Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MASYARAKAT MADANI

Makalah Yang Disusun Untuk Memenuhi Mata PPKN

Dosen Pembimbing :

MAT ROHIM Mpd

Disusun oleh:

WIRDATUL JANNAH

Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

2021/2022
DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang……………………………………

1.2Tujuan……………………………….......

1.3 Rumusan masalah ........................................................

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masyarakat Madani……………………………

2.2. Karakter Masyarakat Madani…………............................

2.3. Problematika Masyarakat Madani di Indonesia………........

2.4. Kontradiksi Prinsip Madani Dengan Penerapan Politik, Ekonomi SertaHukum Di


Indonesia........................................................

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan……………………………….........................…...

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................


BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahterasebagaimana yang
dicitacitakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk
mencapainya berbagai sistemkenegaraan muncul, seperti demokrasi.Cita-cita suatu masyarakat tidak
mungkin dicapai tanpa mengoptimalkankualitas sumber daya manusia. Hal ini terlaksana apabila semua
bidang pembangunan bergerak secara terpadu yang menjadikan manusia sebagaisubjek. Pengembangan
masyarakat sebagai sebuah kajian keilmuan dapatmenyentuh keberadaan manusia yang berperadaban.
Pengembanganmasyarakat merupakan sebuah proses yang dapat merubah watak, sikap dan prilaku
masyarakat ke arah pembangunan yang dicita-citakan. Indikator dalammenentukan kemakmuran suatu
bangsa sangat tergantung pada situasi dankondisi serta kebutuhan masyarakatnya.Munculnya istilah
masyarakat madani pada era reformasi ini, tidak terlepas dari kondisi politik negara yang berlangsung
selama ini. Sejak Indonesia merdeka, masyarakat belum merasakan makna kemerdekaan
yangsesungguhnya. Pemerintah atau penguasa belum banyak memberi kesempatan bagi semua lapisan
masyarakat mengembangkan potensinya secara maksimal.Bangsa Indonesia belum terlambat
mewujudkan masyarakat madani, asalkansemua potensi sumber daya manusia mendapat kesempatan
berkembang dandikembangkan.Mewujudkan masyarakat madani banyak tantangan yang harus
dilalui.Untuk itu perlu adanya strategi peningkatan peran dan fungsi masyarakatdalam mengangkat
martabat manusia menuju masyarakat madani itu sendiri.Akhir-akhir ini sering muncul ungkapan dari
sebahagian pejabat pemerintah, politisi, cendekiawan, dan tokoh-tokoh masyarakat tentang
masyarakatmadani (sebagai terjemahan dari kata civil society).

Tampaknya, semua potensi bangsa Indonesia dipersiapkan dan diberdayakan untuk


menujumasyarakat madani yang merupakan cita-cita dari bangsa ini. Masyarakatmadani diprediski
sebagai masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat, dan agama.
Demikian pula, bangsa Indonesia pada era reformasi ini diarahkan untuk menuju masyarakat madani,
untuk itukehidupan manusia Indonesia akan mengalami perubahan yang fundamentalyang tentu akan
berbeda dengan kehidupan masayakat pada era orde baru.Kenapa, karena dalam masyarakat madani
yang dicita-citakan dikatakan akanmemungkinkan "terwujudnya kemandirian masyarakat, terwujudnya
nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat, terutama keadilan, persamaan,kebebasan dan
kemajemukan [pluraliseme]" , serta taqwa, jujur, dan taathukum.Konsep masyarakat madani
merupakan tuntutan baru yang memerlukan berbagai torobosan di dalam berpikir, penyusunan konsep,
serta tindakan-tindakan. Dengan kata lain, dalam menghadapi perubahan masyarakat danzaman,
“diperlukan suatu paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, demikian kata
filsuf Kuhn. Karena menurut Kuhn, apabilatantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan
menggunakan paradigmalama, maka segala usaha yang dijalankan akan memenuhi kegagalan".Landasan
Undang-undang Tentang Masyarakat Madani Cita negaramadani dan demokratis terdapat di dalam
Undang-undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945. Ide mengenai masyarakat madani
dandemokratis yang tertuang dalam Pembukaan bahkan dipertahankan untuk tidak dirubah manakala
bangsa ini melakukan reformasi konstitusi.Amandemen konstitusi sejak 1999 bahkan menunjukkan
komitmen kuat bangsa yang semakin mengkristal untuk hidup bernegara secara demokratis.

