Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MAKNA dan HAKIKAT ETIKA DALAM PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Etika Profesi guru

Doen Pengampu: Suwarno AS, S. Pd.I., M. M.

Disusun oleh:

Kelompok 1

1. Ela Wati (NIM: 20.01.0014)


2. Warsiah (NIM: 20.01.0040)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
AL-AMIN INDRAMAYU
TAHUN 2022
2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia terbesarnya berupa wahyu
al-Qur’anul Karim kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan Para Rasul yang
membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya menuju jalan yang lurus, untuk menyelamatkan manusia dari
kehancuran.

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, akhirnya pemakalah dapat menyajikan
sebuah makalah yang berjudul Makna dan Hakikat Etika Dalam Pengembangan Profesi
Guru. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas semester IV dalam mata kuliah Etika
Profesi Guru.

Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf jika dalam
penulisan dan penyusununnya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif akan senantiasa kami nanti dalam upaya evaluasi diri.

Penulis,                        
                                     
                      
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................................6
A. Makna Etika Dalam Pengembangan Profesi Guru...................................................6
B. Hakikat Etika Dalam Pengembangan Profesi Guru................................................11
BAB III..............................................................................................................................13
PENUTUP.........................................................................................................................13
Kesimpulan....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya, karena bagi siswa guru yang sering dijadikan tokoh
teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru sayogyanya memiliki
perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh.
Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
Di sisi lain, guru harus memahami dan menghayati para siswa yang dibinanya,
karena wujud siswa pada setiap saat tidak akan sama, sebab perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memberikan dampak serta nilai-nilai budaya masyarakat
indonesia sangat mempengaruhi gambaran para lulusan atau output suatu sekolah yang
diharapkan. Oleh sebab itu, gambaran suatu guru yang diharapkan sangat mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh keadaan itu sehingga dalam melaksanakan  proses pembelajaran,
guru diharapkan mampu mengantisipasi perkembangan keadaan dan tuntutan masyarakat
pada masa yang akan datang.
Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan pembelajaran memiliki posisi
yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah
merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Di samping itu,
kedudukan guru dalam kegiatan pembelajaran juga sangat strategis dan menentukan.
Strategis karena guru yang akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran,
sedangkan bersifat menentukan karena guru yang akan memilah dan memilih bahan
pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan tugas guru adalah keprofesionalnya, dengan kata lain pendidikan sangat
berhasil jika disampaikan oleh guru yang profesional. Karena guru memang mempunyai
peranan yang paling penting dalam proses pembelajaran.1

1 Depag. RI, Metodologi PAI, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2001, hal. 1.
5

B. Rumusan Masalah
1. Apa Makna Etika Pengembangan Profesi Guru?
2. Apa Hakikat Etika Pengembangan Profesi Guru?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Makna Etika Pengembangan Profesi Guru.
2. Untuk Mengetahui Hakikat Etika Pengembangan Profesi Guru.
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Etika Dalam Pengembangan Profesi Guru


1. Pengertian Etika

Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlaq); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlaq; nilai mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau
masyarakat, (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989:25).

Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap
yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral, (Suseno,
1987: 14-15). Etika sebenarnya lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip
dasar pembenaran dalam hubungan denggan tingkah laku manusia, (Kattsoff,
1986 :71).

Istilah lain dari etika adalah susila yang diambil dari bahasa sansekerta. Su
artinya baik dan sila artinya kebiasaan atau tingkah laku, aturan hidup atau
prinsip.Susila berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan manusia yang baik
menurut aturan hidup yang berlaku. Etika sebagai ilmu disebut tata susila yang
mempelajari tata nilai, tentang baik dan buruknya suatu perbuatan, apa yang harus
dikerjakan atau dihindari sehingga terciptanya hubungan yang baik diantara
sesame manusia,(Suhardana,2006:173).

