Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Etika Profesi dan Kode Etik

Dosen Pengampu :

Jenni Veronica Br. Ginting M, SI

Kelompok 9 :

Sarah Azizah Hutasuhut (20030003)

Dhea Ananda Ardila (21030008)

Tiara Sari ( 21030033)

PRODI D3 AKUNTANSI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS INDONESIA

2022
Kata pengantar
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul “Etika Prefesi Dan Kode Etik” dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kelompok dari Ibu Jenni Veronica
Br. Ginting M, Si. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca tentang etika profesi dan kode etik.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Jenni Veronica M,Si selaku
dosen mata kuliah etika dan komunikasi bisnis. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ke tidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Tandem hilir, 05 oktober 2022

Penulis
I. ETIKA PROFESI ( GURU )

A. Pengertian Etika Profesi Keguruan

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan


manusia, pendidikan sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan
guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya tujuannya yaitu :

Untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan


Untuk pengendalian diri
Kepribadian
Kecerdasan
Akhlak mulia
Keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara.

Etika profesi keguruan masuk dalam kategori etika social dalam lingkup etika profesi.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etika profesi keguruan maka terlebih dahulu kita
harus tahu apa itu etika, profesi, dan guru.

Jadi Etika itu adalah suatu ilmu yang mempelajari perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia yang dapat diterima oleh akal sehat. Sebagai ilmu etika itu mencari kebenaran
mengenai perbuatan manusia. Sebagai filsafat etika itu mencari keterangan secara radiks
mengenai kebaikan perbuatan manusia. Kemudian sebagai ilmu dan filsafat, etika menghendaki
ukuran yang umum untuk semua perbuatan manisia. Tujuannya adalah mencari ukuran tersebut
dan bagaimana manusia seharusnya berbuat.

Sementara itu Profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan berjenjeng karir yang
membutuhkan pendidikan dan keterampilan dalam melakukannya.Sedangkan yang dimaksud
dengan Guru adalah orang dewasa yang bekerja sebagai pendidik dan pengajar professional
bagi peserta didik di sekolah agar peserta didik dapat menjaadi sosok yang berkarakter, berilmu
pengetahuan, serta terampil mengaplikasikan ilmu pengetahuannya.

B. Tujuan dan Fungsi Mempelajari Etika Profesi Keguruan

1. Untuk memantapkan niat mahasiswa dalam menekuni bidang profesi keguruan.

Diakui maupun tidak, tidak semua mahasiswa yang belajar memiliki niat ataupun cita-cita
untuk menjadi guru. Sudah barang tentu hal itu mempengaruhi niatnya untuk berprofesi sebagai
guru. Berbagai hal yang dikaji dalam mata kuliah etika profesi keguruan dapat dijadikan sebagai
pertimbangan bagi mereka untuk memantapkan niat dalam menekuni bidang profesi keguruan.
2. Untuk menumbuhkan jiwa keguruan pada mahasiswa sebagai calon guru.

Jika anda adalah seorang mahasiswa calon guru, coba amati apakah perilaku anda sudah
mencerminkan sebagi seorang guru ? Jika memang belum, dengan mempelajari mata kuliah
etika profesi keguruan ini maka anda akan mengetahui seperti apakah perilaku yang harus
ditampilkan oleh calon guru. Harapannya pengetahuan tersebut kemudian dapat diaplikasikan
oleh anda sehingga tumbuhlah jiwa keguruan pada diri anda sebagai calon guru.

3. Untuk memberikan deskripsi tentang harapan dan tantangan ketika berprofesi

Profesi guru yang disiplin oleh mahasiswa pada dasarnya memiliki berbagai harapan dan
tantngan. Berbagai harapan dan tantangan tersebut dapat diketahui oleh mahasiswa sebagai
calon guru ketika mengkaji mata kuliah etika profesi keguruan. Pengetahuan tentang harapan
dan tantangan tersebut dapat dijadikan sebagai modal bagi mereka untuk memposisikan dirinya
sebagai apa kelak ketika menjadi guru.