Pembukaan UUD 1945 sebagai bagian tak terpisahkan dari konstitusitelah pula menegaskan bahwa
negara yang dilahirkan ini adalah untuk mengabdi pada rakyat, mensejahterakan rakyat, bukan
sebaliknya: rakyat melayani pemerintah. Pemerintah Negara Indonesia, demikian alinea IV
PembukaanUUD 1945, memiliki kewajiban untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Pemerintah dan negara ini ada untuk melindungi rakyatnya. Dalam negara
Indonesia rakyatlah yang berdaulat .Pilihan Republik sebagai bentuk negara menunjukkan bahwa di
dalam negaraIndonesia yang berdaulat adalah orang banyak, bukannya sedikit orang entahyang
mengejawantah dalam monarki maupun oligarki, walau kalau ditilik sejarahnya, negara Indonesia
berasal dari himpunan ratusan kerajaan besar kecil. Inilah cita negara demokrasi yang digagas oleh para
pendiri bangsa, danterus dipertahankan oleh MPR manakala melakukan perubahan terhadap UUD1945
sejak tahun 1999-2002.B.Tujuana.Memahami serta mampu menerapkan konsep masyarakatmadani
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. b.Mewadahi para pembaca untuk
menyadari betapa pentingnyamewujudkan masyarakat madani.C.Rumusan Masalaha.Bagaimana konsep
masyarakat madani? b.Apa saja Problematika masyarakat madani di Indonesia?c.Apakah masyarakat
Indonesia sudah bisa dikatakan Madani
BAB II PEMBAHASAN.

2.1 Pengertian Masyarakat Madani

Wacana tentang Masyarakat Madani di Indonesia memiliki banyakesamaan istilah dan penyebutan,
namun memiliki karakter dan peran yang berbeda satu dari yang lainnya. Dengan merujuk sejarah
perkembanganmasyarakat sipil (civil society) di Barat, sejumlah ahli di Indonesiamenggunakan istilah
yang berbeda untuk maksud serupa: masyarakt sipil yangumumnya memiliki peran dan fungsi yang
berbeda dengan lembaga negarayang dikenal dewasa ini.Istilah masyarakat madani selain mengacu
pada konsep civil society, juga berdasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun
NabiMuhammad SAW pada tahun 622M. Masyarakat madani juga mengacu padakonsep tamadhun
(masyarakat yang beradaban) yang diperkenalkan oleh IbnKhaldun, dan konsep Al Madinah al fadhilah
(Madinah sebagai Negara Utama)yang diungkapkan oleh filsuf Al Farabi pada abad
pertengahan(Rahardjoseperti yang dikutip Nurhadi, 1999).Menurut Dr. Ahmad Hatta, peneliti pada
Lembaga PengembanganPesantren dan Studi Islam, Al Haramain, Piagam Madinah adalah dokumen
penting yang membuktikan betapa sangat majunya masyarakat yang dibangunkala itu, di samping juga
memberikan penegasan mengenai kejelasan hukumdan konstitusi sebuah masyarakat.

Bahkan, dengan menyetir pendapatHamidullah (First Written Constitutions in the World, Lahore,
1958), PiagamMadinah ini adalah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia.Konstitusi ini secara
mencengangkan telah mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hak-hak sipil (civil rights),
atau lebih dikenal dengan hak asasimanusia (HAM), jauh sebelum deklarasi Kemerdekaan Amerika
(AmericanDeclaration of Independence, 1997), RevolusiPrancis (1789), dan DeklarasiUniversal PBB
tentang HAM (1948) dikumandangkan. Sementara itu konsepmasyarakat madani, atau dalam khazanah
Barat dikenal sebagai civil society(masyarakat sipil), muncul pada masa pencerahan (Renaissance)
diEropamelalui pemikiran John Locke (abad ke-18) dan Emmanuel Kant (abadke-19). Sebagaisebuah
konsep, civil society berasal dari proses sejarah panjangmasyarakat Barat yangbiasanya dipersandingkan
dengan konsepsi tentang state(negara). Dalam tradisi Eropa abadke-18, pengertian masyarakat sipil
inidianggap sama dengan negara (the state), yakni suatukelompok atau kesatuanyang ingin
mendominasi kelompok lain. Barulah pada paruh kedua abad ke-18,terminologi ini mengalami
pergeseran makna.Negara dan masyarakat madanikemudian dimengerti sebagai dua buah entitas yang
berbeda.Bahkan kemudian,Kant menempatkan masyarakat madani dan negara dalam kedudukanyang
berlawanan, yang kemudian dikembangkan oleh Hegel, menurutnyamasyarakat madanimerupakan
subordinatif dari negara.Untuk pertama kali istilah Masyarakat Madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim
mantan wakil perdana menteri Malaysia.

