dalam praktek pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam
menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak sadari oleh para guru,
bahkan masih banyak diantaraya yang menganggap hal biasa. Padahal sekecil apapun kesalahan yang
dilakukan guru, khususnya dalam pembelajaran akan berdampak negative terhadap perkembangan
peserta didik. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik dalam
melaksanakan tugas pokok mengajar. Namun bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak
diacarikan cara pemecahannya.

Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah, dan
yang paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan. Menurut E.
Mulyasa (2011:19) dari berbagai hasil kajian menunjukan bahwa sedikitnya terdapat tujuh kesalahan
yang sering dilakukan guru dalam permbelajaran, yaitu ;

1. Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran

Tugas guru paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan
belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukan bahwa diatara para guru banyak yang merasa
dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukan alas an yang mendasari
asumsi itu.

Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehinga banyak guru
yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
evaluasi.

Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya
memandang pembelajaran sebagai suatu system, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka
akan menggangu seluruh system tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat
persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran., serta merevisi sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, dan perkembangan zamannya.

Harus selalu diingat mengajar tampa persiapan merupakan jalan pintas, dan tindakan yang berbahaya,
yang dapat merugikan perkembangan peserta didik, dan mengancam kenyamanan guru.

2. Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negative

Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang semuanya ingin
diperhatikan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif ,
sebaliknya perhatian yang negative akan menghambat perkembangan peserta didik. Mereka senang jika
m;endapat pujian dari guru dan merasa kecewa jika kurang diperhatikan .

Namun sayang kebanyakan guru terperangkap dengan pemahaman yang keliru tentang mengajar,
mereka menganggap mengajar adalah menyampaikan maateri kepada peserta didik, mereka juga
menganggap mengajar adalah memberika pengetahuan kepada peserta didik. Tidak sedikit guru yang
sering mengabaikan perkembangan kepribadian peserta didik, serta lupa memberikan pujian kepada
mereka yang berbuat baik, dan tidak membuat masalah.
Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada peserta didik ketika rebut, tidur dikelas, tidak
memperhatikan pelajaran, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk. Kondisi tersebut sering
kali mendapatkan tanggapan yang salah dari peserta didik, mereka beranggapan bahwa untuk
mendapatkan perhatian dari guru harus berbuat salah, burbuat gaduh, menganggu atau melakukan
tindakan tidak disiplin lainnya. Seringkali terjadi perkelahian pelajar hanya karena mereka tidak
mendapatkan perhatian, dan meluapkannya melalui perkelahian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kebanyakan peserta didik tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk mendapatkan perhatian dari
guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya, tetapi mereka tahu cara menggangu teman, membuat
keributan, serta perkelahian, dan ini kemudian yang mereka gunakan untuk mendapatkan perhatian.

Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku positif yang ditunjukan oleh para peserta didik, lalu segera
memberi hadiah atas prilaku tersebut dengan pujian dan perhatian. Kedengarannya hal ini sederhana.
tetapi memerlukan upaya sungguh-sungguh untuk tetap mencari dan member hadiah atas perilaku-
perilaku positif peserta didik, baik secara kelompok maupun individual.

Menghargai perilaku peserta didik yang postif sungguh memmberikan hasil nyata. Sangat efektif jika
pujian guru langsung diarahkan kepada perilaku khusus dari pada hanya diekspresikan dengan
pernyataan positif yang sifatnya sangat umum. Sangat efektif guru berkata “termakasih kalian telah
mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh” daripada “kalian sangat baik hari ini”

Disisi lain, guru harus memperhatikan perilaku-perilaku peserta didik yang negatf, dan mengeliminasi
perilaku-perilaku tersebut agar tidak terulang kembali. Guru bisa mencontohkan berbagai perilaku
peserta negatif , misalnya melalui ceritera dan ilustrasi, dan memberikan pujian kepada mereka karena
tidak melakukan perilaku negative tersebut. Sekali lagi “Jangan menunggu peserta didik berperilaku
negative”.

3. Menggunakan Destructive Disclipline

Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para peserta didik, bahkan melampaui batas
kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hokum, melanggar tata tertib, melanggar norma
agama, criminal, dan telah membawa akibat yang sangat merugikan masyarakat. Demikian halnya
dengan pembelajaran, guru akan mengahadapi situasi-situasi yang menuntut guru harus melakukan
tindakan disiplin.

