Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HADITS EKONOMI SYARIAH

KAFALAH DAN HAWALAH

TUGAS INI DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH HADITS


EKONOMI SYARI’AH

Dosen Pengampu :

Dr. Abdul Wahab, MEI.

Disusun Oleh :

Fahrur Rosi (20211553004)


Moh. Diki Kurniawan (20211553034)
Erika (20211553037)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2022 - 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji hanya bagi Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa memberikan
kesehatan dan kesempatan kepada kami dalam menyelesaikan makalah “Kafalah dan
Hawalah”. Sebagai muslim kita juga tidak lupa menghaturkan sholawat serta salam kepada
junjungan Nabi besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW. selaku manusia yang dipilih oleh
Allah sebagai nabi dan rasul yang menyampaikan perintah dan larangan-nya sebagai
pedoman dalam menggapai kesuksesan dunia dan akhirat kelak.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan penulis dan pembaca.
Namun terlepas dari itu kami menyadari bahwa banyaknya kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Karena itu. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini agar menjadi lebih
baik.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Abdul Wahab, MEI. selaku dosen
pengampu mata kuliah Hadist Ekonomi Syariah, yang telah membimbing kami dan pihak-
pihak yang telah membantu dalam proses menyusun makalah ini.

Surabaya, 20 Desember 2022

Pemakalah

1
2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam adalah agama yang paling sempurna dan komprehensif, mencakup dan
mengatur segala urusan kehidupan manusia, baik yang berkaitan dengan masalah
akidah (keyakinan), ibadah (ritual), muamalah (interaksi sesama makhluk), ekonomi,
politik, maupun akhlak dan adab.
Berbicara mengenai hukum-hukum syara’ tentang melakukan interaksi dengan
orang lain dalam jual beli dan semacamnya. Pembahasan tersebut salah satunya
membahas kafalah dan hawalah yang aplikasinya dapat di terapkan di perbankan
syari’ah.
Perbankan islam yang bebas bunga dalam menjual produk-produknya
mendapatkan pendapatan dari bagi hasil, margin, biaya administrasi dan fee. Pada bab
selanjutnya akan dibahas mengenai kafalah dan hiwalah dan aplikasinya dalam
lembaga keuangan syari’ah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi, rukun dan syarat dari kafalah?


2. Apa definisi, rukun dan syarat dari hawalah?
3. Apa saja hadits-hadist tentang kafalah?

4. Apa saja hadist-hadist tentang hawalah?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi, rukun dan syarat dari kafalah.


2. Untuk mengetahui definisi, rukun dan syarat dari hawalah.
3. Untuk mengetahui hadist-hadist tentang kafalah.
4. Untuk mengetahui hadist-hadist tentang hawalah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI, RUKUN, DAN SYARAT KAFALAH

2.1.1 DEFINISI KAFALAH

Al-kafalah menurut bahasa berarti al-Dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan


za’mah (tanggungan). Menurut Sayyid Sabiq yang di maksud dengan al-kafalah adalah
proses penggabungan tanggungan kafil menjadi beban ashil dalam tuntutan dengan benda
(materi) yang sama baik utang barang maupun pekerjaan. Menurut Iman Taqiyyudin yang
dimaksud dengan kafalah adalah mengumpulkan satu beban dengan beban lain. Menurut
Hasbi Ash Shidiqi al – kafalah ialah menggabungkan dzimah kepada dzimah lain dalam
penagihan.
Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak
ketiga yang memeneuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain
kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang
pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
Menurut syariah, kafalah adalah suatu tindak penggabungan tanggungan orang yang
menanggung dengan tanggungan penanggungan utama terkait tuntutan yang berhubungan
dengan jiwa, hutang, barang, atau pekerjaan. Kafalah terlaksana dengan adanya penanggung,
penanggung utama, pihak yang ditanggung haknya, dan tanggungan. Penanggung atau
disebut kafil adalah orang yang berkomitmen untuk melaksanakan tanggungan. Syarat untuk
menjadi kafil adalah harus baligh, berakal sehat, memiliki kewenangan secara leluasa dalam
menggunakan hartanya dan ridha terhadap tindak penanggungnya. Penanggung utama adalah
orang yang berhutang, yaitu pihak tertanggung. Sebagai pihak tertanggung tidak di syaratkan
harus baligh, sehat akalnya, kehadirannya, tidak pula keridhaannya terkait penanggung, tetapi
penanggung boleh dilakukan terhadap anak kecil yang belum baligh, orang gila, dan orang
yang sedang tidak berada ditempat. Tetapi pihak penanggung tidak boleh menuntut baik