Menurut Anwar Ibrahim,sebagaimana dikutip Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani merupakan


sistemsosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbanganantara kebebasan
individu dengan kestabilan masyarakat. Inisiatif dari individudan masyarakat akan berupa pemikiran,
seni, pelaksanaan pemerintah yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan
individu. Ibrahim juga menyebutkan definisi negatif dengan melukiskan keadaan manusia yang
bertentangan dengan ciri-ciri Masyarakat Madani. Lebih lanjut ia mengatakankemelut yang diderita
umat manusia seperti meluasnya keganasan, sikapmelampaui dan tidak tasamuh kemiskinan dan
kemelaratan ketidakadilan dankebejatan sosial. Kejahilan, kelesuan intelektual serta kemuflisan
budayaadalah manifestasi kritis masyarakat madani.

Kemelut ini kita saksikan dikalangan masyarakat Islam, baik di Asia maupun afrika, seolah-olah
umatterjerumus kepada satu kezaliman; kezaliman akibat kediktatoran ataukezaliman yang timbul dari
runtuhnya atau ketiadaan order politik serta peminggiran rakyat dari proses politik.Mengacu pada
definisi ideal dan kondisi berlawanan Masyarakat Madani,menurut Ibrahim, masyarakat sipil di kawasan
Asia dan Afrika masih jauh dariciri-ciri ideal Masyarakat Madani. Masyarakat sipil di belahan dunia ini
masih berkutat dengan kemiskinan, ketidakadilan ketiadaan tatanan, peminggiran politik dan kentalnya
budaya tidak toleran. Dari kesimpulan Ibrahim, nampak sekali cita ideal masyarakat sipil yang hendak ia
rumuskan masih bersumber pada realitas social masyarakat sipil di dunia Barat. Menurut Anwar
Ibrahim,masyarakat madani mempunyai ciri-cirinya yang khas: kemajemukan budaya(multicultural),
hubungan timbal balik (reprocity), dan sikap saling memahamidan menghargai. Lebih lanjut Anwar
Ibrahim menegaskan bahwa karakter Masyarakat madani ini merupakan "guiding ideas", meminjam
istilah Malik Bennabi, dalam melaksanakan ide-ide yang mendasari masyarakat madani,yaitu prinsip
moral, keadilan, keseksamaan, musyawarah dan demokrasi.Sejalan dengan gagasan Anwar Ibrahim,
Dawam Rahardjo mendefinisikanmasyarakat madani sebagai proses penciptaan peradaban yang
mengacu kepadanilainilai kebijakan bersama. Menurutnya, dalam masyarakat madani, warga Negara
bekerja sama membangun ikatan sosial, jaringan produktif dansolidaritas kemanusian yang bersifat non-
negara.

Selanjutnya Dawammenjelaskan, dasar utama dari masyarakat madani adalah persatuan


danintegrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkandiri dari konflik dan
permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidupdalam suatu persaudaraan. Sejalan dengan ide-
ide di atas, menurut Azyumardi Azra, masyarakatmadani lebih dari sekedar gerakan pro-demokrasi,
karena ia juga mengacu pada pembentukan masyarakat berkualitas dan ber-tamadun (civility).
Sejalandengan pandangan di atas, Nurcholish Madjid menegaskan bahwa maknamasyarakat madani
berakar dari kata "civility" yang mengandung maknatoleransi, kesediaan pribadi-pribadi untuk
menerima pelbagai macam pandangan politik dan tingkah laku sosial.

2.2. Karakter Masyarakat MadaniCiri-ciri Masyarakat Madani

Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah. Memiliki banyak arti atau sering
diartikan dengan maknayang berbeda – beda. Bila merujuk pada pengertian dalam Bahasa Inggris, ia
berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi darimasyarakat militer. Menurut
Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madanisering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of
voluntary activity whichtakesplace outside of government and the market”.
Merujuk pada Bahmuller (1997), ada beberapa karakteristik masyarakat madani, antaralain ;

1.Terintegrasinya individu – individu dan kelompok – kelompok eksklusif kedalam masyarakat melalui
kontrak sosial dan aliansi sosial.

2.Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan – kepentingan yangmendominasi dalam masyarakat


dapat dikurangi oleh kekuatan – kekuatanalternatif.

3.Terjembataninya kepentingan – kepentingan individu dan negara karenakeanggotaan organisasi –


organisasi volunter mampu memberikan masukan – masukan terhadap keputusan – keputusan
pemerintah.

4.Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu – individu mengakui
keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.

5.Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga – lembagasosial dengan berbagai


perspektif.

Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa “masyarakatmadani adalah sebuah
masyarakat demokratis di mana para anggotanyamenyadari akan hak – hak dan kewajibannya dalam
menyuarakan pendapat danmewujudkan kepentingan – kepentingan. Dimana
pemerintahannyamemberikan peluang yang seluas – luasnya bagi kreativitas warganegara untuk
mewujudkan program – program pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani
bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara,taken for granted. Masyarakat madani adalah
konsepyang cair dibentuk dari proses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus – menerus.
Dengan demikian kita sebenarnya memiliki tiga visi mengenaimasyarakat sipil dan negara. Pertama,
kehadiran masyarakat sipil hanya bersifat sementara dalam perkembangan masyarakat.
Karenakecenderungannya untuk rusak dari dalam, maka pada akhirnya masyarakatsipil akan ditelan
oleh negara, yakni sebuah negara ideal, yang merupakan taraf perkembangan masyarakat yang
tertinggi. Kedua, karena negara hanyacerminan saja dari masyarakat sipil dan berfungsi melayani
individu yangserakah, maka negara akan diruntuhkan atau runtuh dengan sendirinya dalamsuatu
revolusi proletar. Jika negara lenyap,maka yang tinggal hanyamasyarakat, yakni suatu masyarakat tanpa
kelas. Dan ketiga, visi yang melihat bahwa masyarakat sipil tidak saja bisa menjadi benteng kelas yang
memeganghegemoni, dalam hal ini kelas borjuasi, tetapi bisa pula menjalankan fungsi etisdalam
mendidik masyarakat dan mengarahkan perkembangan ekonomi yangmelayani kepentingan
masyarakat.Di lain pihak, masyarakat sipil sendiri juga terdiri dari organisasiorganisasiyang melayani
kepentingan umum, atau memiliki rasionalitas dan mampu mengatur dirinya sendiri secara bebas. Bisa
terjadi keduanya salingmendukung, dalam arti buruk maupun baikdari segi kepentingan umum.

Syarat Masyarakat Madani Bila kita kaji, masyarakat di negara – negara maju sudahdapat dikatakan
sebagaimasyarakat madani. Maka, ada beberapa prasyaratyang harus dipenuhi untuk menjadi
masyarakat madani. Yakni adanyademocratic government (pemerintahan demokratis yang dipilih dan
berkuasasecara demokratis) dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggupmenjunjung tinggi
nilai – nilai civil security, civil responsibility, dancivilresilience). Apabila diurai, dua kriteria tersebut
menjadi tujuh prasyaratmasyarakat madani. Antaralain sebagai berikut ;

1.Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalammasyarakat

2.Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial(social capital) yang kondusif bagi
terbentuknya kemampuanmelaksanakan tugas – tugas kehidupan dan terjalinnya kepercayaan danrelasi
sosial antar kelompok

3.Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan.Dengan kata lain, terbukanya akses
terhadap berbagai pelayanan social

4.Adanya hak, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat danlembaga – lembaga swadaya untuk
terlibat dalam berbagai forum dimana isu – isu kepentingan bersama dan kebijakan publik
dapatdikembangkan

5.Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnyasikap saling menghargai
perbedaan antarbudaya dan kepercayaan

6.Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga – lembaga ekonomi, hokum,


dan sosial berjalan secara produkitf dan berkeadilan social

7.Adanya jaminan, kepastian, dan kepercayaan antara jaringan – jaringankemasyarakatan yang


memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar mereka secara teratur, terbuka, dan
terpercaya.

