Anda di halaman 1dari 9

KODE ETIK DAN ASOSIASI PROFESI GURU

Untuk memenuhi tugas Kelompok


Mata kuliah Adab Profesi (Ta’lim Muta’allim)
Dosen pengampu : Syukri Indra, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Suheli (F.1610286)
Hermajas (F.1610304)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim..
Segala Puja dan Puji bagi Allah yang Maha Agung dan Maha Sempurna atas
semua sifat-Nya. Shalawat dan salam kepada Rasulullah, Muhammad SAW, yang telah
memberi petunjuk jalan yang benar.

Syukur Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan tugas kelompok dengan judul


“Kode Etik Dan Asosiasi Profesi Guru”, untuk memenuhi tugas mata kuliah Adab
Profesi (Ta’lim Muta’allim) pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Universitas Djuanda Bogor.

Dalam penulisan tugas ini diusahakan semaksimal mungkin kearah kesempurnaan


dengan bimbingan bapak dosen, namun demikian kiranya perlu disadari bahwa masih
terdapat beberapa kekurangan, untuk itu penulis dengan segala rendah hati mohon adanya
kritik dan saran demi perbaikan selanjutnya. Tengahnya penulis berharap semoga
penulisan tugas ini bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis.

Bogor, April 2018


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk yang bermasyarakat (zoon politicon) manusia tidak bisa
lepas dari berhubungan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya di mana ia tinggal
dan hidup. Manusia dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari selalu disertai
dengan norma atau aturan yang mengikat, baik aktivitas manusia tersebut yang
berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia, lingkungan maupun diri sendiri.
Inilah yang kemudian disebut “etik”.
Dalam suatu jabatan atau profesi sering kita temukan istilah kode etik. Di
mana kode etik tersebut adalah sebagai kontrol dari semua aktivitas profesi yang
berhubungan dengan profesinya. Dalam buku Profesi Keguruan, kode etik pada
suatu profesi adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, untuk menjaga dan
memelihara kesejahteraan anggotanya, untuk meningkatkan pengabdian para
anggota profesi, untuk meningkatkan mutu profesi dan untuk meningkatkan mutu
organisasi profesi. Guru diharapkan mampu berfungsi secara optimal terutama
dalam meningkatkan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan
wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.
Keberhasilan pendidikan dapat diukur dengan penguasaan siswa terhadap
materi yang telah disampaikan oleh guru di dalam kelas. Namun, operasionalnya
keberhasilan itu banyak pula ditentukan oleh manajemen pendidikan di samping
dipengaruhi oleh beberapa faktor pendidikan yang harus ada dan juga terkait di
dalamnya. Faktor tersebut adalah: (1) guru, (2) materi, dan (3) siswa.
Guru merupakan profesi, maka untuk menjadi guru harus memiliki sertifikasi
dan etika profesi. Program sertifikasi dilakukan untuk meningkatkan
keprofesionalan guru seperti yang telah dilakukan oleh Direktorat Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama Islam mlalui Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan
Dasar. Guru dapat dikatakan professional apabila memiliki kemampuan tinggi dan
motivasi kerja tinggi. Guru yang memiliki motivasi yang rendah biasanya kurang
memberikan perhatian kepada siswa, demikian pula waktu dan tenaga yang
dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran sangat sedikit. Sebaliknya,
guru yang memiliki motivasi tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya kepada
siswa, demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan
sangat banyak. Dengan demikian guru akan sangat dibantu pula oleh kelompok,
organisasi ataupun asosiasi tertentu yang merupakan bagian dari suatu
pengembangan kompetensi guru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kode etik dan asosiasi profesi guru ?
2. Apa landasan kode etik dan asosiasi profesi guru ?
3. Bagaimana kode etik dan asosiasi profesi guru dalam perspektif Islam ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kode etik dan asosiasi profesi guru
2. Untuk memahami landasan kode etik dan asosiasi profesi guru
3. Untuk memahami kode etik dan asosiasi profesi guru dalam perspektif
Islam
BAB II
KODE ETIK DAN ASOSIASI PROFESI GURU