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa etika memiliki banyak arti, tetapi dapat disederhanakan menjadi dua
pengertian, yaitu:

a. Etika sama dengan praksis; sama dengan moral atau moralitas yang
berarti adat istiadat, kebiasaan nilai-nilai, dan norma-norma yang
selalu berlaku dalam kelompok atau masyarakat.
b. Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral.
7

Etika adalah sikap kritis setiap pribadi dan kelompok masyarakat dalam
merealisasikan moralitas itu. Karena Etika adalah refleksi kritis terhadap
moralitas, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang bertindak sesuai
dengan moralitas begitu saja. Etika memang pada akhirnya menghimbau orang
untuk bertindak sesuai dengan moralitas, tetapi bukan karena tindakan itu
diperintahkan oleh moralitas (nenek moyang, orang tua, guru), melainkan karena
ia sendiri tahu bahwa hal itu memang baik baginya. Sadar secara kritis dan
rasional bahwa ia memang sudah sepantasnya bertindak seperti itu. Etika
berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan
bukan heteronom.

2. Objek Etika

Menurut Poedjawijatna (1990:14-15), lapangan penyelidikan etika memang


manusia, tetapi berbedalah etika dengan misalnya ilmu manusia, karena ilmu
manusia menyelidiki manusia itu dari sudut ‘luar’. Ilmu budaya pun berbeda
dengan etika, sebab walaupun ilmu budaya itu menyelidiki manusia, tetapi
pandangannya khusus diarahkan kepada kebudayaannya. Etika memang
mempunyai sudut penyelidikannya sendiri terhadap manusia yang menjadi
lapangan penyelidikan beberapa ilmu lain.

3. Tujuan Etika

Tujuan Etika adalah memberitahukan bagaimana kita dapat menolong


manusia di dalam kebutuhannya yang riil yang secara susila dapat di
pertanggungjawabkan, (Kumorotomo.1992 : 23).

Tujuan mempelajari etika yaitu untuk mendapatkan konsep yang sama


mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu
tertentu, untuk mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang
harmonis, tertib, teratur, damai dan sejahtera. Mengajak orang bersikap kritis dan
rasional dalam mengambil keputusan secara otonom, ( Ariyanto, 2010: 34).
8

Tujuan etika propesi adalah untuk memelihara keseluhuran profesi dan


melindungi masyarakat. Biasanya etika profesi ditulis dalam bentuk kode etik dan
pelaksanaannya dibawah pengawasan sebuah majelis atau dewan kehormatan
etik.

4. Kegunaan Etika
Menurut Adler,et.al.,ikegunaan etika sebagai pedoman hidup masyarakat:
a. Keindahan (Beauty)
1) Bahwa hidup dan kehidupan manusia itu sendiri seunggunnya
merupakan keindahan.
2) Dalam kehidupan social kita dapat menyaksikan bahwa orang lebih
menyenangi cinta kasih, kerjasama antar manusia, gotong royong,
kedamaian dan kehidupan yang berdasarkan saling membantu.
3) Maka kasih saying, kedamaian dan kesejahteraan itu sesungguhnya
smerupakan unsure-unsur keindahan.
b. Persamaan (Equality)
1) Hakekat kemanusiaan menghendaki adanya persamaan antara manusia
yang satu dengan yang lain.
2) Setiap manusia yang terlahir di bumi ini serta merta memiliki hak dan
kewajiban masing-masing, tetapi sebagi manusia ia adalah sama atau
sederajad.
c. Kebaikan (Goodness)
1) Kebaikan berarti sifat atau karakterisasi dari sesuatu yang
menimbulkan pujian.
2) Perkataan baik (good) mengandung sifat-sifat seperti persetujuan,
pujian, keunggulan, kekaguman, atau ketepatan.
3) Kebaikan sangat erat kaitannya dengan hasrat dan cita manusia, karena
pada umumnya manusia menghindari perbuatan-perbuatan buruk.
4) Lawan kebaikan adalah keburukan (evil), yaitu jika perbuatannya
merugikan diri sendiri, atau merugikan orang lain.
d. Keadilan (Justice)
9