Tanpa prasyarat tersebut, maka masyarakat madani hanya akan berhenti pada jargon.Masyarakat
madani akan terjerumus pada masyarakat“sipilisme” yang sempit yang tidakubahnya dengan paham
militerismeyang anti demokrasi dan sering melanggar hak asasimanusia. Dengankata lain, ada beberapa
rambu yang perlu diwaspadai dalam prosesmewujudkan masyarakat madani (DuBois dan Milley, 1992).
Rambu – rambu tersebut dapat menjadi jebakan yang menggiring masyarakatmenjadi sebuah entitas
yang bertolak belakang dengan semangat negaradan bangsa.

2.3. Problematika Masyarakat Madani di Indonesia

1.Paradigma dan praktek masyarakat Madani di Indonesiadalam kultur masyarakat indonesia kita
mengetahui bahwa ada banyak sekali perbedaan nilai dan norma yang terdapat didalamnya, lewat
budayanyaitulah masyarakat memandang fenomena yang terjadi di Indonesia ini danmereka merespon
dengan prilaku yang sangat beragam, sehingga hal inimenjadi dasar susahnya untuk memberi
pemahaman dengan satu cara, artinyamembutuhkan konsep kemadanian yang mampu menimbang
sertamendukung kultur yang mereka miliki yang nantinya akan mempengaruhi paradigmanya terhadap
konsep masyarakat madani ini. Kemudian pada pointyang kedua kita memiliki masalah yang sangat jelas
dan rumit di Indonesiayakni tentang praktik konsep kemadanian ini. Jika kita memandang sekilastentu
kita akan segera berkomentar bahwa di Indonesia masyarakat madaniini tidak terwujud.Kita dapat
melihat bukti yang sangat nyata terjadi dikalangan masyarakat,contohnya kriminalitas yang semakin
tinggi di indonesia. Bahkan anakanak bangsa sudah banyak terkontaminasi moral buruk. Hal ini tentu
berita yangmenyakitkan bagi citacita indonesia untuk membentuk masyarakat yangcerdas dan sejahtera
serta membuat bangsa menjadi terlihat sangatmenyedihkan. Dan tentu dengan mudah bisa kita
simpulkan bahwa di indonesia tidak terterapnya praktik masyarakat madani. Contoh lain yang bisakita
lihat yaitu maraknya perselisihan antar pelajar, antar suku bahkan antar kampung. Betapa besar petaka
akibat perbuatan buruk macam ini. Jadi hal inimenunjukkan bahwa kurangnya pemahaman terhadap
konsep masyarakatmadani di indonesia.

2. Hambatan Penerapan Masyarakat Madani di Indonesia

hambatan terbesar yang dihadapi Indonesia dalam mewujudkanmasyarakat madani adalah


kebodohan, kebodohan dalam hal ini mencakupseluruh unsur kehidupan, yang menyebabkan banyak
masyarakat yang apatisserta fanatik terhadap golongan. Hal ini menjadi dasar terjadinya
kriminalitas,kemiskinan, serta kebobrokan masyarakat indonesia. Adapun hambatan lainyang dihadapi
adalah merupakan bagian dari tindak kebodohan.

2.4. Kontradiksi Prinsip Madani Dengan Penerapan Politik, Ekonomi SertaHukum Di Indonesia

prinsip masyarakat madani pada kenyataanya sangat bertolak belakangdengan keadaan Indonesia
sekarang ini beberapa aspek sbb:

1.Aspek politik Dewasa ini kita melihat kondisi politik Indonesia yang sangatmemalukan, terlihat
perebutan kekuasaan yang mencolok dimana partai- partai politik menunjukkan kefanatikannya
terhadap kelompoknya. Salingmenjatuhkan, mementingkan keuntungan partai bukan rakyat, seolah-
olahmerebut kue yang lunak hingga ia hancur. Begitulah keadaan indonesia,orang-orang yang
berkedudukan saling memperebutkan kekuasaan sertasaling menjatuhkan yang menyebabkan
kehancuran. Tidak sesuai sekalidengan konsep madani yang menanamkan nilai kebersamaan.

