Anda di halaman 1dari 15

HIWALAH, KAFALAH/DHAMANAH

MAKALAH

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Fiqh Muamalah

Disusun Oleh:

Kelompok 7 Kelas ES 3C

1. Siwi Qudsi (22681051)

2. Wulan Oktari (22681058)

Dosen Pengampu:

Hendrianto, M.A.

MAHASISWA PROGRAM STUDI EKONOMI SYA’RIAH

FAKULTAS SYA’RIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, taufiq, serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hiwalah,
Kafalah/Dhamanah” .

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Hendrianto, M.A.
Selaku dosen mata kuliah Fiqh Muamalah yang telah memberikan tugas ini.

Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita. Oleh
sebab itu penting bagi kami adanya kritik, saran, dan usulan untuk memperbaiki makalah
yang kami buat diwaktu yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat dipahami dengan mudah bagi siapapun yang membacanya
dan juga dapat berguna bagi kami pribadi. Demikian yang dapat kami sampaikan. Mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata.

Curup, Sep 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I .............................................................................................................1
PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................1
BAB II ............................................................................................................2
PEMBAHASAN ............................................................................................2
A. Pengertian Dan Dasar Hukum ..............................................................2
B. Rukun Dan Syarat Kafalah Dan Hiwalah ............................................5
C. Macam-Macam Kafalah Dan Hawalah ................................................6
D. Berakhirnya Kafalah Dan Hawalah .....................................................7
E. Aplikasi Kafalah Dan Hiwalah Dalam Perbankan Syariah ..................8
BAB III ..........................................................................................................10
PENUTUP .....................................................................................................10
A. Kesimpulan ..........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang paling sempurna dan komprehensif, mencakup dan
mengatur segala urusan kehidupan manusia, baik yang berkaitan dengan masalah akidah
(keyakinan), ibadah (ritual), muamalah (interaksi sesama makhluk), ekonomi, politik,
maupun akhlak dan adab.
Berbicara mengenai fiqih muamalah yang membahas mengenai hukum-hukum syara’
tentang melakukan interaksi dengan orang lain dalam jual beli dan semacamnya.
Pembahasan tersebut salah satunya membahas kafalah dan hiwalah yang aplikasinya
terterap di perbankan syari’ah.
Kafalah, Hawalah/Hiwalah sering kita dengar baik dalam ekonomi syariah maupun
dalam lembaga keuangan syariah. Hal tersebut dalam dunia perbankan terdapat dalam
produk jasa. Pada umumnya masyarakat awam tidak begitu memahami apa yang
dimaksud dengan hal tersebut. Untuk Indonesia sebagai negara muslim sudah seharusnya
sistem keuangan yang digunakan berlandaskan prinsip syariah. Namun, saat ini prinsip
syariah belum begitu terealisasi penggunaannya.
kafalah bermakna penggabungan tanggungan seorang kafil dengan tanggungan
seorang ashil untuk memenuhi tuntutan dirinya, atau utang, atau barang, atau suatu
pekerjaan.
Hawalah/Hiwalah dapat digunakan untuk pemindahan utang dari seseorang kepada
orang lain. Ini sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
pemakalah mengangkat materi tentang, wakalah, kafalah, dan hawalah/hiwalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dan Dasar Hukum Kafalah dan Hiwalah?
2. Apa Saja Rukun Dan Syarat Kafalah Dan Hiwalah?
3. Apa Saja Macam-Macam Kafalah Dan Hawalah?
4. Bagaimana Berakhirnya Kafalah Dan Hiwalah?
5. Bagaimana Cara Aplikasi Kafalah & Hiwalah Dalam Perbankan Syariah?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Dan Dasar Hukum Kafalah dan Hiwalah!
2. Mengetahui Apa Saja Rukun Dan Syarat Kafalah Dan Hiwalah!
3. Mengetahui Macam-Macam Kafalah Dan Hawalah!
4. Mengetahui Berakhirnya Kafalah Dan Hiwalah!
5. Mengetahui cara Aplikasi Kafalah & Hiwalah Dalam Perbankan Syariah!