5
siapapun yang ditanggungnya, jika dia telah menunaikan tanggungannya tapi tindakannya itu
dianggap sebagai perbuatan sukarela, kecuali dalam kasus jika penanggungan dilakukan
terhadap anak kecil yang diperlakukan untuk melakukan perdagangan, dan perdagangannya
itu atas perintahnya.
Sedangkan pihak yang ditanggung haknya adalah orang yang memberi hutang.
Terkait pihak tertanggung haknya ini disyaratkan harus diketahui oleh pihak yang
menanggung, karena manusia berbeda-beda sifatnya dalam menyampaikan tuntutan dari segi
toleransi dan ketegasan, sementara tujuan merekapun bermacam-macam dalam
menyampaikan tuntutan. Dengan demikian tidak ada tindakan kecurangan dalam
penanggungan. Adapun tanggungan adalah berupa jiwa, hutang, barang, atau pekerjaan yang
harus dilaksanakan atas nama pihak tertanggung.
Kafil adalah orang yang berkewajiabn melakukan makful bihi (yang ditanggung). Ia
wajib seorang yang mubaligh, berakal berhak penuh untuk bertindak dalam urusan hartanya,
rela dengan kafalah, sebab segala urusan hartanya berada ditangannya. Kafil tidak boleh
orang gila dan tidak boleh anak kecil, sekalipun ia sudah bisa membedakan sesuatu.
Kafil ini disebut dengan sebutan dhamin (orang yang menjamin), za’im (penanggung
jawab), hammil (orang yang menanggung beban), dan qobil (orang yang menerima).
Dan yang dimaksud dengan ashil adalah orang yang berhutang, yaitu orang yang
ditanggung. Untuk ashil tidak disyaratkan baligh, berakal, kehadiran dan kerelaannya, tetapi
cukup kafalah ini dengan anak kecil, orang gila dan orang tidak hadir.
Kafil tidak boleh kembali kepada seseorang dari mereka ini, kecuali pada keadaan
dimana kafalah dilakukan buat anak kecil yang diijinkan berdagang, yang perdagangannya itu
atas perintahnya.
Makful lahu adalah orang yang menghutangkan. Disyaratkan penjamin mengenalnya.
Karena manusia itu tidak sama dalam hal tuntutan, hal ini dimaksudkan untuk kemudahan
dan kedisiplinan. Dan tuntutan untuk itu berbeda-beda. Sehingga tanpa adanya hal itu
jaminan dianggap tidak benar. Dan tidak disyaratkan dikenalnya madmun’anhu (yang
ikhwalnya ditanggung).

6
Dan yang dimaksud dengan makful bihi adalah orang, atau barang, atau pekerjaan,
yang wajib dipenuhi oleh orang yang hal ikhwalnya ditanggung (makful anhu).

2.1.2 RUKUN DAN SYARAT KAFAKAH


Rukun Kafalah ada lima, yaitu:
1. Sighat kafalah (ijab qabul),
2. Makful bih (objek tanggungan),
3. Kafil (penjamin).
4. Makful‟anhu (tertanggung).
5. Makful lahu (penerima hak tanggungan).

Syarat Kafalah

a. Ad-Dhamin atau al-kafil : orang yang menjamin atau memberikan jaminan harus
memenuhi syarat baligh, berakal, merdeka atau beas dalam pengelolaan harta
bendanya. Dengan begitu, anak-anak dan orang dengan gangguan jiwa tidak bisa
menjadi penjamin dalam kegiatan kafalah.

b. Al-Madhmun lahu atau al-makful lahu : orang yang diberikan jaminan atau memiliki
piutang harus diketahui oleh orang yang memberikan jaminan. Selain itu, harus
diketahui pula bahwa setiap manusia itu tidak sala, ada yang keras dan ada yang lunak
dalam cara menuntut jaminan.

c. Al-Madhmun ‘anhu atau al-makful ‘Anhu : atau orang yang dijamin, biasanya tidak
disyaratkan untuk rela terhadap penjamin, namun jika rela akan lebih baik. Dengan

7
begitu, kerelaan orang yang dijamin bukan syarat wajib yang menentukan sah
tidaknya akad jaminan yang dilakukan

d. Al-Madhmun atau al-makful : yaitu utang yang berupa barang atau orang. Syarat
untuk barang atau orang yang menjadi objek jaminan adalah dapat diketahui dan
sudah ditetapkan. Dengan begitu, akan tidak sah ketika objek jaminan tidak diketahui
dan belum ditetapkan sebelumya, karena hal ini dimungkinkan bisa berupa gharar
atau tipuan.

e. Sighah : akad yang dilakukan oleh penjamin, syaratnya mengandung makna


menjamin, tidak digantungkan pada sesuatu atau tidak berarti sementara.

