Anda di halaman 1dari 14

Makalah Fiqih Muamalat 2

“Wakalah”

Disusun Oleh:
Suci Rahmadani
Muhammad Darmawan
Pramudya Zain Muttaqin

Dosen Pengampu:
Dr.Atep Hendang Waluya,M.E.I

Program Studi Perbankan Syariah

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah fiqih muamalat 2 yang berjudul “Wakalah”.
Dan kami berterima kasih kepada bapak Dr.Atep Hendang Waluya,M.E.I yang telah
memberikan tugas makalah kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita sebagai penulis maupun pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi.

Tangerang, 04 Juni 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3

A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5

A. Pengertian Wakalah dalam Pandangan Hukum Islam.............................................5


B. Landasan Hukum Wakalah......................................................................................6
C. Rukun dan Syarat Wakalah.....................................................................................7
D. Hukum dan Berakhirnya Wakalah...........................................................................8
E. Aplikasi Wakalah Pada Perbankan syariah.............................................................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

A. Kesimpulan..............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dibebani oleh kewajiban dan hak. Dalam
menunaikan hak dan kewajiban seorang di tuntut untuk menjalankannya. Manusia secara
pribadi juga diminta untuk secara langsung menerima hak-hak tersebut. Keperluan akan
hal semacam ini terasa urgensinya, terutama dalam lapangan mualamah yang menuntut
peran aktif setiap pemilik hak atau setiap pemikul tanggung jawab.
Di sisi lain manusia seringkali berhadapan dengan kenyataan bahwa kadangkala
mereka tidak dapat menuaikan kewajiban atau menerima haknya secara langsung yang
disebabkan oleh halangan-halangan tertentu, atau ketidakmampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas seseorang diri. Dengan demikian, adanya wakil dalam membantu
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tujuan tertentu, maka hal tersebut menjadi suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mencapai kemaslahatan.
Dalam UU Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008, bank syariah mempunyai
beberapa fungsi, tidak hanya sebagai lembaga perhimpunan dan penyaluran dana tetapi
juga berlaku sebagai lembaga jasa. Jasa perbankan adalah pelayanan bank terhadap
nasabah dengan tidak menggunakan modal tunai. Untuk pelayanan ini bank menerima
imbalan (fee). Jasa-jasa itu berupa: Pengiriman Uang (Transfer), Pencairan cek (Inkaso),
Penukaran uang asing (Valas), Letter of Credit, Letter of Guarantee.
Dalam Islam dikenal adanya Wakalah yang berfungsi memberikan kemudahan
kepada pihak-pihak yang akan melakukan suatu tugas yang dimana ia tidak bisa secara
langsung menjakankan tugas tersebut, yakni dengan jalan mewakilkan atau memberikan
kuasa kepada orang lain atas nama yang memberikan tugas tersebut. Karena itu, wakalah
ini merupakan persoalan yang sangat penting, dimana sebuah transaksi telah berkembang
tidak hanya pertemuan antara satu pihak saja tetapi jarak atau negara yang memiliki jarak
yang jauh.
Oleh karena itu, terwujudnya untuk kemaslahatan bersama maka dengan adanya
wakil yang diutus dengan adanya kerjasama dari beberapa lembaga untuk memberikan
kemudahan dalam melakukan aktifitas terutama di bidang perekonomian. Akad Wakalah
dalam produk perbankan syariah perlu benar-benar dipahami bagaimana akad ini

3
seharusnya diterapkan dan diaplikasikan dan produk jasa bank syariah. Dalam makalah
ini dibahas kaidah fiqh terhadap akad–akad tersebut, dan bagaimana seharusnya akad
wakalah dapat diaplikasikan dalam produk-produk jasa perbankan syariah agar sesuai
dengan tuntunan syariat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana akad wakalah dalam pandangan hukum Islam?
2. Bagaimana landasan hukum wakalah?
3. Bagaimana rukun dan syarat dalam akad Wakalah?
4. Bagaimana jenis wakalah pada Perbankan syariah?
5. Bagaimana aplikasi Wakalah dalam Perbankan Syariah?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui akad wakalah dalam pandangan hukum Islam
2. Mengetahui landasan hukum wakalah
3. Mengetahui rukun dan syarat dalam akad wakalah
4. Mengetahui jenis-jenis wakalah pada perbankan syariah
5. Mengetahui aplikasi wakalah dalam perbankan syariah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakalah dalam Pandangan Hukum Islam


Secara bahasa arti wakaalah atau wikaalah (dengan waw difathah dan dikasrah) adalah
melindungi. Secara linguistik, wakalah bermakna menjaga atau juga bermakna
mendelegasikan mandat, menyerahkan sesuatu. Hal ini sebagaimana firman Allah, “Dan
mereka menjawab,’cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan dia sebaik-baik
pelindung.” (ali imran:173). Yaitu al-hafiizh (pelindung atau penjaga). Dan firman-
NYA,”Tidak ada tuhan selain Dia,maka jadikan lah Dia sebagai pelindung.”(al-
muzzammil:9).
Al Farra` berkata,”maksud dari wakiila dalam ayat ini adalah yang melindungi.
”Wakaalah juga artinya penyerahan. Misalnya,wakkala amrahu ila fulaan (dia menyerah kan
urusannya kepada si fulan). Misalnya juga ucapan,”Tawakkaltu`alallah (Saya berserah diri
kepada Allah).”Seperti juga firman Allah, “Dan hanya kepada Allah saja hendaknya orang-
orang yang beriman dan bertawakkal.” (Ibrahim:12). Dan Allah berfirman ketika
mengabarkan tentang Nabi Hud a.s, “sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah,Tuhanku
dan Tuhanmu.” (Hud:56)
Dalam definisi syara`,wakaalah menurut para ulama mazhab Hanaafi adalah tindakan
seseorang menempatkan orang lain ditempatnya untuk melakukan tindakan hukum yang
tidak mengikat dan diketahui atau penyerahan tindakan hukum dan penjagaan terhadap
sesuatu kepada orang lain yang menjadi wakil. Tindakan hukum ini mencakup pembelanjaan
terhadap harta, seperti jual-beli ,juga hal-hal lain yang secara syara bisa diwakilkan seperti
juga memberi izin kepada orang lain untuk masuk rumah.
Para ulama mazhab Syafi`i mengatakan bahwa wakalah adalah penyerahan kewenangan
terhadap sesuatu yang boleh dilakukan sendiri dan bisa diwakilkan kepada orang lain, untuk
dilakukan oleh wakil tersebut selama pemilik kewenangan asli masih hidup. Pembatasan
dengan ketika masih hidup ini adalah untuk membedakannya dengan wasiat.
Wakalah atau wikalah menurut bahasa berarti al-hifzu (pemeliharaan), seperti yang
terdapat dalam firman Allah yang artinya:”Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan

5
sebaik-baik perlindungan”. Wakalah juga berarti at-tafwidh (pedelegasian), seperti:”Dan
kepada Allah lah berserah diri orang-orang yang bertawakkal”.
Ini berarti wakalah merupakan perjanjian antara seseorang (pemberi kuasa) dengan orang
lain (orang yang menerima kuasa) untuk melaksanakan tugas tertentu atas nama pemberi
kuasa.
B. Landasan Hukum Wakalah
1. Al-Qur’an
Salah satu dasar dibolehkannya Wakalah adalah firman Allah SWT yang berkenaan
dengan kisah Ash-habul Kahfi.

Artinya :
“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu
berada (disini?)”. mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah hari”.
berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di
sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini, dan hendaklah Dia lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka
hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan
janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.” (QS Al-Kahfi : 19)
2. Al- Hadist
Terdapat beberapa hadist yang dianggap relevan dengan hukum Wakalah,

6
”Ba
hwasanya Rasululloh SAW mewakilkan kepada Abu Rafi‟ dan seorang Anshar untuk
mewakilinya untuk mengawinkan (qabul perkawinan Nabi dengan) dengan Maimunah
binti al-Harits.” (HR. Malik dalam al-Muwaththa‟)
C. Rukun dan Syarat Wakalah
Landasan hukum yang disyariatkan dalam akad Wakalah adalah sebagai berikut:
Rukun Wakalah :
a. Orang yang memberi kuasa (al Muwakkil)
b. Orang yang diberi kuasa (al Wakil);
c. Perkara/hal yang dikuasakan (al Taukil;
d. Pernyataan Kesepakatan ( Ijab dan Qabul).
Syarat Wakalah :
a. Orang yang memberikan kuasa (al-Muwakkil) disyaratkan cakap bertindak hukum, yaitu
telah balig dan berakal sehat, baik laki-laki maupun perempuan, boleh dalam keadaan
tidak ada di tempat (gaib) maupun berada di tempat, serta dalam keadaan sakit ataupun
sehat. Orang yang menerima kuasa (al-Wakil), disyaratkan :
 Cakap bertindak hukum untuk dirinya dan orang lain, memiliki pengetahuan yang
memadai tentang masalah yang diwakilkan kepadanya, serta amanah dan mampu
mengerjakan pekerjaan yang dimandatkan kepadanya.
 Ditunjuk secara langsung oleh orang yang mewakilkan dan penunjukkan harus tegas
sehingga benar-benar tertuju kepada wakil yang dimaksud.Tidak menggunakan kuasa
yang diberikan kepadanya untuk kepentingan dirinya atau di luar yang disetujui oleh
pemberi kuasa.
 Apabila orang yang menerima kuasa melakukan kesalahan tanpa sepengetahuan yang
memberi kuasa sehingga menimbulkan kerugian, maka kerugian yang timbul menjadi
tanggungannya.
b. Perkara yang Diwakilkan/Obyek Wakalah, Sesuatu yang dapat dijadikan obyek akad atau
suatu pekerjaan yang dapat dikerjakan orang lain, perkara-perkara yang mubah dan

7
dibenarkan oleh syara‟, memiliki identitas yang jelas, dan milik sah dari al Muwakkil ,
misalnya : jual-beli, sewa-menyewa, pemindahan hutang, tanggungan, kerjasama usaha,
penukaran mata uang, pemberian gaji, akad bagi hasil, talak, nikah, perdamaian dan
sebagainya.
c. Pernyataan Kesepakatan (Ijab-Qabul), kesepakatan kedua belah pihak baik lisan maupun
tulisan dengan keikhlasan memberi dan menerima baik fisik maupun manfaat dari hal
yang ditransaksikan.
D. Hukum dan Berakhirnya Wakalah
Hukum Wakalah
Para fuqaha meletakan kedisiplinan untuk hal yang boleh diwakilkan. Mereka
mengatakan semua akad yang boleh diakadkan sendiri oleh manusia, boleh pula ia wakilkan
kepada orang lain, adapun yang tidak boleh diwakilkan, adalah semua pekerjaan tanpa
perwakilan, seperti shalat, sumpah, thaharah. Hukum Perwakilan (Wakalah) dealam Islam di
antaranya:
1. Wajib, wakalah menjadi wajib jika menyangkut hal-hal yang darurat menurut Islam.
2. Mubah, wakalah hukum asalnya adalah mubah, semua akad yang boleh diakadkan sendiri
oleh manusia, boleh pula ia wakilkan kepada orang lain
3. Makruh, wakalah menjadi makruh jika yang diwakilkan adalah hal-hal yang makruh
menurut Islam.
4. Haram, wakalah menjadi haram jika menyangkut hal-hal yang dilarang oleh syariah.
5. Sunah, wakalah menjadi sunah jika menyangkut hal-hal bersifat tolong menolong
(ta’awun).
Berakhirnya Wakalah
Wakalah akan berakhir jika kondisi terjadi salah satu dari hal berikut:
1. Meninggalnya salah seorang dari yang berakad, karena salah satu syarat sah nya akad
adalah orang yang berakad masih hidup.
2. Salah seorang yang berakad gila, karena syarat sah nya berakal.
3. Diberhentikannya pekerjaan yang dimaksud, karena jika telah berhenti, dalam keadaan
ini al-wakalah tidak berfungsi lagi.
4. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil meskipun wakil belum
mengetahui (pendapat Syafi’I dan Hambali). Menurut Mahzab Hanafi wakil wajib

8
mengetahui putusan yang mewakilkan. Sebelum ia mengetahui hal itu, tindakannya tak
ubah sebelum diputuskan, untuk segala konsekuensi hukumnya.
5. Wakil memutuskan sendiri, menurut Mahzab Hanafi tidak perlu orang yang mewakilkan
mengetahui pemutusan dirinya atau tidak perlu kehadirannya, agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
6. Keluarnya orang yang mewakilkan dari status kepemilikan.
E. Aplikasi Wakalah Pada Perbankan syariah
Dalam aplikasi perbankan syariah,wakalah dapat dtemui pada transaksi-transaksi yang
berhubungan dengan masalah penagihan maupun pembayaran.Dalam produk ini, bank
syariah bertindak sebagai wakil dari nasabah untuk melakukan penagihan maupun
pembayaran atas nama nasabah.Dalam hal ini bank akan mendapatkan biaya administrasi,
atau fee dari jasa tersebut. Akad ini di aplikasi dalam bentuk:
 Kliring,yaitu penagihan warkat-warkat bank yang dilakukan oleh bank-bank di dalam
suatu wilayah kliring tertentu untuk penyelesaian transaksi antar nasabah mereka.
 Inkaso,adalah proses penagihan warkat-warkat bank yang di lakukan oleh bank-bank
yang berada di luar wilayah kliring untuk penyelesaian transaksi antar nasabah mereka.
 Transfer dalam negri maupun luar negri, yaitu transaksi kiriman uang antarbank,baik
dalam negri maupun luar negri untuk kepentingan nasabah maupun pihak bank sendiri.
Transfer uang adalah proses yang menggunakan konsep akad wakalah, dimana prosesnya
diawali dengan adanya permintaan nasabah sebagai muwakkil meminta tolong kepada
bank sebagai wakil untuk melakukan pengiriman uang kepada rekening tujuan ,bank
melalui pengiriman tunai,debet melalui rekening,maupun melalui ATM, dan prosesnya
yang terakhir yaitu dimana bank mengkreditkan sejumlah dana kepada rekening tujuan.
 Commercial documentary collection, adalah transaksi yang berkaitan dengan jasa
penagihan atas dokumen-dokumen ekspor-impor sehubungan dengan pembukaan letter
of credits ekspor dan impor oleh nasabah suatu bank.L/C ekspor dan impor syari`ah
dalam pelaksanaannya menggunakan akad-akad wakalah bil ujrah, qardh, mudharabah,
musyarakah dan al-ba`i. L/C ekspor syariah merupakan surat pernyataan akan membayar
kepada eksportir yang diterbitkan oleh bank untuk memfasilitasi perdagangan ekspor
dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip syariah. Akad untuk
transaksi Letter of credits eksport syariah ini menggunakan akad wakalah.Hal ini sesuai

9
dengan fatwa dewan syariah nasioanal Nomor: 35/DSN-MUI/IX/2002. Pada akad
wakalah ini bank melakukan penagihan (collection) kepada bank penerbit L/C (issuing
bank), selanjutnya dibayarkan kepada eksportir setelah dikurangi ujrah , Sementara itu
besar ujrah harus disepkati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam
bentuk presentase.
 Financial documentary collection adalah jasa penagihan yang diberikan bank kepada
nasabah atas warkat-warkat yang tertarik di bank lain untuk kepentingan nasabah.

Untuk lebih jelasnya, aplikasi wakalah pada perbankan syariah dapat dilihat pada skema di
bawah ini:

Skema Wakalah
BANK
NASABAH Wakil
Muwakil
Muwali bih

Inkaso

Transfer
INVESTOR
L/C
Wakil
DLL

Ket: Antara nasabah dengan bank serta investor terjadi akad wakalah. Baik nasabah maupun
investor mewakilkan dirinya pada bank untuk melakukan kliring atau tranfer dan sebagainya.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Wakalah (Perwakilan), penyerahan, pendelegasian, akad pelimpahan kekuasaan oleh
satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Akad wakalah dalam
pandangan hukum islam :
1. Al – Qur’an
“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu
berada (disini?)”. mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah hari”.
berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada
(di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia lihat manakah makanan yang lebih
baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku
lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.” (QS
Al-Kahfi : 19)
2. Hadist
”Bahwasanya Rasululloh SAW mewakilkan kepada Abu Rafi‟ dan seorang Anshar
untuk mewakilinya untuk mengawinkan (qabul perkawinan Nabi dengan) dengan
Maimunah binti al-Harits.” (HR. Malik dalam al-Muwaththa‟)

Rukun dan syarat wakalah:

 Rukun Wakalah:
a. Orang yang memberi kuasa (al Muwakkil)
b. Orang yang diberi kuasa (al Wakil);
. Perkara/hal yang dikuasakan (al Taukil;
d. Pernyataan Kesepakatan ( Ijab dan Qabul).
 Syarat Wakalah:
a. Perkara yang Diwakilkan/Obyek Wakalah,
b. Pernyataan Kesepakatan (Ijab-Qabul),

11
c. Orang yang memberikan kuasa (al-Muwakkil)

Aplikasi Wakalah dalam perbankan syariah

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada
bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C
(Letter Of Credit Import Syariah & Letter Of Credit Eksport Syariah), Inkaso dan Transfer
uang, Penitipan, Anjak Piutang (Factoring), Wali Amanat, Investasi Reksadana Syariah,
Pembiayaan Rekening Koran Syariah, Asuransi Syariah.

B. Saran
Setelah diuraikannya makalah dengan pembahasan mengenai wakalah ini, diharapkan
dapat menambah pengetahuan pembaca sehingga ke depannya bisa menjadi sumber daya
mansia yang mampu mengaplikasikan teori ini dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam
melakukan kegiatan bermuamalah agar kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip syari’ah dan
memperoleh ridha dari Allah SWT.

12
DAFTAR PUSTAKA

Djuwaini,dimyauddin.2007.Pengantar fiqm muamalah.Yogyakarta:Pustaka pelajar

Sabiq,sayid..Fikih sunnah 13.Bandung:PT.AL-MA`ARIF

Az-zuhaili,wahbah.2011.Fiqih islam5.Jakarta:Gema Insani

Rozalinda.2016.Fikih ekonomi syariah.Depok:PT.Rajagrafindo persada

13

Anda mungkin juga menyukai