Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Hakekat Etika Profesi Guru

Dosen Pengampu : Najib Hasan, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 1 :

1. Dea Yuliawati (2186206101)


2. Marshanda Istikharah (2186206114)
3. Nabilla Aisyah R (2186206144)
4. Qulu Bunur Heruni (2186206096)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat limpahan dan hidayah-
Nyalah sehingga makalah kami yang berjudul “ HAKEKAT ETIKA PROFESI GURU ” ini
dapat terselesaikan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Najib Hasan M.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah Etika Profesi Guru di Universitas Muhammadiyah Tangerang. Serta semua pihak
yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan baik dari segi
penyusunan, maupun mengenai tata bahasa yang digunakan. Oleh karenanya Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dalam penyusunan
makalah-makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan kita dalam
memahami mengenai pengembangan peserta didik.

Tangerang, 11 April 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................i

Daftar Isi.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3

A. Pengertian Etika................................................................................................3
B. Macam - macam Etika....................................................................................4
C. Fungsi dan Tujuan Etika Profesi.......................................................................9
D. Manfaat Etika Profesi.................................................................................... 10

BAB III PENUTUP....................................................................................................13

A. Kesimpulan.....................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................13

Daftar Pustaka.............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika merupakan istilah yang sejak dulu hingga sekarang terus
diperbincangkan oleh para ahli, terutama di dunia filsafat dan pendidikan. Istilah etika
cukup menarik untuk dikaji karena berbicara tentang baik dan buruk, benar dan salah,
atau yang seharusnya dilakukan dan ditinggalkan. Etika selalu menghiasi kehidu pan
manusia dalam segala aspek kehidupannya. Etika dalam kenyataanya telah
menempatkan dirinya pada posisi yang paling sering untuk dikaji dan diterapkan
dalam kesehariannya. Etika memberikan kepada manusia orientasi bagaimana
menjalankan kehidupannya agar tidak menimbulkan masalah dalam kehidupan. Etika
pada akhirnya membant manusia dalam mengambil sebuah tindakan mana dan apa
yang harus dilakukan serta apa yang hendaknya dijauhi. Dewasa ini, perkembangan
yang amat cepat dalam berbagai aspek kehidupan, Baik di bidang politik, ekonomi,
kebudayaan, pertahanan, komuniskasi dan sebagainya yang berdampak kepada
pendidikan dan pembelajaran. Dengan perkembangan tersebut UNESCO menjelaskan
bahwa ada beberapa tantangan kontroversial yang harus dihadapi dengan cara
menyeimbangkan berbagai tekanan, diantaranya tuntutan global dengan lokal,
tradisional dengan modern, tuntutan spritual dengan kebutuhan modern, antara
tuntutan spritual dengan kebutuhan material. Suyono mengungkapkan adanya
beberapa tantangan kontroversial yang bersifat universal tersebut harus dihadapi
secara universal pula. Untuk menghadapi perkembangan ilmu-ilmu tersebut, menurut
Warli etika semakin dituntut peranannya terutama penanaman nilai-nilai etika
pembelajaran di sekolah.
Etika dalam pembelajaran sangat penting untuk dijunjung tinggi dan
diterapkan, karena etika memberikan batasan mana yang baik atau buruk, boleh atau
tidak dilakukan oleh siswa atau guru sebagai pendidik. Dalam pembelajaran di
dalamnya ada siswa sebagai orang yang bertujuan mendapatkan ilmu dan seorang
guru sebagai pentransfer ilmu, jika tidak menjunjung nilai-nilai etika maka tujuan
yang ingin dicapai tidak akan diperoleh kecuali kalimat-kalimatnya saja. sehingga niat
tersebut menentukan diperoleh atau tidaknya hakekat tujuan dari pembelajarannya.
Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dengan guru dan dengan
bahan ajar, interaksi pembelajaran yang aktif dan komunikatif ini harus menjunjung
tinggi nilai etika, dengan alasan karena guru memiliki kedudukan yang istimewa bagi
semua orang yang berada dalam proses pendidikan. Guru menjadi figur sentral yang
mempengaruhi karakter siswa dalam melakukan proses pembelajaran yang
berkarakter. Bahkan sekolah atau lembaga pendidikan yang masih terbatas sarana dan
prasarananya, guru yang menjadi ujung tombak keberhasilan proses pembelajaran.
Guru berperan sebagai sumber ilmu atau sumber belajar bagi siswanya. Siswa akan
belajar dari apa yang diberikan oleh gurunya. Di sinilah guru harus berhati-hati dalam
bertutur kata dan berperilaku, sebab semuanya akan ditiru oleh siswanya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian etika?
2. Apa saja macam-macam etika?
3. Apa fungsi dan tujuan etika profesi?
4. Apa saja manfaat etika profesi?

C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan:
1. Mengetahui apa pengertian dari etika.
2. Mengetahui apa saja macam – macam etika.
3. Mengetahui fungsi dan tujuan dari etika profesi.
4. Mengetahui manfaat dari etika profesi.
5. Mengetahui kapasitas otak peserta didik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Menurut Badiran (2002 : 300) akar kata etika jalah ethos Pendidi (Yunani)
yang berarti kebiasaan, walak, perasaan, sikap, cara berpikir, tempat tinggal dan
padang rumput Bentuk jamak dari ethos adalah ta etha yang berarti adat kebiasaan
Dalam bahasa latin, ethos itu disebut dengan mores (mufradnya: mos). Dari kata latin
inilah berasal kata moral yang pengertiannya berbeda dengan etika Moral dalam
bahasa Indonesia disebut dengan susila. Secara istilah moral merupakan perbuatan
yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima manusia, mana yang baik dan mana
yang wajar.
Sementara itu menurut Alwi (2002) Etika merupakan suatu benda, pada
bahasa inggris etika disebut dengan ethics yang berarti system of moral principles or
values, mudahnya dapat diartikan dengan tata susila. Sementara itu, pada kamus besar
bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika adalah ilmu mengenai apa yang baik dan
apa yang buruk serta mengenai hak dan kewajiban moral dan akhlak.
Secara lebih detail, Sidi Gazalba (2002:49) menyajikan pengertian etika
seperti berikut ini :
1. Etika adalah kaidah-kaidah rasa moral dan ajaran filsafat tentang ruhani
2. Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia.
3. Etika merupakan bagian filsafat yang mengembangkan teori mengenai tindakan-
tindakan, alasan-alasan tindakan, tujuan tujuan tindakan, dan arah tindakan
4. Etika adalah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta tetapi mengenai
nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia tetapi mengenai idenya
5. Etika adalah ilmu tentang filsafat moral yang mengkaji mengenai prinsip-prinsip
dan kaedah moral mengenai tindakan dan kelakuan.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa etika merupakan suatu ilmu yang
memepelajari perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia yang dapat diterima oleh
akal sehat. Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran mengenai perbuatan manusia.
Sebagai filsafat, etika mencari keterangan secara radiks mengenai kebaikan perbuatan
manusia. Kemudian sebagai ilmu dan filsafat, etika menghendaki ukuran yang umum
untuk semua perbuatan manusia. Tujuannya adalah mencari ukuran tersebut dan
bagaimana manusia seharusnya berbuat.

3
Siti gazalba mengungkapkan perbedaan etika dan moral berikut ini:

1. Etika lebih banyak bersifat teori mengenai perbuatan manusia, sedangkan moral
bersifat praktis.
2. Etika membicarakan bagaimana idealnya, sedangkan moral membicarakan
bagaiman faktanya.
3. Etika menyelidiki, memikirkan dan mempertimbangkan mengenai perbuatan yang
baik dan perbuatan yang buruk, sedangkan moral menyatukan ukuran yang baik
mengenai perbuatan manusia dalam kesatuan social tertentu.
4. Etika memandang perbuatan manusia secara universal, wilayah Het binggal
sedangkan moral secara tempatan.