A. Pengertian Kode Etik dan Asosiasi Profesi


1. Kode Etik
Kode berarti aturan sedangkan etis atau etik berarti kesopanan.1
Selanjutnya istilah “Etik” adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos”
yang berarti watak, adab, atau cara hidup. Serta dapat diartikan sebagai cara
berbuat yang menjadi adat karena persetujuan dari kelompok manusia, namun
istilah “etik” dipakai dalam pengkajian sistem nilai-nilai yang disebut ‘Kode”
dengan demikian terbentuk apa yang disebut dengan kode etik yang berarti
sumber etik.2 Sedangkan Kode etik menurut kamus besar bahasa Indonesia,
yaitu kode memiliki arti kumpulan peraturan yang bersistem dan etik adalah
norma dan asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan
tingkah laku.3
Menurut pendapat William Lillie, bahwa: “Ethics as the normative
science of conduct of human being living in societies – a science which judges
this conduct to be right or wrong, to be good or bad, or in some similar way”.
Etik adalah ilmu pengetahuan tentang norma/aturan ilmu pengetahuan
tentang tingkah laku kehidupan manusia dalam masyarakat, yang mana ilmu
pengetahuan tersebut menentukan tingkah laku itu benar atau salah, baik atau
buruk atau sesuatu yang semacamnya.4
Ahmad Amin berpendapat, bahwa etik/etika merupakan ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
harus diperbuat. Sementara Oemar Hamalik berpandangan bahwa kode pada
hakikatnya adalah sekumpulan hukum atau peraturan yang diklasifikasikan

1
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1994
2
Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2000
3
Daring, Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://www.kbbi.web.id
4
William Lillie, An Introduction to Ethics (New York : Barnes and Noble, 1996)
dan merupakan suatu perangkat yang bulat dan utuh untuk mengatur perilaku
manusia atau suatu system of signals.5
Berdasarkan banyak pengertian diatas, jadi yang dimaksud “Kode Etik”
dapat penulis simpulkan yaitu acuan atau landasan dalam berperilaku atau
berbuat yang sesuai dengan tata aturan, nilai atau norma yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan tindakan dan perilaku.

2. Asosiasi Profesi
Asosiasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu perkumpulan
orang yang mempunyai kepentingan bersama.6 Sedangkan profesi Secara
etimologi dari kata profession yang berarti pekerjaan. Professional artinya
orang yang ahli atau tenaga ahli. Professionalism artinya sifat professional.
(John M. Echols & Hassan Shadily, 1990: 449). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. Profesional adalah
(1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya dan (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakukannya.7
Secara leksikal, perkataan profesi itu ternyata mengandung berbagai
makna dan pengertian. Pertama, profesi itu menunjukkan dan
mengungkapkan suatu kepercayaan (to profess means to trust), bahkan suatu
keyakinan (to belief in) atas sesuatu kebenaran (ajaran agama) atau
kredibilitas seseorang (Hornby, 1962). Kedua, profesi itu dapat pula
menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu
(aparticular business, Hornby, 1962).8 Profesi adalah suatu pekerjaan yang
didalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise),
menggunakan teknik-teknik ilmiah serta dedikasi yang tinggi.

5
Oemar Hamalik. Sistem dan prosedur pengembangan kurikulum lembaga pendidikan dan penelitian,
Bandung : Trigenda Karya, 1993.
6
Daring, Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://www.kbbi.web.id
7
Daring, Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://www.kbbi.web.id
8
http://digilib.uinsby.ac.id, Konsep Dasar Profesi, diunduh pada tanggal 28 April 2018
Jadi asosiasi profesi jika disimpulkan berdasarkan pengertian di atas,
memiliki arti suatu pekerjaan yang dilakukan oleh profesional dalam
organisasi dengan memiliki tujuan untuk mencapai keberhasilan dengan
kepentingan bersama.

B. Landasan Kode Etik dan Asosiasi Profesi Guru


Etik dalam konteks ini mengindikasikan adanya ilmu adab, yaitu ilmu yang
mempelajari segala kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya,
teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan
pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan
perbuatan.9 Dalam suatu jabatan atau profesi sering kita temukan istilah kode etik.
Di mana kode etik tersebut adalah sebagai kontrol dari semua aktivitas profesi yang
berhubungan dengan profesinya. Dalam buku Profesi Keguruan, kode etik pada
suatu profesi adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, untuk menjaga dan
memelihara kesejahteraan anggotanya, untuk meningkatkan pengabdian para
anggota profesi, untuk meningkatkan mutu profesi dan untuk meningkatkan mutu
organisasi profesi.10 Guru diharapkan mampu berfungsi secara optimal terutama
dalam meningkatkan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan
wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.11
Landasan hukum yang mengatur tentang Kode etik dan asosiasi profesi telah
di atur dalam undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada
bagian kesembilan pasal 41 yaitu : (1) Guru membentuk organisasi profesi yang
bersifat independen. (2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kornpetensi, karier, wawasan
kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada
masyarakat. (3) Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi. (4) Pembentukan
organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. (5) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat

9
Akhmad Zacky, kode etik guru dalam meningkatkan profesionalisme pendidik: Jurnal Pendidikan Agama
Islam, Volume 4 Nomor 2 Nopember 2016, ISSN(p) 2089-1946& ISSN(e) 2527-4511
10
Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 32.
11
Subagyo., dkk., Pendidikan Kewarganegaraan (Semarang : IKIP Semarang Press, 2002), Cet. III, 147.
memfasilitasi organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan profesi guru.12
Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh
guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas
profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara. Pedoman sikap dan
perilaku sebagaimana yang dimaksud pasa ayat (1) pasal ini adalah nilai-nilai moral yang
membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan
selama menunaikan tugastugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-
hari di dalam dan di luar sekolah.13

C. Kode Etik dan Asosiasi Profesi Guru dalam Perspektif Islam

12
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.
13
Pembukaan Kode Etik guru Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Affandi, objektifitas dan rasionalitas penafsiran al-qur’an: perspektif al-jābirī:


Vol.7-28-PB.
Daston, Lorraine & Galison, Peter. (1992). The image of objectivity. Representations. 40
(Autumn), 81-128.
Daston, Lorraine & Galison, Peter. (2007). Objectivity. New York: Zone Books.
Daring, Kamus Besar Bahasa Indonesia: KBBI.web.id
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru Dan Kepala
Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 178.
Hamdani, Ihsan. Filsafat Peendidikan Islam: untuk fakultas Tarbiyah komponen MKK.
(Yogyakarta: Pustaka Setia, 2001), hal. 148-150
Hasan Langgulung. Asas-Asas pendidikan islam, (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru. .
2003), hal. 4-5
Jalaludin Al Mahalli & As Suyuthi (1459-1505) Tafsir Jalalayn Tafsir Surat Al-Maidah
ayat :8
Muhaimin & Abd. Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalnya. Cet. ke-1 Bandung: Trigenda Karya.
Muhammad Joko Susilo. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), hlm. 174.
Nizar Ali dan Sumedi. Antologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PPS UIN Sunan
Kalijaga dan Idea Press. 2010), hal. 232
(Q.S. al-Ma’idah :8), Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya: Magfirah
Pustaka, 2006
Tafsir Quraish Syihab : tentang surat Al-Maidah ayat 8
Q.S. al-Ma’idah :8), Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya: Magfirah
Pustaka, 2006
(Q.S. al-Baqarah :31), Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya: Magfirah
Pustaka, 2006
(Q.S. al-Baqarah :26-27), Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya:
Magfirah Pustaka, 2006
Zainal Arifin, konsep dan Model pengembangan kurikulum : Rosda, Bandung 2011

Anda mungkin juga menyukai