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Kafalah & Hawalah


1. Kafalah
1). Pengertian
Kafalah secara bahasa artinya al-dammanu (menggabungkan), atau al-
dammam (jaminan), hamalah, dan za’amah (tanggungan). Menurut istilah, kafalah
merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian
lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seorang yang dijamin dengan
berpegangan pada tanggung jawab orang lian sebagai penjamin (kafil).1
Menurut istilah syara' sebagaimana didefinisikan oleh para ulama:
1. Menurut Hasby Ash-Shiddiqie
‫المي دمة إلى ذمة في المطالبة‬
Artinya: "Menggabungkan dzimmah (tanggung jawab) kepada dzimmah yang lain
dalam penagihan".
2. Menurut Mazhab Syafi'i
‫عقد يقتضى التزام حق ثابت فى ذمة الغير أو احضار عين مضمونة‬
‫أو احضار بدن من يستحق حضوره‬
Artinya: "akad yang menetapkan hak pada tanggungan (beban) yang lain atau
menghadirkan zat benda yang dibebankan atau menghadirkan badan oleh orang
yang berhak menghadirkannya".
3 . Menurut Hanafiyah
‫عبارة عن ضم ذمة الكفيل الى ذمة االصيل فى المطالبة بنفس أو دين أو عين أو عمل‬
Artinya: "Proses penggabungan tanggungan kafiil menjadi tang- gungan ashiil
dalam tuntutan/permintaan dengan materi atau utang atau barang atau pekerjaan".
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kafalah/dhaman
adalah transaksi yang menggabungkan dua tang- gungan (beban) untuk memenuhi
kewajiban baik berupa utang, uang, barang, pekerjaan, maupun badan.2
1
M. Syaikhul Arif Siti Halilah, “KAFALAH DALAM PANDANGAN ISLAM,” Siyasah : Jurnal Hukum Tata Negara 2,
no. 2 (December 17, 2019): hal 54-55.,
https://www.ejournal.an-nadwah.ac.id/index.php/Siyasah/article/view/122.
2
Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan, and Sapiudin Shidiq, FIQH MUAMALAT, Edisi Pertama (Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP, 2010), hal 205.

2
2). Dasar Hukum Kafalah
Dalam hukum Islam, seseorang diperkenankan mendelegasikan suatu tindakan
tertentu kepada orang lain yang mana orang lain tersebut bertindak atas nama pemberi
kuasa atau yang mewakilkan sepanjang kegiatan yang didelegasikan diperkenankan
oleh agama. Dalil yang dipergunakan, antara lain adalah:
AL-QUR’AN:
‫َقاُلو۟ا َنْفِقُد ُص َو اَع ٱْلَم ِلِك َوِلَم ن َج ٓاَء ِبِهۦ ِح ْم ُل َبِع يٍر َو َأَن۠ا ِبِهۦ َز ِع يٌم‬

Penyeru–penyeru itu berkata: Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta dan aku
menjamin terhadapnya (QS. Yusuf : 72).

AS-SUNNAH:
“Pinjaman hendaklah dikembalikan dan yang menjamin hendaklah membayar”
(Riwayat Abu Dawud). “Bahwa Nabi Saw. pernah menjamin sepuluh dinar dari
seorang laki-laki yang oleh penagih ditetapkan untuk menagih sampai sebulan, maka
hutang sejumlah itu dibayar kepada penagih” (Riwayat Ibnu Majah).3