Seperti alat pendidikan lain, jika guru tidak memiliki rencana tindakan yang benar, maka dapat
melakukan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru memberikan hukuman kepada peserta didik
tanpa melihat latar belakang kesalahan yang diperbuat, tidak jarang guru memberikan hukuman diluar
batas kewajaran pendidikan, dan banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tidak
sesuai dengan jenis kesalahan.
Dalam pada itu seringkali guru memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik diluar kelas
(PR), namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan peserta didik dan mengembalikannya dengan
berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik. Yang sering dialami peserta didik
adalah guru sering memberikan tugas , tetapi tidak pernah memberi umpan balik terhadap tugas-tugas
yang dikerjakan. Tindakan tersebut merupakan upaya pembelajaran dan penegakan disiplin yang
destruktrif, yang sangat merugikan perkembangan peserta didik.

Bahkan tidak jarang tindakan destructive disclipline yang dilakukan oleh guru menimbulkan
kesalahan yang sangat fatal yang tidak hanya mengancam perkembangan peserta didik, tetapi juga
mengancam keselamatan guru. Di Jawa Timur pernah ada kasus seorang peserta didik mau membunuh
gurunya dengan seutas tali raffia, hanya gara-gara gurunya memberikan coretan-coretan merah pada
hasil ulangannya.

Kesalahan-kesalaha seperti yang diuraikan diatas dapat mengakibatkan penegakan disiplin menjadi
kurang efektif, dan merusak kepribadian dan harga diri peserta didik. Agar guru tidak melakukan
kesalahan-kesalahan dalam menegakkan disiplin ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

· Disiplinkan peserta didik ketika anda dalam keadaan tenang

· Gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran

· Hindari menghina dan mengejek peserta didik

· Pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat

· Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.

4. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik

Kesalahan berikutnya yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah mengabaikan perbedaan
individu peserta didik. Kita semua mengetahui setiap peserta didik memiliki perbedaan yang sangat
mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik memiliki emosi yang sangat
bervariasi, dan sering memperlihatkan sejumlah perilaku yang tampak aneh. Pada umumnya perilaku-
perilaku tersebut cukup normal dan dapat ditangani dengan menciptakan pembelajaran yang kondusif.
Akan tetapi karena guru disekolah dihadapkan pada sejumlah peserta didik, guru seringkali sulit untuk
membedakan mana perilaku yang wajar atu normal dan mana perilaku yang indisiplin dan perlu
penanganan khusus.

Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan
perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang social ekonomi, dan lingkungan,
membuat peserta didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas, intlegensi, dan kompetensinya. Guru
seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik, dan menetapkan karakteristik
umum yang menjadi cirri kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik umumlah
seharusnya guru memulai pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga harus memahami ciri-ciri peserta didik
yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan kembali.
Sehubungan dengan uraian diatas, aspek-aspek peserta didik yang peru dipahami guru antara lain:
kemampuan, potensi, minat, kebiasaan, hobi, sikap, kepribadian, hasil belajar, ctatan kesehatan, latar
belakang sekolah dan kegiatannya disekolah. Informasi tersebut dapat dieroleh dan dipelajari dari
laporan atau catatan sekolah, informasi dai peserta didik lain (teman dekat), observasi langsung dalam
situasi kelas, dan dalam berbagai kegiatan lain di luar kelas, serta informasi dari peserta didik itu sendiri
melalui wawancara, percakapan dan autobiografi.

5. Merasa Paling Pandai

Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling pandai dikelas.
Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik disekolahnya relative
lebih muda dari gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh disbanding
dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu di isi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat
menyesatkan , karena dalam kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat belajar melalui internet dan
berbagai media massa, yang mungkin guru belum menikmatinya.

Hal ini terjadi terutama di kota-kota besar, ketika peserta didik datang dari keluarga kaya yang
dirumahnya memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, serta berlangganan Koran dan majalah yang
mungkin lebih dari satu edisi, sedangkan guru belum memilikinya. Denan demikian peserta didik yang
belajar mungkin saja lebih pandai daripada guru. Jika ini terjadi maka guru harus demokratis untuk
bersedia belajar kembali, bahkan belajar dari peserta didik sekalipun, atau saling membelajarkan. Dalam
hal ini guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa menyesuaikan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi dimasyarakat. Jika tidak, maka akan
ketinggalan kereta, bahkan disebut guru ortodok.

