Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Tuhan yang maha Esa. Shalawat
serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah sampai zaman terang-benerang seperti saat ini. Sehingga
kami dapatmenyelesaikan makalah yang berjudul “Hutang Piutang, Sulhu, dan
Hilawah” tidak kurang dari pada waktu yang telah ditetapkan.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk
memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Fiqih, serta merupakan
bentuk tanggung jawab kami pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf jika
dalam penulisan dan penyusununnya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa kami nanti dalam upaya
evaluasi diri.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Pengertian Hutang piutang, Sulhu, dan Hiwalah..........................................5
B. Rukun Hutang Piutang, Sulhu dan Hiwalah.................................................7
C. Syarat hutang piutang, sulhu dan hiwalah....................................................8
D. Hukum Hutang Piutang, Sulhu, dan Hiwalah.............................................10
E. Macam-macam hutang piutang, sulhu dan hiwalah....................................14
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam mengatur hubungan yang kuat antara akhlak, akidah, ibadah, dan
muamalah. Aspek muamalah merupakan aturan main bagi manusia dalam
menjalankan kehidupan sosial, sekaligus merupakan dasar untuk membangun
sistem perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ajaran muamalah akan
menahan manusia dari menghalalkan segala cara untuk mencari rezeki. Muamalah
mengajarkan manusia memperoleh rezeki dengan cara yang halal dan baik.
Permasalahan tentang hutang sangat banyak, bahkan hutang bisa memutus
hubungan silaturahim bahkan persengketaan diantara manusia, Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membaca doa: "(Artinya = Ya Allah aku
berlindung kepada-Mu dari bahaya hutang bahaya musuh dan kemenangan para
musuh)" begitu kawatirnya Rasulullah tentang hutang dari pada musuh dan
kemenangan para musuh. Makalah ini akan membahas tentang hutang, yang
bersumber dari hadits-hadits nabi Muhammad SAW. Dalam makalah ini kita akan
mendapat jawaban dari pertanyaan itu semua, semoga makalah ini sesuai dengan
yang kita harapkan dan menambah pahala bagi penulis dan juga para membaca
untuk mengamalkannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hutang piutang, Sulhu, dan Hiwalah ?
2. Apa saja rukun, dan syarat Hutang piutang, Sulhu, dan Hiwalah ?
3. Apa hukum hutang piutang, Sulhu, dan Hiwalah ?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penulisan ini bertujuan untuk
menginformasikan dan menjelaskan tentang proses perencanaan dalam
Manajemen serta menjelaskan rumusan masalah diatas.
BAB II
PEMBAHASAN
c) Hilawah
هIIوفى عليIIعن ابى هريرة رضى هللا عنه ان رسول هللا صلى هللا علىه وسلم كان يؤتى بالرجل المت
لواعلىII ص: الII واال ق,هIIلى عليIIاء صIIرك وفIIه تIIدث انIIهل لدينه من قضاء ؟ فان ح: فيسأل,الدين
لىIه دين فصI فمن توفى فعلي, انا اولى بالمؤمنين من انفسهم: فل ّم فتح هللا عليه الفتوح قال,صاحبكم
اؤهIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIقض
Artinya : Dari Abu Hurairah RA sesungguhnya Rasulullah SAW bila
didatangkan kepadanya jenazah orang yang menanggung hutang, beliau
bertanya : apakah ia meninggalkan sesuatu untuk membayarnya? kalau
dikatakan bahwa ia meninggalkan sesuatu untuk membayar hutangnya,
maka beliau shalat untuknya, tetapi bila tidak, beliau bersabda :
shalatkanlah sahabatmu itu!, tetapi setelah Allah memberi beberapa
kemenangan kepadanya, beliau bersabda: “aku lebih dekat kepada orang
mukmin dari pada mereka, maka barang siapa meninggal dunia dan
meninggalkan hutang maka aku tanggung membayarkannya. (HR Bukhari
dan Muslim.)
c) Rukun Hiwalah
Menurut mazhab Hanafi, rukun hiwalah hanya ijab (pernyataan
melakukan hiwalah) dari pihak pertama, dan qabul (penyataan menerima
hiwalah) dari pihak kedua dan pihak ketiga. Menurut mazhab Maliki,
Syafi’i dan Hambali rukun hiwalah ada enam yaitu:
1. Pihak pertama, muhil ()المحيل: Yakni orang yang berhutang dan
sekaligus berpiutang,
2. Pihak kedua, muhal atau muhtal (الIIIال او المحتIII)المح: Yakni orang
berpiutang kepada muhil.
3. Pihak ketiga muhal ‘alaih ()المحال عليه: Yakni orang yang berhutang
kepada muhil dan wajib membayar hutang kepada muhtal.
4. Ada hutang pihak pertama pada pihak kedua, muhal bih ()المحال به:
Yakni hutang muhil kepada muhtal.
5. Ada hutang pihak ketiga kepada pihak pertama Utang muhal ‘alaih
kepada muhil.
6. Ada sighoh (pernyataan hiwalah).
c) Syarat Hiwalah
Hiwalah dapat dipandang sah jika memenuhi syarat berikut:
1. Para pihak yang terlibat dalam hiwalah (muhil, muhal, dan muhal
alaih) memiliki kecakapan melakukan tindakan hukum (baligh,
berakal, dan rusyd).
2. Utang piutang yang akan dialihkan jumlahnya harus jelas.
3. Utang piutang dipastikan sudah terjadi dengan adanya bukti antara
muhil dan muhal.
4. Pengalihan utang piutang disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat.
5. Harus ada kesamaan antara jenis maupun kadarnya serta waktu jatuh
tempo pembayarannya.
masalah muamalat.
1. Shulhu Ibra, yaitu melepaskan sebagian dari apa yang menjadi haknya.
Shulhu ibra, ini tidak terkait oleh syarat.
2. Shulhu Muawadah, yaitu berpalingnya satu orang dari haknya kepada
orang lain. Hukum yang berlaku pada sulhu ini adalah hukum jual beli.
c) Hiwalah.
Mazhab Hanafi membagi alhiwalah dalam beberapa bagian, ditinjau dari
segi objek akad.
1. Hiwalah al-haq (pengalihan hutang piutang) yaitu apabila yang
dialihkan itu merupakan hak untuk menuntut pembayar hutang,
2. Hiwalah ad-dain (pengalihan utang) yaitu apabila yang dialihkan
kewajiban untuk membayar hutang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiwalah adalah adalah memindahkan utang dari tanggungan seseorang
kepada tanggungan orang lain . rukun hiwalah yaitu: muhil, muhal, muhal’alaih,
utang muhil kepada muhal, utang muhal’aih kepada muhal, sighat.
Al-sulh dalam bahasa arab yang artinya perdamaian yang bertujuan memutuskan
perselisihan diantara kedua belah pihakyang bersengketa. Perdamaian dapat
dikatakan sah apabila terpenuhi rukun dan syarat –syaratnya yaitu
mushali(masing-masing pihak yang melakukan akad perdamaian.
Hutang piutang sudah menjadi hal yang lumrah, namun dalam nyata alangkah
lebih baiknya bila kita menjalankannya sesuai syariat islam akan memberikan
nilah tambah yang lebih baik seperti, tidak memberatkan pihak peminjam, pahala
yang akan diberikan Allah SWT lebih besar nilainya dibanding dengan pahala
sedekah.
B. Saran
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, tentunya banyak kekurangan dan
kelemahan karena terbatasnya pengetahuan. Semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca apabila ada saran maupun kritik yang ingin disampaikan pada saya
silahkan sampaikan kepada saya. Apabila ada kesalahan saya mohon maaf dan
dimaklumi, karena saya adalah manusia dan hamba Allah yang tidak luput dari
kekurangan maupun kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jazairi Abu Bakr Jair , 1976, Pedoman hidup Muslim, Jakarta: PT, Pustaka
Lintera Antar Nusa.