2. Hawalah
1). Pengertian
Menurut bahasa, kata “Al-Hiwalah” huruf ha’ dibaca kasrah atau kadang-
kadang dibaca fathah, berasal dari kata “At-Tahawwul” yang berarti “Al-Intiqal”
(Pemindahan/Pengalihan). Orang arab biasa mengatakan “Hala ‘anil ‘ahdi” yaitu
terlepas dari tanggungjawab. Abdurrahman Al-Jaziri berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan Hiwalah menurut bahasa adalah “ Pemindahan dari satu tempat ke
tempat yang lan”.
Sedangkan secara istilah para ulama’ berbeda-beda dalam mendefinikasinya,
antara lain sevagai berikut :
a. Menurut Hanafiyah, yang dimaksud dengan Hiwlah adalah “Memindahkan beban
utang dari tanggungjawab muhil (orang yang berhutang) kepada tanggungjawab
muhal ‘alaih (orang lain punya tanggungjawab membayar hutang pula”.
b. Menurut iman Maliki, Syafi’i, dan Hambali Al-Hiwalah adalah “ pemindahan atau
pengaliha hak untuk menuntut pembayaran hutang dari satu pihak kepada pihak
yang lain”.

3
Mhd Thoib Nasution, “Implementasi Aplikasi Kafalah dan Hawalah di Lembaga Keuangan Syariah,” Manhaj:
Jurnal Ilmu Pengetahuan, Sosial Budaya dan Kemasyarakatan 20, no. 2 (2023): hal 2762.

3
c. Menurut Zainul Arifin hiwalah adalah akad pemindahan hutang/piutang suatu pihak
kepada pihak lain. Dengan demikian di dalamnya terdapat tiga pihak, yaiyu pihak
yang berhutang (muhil), pihak yang memberi hutang (muhal) dan pihak yang
menerima pemindahan (Muhal ‘alaih).7Dalam konsep hukum prdata hiwalah
adalah serupa dengan pengambil alihan hutang, lembaga pelepasan hutang atau
penjualan utang atau lembaga penggantian kreditor atau penggantian debitor.
Dalam hukum perdata dikenal lembaga yang disebut subrogasi dan novasi yaitu
lembaga hukum yang memungkinkan tejadinya pergantian debitor atau kreditor.4

2). Dasar Hukum Hiwalah


a. Al-Qur’an
‫َوِإن َك اَن ُذ و ُعْس َرٍة َفَنِظ َر ٌة ِإَلٰى َم ْيَسَرٍةۚ َو َأن َتَص َّد ُقو۟ا َخ ْيٌر َّلُك ْم ۖ ِإن ُك نُتْم َتْع َلُم وَن‬

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh
sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah : 280)
b. Hadits
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairoh, bahwa
Rasulullah saw, bersabda: “Memperlambat pembayaran hukum yang dilakukan
oleh orang kaya merupakan perbuatan zalim. Jika salah seorang kamu dialihkan
kepada orang yang mudah membayar hutang, maka hendaklah ia
beralih(diterima pengalihan tersebut)”.(HR alBukhari dan Muslim).
c. Ijma
Para ulama sepakat membolehkan hawalah. Hawalah dibolehkan pada hutang
yang tidak berbentuk barang/ benda, karena hawalah adalah perpindahan utang,
oleh sebab itu harus pada utang atau kewajiban finansial.5

B. Rukun Dan Syarat Kafalah Dan Hiwalah


1. Rukun dan Syarat Kafalah
Menurut mazhab hanafi, rukun kafalah ada dua, yaitu ijab dan qabul. Sedangkan
menurut jamhur ulama, bahwa rukun dan syarat kafalah adalah sebagai berikut:

4
Novanda Eka Nurazizah, “IMPLEMENTASI AKAD HIWALAH DALAM HUKUM EKONOMI ISLAM DI PERBANKAN
SYARIAH,” TAFAQQUH: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Dan Ahwal Syahsiyah 5, no. 2 (December 31, 2020):
hal 4.
5
Nizaruddin Nizaruddin, “Hiwalah dan Aplikasinya dalam Lembaga Keuangan Syari’ah,” Adzkiya : Jurnal
Hukum dan Ekonomi Syariah 1, no. 2 (July 11, 2013): hal 5-6.,
https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/adzkiya/article/view/1051.

4
1. Damin, kafil atau za’im, yaitu orang yang menjamin. Dalam hal ini orang yang
menjamin disyaratkan sudah baliqh, berakal, tidak dicegah menjalankan hartanya
(mahjur) dan dilakukan dengan kehendak sendiri.
2. Madmun ‘alayh (orang yang berpiutang), syrat-syarat orang yang berpiutang
diketahui oleh orang yang menjamin. Orang yang menjamin disebut juga makful
lahu, orang yang berpiutang disyratkan dikenal oleh penjamin karena manusia tidak
sama dalam hal tuntunan, hal ini dilakukan demi kemudahan dan kedisiplinan.
3. Madmum ‘anhu atau makful ‘anhu (orang yang berutang). Dalam hal ini orang yang
berutang disyaratkan baligh, berkal, memiliki niat yang baik dan berbuat baik untuk
memenuhi tangung jawabnya kepada orang yang menjamin.
4. Madmun bih atau mukful (benda/barang atau orang). Benda atau orang disyaratkan
dapat diketahui dab tetap keadaanya.
5. Sight atau lafal, disyaratkan keadaan lafal itu dengan kata-kata menjmain, tidak
digantungkan pada susunan atau tidak jelas dan tidak berarti sementara.6

2. Rukun dan Syarat Hiwalah


Menurut Hanafiyah, rukun hawalah hanya terdiri jab dari pihak muhil, yakni orang
yang berhutang dan sekaligus berpiutang, dan qabul dari pihak muhal atau muktal,
yakni orang yang berpiutang kepada muhil.
Menurut mayoritas ulama, rukun hawalah terdiri atas muhil, yakni orang yang
berutang dan sekaligus berpiutang.
Ulama fiqh menetapkan beberapa syarat terkait dengan rukun hawalah:
 Muhil, adalah orang yang berakal dan baligh Akad hawalah tidak sah dilakukan
oleh anak kecil atau orang gila yang tidak berakal. Selain itu,
akad hawalah harus berjalan dengan persetujuan dan kesepakatan muhil, karena
di sini berlaku konsep ibra' (pembebasan) utang yang bermakna pemindahan
kepemilikan.
 Muhal haruslah orang yang berakal dan sudah baligh, dan ada persetujuan dan
kerelaannnya untuk menerima hawalah dalam majlis akad.
 Muhal 'alaih, syarat yang ada atas diri muhal atau muhtal, juga berlaku pada diri
muhal.
 Muhal bih harus berupa utang dan bersifat mengikat. Artinya adanya utang dari
pihak muhil kepada muhal, dan hutang tersebut bersifat mengikat. Malikiyah
menambahkan, utang yang ada sudah jatuh tempo, dan nominal utang harus
sama dengan utang muhal 'alaih. Ketika akad hawalah telah disepakati,
maka muhil terbebas dari tuntutan hutang (bara'ah) dari pihak muhal.7

6
M. Syaikhul Arif Siti Halilah, “KAFALAH DALAM PANDANGAN ISLAM,” Siyasah : Jurnal Hukum Tata Negara 2,
no. 2 (December 17, 2019): hal 55-56.,
https://www.ejournal.an-nadwah.ac.id/index.php/Siyasah/article/view/122.
7
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Cet ke-1 (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2008), hal 259-
260.

5
C. Macam-Macam Kafalah Dan Hiwalah
1. Macam-Macam Kafalah
Kafalah ada 2 macam, yaitu:
a) Kafalah dengan jiwa Kafalah dengan jiwa dikenal juga dengan sebutan jaminan
muka, yaitu komitmen kafiil untuk menghadirkan orang yang ditanggung kepada
makhul lahu. Sah apabila seseorang mengatakan, ”Aku sebagai kafiil si fulan untuk
(menghadirkan) badan atau wajahnya, atau “Aku sebagai penjamin, atau”Aku
sebagai penanggung”, dan semisalnya. Hal itu dibolehkan bila menangani perkara
yang berhubungan dengan hak manusia.
b) Kafalah dengan harta, yaitu kewajiban yang harus ditunaikan oleh dhamin atau
kafil dengan pembayaran (pemenuhan) berupa harta.
Kafalah dengan harta ada tiga macam, yaitu:
1). Kafalah bi al-dayn, yaitu kewajiban membayar utang yang menjadi beban orang
lain.
2). Kafalah dengan penyerahan benda, yaitu kewajiban menyerahkan benda-benda
tertentu yang ada di tangan orang lain.
3). Kafalah dengan ‘aib, maksudnya bahwa barang yang didapati berupa harta
terjual dan mendapat bahaya (cacat) karena waktu yang terlalu lama atau karena
halhal lainnya, maka ia (pembawa barang) sebagai jaminan untuk hak pembeli
pada penjual, seperti jika terbukti barang yang dijual adalah milik orang lain
atau barang tersebut adalah barang gadai.8

2. Macam-Macam Hiwalah
Ditinjau dari sisi lain dibagi menjadi dua yaitu :
a. Hiwalah Muqayyadah (Pemindahan Bersyarat)
Yaitu pemindahan sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada
pihak kedua.
b. Hiwalah Mutlaqah (Hiwalah tetap)
Hiwalah Muthlaqoh terjadi jika orang yang berhutang (orang pertama) kepada
orang lain (orang kedua) mengalihkan hak penagihannya kepada pihak ketiga tanpa
didasari pihak ketiga ini berhutang kepada orang pertama.
Ditinjau dari segi obyeknya, hiwalah dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Hiwalah Haq

8
Roos Nelly, “WAKALAH, KAFALAH DAN HAWALAH,” Juripol (Jurnal Institusi Politeknik Ganesha Medan) 4, no.
2 (September 5, 2021): hal 230-231., https://doi.org/10.33395/juripol.v4i2.11138.

6
Hiwalah ini adalah pemindahan dari satu piutang dengan piutang yang lain
dalam bentuk uang bukan burang.
2) Hiwalah Dayn
Hiwalah ini adalah pemindahan hutang kepada orang lain yang mempunyai
hutang kepadanya. Berbeda dengan hiwalah haq, pada hakikatnya hiwalah dayn
sama pengertianya dengan hiwalah yang telah diterangkan terdahulu.9

D. Berakhirnya Kafalah Dan Hiwalah


1. Berakhirnya Kafalah
Kafalah berakhir apabila:
a). Ketika hutang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh
penjamin. Atau jika kreditor menghadiahkan atau membebaskan hutangnya kepada
orang yang berutang.
b). Kreditor melepaskan hutangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin.
Maka penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utang tersebut. Namun, jika
kreditor melepaskan jaminan dari penjamin, bukan berarti orang yang berutang
telah terlepas dari hutang tersebut.
c). Ketika hutang tersebut telah dialihkan (transfer hutang atau hiwalah). Dalam hal
ini baik orang terutang ataupun penjamin terlepas dari tuntutan utang tersebut.
d). Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase dengan
kreditor.
e). Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak
menyetujuinya.10

2. Berakhirnya Hiwalah
Akad hiwalah akan berakhir oleh hal-hal berikut ini :
a) Karena dibatalkan atau fasakh. Ini terjadi jika akad hiwalah belum dilaksanakan
sampai tahapan akhir lalu difasakh. Dalam keadaan ini hak penagihan dari Muhal
akan kembali lagi kepada Muhil.
b) Hilangnya hak Muhal Alaih karena meninggal dunia atau bangkrut atau ia
mengingkari adanya akad hiwalah sementara Muhal tidak dapat menghadirkan
bukti atau saksi.

9
Novanda Eka Nurazizah, “IMPLEMENTASI AKAD HIWALAH DALAM HUKUM EKONOMI ISLAM DI PERBANKAN
SYARIAH,” TAFAQQUH: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Dan Ahwal Syahsiyah 5, no. 2 (December 31, 2020):
hal 10-11.
10
Mhd Thoib Nasution, “Implementasi Aplikasi Kafalah dan Hawalah di Lembaga Keuangan Syariah,” Manhaj:
Jurnal Ilmu Pengetahuan, Sosial Budaya dan Kemasyarakatan 20, no. 2 (2023): hal 2763-2764.

7
c) Jika Muhal alaih telah melaksanakan kewajibannya kepada Muhal. Ini berarti akad
hiwalah benar-benar telah dipenuhi oleh semua pihak.
d) Meninggalnya Muhal sementara Muhal alaih mewarisi harta hiwalah karena
pewarisan merupakah salah satu sebab kepemilikan. Jika akad ini hiwalah
muqoyyadah, maka berakhirlah sudah akad hiwalah itu menurut madzhab Hanafi.
e) Jika Muhal menghibahkan atau menyedekahkan harta hiwalah kepada Muhal Alaih
dan ia menerima hibah tersebut.
f) Jika Muhal menghapusbukukan kewajiban membayar hutang kepada Muhal Alaih.11

E. Aplikasi Kafalah & Hiwalah Dalam Perbankan Syariah


1. Aplikasi Kafalah dalam Perbankan Syariah
Kafalah dapat digunakan untuk pemberian jasa bank, antara lain garansi bank
seperti jaminan uang muka (advance payment bond) atau jaminan pembayaran
(payment bond), performance bonds (jaminan prestasi).
Kafalah yang diberikan oleh bank sangat mendukung transaksi bisnis yang
dilakukan oleh pihak-pihak terkait, karena dapat memberikan rasa aman dan kondusif
bagi kelangsungan bisnis maupun proyek-proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kafalah memberian manfaat bagi:
1. Pihak yang dijamin (nasabah), bahwa dengan kafalah yang diberikan oleh bank,
nasabah bisa mendapatkan atau mengerjakan proyek dari pihak ketiga, karena
biasanya pemilik proyek menentukan syarat-syarat tertentu dalam mengerjakan
proyek yang mereka miliki.
2. Pihak yang terjamin (pemilik proyek), bahwa dengan kafalah yang diberikan oleh
bank, pemilik proyek mendapat jaminan bahwa proyek yang akan dikerjakan oleh
nasabah tadi akan diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, karena
kafalah merupakan pengambilalihan risiko oleh bank apabila nasabah cidera janji
melaksanakan kewajibannya.
3. Pihak yang menjamin (bank), bahwa dengan kafalah yang diterbitkan oleh bank,
maka pihak bank akan memperoleh fee yang diperhitungkan dari nilai dan risiko
yang ditanggung oleh bank atas kafalah yang diberikan.12

2. Aplikasi Wakalah dalam Perbankan Syariah


11
Nizaruddin Nizaruddin, “Hiwalah dan Aplikasinya dalam Lembaga Keuangan Syari’ah,” Adzkiya : Jurnal
Hukum dan Ekonomi Syariah 1, no. 2 (July 11, 2013): hal 11-12.,
https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/adzkiya/article/view/1051.

12
Mhd Thoib Nasution, “Implementasi Aplikasi Kafalah dan Hawalah di Lembaga Keuangan Syariah,” Manhaj:
Jurnal Ilmu Pengetahuan, Sosial Budaya dan Kemasyarakatan 20, no. 2 (2023): hal 2766-2767.

8
Dalam praktek perbankan syariah ffasilitas hiwalah umumnya untuk
membantu suplier dalam mendapatkan modal tunai sehingga mereka dapat
melanjutkan kegiatan usahanya. Dalam ini bank mendapat upah ganti biaya atas jasa
pemindahan hutang. Untuk mengantisipasi dan mengatasi kerugian yang akan terjadi
pihak bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berhutang dan
adanya kebenaran transaksi antara yang berhutang dan yang memindahkan hutang.
Karena kebutuhan suplier akan di likuiditas, maka ia meminta pihak bank untuk
mengakihkan pitang dan ban akan menerima pembayaran dari pemilik proyek.
Kontrak hiwalah biasanya diterapkan dalam hal-hal seperti dibawah ini:
a. Factoring ( Anjak piutang), dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada
pihak ketiga memindahkan itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut
dan bank menagihnya dari pihak ketiga.
b. Post dated cheek, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan
dulu piutang tersebut.
c. Bill discounting, secara prinsip serupa dengan hiwalah, hanya saja dalam bill
counting nasabah hanya membayar fee, sedangkan 15 pembahasan fee tidak
disepakati dalam kontrak hiwalah.13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kafalah dan Hawalah termasuk kajian fiqh muamalah yang aplikasinya
diimplementasikan dalam dunia perbankan syari’ah. Hal ini juga membuat