6. Diskriminatif

Pembelajaran ynag baik dan efektif adalah yang mampu memberi kemudahan belajar secara adil dan
merata (tidak diskriminatif), sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Keadilan dalam pembelajaran meupakan kewajiban guru dan hak peserta didik untuk memperolehnya.
Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangna peserta didik, dan ini
merupakan kesalahan guru yang sering dilakukan , terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan
upayakan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha yang dilakukannya
selama proses pembelajaran.

Oleh karena itu, dalam memeberikan penilaian harus dilakukan secara adil, dan benar-benar merupakan
cermin dari perilaku peserta didik. Namun demikian tidak sedikit guru yang menyalahgunakan penilaian,
misalnya sebagai ajang untuk balas dendam, atau ajang untuk menyalurkan kasih saying diluar tanggung
jawabnya sebagai seorang guru.

Lagu berikut ini mencerminkan guru yang menyalahgunakan penilaian, lagu ini popular pada tahun
1970-an terutama di kalangan siswa perempuan. Berikut syair lagunya:
Ketika aku masih sekolah

Ku punya guru sangatlah muda

Orangnya baik padaku

Apa sebabnya aku tak tahu

Kawan-kawanku tahu semua

Aku bukanlah anak yang pandai

Tapi mereka heran padaku

Nilai raportku baik selalu

Akhirnya kawan-kawanku tahu

Pak guru itu cinta padaku

Jika dimati dengan teliti, syair-syair lagu tersebut menunjukkan ketidakadilan guru dalam
memberikan penilaian, betapa seorang guru telah menyalahgunakan penilaian, hanya karena perasaan
“C.I.N.T.A nya kepada peserta didik tertentu. Hal ini dari dulu sampai sekarang masih sering dilakukan
oleh guru terutama guru muda.

Sebagai seorang guru, tentu saja harus mampu menghidarkan hal-hal yang dapat merugikan
perkembanan peserta didik. Tidak ada yang melarang seorang guru “mencintai” peserta didiknya, tetapi
bagaimana menempatkan cintanya secara proporsional, dan jangan mencampuradukkan antara urusan
pribadi dengan urusan professional. Usaha yang dapat dilakukan untuk menghindarinya adalah dengan
cara menyimpan “perasaan” sampai peserta didik yang dicintai menyelesaikan program pendidikannya,
tentu saja harus ikhlas dan jangan takut diambil orang.

7. Memaksa hak peserta didik

Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai akubat dari
kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan tambahan, itu
sudah menjadi haknya, tetapi tindakkan memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk membeli
buku tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi
kalau memaksa kasihan bagi orangtua yang tidak mampu.
Kondisi semacam ini sering kali membuat prustasi peserta didik, bahkan di Garut pernah pernah ada
peserta didik bunuh diri hanya karena dipaksa untuk membeli alat pelajaran tertentu oleh gurunya. .
Kerna peserta didik tersebut tidak memiliki uang atau tidak mampu dia nekat bunuh diri. Ini contoh
akibat fatal dari guru yang suka berbisnis disekolah dengan memaksa peserta didiknya untuk membeli.
Hindarilah, ingat sebagai guru akan diminta pertanggungjawaban di akhirat. Di dunia gaji tidak seberapa,
jangan kotori keuntungan akhirat dengan menodai profesi. Niatkan menjadi guru sebagai ibadah.
Jadikan pekerjaan guru sebagai ladang amal yang akan dipanen hasilnya kelak diakhirat. Percayalah, dan
tanyakan pada hati nurani. Jangan mengambil keuntungan sesaat, tetapi menyesatkan. Sadarlah wahai
guru, agar namamu selalu sejuk dalam sanubariku. Demikianlah penjelasan E. Mulyasa mengenai 7
Kesalahan Yang Sering Dilakukan Guru Dalam Pembelajaran.

Sedangkan menurut Dr. Wina Sanjaya ( 2005 : 70 ) menyebutkan ada 4 kekeliruan dalam proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru yaitu :

1. Ketika mengajar, guru tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang diajarkannya sudah
dipahami oleh siswa atau belum.

2. Dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak berpikir kepada siswa. Komunikasi
bisa terjadi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa menguasai materi
pelajaran lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan berpikir.

3. Guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa siswa tidak mau mendengarkan penjelasannya.

4. Guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran
dibandingkan dengan siswa. Siswa dianggap sebagai " tong kosong " yang harus diisi dengan sesuatu
yang dianggapnya sangat penting.

Anda mungkin juga menyukai