2.2 DEFINISI, RUKUN, DAN SYARAT HAWALAH

2.2.1 DEFINISI HAWALAH

Secara istilah banyak defenisi yang diberikan para ulama terhadap pengertian
hawalah. Akan tetapi diantara defenisi-defenisi tersebut mempunyai suatu
pemahaman yang sama. Dibawah ini peneliti memuat beberapa defenisi tentang
hawalah menurut pendapat para ekonom muslim dan juga sebagian ulama,diantaranya
yaitu :

1. Menurut Firdaus hawalah “ suatu akad yang mengharuskan pemindahan utang


dari yang bertanggung jawab kepada penanggung jawab yang lain”

8
2. Kalangan Mallikiyah, Syafi,Iyah dan Hanbaliyah mendefinisikan sebagai akad
berimplikasi pada perpindahan utang dari tanggungan pihak tertentu kepada
pihak lain. Definisi hawalah dalam kompilasi hokum ekonomi syariah (KHES)
pasal 20 aya(13) adalah”pengalihan hutang dari muhil al ashil kepada muhal
alaih.
3. Menurut Idris Ahmad hawalah ialah“semacam ikatan (ijab kabul) pemindahan
hutang dari tanggungan seseorang yang berhutang kepada orang lain itu
mempunyai utang pula kepada yang memindahkanya”.
4. Dalam karangan Moh.Rifai, hawalah ialah “aqad mengalihkan tanggung jawab
membayar hutang dari seseorang kepada orang lain”. Misalnya Murtaji
mempunyai hutang, semestinya dialah yang wajib membayar hutang tersebut,
tetapi kewajiban membayar hutang itu dialihkan kepada Rika dengan aqad.

Ditinjau dari segi obyeknya hawalah dibagi 2, yaitu :

1. Hawalah Haq

Hawalah ini adalah pemindahan piutang dari satu piutang kepada


piutang yang lain dalam bentuk uang bukan dalam bentuk barang. Dalam hal
ini yang bertindak sebagai Muhil adalah pemberi hutang dan ia mengalihkan
haknya kepada pemberi hutang yang lain sedangkan orang yang berhutang
tidak berubah atau berganti, yang berganti adalah piutang.

9
2. Hawalah Dayn

Hawalah ini adalah pemindahan hutang kepada orang lain yang


mempunyai hutang kepadanya. Ini berbeza dari hawalah Haq. Pada hakikatnya
hawalah dayn sama pengertiannya dengan hawalah yang telah diterangkan
terdahulu.
Jadi, Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang berutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hali ini merupakan pemindahan
beban utang dari muhil (orang yang berutang) menjadi tanggungan muhal
‘alaih atau orang yang berkewajiban membayar utang.

2.2.2 RUKUN HAWALAH

Menurut syafi’iyah rukun hawalah itu ada empat yaitu;

a. Muhil yaitu: orang yang menghawalahkan yaitu memindahkan hutangnya.


b. Muhal yaitu: orang yang di hawalahkan, yaitu orang yang mempunyai hutang
kepada muhil.
c. Muhal’alaih yaitu:orang yang menerima hawalah.
d. Sighat hawalah yaitu ijab dari muhil dengan kata-katanya; “Aku hiwalahkan
utangku yang hak bagi engkau kepada si fulan”dan kabul dari muhal dengan
kata-katanya”aku terima hawalah engkau”.

10
2.2.3 SYARAT HAWALAH

Memindahkan suatu tanggungan (hutang) kepada orang lain boleh, dengan syarat
sebagai berikut;

a. Kerelaan orang yang menanggung dan penerima orang yang di beri


pertanggungan.
b. Kepastian hutang.
c. Kesesuain hutang.
d. Kepastianya pertanggungan dari orang yang hutang.

Syarat siqah dapat menggunakan bahasa lisan maupun dengan syarat.siqat harus
menunjukan pengalihan hak penagihan tanggungan.syarat yang berkaita dengan muhil adalah
1) berakal, 2) baliq, 3) kerelaan muhil.

Berdasarkan syarat ini maka hiwalah karena adanya keterpaksaan atau ada unsur
paksaan terhadap muhil maka sah. Sementara dengan muhal adalah :

1) Berakal

2) 2) baliqh

3) 3) adanya unsur kerelaan, tidak terpaksa atau dipaksa

4) 4) majelis hiwalah.

11
Adapun syarat yang terkait dengan muhal alaih adalah :

1) Berakal

2) Baliq

3) adanya unsur kerelaan, tidak adanya keterpaksaan atau paksaan

4) majelis hiwalah.

2.2.4 HADIST-HADIST TENTANG KAFALAH

HADIST 1

‫يز ب ُْن ُم َح َّم ٍ[د ال َّدا َر َورْ ِديُّ ع َْن َع ْم ِرو ْب ِن َأبِي َع ْم ٍرو ع َْن‬ [ِ ‫َّاح[ َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َع ِز‬
ِ ‫صب‬ َّ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن ال‬
‫صلَّى[ هَّللا ُ َعلَ ْي ِ[ه‬ َ ِ ‫َري ًما[ لَهُ[ بِ َع َش َر ِ[ة َدنَانِي َ[ر َعلَى َع ْه ِد َرسُو ِل هَّللا‬ ِ ‫س َأ َّن َر ُجاًل لَ ِز َم غ‬ ٍ ‫ِع ْك ِر َمةَ ع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬
[ُ‫ضيَنِي َأوْ تَْأتِيَنِي بِ َح ِمي ٍل فَ َج َّره‬ ِ ‫ك َحتَّى تَ ْق‬ ‫ُأ‬ ‫ُأ‬
ِ َ‫َو َسلَّ َم فَقَا َ[ل َما ِع ْن ِدي َش ْي ٌء ْع ِطي َكهُ[ فَقَا َ[ل اَل َوهَّللا ِ اَل ف‬
[َ ُ‫ارق‬
‫صلَّى[ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك ْم تَ ْستَ ْن ِظ ُرهُ[ فَقَا َ[ل َش ْه ًرا[ فَقَا َ[ل‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َ[ل لَهُ[ النَّبِ ُّي‬َ ‫ِإلَى النَّبِ ِّي‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ي‬ ِ ‫صلَّى[ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فََأنَا َأحْ ِم ُل لَهُ فَ َجا َءهُ[ فِي[ ْال َو ْق‬
[ُّ ِ‫ت الَّ ِذي قَا َل النَّب‬ َ ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
‫صبْتَ هَ َذا قَا َ[ل ِم ْن َم ْع ِد ٍن قَا َل اَل َخ ْي َر فِيهَا‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن َأ ْينَ َأ‬ َ ‫َو َسلَّ َم فَقَا َ[ل لَهُ النَّبِ ُّي‬
ُ‫ضاهَا َع ْنه‬ َ َ‫َوق‬
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ash Shabbah berkata, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad Ad Darawardi dari Amru bin Abu
Amru dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata, "Pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam ada seseorang yang mempunyai tanggungan hutang sebanyak sepuluh dinar kepada
orang yang meminjaminya. Lalu ia (peminjam) berkata, "Aku tidak memiliki sesuatu untuk
aku berikan kepadamu." Ia (pemilik uang) berkata, "Tidak, demi Allah. Aku tidak akan
meninggalkanmu hingga kamu membayarku, atau kamu mendatangkan kepadaku seorang

12
jaminan." Lalu ia membawanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Nabi shallallahu
'alaihi wasallam lantas bertanya: "Berapa lama waktu yang kamu berikan untuknya?" ia
menjawab, "Satu bulan." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: "Aku
yang akan menjadi penjamin." Maka dia datang di waktu yang telah dikatakan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu bertanya kepadanya: "Dari
mana kamu dapatkan ini?" Ia menjawab, "Dari harta temuan (harta karun)." Beliau bersabda:
"Tidak ada kebaikan di sana." Lalu beliau pun membayarkan hutangnya."
https://www.hadits.id/l/H1PAE7kICMtM