13
Novanda Eka Nurazizah, “IMPLEMENTASI AKAD HIWALAH DALAM HUKUM EKONOMI ISLAM DI PERBANKAN
SYARIAH,” TAFAQQUH: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Dan Ahwal Syahsiyah 5, no. 2 (December 31, 2020):
hal 12.

9
tercertusnya Fatwa Dewan Syari’ah Nasional yang mengatur tentang prosedur
implementasi kafalah dan hiwalah agar terterapkan dengan baik.
kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seorang
yang dijamin dengan berpegangan pada tanggung jawab orang lian sebagai
penjamin (kafil). Rukun dan Syarat Kafalah yaitu Damin, kafil atau za’im,
Madmun ‘alayh (orang yang berpiutang), Madmum ‘anhu atau makful ‘anhu
(orang yang berutang), Madmun bih atau mukful (benda/barang atau orang),
Sight atau lafal.
Hiwalah merupakan pengalihan hutang dari orang yang berutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. Dalam hal ini terjadi perpindahan tanggungan
atau hak dari satu orang kepada orang lain.
Dalam praktek perbankan syariah fasilitas hiwalah umumnya untuk membantu
suplier dalam mendapatkan modal tunai sehingga mereka dapat melanjutkan
kegiatan usahanya. Dalam ini bank mendapat upah ganti biaya atas jasa
pemindahan hutang. Untuk mengantisipasi dan mengatasi kerugian yang akan
terjadi pihak bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang
berhutang dan adanya kebenaran transaksi antara yang berhutang dan yang
memindahkan hutang. Karena kebutuhan suplier akan di likuiditas, maka ia
meminta pihak bank untuk mengakihkan pitang dan ban akan menerima
pembayaran dari pemilik proyek.

10
DAFTAR PUSTAKA

Djuwaini, Dimyauddin. Pengantar Fiqh Muamalah. Cet ke-1. Yogyakarta: PUSTAKA


PELAJAR, 2008.
Ghazaly, Abdul Rahman, Ghufron Ihsan, and Sapiudin Shidiq. FIQH MUAMALAT. Edisi
Pertama. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2010.
Halilah, M. Syaikhul Arif Siti. “KAFALAH DALAM PANDANGAN ISLAM.” Siyasah :
Jurnal Hukum Tata Negara 2, no. 2 (December 17, 2019). https://www.ejournal.an-
nadwah.ac.id/index.php/Siyasah/article/view/122.
Nasution, Mhd Thoib. “Implementasi Aplikasi Kafalah dan Hawalah di Lembaga Keuangan
Syariah.” Manhaj: Jurnal Ilmu Pengetahuan, Sosial Budaya dan Kemasyarakatan 20,
no. 2 (2023): 2759–74.
Nelly, Roos. “WAKALAH, KAFALAH DAN HAWALAH.” Juripol (Jurnal Institusi
Politeknik Ganesha Medan) 4, no. 2 (September 5, 2021): 228–33.
https://doi.org/10.33395/juripol.v4i2.11138.
Nizaruddin, Nizaruddin. “Hiwalah dan Aplikasinya dalam Lembaga Keuangan Syari’ah.”
Adzkiya : Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah 1, no. 2 (July 11, 2013). https://e-
journal.metrouniv.ac.id/index.php/adzkiya/article/view/1051.
Nurazizah, Novanda Eka. “IMPLEMENTASI AKAD HIWALAH DALAM HUKUM
EKONOMI ISLAM DI PERBANKAN SYARIAH.” TAFAQQUH: Jurnal Hukum
Ekonomi Syariah Dan Ahwal Syahsiyah 5, no. 2 (December 31, 2020): 59–74.

Anda mungkin juga menyukai