Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEGIATAN USAHA BANK

PENERAPAN KAFALAH DI BANK SYARIAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah kegiatan usaha bank oleh
dosen yang bersangkutan

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 7

AUFA NAWAD MARWA ( 12120521323 )

KARMILA WULAN DARI ( 12120521196 )

DOSEN PENGAMPU:

Dr.Syahpawi, S.Ag.M.Sh.Ec.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, Puji dan syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan karunia
dan nikmatnya kepada kita sekalian sehingga dengan ini kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mengenai Penerapan Kafalah Di Bank Syariah. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengampu Bapak
Dr.Syahpawi,S.Ag,M.Sh.Ec. pada program studi Ekonomi Syariah, untuk itu makalah ini
juga bertujuan menambah wawasan Mengenai kegiatan usaha bank.

Shalawat beriringkan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan alam
yakni Nabi Muhammad SAW, semoga dengan seringnya kita bersholawat mudah-mudahan
kita semua diberikan syafaat diyaumul akhir nanti, Aamiin Yarabbalaalamiin.Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna dari
apa yang kami harapkan. Untuk itu kami berharap adanya saran dan kritik yang membangun
serta usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca pada umumnya.

Pekanbaru, 27 Maret 2023

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4

C. Tujuan Masalah ........................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Kafalah ......................................................................................... 5

B. Landasan Hukum Kafalah Sebagai Produk Perbankan Syariah ........ 6

C. Rukun dan Syaratnya ............................................................................... 7

D. Jenis – Jenis Kafalah ................................................................................ 8

E. Teknis Dalam Perbankan ......................................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 12

B. SARAN ........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu fungsi lembaga keuangan syari‟ah, khususnya banksyari‟ah adalah
memberikan jaminan kepada nasabahnya. Jaminan yang di berikan oleh lembaga
keuangan syari‟ah adalah jaminan yang di berikan oleh penanggung kepada pihak ke
tiga untuk memenuhi kewajiban pihak ke duaatau yang di tanggung. Hal ini berarti
bahwa lembaga keuangan syari‟ah menyediakan jasa untuk memenuhi salah satu
kebutuhan nasabahnya. Sebab dalam rangka menjalankan usahanya , adakalanya
seorang nasabah sering memerlukan penjaminan kepada pihak lain. Untuk memenuhi
kebutuhan usaha tersebut, maka lembaga keuangan syari‟ah berkewajiban untuk
menyediakan satu skema penjaminan yang berdasarkan prinsi-prinsip syari‟ah.
Sesuai dengan prinsip operasioanalnya, jaminan yang di berikan oleh lembaga
keuangan syari‟ah itu mesti sesuai dengan prinsip- prinsip syari‟ah. Kesesuaina
dengan prinsip-prinsip syari‟ah ini, antara lain, di tandai dengan adanya akad yang
melegalkan atas jaminan yang di berikan oleh lembaga keuangan syari‟ah. Akad yang
terkait secara erat dengan jaminan yang di berikan lembaga keuangan syari‟ah kepada
nasabah ini adalah akad kafalah
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Kafalah?
2. Apa Yang Menjadi Landasan Hukum Kafalah?
3. Apa Saja Rukun Dan Syarat Dari Kafalah?
4. Apa Saja Jenis –Jenis Kafalah?
5. Bagaimana Teknisi Kafalah Dalam Perbankan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Definsi Dari Kafalah
2. Untuk Mengetahui Apa Yang Menjadi Landasan Hukum Kafalah
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Rukun Dan Syarat Dari Kafalah
4. Untuk Mengetahui Rukun dan Syarat dari Kafalah
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Teknis Kafalah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Kafalah

Secara bahasa kafalah berarti menggabungkan (al-dhammu), menanggung (hamalah),


dan menjamin (za‟amah). Secara istilah/ terminology, menurut Dewan Syariah Nasional
(DSN), kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung (makful‟anhu,ashil).
Sementara itu menurut, Bank Indonesia kafalah adalah akad pemberian jaminan
(makful‟alaih) yang diberikan satu pihak kepada pihak lain di mana pemberian jaminan (
kafiil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali sesuatu utang yang menjadi hak
penerima jaminan (makful). 1

Secara harfiah (literally), kafalah berarti mengambil tanggung jawab untuk


pembayaran suatu utang atau untuk kehadiran seseorang dimuka sidang pengadilan. Secara
hukum (legally), kafalah adalah pihak ketiga yang menjadi penjamin atas pembayaran suatu
utang yang tidak dibayar oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab untuk membayar
utang tersebut (Ayub,2008:169).