2.Ekonomi Dalam konsep masyarakt madani, segala tindakan ekonomiharuslah menguntungkan semua
pihak. Tapi lihatlah keadaan ekonomi diIndonesia sekarang, betapa menyedihkan, praktek kapitalis
merajalela, yangmiskin makin miskin yang kaya makin rakus. Banyaknya pelaku ekonomiyang tidak
memperdulikan halal haramnya suatu tindakan, ideologimaterialis telah menjadi ciri khas yang sangat
nampak jelas dalam praktik ekonomi di indonesia. Tujuan utamanya adalah untung baru
memberimanfaat, bukan memberi manfaat baru untung.

3. Hukum Ingin menangis rasanya melihat ketidak adilan yang dipertontonkanoleh para pejuang-pejuang
kebobrokan bangsa kita. Sudikah kitadiperlakukan tak wajar dalam proses hukum sedang ada orang
yang lebihhebat kesalahannya diperlakukan dengan hormat??. Adakah pemerintahyang setia bersahaja
demi bangsa? Adakah pemerintah yang setia berjuangdemi rakyat? Adakah pemerintah yang rela
berkorban demi keadilan?Jawabannya adalah TIDAK kecuali hanya 5% . namun yang ditampakkanseolah
100% dengan permainan busuk yang dimaknakan agung dengan kata“Dari rakyat Untuk Rakyat”. Kata-
kata tersebut hanya berlaku untuk penderitaan rakyat atau dengan kata lain Rakyat yang menderita
adalahuntuk rakyat dan rakyat yang mendapat kedudukan itulah perhatianku.Bolehkah kita mengatakan
itu madani, tidak itu adalah edan-ni dengan bungkus kualitas tinggi.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulakan sebagai berikut :a.Menyarakat madani merupakan
suatu wujud masyarakat yang memilikikemandirian aktivitas dengan ciri: universalitas, supermasi,
keabadian, pemerataan kekuatan, kebaikan dari dan untuk bersama, meraih kebajikanumum, piranti
eksternal, bukan berinteraksi pada keuntungan, dankesempatan yang sama dan merata kepada setiap
warganya. ciri masyarakatini merupakan masyarakat yang ideal dalam kehidupan. Untuk Pemerintah
pada era reformasi ini, akan mengarakan semua potensi bangsa berupa pendidikan, ekonomi, politik,
hukum, sosial budaya, militer, kerahmasyarakat madani yang dicita-citakan.

b.Di indonesia konsep masyarakat madani ini sangat bertolak belakangdengan penerapannya. Politik,
ekonomi, sosbud serta hukum di Indonesiatelah jauh dari nilai kemadanian malah sebaliknya Edan-ni.
Namun kitaharus melihat positifnya, bahwa masih ada kesempatan besar untuk memperbaiki
masyarakat kita yang sudah mendekatai taraf menyedihkanini.

DAFTAR PUSTAKA

1 Azizi, AQodriAbdillah. 2000. MasyarakatmadaniAntaraCitadanFakta:Kajian Historis-Normatif.

2.Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam,DemokratisasidanMasyarakatMadani.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

3. Hamim, Thoha. 2000. Islam dan Civil society (Masyarakatmadani):Tinjauan tentang Prinsip Human
Rights, Pluralism dan ReligiousTolerance.

4.Gamble, Andrew. 1988. An Introduction to Modern Social and PoliticalThought. Hongkong: Macmillan
Education Ltd. 5.Hidayat, Komaruddindan Ahmad Gaus AF. 1998. Pasing Over:Melintas Batas Agama.
Jakarta: GramediaPustakaUtama. Hal.xiv. 6 .Ismail, Faisal. 1999. NU, Gusdurism, dan Politik Kyai.
Yogyakarta:Tiara Wacana.Rumadi. 1999. Civil Society dan NU Pasca-Gus Dur.Kompas Online. 5
November 1999

Anda mungkin juga menyukai