4. Untuk menanamkan nilai-nilai etika profesi keguruan kepada mahasiswa sebagai calon
guru.

Perilaku positif yang ditampilkan oleh guru merupakan perwujudan dari nilai-nilai tersebut
dapat diketahui oleh dosen maupun mahasiswa ketika mengkaji mata kuliah etika profesi
keguruan. Tugas dosen adalah menanamkan nilai-nilai etika profesi keguruan itu kepada
mahasiswa sebagai calon guru.

Perilaku positif yang ditampilkan oleh guru merupakan perwujudan dari nilai-nilai tersebut
dapat diketahui oleh dosen maupun mahasiswa ketika mengkaji mata kuliah etika profesi
keguruan. Tugas dosen adalah menanamkan nilai-nilai etika profesi keguruan itu kepada
mahasiswa sebagai calon guru.

Meskipun demikian, bukan berarti etika profesi keguruan tidak dipelajari oleh guru. Guru
harus tetap mempelajarinya dengan tujuan agar kemampuannya dalam menjalin relasi dengan
dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan masyarakat untuk
kepentingan pendidikan semakin baik.Mudahnya etika profesi keguruan tetap dipelajari oleh
guru dengan dengan tujuan untuk meng-uprade kompetensinya, khususnya kompetensi pribadi
dan kompetensi socialnya.

Ada beberapa fungsi mempelajari etika profesi keguruan bagi guru yaitu :

Untuk memandu guru dalam mengetahui apakah selama ini perilakunya ketika menjalin
relasi dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan
masyarakat sudah sesuai dengan teori etika profesi keguruan atau belum.
Untuk mencegah guru melakukan perilaku yang negative ketika menjalin relasi dengan
dirinya sendiri, peserta didik, wali didik, rekan sejawat, dan masyarakat.
Untuk menjaga komitmen guru dalam mewujudkan nilai-nalai etika profesi keguruan
ketika menjalin relasi dengan ketika menjalin relasi dengan dirinya sendiri, peserta
didik, wali didik, rekan sejawat, dan masyarakat.
C. Nilai-nilai Etika Profesi Keguruan
Ada tiga nilai-nilai profesi keguruan yang harus dilakukan atau diejawantahkan oleh
guru melalui perilaku positifnya, yaitu :
Tanggung jawab
Ketika seseorang telah memilih berprofesi sebagai seorang guru, maka secara
otomatis ia memikul tanggung jawab sebagi guru. Guru memiliki tanggung jawab
utama sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan
pengevaluasi peserta didiknya.
Kewajiban
Tanggung jawab yang dipikul oleh guru menjadikannya memiliki berbagai
kewajiban seperti yang terdapat pada kode etik guru Indonesia . dengan kata lain,
kewajiban merupakan sesuatu yang dilakukan karena adanya tanggung jawab.
Kewajiban dilakukan karena tuntutan hati nurani atau karena panggilan jiwa, bukan
karena pertimbangan pikiran. Itulah sebabnya ada statement yang berbunyi “bekerja
sebagai guru adalah panggilan jiwa”. Kemudian, ketika guru melalaikan kewajibannya,
maka ia akan dikenakan sanksi.
Hak
Sebaliknya, ketika guru melaksanakan kewajibannya dengan sebaik mungkin
sesuai dengan kemampuannya, maka ia akan mendapatkan haknya. Jadi guru dapat
menuntut haknya manakala dengan tanggung jawabnya ia telah melaksanakan
kewajibannya dengan baik. Sungguh akan menjadi sesuatu yang sangat menjijikan jika
guru lebih mengedepankan haknya daripada tugas dan tanggung jawabnya.