Dalam konteks islam penanggungan hutang ini dikenal dengan istilah kafalah, yaitu
orang diperbolehkan bertindak (berakal sehat) berjanji menunaikan hak yang wajib
ditunaikan orang lain atau berjanji menghadirkan hak tersebut di pengadilan. 2

Menurut M. Syafi Antonio kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh


penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perjanjian penanggungan
adalah perjanjian yang bersifat accesoir dari perjanjian utang-piutang sebagai perjanjian
pokok. Konsekuensi yuridis dari hal ini adalah bahwa keberadannya sangat tergantung dari
perjanjian pokoknya.

1
Fatwa DSN No.11/DSN-MUI/IV/2000.
2
Ensiklopedia Muslim, hlm 530

5
B. Landasan Hukum Kafalah Sebagai Produk Perbankan Syariah
a. Landasan Syariah
1) Al-Quran

Dasar hukum mengenai akad memberikan kepercayaan ini dapat dipelajari dalam al-
Quran pada bagian yang mengisahkan Nabi Yusuf, yang artinya:

“Penyeru-penyeru itu berseru, „Kami kehilangan piala raja dan barang siapa yang dapat
mengemmbalikannya akan memperoleh makanan (seberat) beban unta dan aku menjamin
terhadapnya”.

2) Hadis

Telah dihadapkan kepada Rasullah SAW (mayat laki-laki untuk dishalatkan)


Rasullaah SAW, bertanya “Apakah dia mempunyai warisan?” Para sahabat menjawab,
“tidak”. Rasulullah bertanya lagi, “ Apakah dia mempunyai hutang?” Sahabat menjawab “Ya,
sejumlah tiga dinar.” Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (tetapi
beliau sendiri tidak). Abu Qatadah lalu berkata, “ Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah.”
Maka Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut”. (H.R Bukhairi).

3) Ijma

Sementara itu, menurut ijma‟ulama bahwa para ulama dari berbagai mazhab/aliran
hukum islam membolehkan akad kafalah ini. Mereka menilai orang-orang islam generasi
awal memperaktikkan hal ini, bahkan sampai saat ini, tanpa ada sanggahan dari seorang
ulama pun (Sabiq, 19922:284).3

b. Landasan Hukum Positif

Kafalah sebagai salah satu produk perbankan syariah dibidang jasa telah mendapatkan
dasar hukum dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. Dengan diundangkannya Undang-undang
No 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, kafalah mendapatkan dasar hukum yang lebih
kokoh. Produk jasa perbankan syariah berdasarkan akad kafalah secara teknis mendasarkan
pada PBI No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagaimana
3
Prof.Abdul Ghofur Anshori,S.H,M.H, Perbankan Syariah Di Indonesia( Yogyakarta: GADJAH
MADA UNIVERSITY PRESS, 2009) Hal -158

6
yang telah diubah dengan PBI No.10/16/PBI/2008. Pasal 3 PBI dimaksud menyebutkan
Pemenuhan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud, antara lain dilakukan melalui kegiatan
pelayanan jasa dengan mempergunakan antara lain Akad Kafalah, Hawalah dan Sharf.4

C. Rukun dan Syaratnya

Ada 5 rukun kafalah sehingga akad tersebut dapat menjadi sah adanya, yakni:

1. Kafil (penjamin)

Penjamin haruslah seseorang yang sudah aqil baligh, tidak tercegah pembelanjaan
hartanya, serta memberikan tanggungan karena kehendak sendiri bukan karena paksaan dari
pihak lain.