HADIST 2

‫ش َح َّدثَنِي[ ُش َرحْ بِي ُل ب ُْن‬ [ٍ ‫ار َو ْال َح َس ُن ب ُْن َع َرفَةَ قَااَل َح َّدثَنَا ِإ ْس َم ِعي ُل ب ُْن َعي َّا‬ [ٍ ‫َح َّدثَنَا ِه َشا ُم ب ُْن َع َّم‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِ[ه َو َسل َّ َم‬
َ ِ ‫ْت َرسُو َ[ل هَّللا‬
ُ ‫ي يَقُو ُل َس ِمع‬ [َّ ِ‫ْت َأبَا ُأ َما َمةَ ْالبَا ِهل‬
ُ ‫ي قَا َل َس ِمع‬ [ُّ ِ‫ُم ْسلِ ٍم ْال َخوْ اَل ن‬
ِ ‫َار ٌم َوال َّدي ُ[ْن َم ْق‬
‫ض ٌّي‬ ِ ‫يَقُو ُل ال َّز ِعي ُ[م غ‬
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar dan Al Hasan bin Arafah keduanya
berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Ayyasy berkata, telah berkata
kepadaku Syurahbil bin Muslim Al Khaulani ia berkata; aku mendengar Abu Umamah Al
Bahili berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menag -
gung berarti berhutang, dan hutang harus dibayar."

https://www.hadits.id/l/r180EQ1URGtM

HADIST 3

‫ض َي‬ ِ ‫ج ع ْ[َن َأبِي هُ َر ْي َرةَ[ َر‬ ِ ‫ك ع ْ[َن َأبِي ال ِّزنَا ِد ع ْ[َن اَأْل ْع َر‬ ٌ ِ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُ[د هَّللا ِ ب ُْن يُوسُفَ َأ ْخبَ َرنَا َمال‬
[ٍّ ِ‫ط ُ[ل ْال َغنِ ِّي ظُ ْل ٌ[م فَِإ َذا ُأ ْتبِ َ[ع َأ َح ُد ُك ْم َعلَى َمل‬
‫ي‬ ْ ‫صلَّى[ هَّللا ُ َعلَ ْي ِ[ه َو َسل َّ َم قَا َل َم‬
َ ِ ‫هَّللا ُ َع ْنهُ َأ َّن َرسُو َ[ل هَّللا‬
‫فَ ْليَ ْتبَ ْع‬
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik
dari Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menunda membayar hutang bagi orang kaya adalah
kezhaliman dan apabila seorang dari kalian hutangnya dialihkan kepada orang kaya,
hendaklah dia ikuti".
https://www.hadits.id/l/B1snHwe0zYG

HADIST 4
‫ي َح َّدثَنَا بَقِيَّةُ َح َّدثَنِي بَ ِحي ٌر ع َْن َخالِ ٍ[د يَ ْعنِي[ ا ْبنَ َم ْعدَانَ ع َْن ا ْب ِن َأبِي‬ [ُّ ‫ْح ْال َحضْ َر ِم‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا َح ْي َوةُ ب ُْن ُش َري‬
‫صي ُر اَأْل ْم ُ[ر ِإلَى َأ ْن تَ ُكونُوا[ ُجنُودًا‬ ِ َ‫صلَّى[ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َسي‬
َ ِ ‫قُتَ ْيلَةَ ع َْن ا ْب ِن َح َوالَةَ[ قَا َ[ل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
َ ِ‫ت َذل‬
‫ك‬ ُ ‫اق قَا َل اب ُْن َح َوالَةَ[ ِخ ْ[ر لِي[ يَا[ َرسُو َل هَّللا ِ ِإ ْن َأ ْد َر ْك‬ [ِ ‫ش ِ[ام َو ُج ْن ٌد بِ ْاليَ َم ِن َو ُج ْن ٌد بِ ْال ِع َر‬
َّ ‫ُم َجنَّ َدةً ُج ْن ٌد بِال‬
13
‫ض ِه يَجْ تَبِي ِإلَ ْيهَا ِخي َرتَهُ ِم ْن ِعبَا ِد ِه فََأ َّما[ ِإ ْن َأبَ ْيتُ ْم فَ َعلَ ْي ُك ْم‬
ِ ْ‫ش ِ[ام فَِإنَّهَا ِخي َرةُ هَّللا ِ ِم ْن َأر‬
َّ ‫ك بِال‬
[َ ‫فَقَا َ[ل َعلَ ْي‬
‫َأ‬ ‫هَّللا‬
َّ ‫بِيَ َمنِ ُك ْم َوا ْسقُوا ِم ْن ُغ ُد ِر ُك ْم فَِإ َّ[ن َ تَ َو َّك َل لِي بِال‬
‫ش ِام َو ْهلِ ِه‬

Telah menceritakan kepada kami Haiwah bin Syuraih Al Hadhrami, telah


menceritakan kepada kami Baqiyyah, telah menceritakan kepadaku Bahir, dari Khalid yaitu
Ibnu Ma'dan dari Ibnu Abu Qutailah dari Ibnu Hawalah, ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Keadaannya sampai kalian menjadi tentara-tentara yang terpisah-
pisah, pasukan di Syam, pasukan di Yaman, dan pasukan di Irak." Ibnu Hawalah berkata;
pilihkan (tempat terbaik) untukku wahai Rasulullah apabila aku mendapati hal tersebut!
Beliau berkata: "Hendaknya kalian menetap di Syam karena sesungguhnya Syam adalah
bumi Allah yang paling terpilih, Allah memilih hamba-hamba pilihannya menuju kepadanya.
Adapun jika kalian menolak maka hendaknya kalian menetap di Yaman, dan minumlah dari
telaganya, karena sesungguhnya Allah telah menjamin untukku Negeri Syam dan
penduduknya."
https://www.hadits.id/l/rkib4MM0MFf

2.2.4 HADIST-HADIST TENTANG HAWALAH

HADIST 1
ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬ ِ ‫ج ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ[ َر‬ ِ ‫ك ع َْن َأبِي[ ال ِّزنَا ِد ع َْن اَأْل ْع َر‬ ٌ ِ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ ب ُْن يُوسُفَ َأ ْخبَ َرنَا[ َمال‬
‫ط ُ[ل ْال َغنِ ِّي ظُ ْل ٌم فَِإ َذا ُأ ْتبِ َع َأ َح ُد ُك ْم َعلَى َملِ ٍّي فَ ْليَ ْتبَ ْع‬
ْ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َم‬
َ ِ ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada
kami Malik dari Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menunda membayar hutang bagi orang
kaya adalah kezhaliman dan apabila seorang dari kalian hutangnya dialihkan kepada orang
kaya, hendaklah dia ikuti".
https://www.hadits.id/l/B1snHwe0zYG

HADIST 2
‫ض َي‬ِ ‫ب ع َْن َأبِي َسلَ َمةَ ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬ [ٍ ‫ْث ع َْن ُعقَ ْي ٍل ع َْن ا ْب ِن ِشهَا‬ ُ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى[ ب ُْن بُ َكي ٍْر َح َّدثَنَا[ اللَّي‬
[َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكانَ يُْؤ تَى[ بِال َّر ُج ِ[ل ْال ُمتَ َوفَّى[ َعلَ ْي ِه ال َّدي ُْن فَيَ ْسَأ ُل هَلْ تَ َر‬
‫ك‬ َ ِ ‫هَّللا ُ َع ْنهُ[ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
‫صا ِحبِ ُك ْم فَلَ َّما فَتَ َح‬ َ ‫صلُّوا َعلَى‬ َ َ‫صلَّى[ َوِإاَّل قَا َ[ل لِ ْل ُم ْسلِ ِمين‬ َ ‫ك لِ َد ْينِ ِ[ه َوفَا ًء‬ َ ‫ِّث َأنَّهُ تَ َر‬
َ ‫لِ َد ْينِ ِه فَضْ اًل فَِإ ْ[ن ُحد‬
‫ي‬َّ َ‫ك َد ْينًا فَ َعل‬َ ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِ[ه ْالفُتُو َح قَا َ[ل َأنَا َأوْ لَى[ بِ ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِم ْن َأ ْنفُ ِس ِه ْم فَ َم ْن تُ ُوفِّ َي ِم ْن ْال ُمْؤ ِمنِينَ فَتَ َر‬
‫ك َمااًل فَلِ َو َرثَتِ ِه‬[َ ‫ضاُؤ هُ َو َم ْن تَ َر‬ َ َ‫ق‬
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al
Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah disodorkan kepada beliau seorang

14
yang sudah merninggal dunia (jenazah) yang meninggalkan hutang maka Beliau bertanya:
"Apakah dia meninggalkan harta untuk membayar hutangnya?" Jika diceritakan bahwa je -
nazah tersebut ada meninggalkan sesuatu untuk melunasi hutangnya maka Beliau meny -
olatinya, jika tidak maka Beliau berkata, kepada Kaum Muslimin: "Shalatilah saudara
kalian ini". Ketika Allah telah membukakan kemenangan kepada Beliau di berbagai negeri
Beliau bersabda: "Aku lebih utama menjamin untuk orang-orang beriman dibanding diri
mereka sendiri, maka siapa yang mneninggal dunia dari kalangan Kaum Mukminin lalu
meninggalkan hutang akulah yang wajib membayarnya dan siapa yang meninggalkan harta
maka harta itu untuk pewarisnya".