1) Keadilan ialah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan


kepada setiap orang apa yang semestinya.
2) Menurut Plato, keadilan merupakan substansi rohani umum dari suatu
masyarakat yang menciptakan dan menjaga kesatuannya.
3) Menurut Rawls, keadilan meliputi 2 azas:
a) Bahwa setiap orang hendaknya memiliki hak yang sama atas
kebebasan dasar.
b) Bahwa perbedaan social ekonomi hendaknya diatur sehingga
memberikan manfaat terbesar bagi mereka yang berkedudukan
paling menguntungkan serta bertalian dengan jabatan atau
kedudukan yang terbuka bagi semua orang berdasarkan
persamaan kesempatan yang layak.
e. Kebabasan (Liberty)
1) Keleluasaan untuk bertindak atau tidak bertindak berdasarkan pilihan-
pilihan yang tersedia bagi seseorang.
2) Kebebasan muncul dari doktrin, bahwa setiap orang memiliki
hidupnya sendiri serta mamiliki hak untuk bertindak menurut
pilihannya sendiri kecuali jika pilihan-pilihan tindakan tersebut
melanggar kebebasan yang sama dari orang lain.
f. Kebenaran (Truth)
1) Ide kebenaran biasanya dipakai dalam pembicaraan mengenai logika
ilmiah, sehingga kita mengenal kriteria kebenaran dalam berbagai
cabang ilmu, semisal matematika, biologi, sejarah dan juga filsafat.
2) Namun ada pula kebenaran mutlak yang hanya dapat dibuktikan
dengan keyakinan bukan dengan fakta, yang ditelaah dengan Ilmu
Agama.
Ada sekurang- kurangnya empat alasan mengapa etika pada zaman
kita semakin diperlukan, antara lain:
a) Kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga
dalam bidang moralitas.
10

b) Kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa


tanding, bukan hanya 100 tahun lalu belum ada kendaraan
bermotor, plastic, alat elektronik dan media masa, melainkan cara
berfikirpun berubah secara amat radikal. Dalam situasi seperti ini
etika mau membantu agar kita tidak kehilangan orientas.
c) Tidak mengherankan bahwa proses perubahan sosial budaya dan
moral yang kita alami ini dipergunakan oleh berbagai pihak untuk
memancing dalam air keruh. Mereka menawarkan ideologi-
ideologi mereka sebagai obat penyelamat. Etika dapat membuat
kita sanggup untuk menghadapi ideologi- ideologi itu dengan
kritis dan objektif dan untuk membentuk penilaian sendiei, agar
kita tidak mudah terpancing. Etika juga membantu agar kita
jangan naif atau ekstrem.
d) Etika diperlukan oleh kaum agama yang disatu pihak menemukan
dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka dilain
pihak sekaligus mau berparsitipasi tanpa takut – takut dan dengan
tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat
yang sedang berubah, (Suseno. 1987: 15-16).

B. Hakikat Etika Dalam Pengembangan Profesi Guru


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian, ketrampilan kejujuran dan lain-lain.2
Guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utamanya yaitu mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik dan sebagai pionir atau leader bagi perkembangan kedewasaan peserta didik
baik jasmani maupun rohani.3 Jadi, guru mengemban tugas meliputi transfer of
knowledge, tfansfer of value, transfer of skill.
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar

2 TIM Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, 1993, hal. 702.
3 M khasin, Modul Ilmu Pendidikan, Kudus, 2009, hal. 6.
11

bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di


luar bidang kependidikan.4
Seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar
agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, adalah sebagai berikut:
1) Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran
yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang
bervariasi.
2) Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir
serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3) Guru dapat membuat urutan dalam pemberian dan penyesuaiannya dengan usia
dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.
4) Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki peserta didik agar peserta didik menjadi mudah dalam
memahami pelajaran yang diterimanya.
5) Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata
pelajaran dan / atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
6) Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara
memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati,
meneliti dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatkannya.
7) Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial,
baik dalam kelas maupun di luar kelas.
8) Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta didik secara individual
agar dapat melayani siawa sesuai dengan perbedaannya tersebut.
Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya
untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat melakukan perbaikan dan
pengembangan.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah sedemikian pesat,
guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu
bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak
membarikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri

4 Hamzah B, Uno, Profesi Kependidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2011, hal. 15.
12

informasi. Dengan demikian, keahlian guru haru terus dikembangkan dan tidak hanya
terbatas pada penguasaan prinsip mengajar seperti telah diuraikan.5
Guru yang merupakan salah satu unsur dalam bidang kependidikan harus
berperan aktif dan bisa menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional
sesuai dengan ketentuan masyarakat yang semakin berkembang. Di atas pundak guru
terdapat tanggung jawab yang besar untuk dapat membawa peserta didiknya menuju
kedewasaan, oleh karena itu guru tidak hanya sebagai pengajar dan pendidik, juga
sekaligus sebagai pembimbing yang mengarahkan dan mengantarkan siswanya ke
taraf yang dicita-citakannya.6
Seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi
atau dengan kata lain memiiki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan
profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan
profesionalisme dan bukan amatiran, karena seorang profesional akan terus-menerus
meningkatkan mutu karyanya secara sadar melalui pendidikan dan latihan.7
Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditujukan
oleh peserta didik. Untuk itu apabila seseorang ingin menjadi seorang guru yang
profesional maka sudah seharusnya ia dapat selalu meningkatkan wawasan
pengetahuan akademis dan praktis melalui jalur pendidikan berjenjang up grading
ataupun pelatihan yang bersifat in service training.8
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika proses membandingkan tujuan
hasil belajar dengan hasil belajar (evaluasi) tidak sesuai, dengan kata lain terdapat
sebuah kegagalan. Maka peserta didik tidak bisa disalahkan sepenuhnya, karena
profesinalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan tujuan
belajar dan guru harus dapat mencari pokok permasalahan, selama peserta didik 
tersebut “tidak idiot”.

5 Ibid, hal. 16-17.


6 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, Cet. 5, hal. 133.
7 H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal. 86.
8 Hamzah B. Uno, Op.Cit, hal.17.
13

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, tata cara(adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan
kewajiban yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etos bersumber dari
pengertian yang sama dengan etika, yaitu sumber-sumber nilai yang dijadikan rujukan
dalam pemilihan dan keputusan perilaku.

Loyalitas didefinisikan sebagai kesetiaaan pada sesuatu dengan rasa cinta,


sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi seseorang merasa tidak perlu untuk
mendapatkan imbalan dalam melakukan sesuatu untuk orang lain. Profesi diartikan
sebagai suatu pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan
khusus yang didapat dari pendidikan akademis yang intensif.

Profesional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang
menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan
unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Profesionalisme adalah Penampilan suatu
pekerjaansebagai suatu profesi; danjuga mengacu kepada sikapdan komitmen
anggotaprofesi untuk bekerjaberdasarkan standar yangtinggi dan kode etikprofesinya.

Profesionalisasi adalah suatu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan


profesi dalam mencapaisuatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk
dapat melakukan tugas-tugasnya.

Guru adalah tenaga profesional yang diberikan tugas untuk mendidik, mengajar,
membimbing, melatih, mengarahkan dan memberi nilai/mengambil nilai dari peserta
didiknya.
14

DAFTAR PUSTAKA

Depag. RI, Metodologi PAI, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
Jakarta, 2001.
Hamzah B, Uno, Profesi Kependidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2011.
H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
M khasin, Modul Ilmu Pendidikan, Kudus, 2009.
Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1994.
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta, 1999.
TIM Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1993.
https://alindah41.wordpress.com/tag/makna-etika-profesi-keguruan/

https://123dok.com/document/q5163pry-makalah-hakikat-etika-profesi-keguruan-d.html?
utm_source=seo_title_list

http://ainunnajib1994.blogspot.com/2016/03/makalah-hakikat-profesi-keguruan.html

Anda mungkin juga menyukai