D. Ruang Lingkup Etika Profesi Keguruan

Ruang lingkup etika profesi keguruan merupakan cakupan yang menjadi kajian inti dalam
etika profesi keguruan. Berdasarkan uraian pada bagian-bagian sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya ruang lingkup etika profesi keguruan meliputi :

Etika guru terhadap diri sendiri


Etika guru terhadap peserta didik
Etika guru terhadap wali peserta didik
Etika guru terhadap rekan sejawat
Etika guru terhadap masyarakat

Masing-masing cakupan pada ruang lingkup etika profesi keguruan tersebut tidaklah
berdiri sendiri, tetapi semuanya saling berhubungan.

Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian


perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru
dengan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar.

Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

Guru yang efektif pada suatu tingkat tertentu mungkin tidak efektif pada tingkat yang
lain, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan-perbadaan dalam tingkat perkembangan mental
dan emosional siswa. Dengan kata lain para siswa memiliki respons yang berbeda-beda
terhadap pola-pola perilaku guru yang sama. Guru yang baik digambarkan dengan cirri-ciri
yaitu :

Guru yang baik adalah guru yang waspada secara professional.


Ia terus berusaha untuk menjadikan masyarakat sekolah menjadi tempat yang paling
baik bagi anak-anak muda
Mereka yakin akan nilai atau manfaat pekerjaannya.
Mereka terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaannya.
Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan-larangan dalam hubungannya dengan
kebebasanpribadi yang dikemukakan oleh beberapa orang untuk menggambarkan
profesi keguruan.
Mereka secara psikologi lebih matang sehingga rangsangan-rangsangan terhadap
dirinya dapat ditaksir.
Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi yang diperolehnya dari
peengamatannya tentang pekerjanya psikologi, biologi, dan antropologi cultural di
dalam kelas.
Mereka berkeinginan untuk terustumbuh.
Mereka sadar bahwa di bawah pengaruhnya, sumber-sumber manusia dapat berubah
nasibnya.

Adapun karakteristik atau sifat-sifat guru yang baik dalam pandangan siswa menurut
“Cooper” yang mengutip pendapat “B.O Smith” yang telah menyarankan bahwa seorang guru
yang terlatih juga sebaiknya :

Demokratis
Suka bekerja sama (kooperatif)
Baik hati
Sabar
Adil
Konsisten
Bersifat terbuka
Suka menolong
Ramah tamah
Suka humor
Memiliki bermacam ragam minat
Menguasai bahan pelajaran
Fleksibel
Menaruh minat yang baik terhadap siswa.

Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak bangsa
serta mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsure lain, lebih-
lebih dalam masyarakat kita, dimana peranan teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru
sangat minim.

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan.
Guru yang professional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Profesionalisme
guru sebagai tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian.
II. KODE ETIK GURU
A. Pengertian Kode Etik

Secara etimologis, “kode etik” berarti pola aturan,tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain kode etik merupakan pola aturan
atau tata cara etis sebagai pedoman berprilaku. Etis berarti sesuai dengan nilainilai, dan norma
yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu. Dalam kaitannya dengan istilah
profesi, kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu
profesi.

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian


Pasal 28 menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman
sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan “. (Ibd). Kode etik Guru Ind.:
sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku.

Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI
menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah
laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru
(PGRI, 1973). Dari pendapat Ketua Umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni : sebagai landasan moral dan sebagai
pedoman tingkah laku. (Ibid)

Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi adalah norma
norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma tersebut berisi petunjuk petunjuk
bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan
larangan yaitu ketentuan ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan
oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut
tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.

Dari uraian tersebut, kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk- petunjuk bagi para anggota
profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesi dan larangan-larangannya.

B. Tujuan Kode Etik Profesi Keguruan:

Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S,
1979):
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh terhadap profesi yang
bersangkutan.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan

Yang di maksud kesejahteraan disini meliputi baik kesejahteraan batin (spiritual atau
mental). Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat
larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatanperbuatan yang
merugikan kesejahteraan para anggotanya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-
peraturan yang bertujuan membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para
anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian
profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam
menjalankan tugasnya.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran
agar para anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina
organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi. Untuk meningkatkan mutu
organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartisipasi
dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.Untuk
meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara
aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang
organisasi.

C. Kode Etik Guru Indonesia:

Kode etik Guru Ind.: sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku, meliputi:

Guru berbakti menjunjung peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia


seutuhnya yang berjiwa pancasila
Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional
Guru berusaha memperoleh informasi tentang pesesta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan penyuluhan
Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar
Guru memelihara hubungan seprofesi, semanagat kekeluargaaan dan
kesetiakawanan sosial
Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan maratabat profesinya
Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan social
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai suatu perjuangan dan pengabdian
Guru melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan
Kode Etik Guru Indonesia

Guru harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat,
terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu mereka harus menjunjung tinggi etika profesi.
Mereka mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia yang beriman dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan
beradab.

Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Mereka memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.

Penyandang profesi guru adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara, khususnya oleh peserta didik. Untuk itu pihak yang berkepentingan
selayaknya tidak mengabaikan guru dan profesinya. Dalam melaksanakan tugas profesinya,
guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia
(KEGI). Kode Etik Guru diIndonesia (KEGI) dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai
dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik dalam suatu sistem yang
utuh. KEGI yang tercermin dalam tindakan nyata itulah yang disebut Etika Profesi atau
menjalankan profesi secara beretika.

Di Indonesia guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan
KEGI. Kode Etik harus mengintegral pada perilaku guru. Di samping itu, guru dan organisasi
guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat, penyelenggara
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh dilanggar, baik
sengaja maupun tidak.

Pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa,Bangsa, dan
negara,serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia
pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas terwujudnya cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia
terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan mendominasi dasar –dasar sebagai berikut:

 Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia


seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
 Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
 Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
 Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
 Guru memelihara hubungan baik dengan orangtua murid dan masyarakat di
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama
terhadap pendidikan.
 Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
 Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
 Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
 Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan.

D. Fungsi Kode Etik Profesi Keguruan

Fungsi adanya kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama baik guru dalam
menyandang status pendidik. Dengan demikian, adanya kode etik tersebut diharapkan para guru
tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap kewajibannya. Jadi substansi
diberlakukannya kode etik kepada guru sebenarnya untuk menambah kewibawaan dan
memelihara image profesi guru tetap baik.

Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrun (1992) secara spesifik mengemukakan empat fungsi
kode etik guru bagi guru itu sendiri. Keempat fungsi kode etik tersebut sebagai berikut.

Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang menjadi


tanggung jawabnya, karena sudah ada landasan yang digunakan sebagai acuan.
Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat, dan
pemerintah.
Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung
jawab pada profesinya.
Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan
profesinya dalam melaksanakan tugas. (Ibid).

Fungsi kode etik seperti itu sesuai dengan apa yang dikemukakan Gibson dan Mitchel
( 1995: 449 ), yang lebih menekankan pada pentingnya kode etik tersebut sebagai pedoman
pelaksanaan tugas profesional anggota suatu profesi dan pedoman bagi masyarakat pengguna
suatu profesi dalam meminta pertanggung jawaban jika ada anggota profesi yang bertindak
diluar kewajaran sebagai seorang profesional. Biggs and blocher (1986: 10) mengemukakan
lima fungsi kode etik, yaitu:

1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.
2. Agar guru bertanggung jawab pada profesinya.
3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
4. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat sehingga jasa
profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat sebagai profesi yang membantu
dalam memecahkan masalah dan mengembangkan diri.
5. Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah secara
kurang proporsional. Guru diharapkan mampu menjalin hubungan harmonis,
dinamis, kooperatif, dengan teman sejawat, siswa, orang tua siswa, pimpinan,
masyarakat, dan dengan misi tugasnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai