PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul
tanggung jawab untuk membimbing”. Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab
pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang
tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar
memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang
pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid
saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.
Sekarang ini, kebanyakan orang-orang yang telah menjadi seorang guru dalam
menjalankan profesinya tersebut tidak jarang melakukan penyimpangan atau pun
pelanggaran terhadap norma-norma menjadi seorang guru, sehingga pemerintah
menetapkan suatu aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi oleh para guru di
Indonesia yang dikenal dengan “Kode Etik Guru”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Kode Etik Guru?
2. Apakah tujuan kode etik guru?
3. Apakah fungsi kode etik guru?
4. Apa saja kode etik guru di Indonesia?
5. Apakah nilai-nilai dasar dan nilai operasional kode etik guru?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kode etik guru.
2. Untuk mengetahui tujuan kode etik guru.
3. Untuk mengetahui fungsi kode etik guru.
4. Untuk mengetahui kode etik guru di Indonesia.
5. Untuk mengetahui nilai-nilai dasar dan operasional kode etik guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kode Etik Guru
Istilah “kode etik” berasal dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Perkataan “etik”
berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, adab atau cara hidup. Sedangkan
“kode etik” secara harfiah berarti sumber etik. Etika artinya tata susila (etika) atau hal-hal
yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Kode etik suatu
profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan dan dipatuhi oleh setiap anggota
profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Jika
lebih diperinci lagi, Maksud kode etik adalah norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan (relationship) antara guru dan lembaga pendidikan (sekolah), guru dan
sesama guru, guru dan peserta didik, guru dan lingkungannya.
Seorang guru sebagai tenaga pendidik yang profesional perlu memiliki “kode etik
guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama dalam
pengabdian. Kode etik guru ini merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dan
perbuatan guru. Bila guru telah melakukan perbuatan asusila dan amoral berarti guru telah
melanggar “kode etik guru”. Sebab, kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang harus
ada pada profesi guru itu sendiri. Maksud kode etik adalah norma-norma yang mengatur
hubungan kemanusiaan (relationship) antara guru dan lembaga pendidikan (sekolah); guru
dan sesama guru; guru dan peserta didik; guru dan lingkungannya.
Dalam buku lain, istilah etik (ethica) mengandung makna nilai-nilai yang mendasari
perilaku manusia. Terma etik berasal dari bahasa filsafat, bahkan menjadi salah satu
cabangnya. Etik juga disepadankan dengan istilah adab, moral, ataupun akhlak. Etik
berasal dari perkataan ethos, yang berarti watak. Sementara adab adalah keluhuran budi,
yang berarti menimbulkan kehalusan budi atau kesusilaan, baik yang menyangkut batin
maupun lahir. Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan
kewajiban yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etika, pada hakikatnya
merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan tentang moral manusia dalam
interaksi dengan lingkungannya. Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin
filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan
memutuskan pola-pola perilaku yang sebaikbaiknya berdasarkan timbangan moral-moral
yang berlaku.
Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan
norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi,
organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial,
etika dan kemanusiaan. Dalam buku lain, Kata “etik” berasal dari bahasa Yunani,
“ethos” yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu
menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok
manusia”. Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Jadi kode etik guru itu dapat
diartikan sebagai aturan tata susila keguruan.[[4]]
Bisa ditarik kesimpulan bahwa kode etik guru indonesia adalah himpunan nilai-nilai
dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu
sistem yang utuh dan bulat. Kode etik guru indonesia berfungsi sebagai landasan moral
dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdianya
sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari hari di
masyarakat. Dengan demikian , kode etik guru indonesia merupakan alat yang amat
penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.[[3]]
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) dalam temu karya pendidikan III dan
rakornas di Bandung Tahun 1991 mengemukakan kode etik sarjana pendidikan Indonesia
sebagai berikut:
a. Bartakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia dan jujur berdasarkan Pancasila dan
UUD 45.
b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat peserta didik.
c. Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
d. Selalu menjalankan tugas dengan berpegang teguh kepada kebudayaan nasional dan
Ilmu Pendidikan.
e. Selalu melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru
yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat
fisiknya Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi
para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik
dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Guru semestinya dipilih dari sekian banyak orang yang mencalonkan diri, dan
diambil yang memenuhi syarat. Inilah guru yang mulia, sebagai pewaris Nabi.Tugas guru
bukan sebatas penyampai mata pelajaran ke sana kemari, dari satu sekolah ke sekolah yang
lain. Semestinya kita harus jujur, jika bangsa Indonesia yang saat ini belum bangkit, dan
bahkan justru bertambah bebannya adalah sebagai akibat dari mempercayakan guru kepada
orang-orang yang bukan semestinya. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas
guru. Sebagai contoh sederhana, kita harus pahami bahwa jika siswa tidak pintar ilmu
fiqih, bukan kemudian hanya menyalahkan para siswanya sulit diajari ilmu fiqih, atau
referensi yang kurang lengkap, tetapi hal itu disebabkan, salah dalam memilih guru, karena
dia bukan bidangnya.
B. Tujuan Etik Guru
Dalam setiap profesi tentunya memiliki kode etik masing-masing yang harus
dipatuhi oleh segenap jajaran yang ada pada profesi tersebut, termasuk profesi guru.
Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memendang rendah atau remeh terhadap suatu
profesi. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai tindakan
yang dapat mencemarkan nama baik tprofesi terhadap masyarakat.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya/
Kesejahteraan dalam konteks ini meliputi kesejahteraan yang bersifat lahir
(material) ataupun kesejahteraan yang bersifat batin (spiritual atau mental).
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat norma-norma dan
anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian
para anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap
anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan
kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.
A. Kesimpulan
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna maka masih banyak
kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan untuk perbaikan pembuatan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, Didaktik Metodik, Padang : Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol, 1982.
_________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, Cet. II, 1998
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta, Rineka
Cipta, 2000, hlm. 49
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta : Balai
Pustaka. hal. 112
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta :
PT. Rineka Cipta. hal. 49
Soetjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan, Jakarta : PT. Rineka Cipta. hal.31
Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan dan Konsep Aplikasinya, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 112
Thomas Gardon dan Mudjito, Guru yang Efektif, (Jakarta: CV Rajawali, 1990), hlm. 105
Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru, Bandung, CV Pustaka Setia, 2012, hlm. 26-29
Syaiful bahri djamarah , Op Cit, hlm.49-50
Made Pidarta , Landasan Kependidikan , (Jakarta : PT Rineka Cipta , 1997 ) , hlm.276
Made pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,
Jakarta, PT Rineka Cipta, 1997, hlm. 271-273.
Soetjipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta, PT Rineka Cipta, 1999, hlm. 32
Manpan Drajat dan Ridwan Effendi, Etika Profesi Guru, Bandung, Alfabeta, 2014, hlm.
110-113
Soetjipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, hlm. 33