2. Makful lahu (orang yang diberikan jaminan)

Orang yang diberikan jamiman haruslah diketahui atau bisa juga seseorang yang
sudah dikenal oleh penjamin, hal ini dimaksudkan agar tidak terselip kekecewaan pada hati
penjamin dibelakang / hari-hari setelahnya apabila orang yang ia jamin berbuat ulah /
melakukan sesuatu.

3. Makful‟anhu (tentanggung / orang yang dijamin)

Orang yang dijamin haruslah seseorang yang dikenal oleh penjamin, serta
berkemampuan untuk menerima objek pertanggungan, baik oleh dirinya sendiri maupun
orang lain yang mungkin mewakilinya.

4. Makful bih (objek tanggungan)

Objek yang dimaksud ialah objek pertanggungan, harus bersifat mengikat terhadap
diri tertanggung dan tidak bisa dibatalkan tanpa adanya sebab yang syar‟i. Selain itu objek
tersebut juga harus merupakan tanggung jawab penuh pihak tertanggung.

5. Sighat kafalah (ijab kabul)

Ijab kabul akad kafalah dapat diekspresikan dengan ungkapan yang menyatakan
adanya kesanggupan untuk menanggung hal tersebut, sebuah kesanggupan untuk menjamin /
menuaikan kewajiban.5

4
Ibid hal 159

7
Di dalam sebuah akad kafalah juga terdapat beberapa syarat yang berkenaan dengan
kafil, makful anhu, makful lahu, dan juga makful bih, yakni :

a. Syarat-syarat untuk penjamin (kafil):


 Kafil haruslah ridho atas jaminan yang ia berikan.
 Kafil menyatakan jaminan atas nama yang ia berikan jaminan.
 Kafil merupakan seseorang yang tidak memiliki hutang pada orang yang sama .
 Tanggung jawab yang kafil berikan akan terus berjalan hingga makful anhu terbebas
dari hutang yang ia tanggungkan.
 Kafil boleh terdiri dari satu orang.
b. Syarat-syarat untuk seseorang yang dijamin (makful anhu):
 Makful anhu sanggup untuk menyerahkan tanggungannya pada kafil.
 Makful anhu merupakan seseorang yang dikenal oleh kafil.
c. Syarat-syarat untuk seseorang yang diberikan jaminan (makful lahu):
 Makful lahu merupakan seseorang yang dikenal oleh kafil.
 Makful lahu harus hadir saat akad berlangsung.
 Makful lahu memiliki hak penuh atas piutang yang ia berikan.
d. Syarat-syarat untuk objek jaminan (makful bih):
 Makful bih haruslah merupakan tanggungan yang telah disepakati, baik berupa hutang
uang, benda, maupun pekerjaan.
 Makful lahu dapat dilaksanakan oleh kafil.
 Makful lahu haruslah mengikat yang tidak mungkin dapat dibatalkan tanpa adanya
alasan yang syar‟i / sudah dilunasi.
 Makful lahu bukan merupakan sesuatu yang bertentangan dengan syariat islam, bukan
sesuatu yang diharamkan (Dkk, 2010).

D. Jenis-Jenis Kafalah

Kafalah terdiri atas beberapa jenis. Menurut Wahbah Al-Zuhaili dan Sayyid Sabiq
(ahli hukum islam), jenis-jenis kafalah adalah sebagai berikut :

a. Kafalah bil mal, adalah jaminan pembayaran barang atau perlunasan utang. Bentuk
kafalah ini merupakan sarana yang paling luas bagi bank dalam memberikan jaminan

5
Wilardjo, S. B. (2005) „Peran dan Perkembangan Bank Syariah’, Value Added, 1(2), p. 3.

8
(jaminan bank atau bank guarantee) kepada para nasabahnya dengan imbalan fee
tertentu.
b. Kafalah bin nafs, adalah jaminan diri dari si penjamin. Dalam hal ini bank dapat
bertindak sebagai juridical personality, yang dapat memberikan jaminan untuk tujuan
tertentu.
c. Kafalah bit taslim, adalah jaminan yang diberikan untuk menjamin pengembalian
barang sewaan pada saat masa sewanya berakhir. Jenis pemberian jaminan ini dapat
dilaksanakan oleh bank untuk keperluan nasabahnya dalam bentuk kerja sama dengan
perusahaan leasing company. Jaminan pembayaran bagi bank (dalam hal bank
terpaksa merealisasikan jaminan bank tersebut) dapat berupa deposito/tabungan.
Pihak bank diperbolehkan memungut uang jasa (fee) kepada nasabah tersebut.
d. Kafalah al-munjazah, adalah jaminan yang tidak dibatasi oleh kurun waktu tertentu
dan tidak dibatasi untuk tujuan/kepentingan tertentu. Dalam dunia perbankan kafalah
model ini dikenal dengan bentuk performance bond atau “jaminan prestasi”.
e. Kafalah al-muallaqah. Bentuk kafalah ini merupakan penyederhanaan dari kafalah
al-munjazah, dimana jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan dibatasi untuk
tujuan tertentu pula.6

E. Teknis dalam Perbankaan

Secara fikih terdapat tiga macam kafalah yang padanya dapat diimplementasikan
dalam produk bank syariah yaitu:

a. Kafalah bi nafs, yaitu jaminan dari diri si peminjam (personal guarantee).


b. Kagalah bil maal, yaitu jaminan pembayaran hutang atau perlunasan hutang.
Aplikasinya dalam perbankan dapat berbentuk jaminan uang muka (advance
payment) atau jaminan pembayaran (payment bond).
c. Kafalah muallaqah, yaitu jaminan mutlak yang dibatasi oleh kurun tertentu dan
untuk tujuan tertentu. Dalam perbankaan modern hal ini dapat diterapkan untuk
jaminan pelaksanaan suatu proyek (performance bonds) atau jaminan penawaran
(bid bonds).

6
Prof.Dr.Sutan Remy Sjahdeini,S.H. Perbankan Syariah (Jakarta:PRENADEMEDIA GROUP, 2018)
Hal 380

9
Dalam teknik praktiknya akad kafalah ini dalam bank syariah adalah dalam bentuk
bank garansi. Bank garansi yaitu tindakan dari garantor dalam hal ini bank umum
menjamin bahwa jika seseorang tidak menunaikan kewajibannya, misalnya tidak
membayar hutang-hutangnya, si garantor tersebutlah yang akan melaksanakan/
mengambil alih kewajiban tersebut.

Di dalam kegiatan pemberian jasa-jasa perbankan kepada nasabah, bank dapat


memberikan jasa-jasa pemberian bank garansi, sepanjang tidak bertentangan/melanggar dari
peraturan perundang-undangan termasuk Peraturan Bank Indonesia. Pemberian bank garansi
ini sudah merupakan produk berupa jasa yang ditawarkan dalam rangka mendapatkan
pendapatan berupa. Lebih lanjut dapat disampaikan beberapa hal terkait dengan produk
berupa bank garansi ini, yaitu:7

a. Dalam suatu pembmerian fasilitas bank garansi, setidaknya terdapat tiga pihak yaitu:
 Pihak pemberi garansi dalam hal ini bank.
 Pihak yang digaransi dalam hal ini nasabah bank.
 Pihak penerima garansi dalam hal ini adalah pihak ketiga (bouwheer).
b. Pihak-pihak yang dijamiiin (nasabah bank) memiliki kewajiban (pekerjaan atau
hutang) kepada pihak ketiga atau bouwheer.
c. Timbulnya garansi, biasanya karena diminta oleh bouwheer kepada nasabah bank, dan
menerbitkannya dengan pertimbangan bisnis (oppprtunity income).

Teknis penerapan akad kafalah sebagai produk perbankan syariah dibidang jasa dapat
berpedoman pada SEBI No.10/14/DPbS tertanggal 17 Maret 2008. Didalam SEBI disebutkan
bahwa kegiatan pelayanan jasa dalam bentuk jasa pemberian jaminan atas dasar Akad
Kafalah, berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:

a. Bank bertindak sebagai pemberi jaminan atas pemenuhan kewajinan nasabah terhadap
pihak ketiga.
b. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik jasa pemberian
jaminan atas dasar kafalah, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk Bank dan
pengunaan data pribadi nasabah.

7
Prof.Abdul Ghofur Anshori,S.H,M.H, Perbankan Syariah Di Indonesia, Opcit hal 160

10
c. Bank wajib melakukan analisis atas rencana jasa pemberian jaminan atas dasar
kafalah kepada nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisa atas
karakter (character) dan aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas usaha
(capacity), keuangan (capital), dan prospek usaha (condition).
d. Objek penjaminan harus:
 Merupakan kewajiban phak/orang yang meminta jaminan.
 Jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
e. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian tertulis
berupa akad pemberian jaminan aras dasar kafalah.
f. Bank dapat memperoleh imbalan yang disepakati di awal serta dinyatakan dalam
jumlah nominal yang tetap.
g. Bank dapat meminta jaminan berupa Cash Collateral atau bentuk jaminan lainnya
atas nilai penjaminan.
h. Dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga, maka bank
melakukan pemenuhan kewajiban nasabah kepada pihak ketiga dengan memberikan
dana talangan sebagai Pembiayaan atas dasar Akad Qardh yang harus diselesaikan
nasabah.8

8
Prof.Dr.Sutan Remy Sjahdeini,S.H. Perbankan Syariah. Ibid hal 382

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akad kafalah merupakan salah satu contoh dari akad tabarru. Akad kafalah ialah
jaminan yang diberikan oleh seorang kafil kepada pihak ketiga (yang menghutangi) untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua (yang berhutang). Ada 3 hal yang dikandung oleh kafalah,
yakni : kesanggupan seseorang untuk memenuhi hak yang menjadi kewajiban orang lain,
kesanggupan penanggung untuk mendatangkan barang yang ditanggung, dan juga
kesanggupan untuk menghadirkan orang yang memiliki kewajiban terhadap orang lain.

Pada sistem keuangan, kafalah banyak diterapkan dalan lembaga keuangan,


khususnya pada bank syariah. Dimana bank bertindak sebagai penjamin (kafil) dan nasabah
bertindak sebagai pihak yang dijamin (makful alaih). Adapun jenisjenis kafalah yang sering
diberikan oleh bank syariah :

1. Kafalah bil mal

Kafalah bil mal merupakan jaminan bembayaran barang atau pelunas hutang (dengan
uang).

2. Kafalah bin nafs

Kafalah jenis ini merupakan akad yang memberikan jaminan atas personal guarantee.

3. Kafalah bit taslim

Kafalah bil taslim merupakan jenis akad kafalah yang biasanya dilakukan untuk
menjamin barang yang disewa pada masa akhir sewa.

4. Kafalah al-munjazah

Akad ini merupakan jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka waktu dan untuk
tujuan serta kepentingan tertentu.

5. Kafalah al-muallaqah

12
Kafalah jenis ini merupakan pengederhanaan dari kafalah almunjazah, baik oleh pihak
perbankan maupun oleh pihak asuransi. Perbedaannya hanyalah pada pembatasan waktu yang
diberikan pada akad kafalah al-muallaqah.

B. Saran

Semoga ilmu yang kami tuangkan dalam makalah ini bermanfaat untuk semua
pembaca dan dapat menambah wawasan khususnya untuk mahasiswa yang sedang
mempelajari materi ini

13
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Abdul Ghofur Anshori,S.H,M.H,. 2009 . Perbankan Syariah Di Indonesia.


Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS

Prof.Dr.Sutan Remy Sjahdeini,S.H.2018. Perbankan Syariah. Jakarta:PRENADEMEDIA


GROUP

Siregar, H. S. and Khoerudin, K. 2019. Fikih Muamalah Teori dan Implementasi. Bandung:
MEDIA GROUP

Wilardjo, S. B. (2005) „Peran dan Perkembangan Bank Syariah‟, Value Added, 1(2), p. 3.
Available at: http://jurnal.unimus.ac.id

14

Anda mungkin juga menyukai