https://www.hadits.id/l/rkmTSwl0zFM

HADIST 3

‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل ُكنَّا‬ ِ ‫ع َر‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ْال َم ِّك ُّي ب ُْن ِإ ْب َرا ِهي َم َح َّدثَنَا[ يَ ِزي ُد ب ُْن َأبِي[ ُعبَ ْي ٍد ع َْن َسلَ َمةَ[ ْب ِن اَأْل ْك َو‬
‫ص ِّل َعلَ ْيهَا فَقَا َ[ل هَلْ َعلَ ْي ِه َدي ٌْن‬ َ [‫صلَّى[ هَّللا ُ َعلَ ْي ِ[ه َو َسلَّ َم ِإ ْذ ُأتِ َي بِ َجنَا َز ٍ[ة فَقَالُوا‬َ ‫ُجلُوسًا ِع ْن َد النَّبِ ِّي‬
‫ص ِّل‬ ‫ُأ‬ ‫ُأ‬
َ ِ ‫صلَّى[ َعلَ ْي ِه ثُ َّم تِ َي بِ َجنَا َز ٍ[ة ْخ َرى[ فَقَالُوا[ يَا َرسُو َل هَّللا‬ َ َ‫ك َش ْيًئا[ قَالُوا اَل ف‬ َ ‫قَالُوا اَل قَا َ[ل فَهَلْ تَ َر‬
‫صلَّى[ َعلَ ْيهَا[ ثُ َّم ُأتِ َي‬ َ َ‫ك َش ْيًئا قَالُوا[ ثَاَل ثَةَ[ َدنَانِي َر ف‬ [َ ‫َعلَ ْيهَا[ قَا َ[ل هَلْ َعلَ ْي ِه َدي ٌْن قِي َل نَ َع ْم قَا َل فَهَلْ تَ َر‬
‫ك َش ْيًئا قَالُوا[ اَل قَا َل فَهَ ْ[ل َعلَ ْي ِ[ه َدي ٌْن قَالُوا[ ثَاَل ثَةُ َدنَانِي َر قَا َل‬ [َ ‫ص ِّل َعلَ ْيهَا قَا َ[ل هَلْ تَ َر‬ َ [‫بِالثَّالِثَ ِ[ة فَقَالُوا‬
‫صلَّى َعلَ ْي ِه‬ َّ َ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه يَا َرسُو َل هَّللا ِ َو َعل‬
َ َ‫ي َد ْينُهُ[ ف‬ َ َ‫صا ِحبِ ُك ْم قَا َل َأبُو قَتَا َدة‬ َ ‫صلُّوا َعلَى‬ َ

Telah menceritakan kepada kami Al Makkiy bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami
Yazid bin Abi 'Ubaid dari Salamah bin Al Akwa' radliallahu 'anhu berkata: "Kami pernah
duduk bermajelis dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika dihadirkan kepada Beliau
satu jenazah kemudian orang-orang berkata: "Shalatilah jenazah ini". Maka Beliau bertanya:
"Apakah orang ini punya hutang?" Mereka berkata: "Tidak". Kemudian Beliau bertanya
kembali: "Apakah dia meninggalkan sesuatu?" Mereka menjawab: "Tidak". Akhirnya Beliau
menyolatkan jenazah tersebut. Kemudian didatangkan lagi jenazah lain kepada Beliau, lalu
orang-orang berkata: "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, holatilah jenazah ini".
Maka Beliau bertanya: "Apakah orang ini punya hutang?" Dijawab: "Ya". Kemudian Beliau
bertanya kembali: "Apakah dia meninggalkan sesuatu?" Mereka menjawab: "Ada, sebanyak
tiga dinar". Maka Beliau bersabda: "Shalatilah saudaramu ini". Berkata, Abu Qatadah:
"Shalatilah wahai Rasulullah, nanti hutangnya aku yang menanggungnya". Maka Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam menyolatkan jenazah itu.
https://www.hadits.id/l/S1a3Bwl0Gtf