Sementara itu, antara etika dan moral memiliki hubungan yang saling kait-
mengait dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Jika kita bicara mengenai etika,
maka pada saat yang bersamaan kita juga akan membicarakan mengenai moral. Moral
yang bersifat praktis menyatakan ukuran suatu perbuatan, sementara itu etikalah yang
kemudian menjelaskan secara teoritis ukuran perbuatan tersebut. Moral sesungguhnya
dibentuk oleh etika. Moral merupakan buah dari etika. Akhlak berasal dari kata khulq
(arab) yang berarti perangai. Dalam ajaran islam, akhlak dibentuk oleh ajaran agama
islam. Jadi perbedaan antara etika dan akhlaq adalah sebagai berikut:

1. Etika adalah teori tentang perbuatan manusia dipandang dari nilai baik dan
buruk berdasarkan akal Sedangkan akhlak adalah ajaran tentang perbuatan
manusia dipandang dari nilai baik dan buruk menurut ajaran agama islam.
2. Sumber etika adalah akal, sedangkan sumber akhlak adalah al-Qur'an dan
hadist.
3. Etika bersifat universal sehingga dapat diterima oleh semua orang. Sedangkan
akhlak karena bersumber dari ajaran suatu agama, maka bersifat subjektif bagi
agama tersebut.

Meskipun berbeda dalam hal sumber dan sifatnya, namun baik etika maupun
akhlak sama-sama menyoroti masalah perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia. Itulah sebabnya tidak sedikit orang yang meng-ekuivalen-kan antara
etika dan akhlak, bahkan orang menguatkan hasil berfikir logis mereka mengenai
perbuatan manusia dengan dalil-dalil al-Qur'an dan Hadist.

B. Macam - macam Etika


Etika, disadari ataupun tidak keberadaanya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Apa yang hendak dilakukan oleh manusia setiap saat tidak lepas dari etika.
Etika telah membantu manusia dalam mngambil sikap untuk melakukan suatu
perbuatan. Etika juga memandu manusia dalam menilai apakah perbuatannya
tergolong perbuatan baik atau perbuatan buruk, lalu menjadikan manusia tahu apa
dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya.
Berdasarkan jenisnya, macam – macam etika dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
4
1. Etika Normatif
Etika normatif adalah bagian terpenting dari etika dan bidang di mana
berlangsung diskusi paling menarik tentang masalah moral. Etika normatif dalam
hal ini tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika
deskriptif, melainkan melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang
perilaku manusia. Filsuf etika normatif bukan sekedar melukiskan adat mengayau
yang pernah terdapat dalam kebudayaan pada masa lalu, melainkan menolak adat
tersebut karena bertentangan dengan martabat manusia.
Etika normatif disebut bersifat preskriptif (memerintahkan), yaitu menentukan
benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Sehubungan dengan itu, etika
normatif mengemukakan berbagai argumentasi mengapa berlaku harus disebut
baik atau buruk, dan mengapa suatu anggapan moral dapat dianggap benar atau
salah. Berbagai argumentasi tersebut bertumpu pada norma-norma atau prinsip-
prinsip etis yang dianggap tidak dapat ditawar-tawar. Oleh karena itu, etika
normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam praktik.
Etika normatif tersebut tidak lagi menjelaskan tentang gejala-gejala,
melainkan tentang apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan kita. Dalam
etika normatif, norma-norma dinilai, dan sikap manusia ditentukan. Etika
Normatif memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak
sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. dan menghimbau manusia
untuk bertindak yang baik dan menghindari yang tindakan yang jelek.
Etika normatif yang berkaitan dengan masalah moral merupakan topik
bahasan yang paling menarik. Penilaian baik dan buruk mengenai tindakan
seseorang atau kelompok masyarakat tertentu dalam etika normatif selalu
dikaitkan dengan norma – norma yang dapat menuntun manusia untuk bertindak
secara baik dan menghindarkan hal hal yang buruk sesuai dengan kaidah dan
norma yang disepakati dan yang berlaku di masyarakat.
Suatu tindakan atau perbuatan manusia selalu mempunyai tujuan tertentu yang
ingin dicapainya. Artinya ada arah dan sasaran dari tindakan atas hidup yang
dijalankan. Contoh dari Etika Normatif. ada etika yang bersifat individual seperti
kejujuran,disiplin diri,mengerjakan tugas. Selain itu contoh etika normative adalah
etika dalam berbisnis.

Contoh penerapan etika normatif :

5
1. Kebiasaan menggunakan NARKOBA harus dapat dihindari karena dapat
merusak organ tubuh (menyiksa diri sendiri)
2. Menolak kebiasaan aborsi karena termasuk tindakan menghilangkan nyawa
orang lain dan menyiksa diri sendiri.
3. Dilarang menghilangkan nyawa orang lain yang tidak bersalah
4. Kebiasaan minum minuman keras harus dapat dihindari, karena dapat
mengakibatkan hilangnya kesadaran manusia dan merusak organ tubuhnya.
5. Menolak kebiasaan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) karena dapat
merugikan orang lain.
6. Kebiasaan prostitusi, harus dapat dihindari, karena bertentangan dengan
martabat manusia.

Etika normatif tidak menggambarkan, tetapi menentukan benar tidaknya suatu


perbuatan. Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat dipergunakan dalam praktek.

2. Etika Deskriptif
Etika deskriptif adalah etika yang dapat dilihat secara kritis dan rasional sikap
dan prilaku manusia serta apa tujuan manusia yang sangat bernilai dalam hidup
ini. Etika tersebut dapat memberikan fakta yang merupakan dasar untuk
mengambil keputusan tentang prilaku atau siikap yang akan diambil.
Etika deskriptif dapat juga dikatakan sebagai gambaran secara utuh tentang
tingkah laku moral manusia secara universal yang dapat kita temui sehari - hari
dalam kehidupan masyarakat. Yang Cakupan analisanya berisikan sejumlah
indikator - indikator fakta actual yang terjadi secara apa adanya terhadap nilai dan
perilaku manusia dan merupakan suatu keadaan dan realita budaya yang
berkembang di masyarakat. Hal hal yang berkaitan dengan adat istiadat ,
kebiasaan ,anggapan – anggapan baik dan buruk tentang sesuati hal, tindakan –
tindakan yang tidak boleh dilakukan dan boleh dilakukan oleh individu tertentu ;
dalam kebudayaan kebudayaan dan subkultur – subkultur tertentu yang terjadi
dalam suatu periode sejarah adalah merupakan kajian moralitas dalam Etika
Deskriptif.
Dalam Etika Deskriptif tidak memberikanin terpretasi secara tajam dan lugas,
namun tidak melukiskan suatu fakta yang sedang terjadi dan berkembang dalam
suatu masyarakat tertentu. Etika Deskriptif hanya membahas dan memberikan
analisa penilaiannya atas kejadian tertentu.
Salah satu contoh etika deskriptif adalah didalam mempelajari pendangan
pandangan moral terhadap kenyataan yang terjadi di Negara yang menganut
faham komunis atau ateis dimana masyarakatnya begitu permisif terhadap praktek
– praktek pengguguran kandungan, namun disisi lain tontonan yang bersifat
pornografi mereka memberlakukan aturan aturan secara ketat. Dalam contoh
kasus tersebut kita menjadi paham dan mengerti tentang realita perilaku moral
yang terjadi di negara tersebut.

6
Dalam situasi demikian , harus kita akui bahwa bagaimanapun manusia itu
pada umumnya tahu akan adanya baik dan buruk terhadap suatu hal yang tidak
boleh dan boleh dilakukan. Pengetahuan tentang baik dan buruk dalam perilaku
manusia, disebut kesadaran etis atau kesadaran moral.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesadaran moral yang sudah
timbul dan berkembang adalah ungkapan kata hati. Tindakan manusia dalam
situasi yang kongkrit tertentu berhubungan dengan kata hati yang menilai tindakan
itu atas baik dan buruknya. Kata hati merupakan kesadaran moral tindakan etis
yang tertentu dalam segala situasi. Selain itu contoh etika deskriptif seperti
masyarakat yang mengajarkan tatakrama kepada orang yang lebih tua.
Jadi Dapat disimpulkan Bahwa Etika deskriptif adalah etika yang berbicara
mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola perilaku manusia
sebagai suatu kenyataan yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang
membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai. Tanpa menilai
dalam suatu masyarakat tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini, dan
tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis. Etika
tersebut pada dasarnya menggambarkan perbuatan dari berbagai tradisi,
kebiasaan, dan kebudayaan. Pendekatan etika deskriptif lebih mencari tahu
bagaimana berbagai tradisi yang mempersoalkan suatu permasalahan yang sama.
Karena ia tidak pernah menyalahkan suatu kebudayaan yang ada.

Secara cakupannya, etika juga dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Etika Umum
Etika umum mencakup kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia berbuat
secara etis, bagaimana mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak satu
tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat
dianalogikan dengan ilmu pengetahuan yang membahas tentang pengertian umum
dan teori-teori.
2. Etika Khusus
Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini dapat berwujud : bagaimana saya
mengambil keputusan dan berbuat dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus
yang saya lakukan yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.
Namun penerapan etika khusus dapat berwujud bagaimana saya bernilai perbuatan
saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis yang
didasari oleh cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan
dan teori serta prinsip moral dasar yang ada di baliknya.

7
Kemudian dari keberadaan atau lingungannya, etika khusus dibagi menjadi dua
macam yaitu :
1. Etika Individual
Etika individual adalah jenis etika yang berhubungan dengan kewajiban dan sikap
manusia terhadap dirinya sendiri. Jadi etika jenis ini menyangkut bagaimana
perbuatan baik yang wajib dilakukan oleh seorang individu untuk dirinya sendiri.
2. Etika Sosial
Etika sosial merupakan jenis etika yang berbicara mengenai kewajiban, sikap dan
pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Jadi etika jenis ini
menyangkut bagaimana perbuatan baik yang wajib dilakukan oleh seorang
individu terhadap orang lain dan makhluk hidup lainnya dalam suatu lingkungan
maupun suatu organisasi atau lembaga.
Posisi manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial, atau yang
sering diistilahkan dengan monodualis, menjadikan etika individu dan etika sosial
memiliki keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Diakui
ataupun tidak, pada dasarnya kewajiban individu memberikan dampak bukan
hanya pada diri sendiri tetapi juga pada orang lain. Begitu juga dengan kewajiban
sosial, ia dapat memberikan dampak terhadap kehidupan seseorang.

Berdasarkan sumbernya, etika dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :


1. Etika Teotologis
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik
tolak daripresuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria
pembeda antara etika filosofisdan etika teologis.Terdapat dua hal-hal yang berkait
dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukanhanya milik agama tertentu,
tetapi setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing-
masing.Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena
itu banyakunsur-unsur di dalamnya, dan dapat dipahami setelah memahami etika
secara umum.Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik
berdasarkan apa yang diyakini danmenjadi sistem nilai-nilai yang di anutnya.
Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan yanglain dapat memiliki perbedaan
di dalam merumuskan etika teologisnya.
Etika teologis adalah jenis etika yang berhubungan dengan agama juga
kepercayaan suatu individu, tanpa adanya batasan pada suatu agama tertentu. Ada
dua hal yang perlu ditekankan dalam etika teologis ini. Pertama, etika teologis
tidak dibatasi oleh satu agama saja, hal itu karena mengingatnya banyaknya
jumlah agama di dunia ini. Pada hakikatnya, setiap agama pastinya memiliki etika
teologisnya masing-masing berbeda dan juga spesifik. Kedua, etika ini merupakan
lingkupan dari etika umum yang sebagian besar individu telah menerapkan dan
mengetahuinya. Etika umum ini condong luas dan banyak dengan bagian-bagian
yang tak terbatas. Sehingga secara tak langsung, seorang individu memahami
etika teologis dengan cara mengetahui dan memahami pula dari etika umum, dan
sebaliknya.

8
2. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari
kegiatan berfilsafatatau Berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika
sebenarnya adalah bagian dari Filsafat; etika lahir dari Filsafat.Ada dua sifat etika,
yaitu: Non-empiris,praktis dan Cabang-cabang.
Etika filosofis adalah jenis etika yang lahir dari kegiatan berpikir atau
berfilsafat yang dilakukan oleh individu dan termasuk dalam bagian dari filosofis
(berdasarkan filsafat). Filsafat sebagai suatu bidang ilmu yang salah satunya
mempelajari pikiran manusia. Adapun etika filosofis dibagi menjadi dua sifat,
yakni empiris dan non-empiris. Empiris merupakan jenis filsafat yang erat
kaitannya dengan sesuatu yang nyata, berwujud, atau konkret. Contohnya, apabila
suatu individu mengambil salah satu bidang filsafat hukum, akan membahas
terkait hukum. Kemudian, non-empiris merupakan bagian yang berupaya melebihi
suatu yang nyata, berwujud, atau konkret sebelumnya. Sifat non-empiris ini
cenderung menanyakan gejala konkret yang menyebabkannya.

C. Fungsi dan Tujuan Etika Profesi


Merujuk pada definisi dan penjelasan mengenai pengertian kode etik profesi,
maka sudah barang tentu kode etik profesi ada dan ditetapkan dengan tujuan tertentu
serta memiliki fungsi tertentu pula.
Setiap orang yang bekerja di dalam suatu organisasi akan saling bekerja sama
untuk mencapai tujuan organisasinya. Kemudian jika ada seseorang yang tidak mau
bekerjasama dan hanya bekerja untuk tujuan pribadinya, maka ia dapat menghambat
pencapaian tujuan organisasinya. Untuk menghindari terjadinya hal itu, maka
disusunlah kode etik profesi dengan tujuan agar semua orang yang ada di dalam suatu
organisasi profesi dapat saling bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah mereka sepakati.
Jadi tujuan umum dari ditetapkannya kode etik profesi adalah untuk
menciptakan perilaku para pekerja yang mengarah pada pencapaian tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Sedangkan secara khusus tujuan dari kode etik profesi menurut
Saondin dan Suherman (2010:99) antara lain:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat suatu profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota organisasi profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota organisasi profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
6. Untuk meningkatkan layanan diatas kepentingan pribadi.
7. Untuk menciptakan organisasi profesi yang kuat.
8. Untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar-anggota organisasi profesi.
9. Untuk menentukan suatu standar kinerja anggota profesi.

9
Ada beberapa fungsi mempelajari etika. Fungsi tersebut antara lain sevagai berikut :

1. Sebagai tempat untuk mendapatkan pandangan atau perspektif kritis yang


berhadapan langsung dengan berbagai suatu moral yang membingungkan.
2. Guna pandangan atau orientasi etis ini perlu adanya mengambil suatu sikap yang
wajar dalam situasi dan kondisi masyarakat yang majemuk (pluralisme).
3. Guna memperlihatkan suatu keterampilan berpikir jernih, yaitu suatu kebolehan
untuk berargumentasi secara kritis dan rasional.
4. Berfungsi sebagai pembeda mana yang boleh diubah dan mana yang tidak dapat
diubah.
5. Berfungsi menyelidiki suatu konflik atau permasalahan hingga ke akar-akarnya.
6. Berfungsi untuk membantu sebuah konsistensi.
7. Berfungsi untuk menyelesaikan konflik, baik konflik moralitas maupun konflik
sosial lainnya, dengan bentuk gagasan yang tersistematis juga kritis.

Ada juga beberapa fungsi mempelajari etika profesi keguruan bagi guru. Fungsi
tersebut antara lain:
1. Untuk memandu guru dalam mengetahui apakah selama ini perilakunya ketika
menjalin relasi dengan dirinya sendin peserta didik, wali peserta didik, rekan
sejawat, dan masyarakat sudah sesuai dengan teori etika profesi keguruan atau
belum.
2. Sebagai Pedoman Untuk mencegah guru melakukan perilaku negatif ketika
menjalin relasi dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan
sejawat, dan masyarakat.
3. Untuk menjaga komitmen guru dalam mewujudkan nilai-nilai etika profesi
keguruan ketika menjalin relasi dengna ketika menjalin relasi dengan dirinya
sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat dan masyarakat.

D. Manfaat Etika
Etika sebagai sesuatu yang melekat pada diri manusia, tentunya memiliki beberapa
manfaat di dalam kehidupan bermasyarakat dan bersosial. Berikut ini akan dijabarkan
secara singkat manfaat dari etika di kehidupan bermasyarakat.
1. Etika Bermanfaat sebagai Penghubung Antarnilai
Etika bisa dikatakan sebagai jembatan antarnilai satu dengan nilai yang
lainnya. Sebagai contoh, arti budaya dan nilai agama, dengan adanya etika maka
dua hal ini akan bisa jadi suatu kesatuan kebiasaan yang melekat di dalam
masyarakat, tanpa ada pihak yang merasa dirugikan sekalipun. Dengan begitu, itu
menunjukkan bahwa etika dikatakan mampu sebagai jembatan antarnilai agama
dan budaya. Pada buku Etika Praktis oleh Romo Al. Budyapranata, PR dijelaskan
mengenai nilai etika berdasarkan sepuluh perintah Allah yang ada.

10
2. Etika Bermanfaat sebagai Pembeda Antara yang Baik dan Buruk
Etika yang telah melekat pada diri individu lambat laun akan membuat
individu tersebut mengetahui dan memahami secara penuh terhadap hal atau
sesuatu yang ada di sekitarnya. Pemahaman yang dimaksud di atas adalah sesuatu
yang dianggap baik dan buruk. Apabila individu sudah dapat membedakan yang
baik dengan yang buruk dan melakukan segala ‘sesuatu’ sesuai dengan norma
atau aturan yang berlaku, etika akan menjadi suatu pedoman di mana individu itu
mampu menerapkan ‘sesuatu’ tersebut.
3. Etika Bermanfaat untuk Menjadikan Individu Memiliki Sikap Kritis
Etika yang sudah lama tertanam pada diri individu membuat dirinya lebih
kritis dalam menghadapi sebuah kondisi dan situasi. Individu tersebut tak hanya
pasrah pada keadaan, melainkan ikut memikirkan jalan keluar atau solusi yang
tepat. Etika akan membuat individu menjadi pribadi yang tidak mudah
terpengaruh karena tentunya dirinya akan mempertimbangkan perasaan dengan
pikirannya. Hal yang utama adalah individu tak akan melakukan sesuatu atas
keinginannya sendiri atau gegabah.
4. Etika Bermanfaat sebagai Suatu Pendirian dalam Diri
Etika bisa dijadikan sebagai pedoman dalam bertindak atau dalam menjalani
suatu hal. Individu yang paham betul akan etika tentu akan berperilaku sesuai tata
aturan yang berlaku, tanpa dirinya merasa terpaksa. Hal ini bisa dikatakan akan
memengaruhi pendirian individu atas pemahaman etika yang ada di dalam
masyarakat.
5. Etika Bermanfaat untuk Membuat Sesuatu Sesuai dengan Peraturan
Etika akan membuat individu memberlakukan individu lain sesuai dengan
kadarnya. Artinya, individu tersebut akan dihukum sesuai dengan kesalahan yang
ia lakukan. Apabila ia melakukan kesalahan kecil, hukuman yang diberikan akan
ringan. Sebaliknya, apabila dirinya melakukan kesalahan yang besar hingga fatal,
hukuman yang diberikan kepadanya cenderung berat. Oleh sebab itu, pentingnya
untuk dapat menyesuaikan diri ke dalam lingkungan yang ada. Salah satunya
contohnya, untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal yang rukun, kamu harus
dapat bersosialisasi dengan tetangga. Pada buku Etika Bertetangga oleh Hetti
Restianti ini akan dijelaskan betapa pentingnya etika dalam bertetangga.
6. Etika sebagai Bentuk Mengorbankan Sedikit Kebebasan dalam Dirinya
Peraturan yang ada dalam suatu kode etik telah disetujui bersama akan
membuat individu tak dapat berbuat seenaknya sendiri. Semua peraturan yang
telah disepakati harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Karena apabila individu
tersebut melanggarnya, tentu akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

11
7. Etika Dapat Membantu dalam Menentukan Pendapat
Di dalam suatu forum diskusi, tentu ada etika dalam mengemukakan gagasan
atau pendapat. Dengan begitu, individu telah sepakat untuk menghargai siapapun
itu yang hendak menyampaikan pendapatnya. Akan tetapi, penentuan kesepakatan
harus berdasar pada ketentuan bersama. Apabila pendapat, argumen, atau usulan
tidak dapat diterima oleh audience dalam forum tersebut, individu yang
memberikan usulan tersebut harus berlapang dada.

Ada empat manfaat mempelajari etika profesi keguruan bagi mahasiswa FKIP atau
calon guru, antara lain:
1. Untuk memantapkan niat mahasiswa dalam menekuni bidang profesi keguruan.
Diakui ataupun tidak, tidak semua mahasiswa yang belajar di FKIP memiliki niat
ataupun cita-cita untuk menjadi guru. Sudah barang tentu hal itu mempengaruhi
nialnya untuk berprofesi sebagai guru. Berbagai hal yang dikaji dalam mata kuliah
etika profesi keguruan dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi mereka untuk
memantapkan niat dalam menekuni bidang profesi keguruan.
2. Untuk menumbuhkan jiwa keguruan pada mahasiswa sebagai calon guru.
Jika anda adalah seorang mahasiswa calon guru, cobalah amati apakah perilaku
anda sudah mencerminkan sebagai calon guru? Jika memang belum, dengan
mempelajari mata kuliah etika profesi keguruan ini maka anda akan mengetahui
seperti apakah perilaku yang harus ditampilkan oleh calon guru. Harapannya
pengetahuan tersebut kemudian dapat diaplikasikan oleh anda sehingga tumbuhlah
jiwa keguruan pada din anda sebagai calon guru.
3. Untuk memberikan deskripsi tentang harapan dan tantangan ketika berprofesi
sebagai guru
Profesi guru yang dipilih oleh mahasiswa pada dasamya memiliki berbagai
harapan dan tantangan Berbagai harapan dan tantangan tersebut dapat diketahui
oleh mahasiswa sebagai calon guru ketika mengkaji mata kuliah etika profesi
keguruan. Pengetahuan tentang harapan dan tantangan tersebut dapat dijadikan
sebagai modal bagi mereka untuk memposisikan dirinya seperti apa kelak ketika
menjadi guru.
4. Untuk menanamkan nilai-nilai etika profesi keguruan kepada ahasiswa sebagai
calon guru. Perilaku positif yang ditampilkan oleh guru merupakan perwujudan
dari nilai-nilai etika profesi keguruan.

Meskipun demikian, bukan berarti etika profesi keguruan tidak dipelajari oleh guru.
Guru harus tetap mempelajarinya dengan tujuan agar kemampuannya dalam menjalin
relasi dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan
masyarakat untuk kepentingan pendidikan semakin baik. Mudahnya, etika profesi
keguruan tetap dipelajari oleh guru dengan tujuan untuk meng-upgrade
kompetensinya, khususnya kompetensi pribadi dan kompetensi sosialnya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian,kemahiran,atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atu norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru merupakan jabatan profesi didasari pada UU Nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 7.di samping itu,juga PP Nomor 74 tahun 2008
tentang guru pasal 2 yang mempersyaratkan bagi guru profesional memenuhi
standar kualifikasi,kompetensi dan sertifikasi. Profesionalitas seorang sangat
urgen dalam semua segi kehidupan,termasuk dalam jabatan guru,karena akan
dapat ,meningkatkan martabat dan harkat guru di satu sisi.dan pada sissi yang lain
akan dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna.oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun kami harapkan demi perbaikan makala ini dan semoga
makala ini dapat menjadi khazanah pengetahuan khusunya bagi penulis dan juga
kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10689000/
MAKALAH_HAKIKAT_ETIKA_PROFESI_KEGURUAN_Disusun_Oleh_Kelo
mpok_II_PENDIDIKAN_GURU_SEKOLAH_DASAR_FAKULTAS_KEGURU
AN_DAN_ILMU_PENDIDIKAN_UNIVERSITAS_MUHAMMADIYAH_MAK
ASSAR_2013

https://dokumen.tips/documents/makalah-hakikat-profesi-keguruan.html

https://www.duniapengertian.com/2015/10/pengertian-etika-deskriptif.html

https://www.duniapengertian.com/2015/10/pengertian-dan-contoh-etika-
normatif.html

https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-etika/

14

Anda mungkin juga menyukai