HADIST 4
‫ُأ‬
‫ي ع َْن‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُعبَ ْي ُد هَّللا ِ ب ُْن َع ْب ِد ْال َك ِر ِيم َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُ[د ب ُْن َميَّةَ َح َّدثَنَا ِعي َسى[ ب ُْن ُمو َسى ْالبُ َخ‬
[ُّ ‫ار‬
ُ ‫صلَّى[ هَّللا‬ َ ِ ‫س َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬[ٍ ‫ي ع َْن َس ِعي ِد ْب ِن ُجبَي ٍْر ع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬ [ِّ ‫سبَ ِخ‬َّ ‫ي ع َْن فَرْ قَ ٍد ال‬ [ِّ ‫ُعبَ ْي َدةَ[ ْال َع ِّم‬
[‫ت ُكلِّهَا‬ ِ ‫ت َك َعا ِم ِ[ل ْال َح َسنَا‬ [ِ ‫وب َويُجْ َرى[ لَهُ ِم ْن ْال َح َسنَا‬ ُّ ‫ف‬
َ ُ‫الذن‬ ُ ‫ف هُ َو يَ ْع ِك‬ [ِ ‫َعلَ ْي ِ[ه َو َسلَّ َم قَا َ[ل فِي ْال ُم ْعتَ ِك‬

Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Abdul Karim berkata, telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Umayyah berkata, telah menceritakan kepada kami Isa bin

15
Musa Al Bukhari dari Ubaidah Al 'Ami dari Farqad As Sabakhi dari Sa'id bin Jubair dari
Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkaitan dengan orang yang
beri'tikaf: "Ia berdiam diri dari dosa-dosa dan dialirkan baginya kebaikan seperti orang yang
melakukan semua kebaikan. "
https://www.hadits.id/l/BJHPfm1IAGtM

HADIST 5

[‫ك قَا َ[ل َح َّدثَنِي ُم َح َّم ُد ب ُْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِ[ن ْب ِن َأبِي‬ [ٌ ِ‫َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد َح َّدثَنَا يَحْ يَى َح َّدثَنَا َمال‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ‫ي‬ [ِّ ِ‫ي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّب‬ [َ ‫ض‬ ِ ‫ي َر‬ ِّ ‫ص َعةَ ع َْن َأبِي ِ[ه ع َْن َأبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِر‬ َ ‫ص ْع‬ َ
‫اَل‬
‫ص َدقة َو فِي‬ ٌ َ َّ ْ َ ْ َ ‫َأ‬
َ ‫ص َدقة َو فِي ق َّ[ل ِمن خ ْم َس ٍة ِمن اِإْل بِ ِل الذوْ ِد‬ ‫اَل‬ ٌ َ َ ‫ق‬ ‫َأ‬ َ ْ َ ‫َأ‬
ٍ ‫ْس فِي َما قلُّ ِمن خ ْم َس ِة وْ ُس‬ [َ ‫لَي‬
َ‫ْس فِي َما[ ُدون‬ َ ‫ص َدقَةٌ قَا َل َأبُو َعبْد هَّللا ِ هَ َذا تَ ْف ِسي ُر اَأْل َّو ِل ِإ َذا قَا َل لَي‬ َ ‫ق‬ ِ ‫ق ِم ْن ْال َو ِر‬ٍ ‫س َأ َوا‬ [ِ ‫َأقَ َّل ِم ْن َخ ْم‬
‫ت َأوْ بَيَّنُوا‬ ِ َ‫ص َدقَةٌ َويُْؤ َخ ُذ َأبَدًا فِي[ ْال ِع ْل ِم بِ َما َزا َد َأ ْه ُل الثَّب‬ َ ‫ق‬ ٍ ‫َخ ْم َس ِة َأوْ ُس‬

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya telah
menceritakan kepada kami Malik berkata, telah menceritakan kepada saya Muhammad bin
'Abdullah bin 'Abdurrahman bin Abu Sha'sha'ah dari bapaknya dari Abu Sa'id Al Khudriy
dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak ada zakat pada hasil tanaman kurang
dari lima wasaq, tidak ada zakat unta yang kurang dari lima ekor dan tidak ada zakat pada
harta (uang) kurang dari lima waaq ". Berkata, Abu 'Abdullah Al Bukhari: "Ini tafsiran awal
ketika Beliau bersabda: ""Tidak ada zakat pada hasil tanaman kurang dari lima wasaq".
Kemudian yang dijadikan pegangan dalam masalah ilmu selamanya adalah apa yang
ditambahkan oleh perawi yang dikenal kuat atau ang mereka jelaskan".
https://www.hadits.id/l/BJy2YuztG

16
BAB III

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai