Anda di halaman 1dari 13

MASYARAKAT MADANI DAN KARAKTERISTIKNYA

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pendidikan Pancasila
Dosen pengampu:
Indra Lathief Sya’fu, M. Hum

Disusun oleh :

Idatul Hurumi (933810919)


Lela Riesda Elief Maghfiroh (933810719)
Wahyu Sukmah Nur .R (933810819)

PROGRAM STUDI ILMU TAFSIR DAN AL-QUR’AN


JURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2019

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan puja kehadirat Allah SWT atas rahmat


dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Nilai moral, Keadilan, dan Ketertiban”
Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Indra
Lathief Sya’fu, M. Hum selaku dosen matakuliah ini. Penulis juga menyadari
bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki
makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan
bagi pembaca pada umumnya.

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat madani sukar tumbuh dan berkembang pada rezim orde baru
karena adanya sentralisasi kekuasaan melalui korporatisme dan birokratisasi di
hampir seluruh aspek kehidupan, terutama terbentuknya organisasi-organisasi
kemasyarakatan dan profesi dalam wadah tunggal, seperti MUI, KNPI, PWI,
SPAI, HKTI, dan sebagainya. Organisasi-organisasi tersebut tidak memiliki
kemandirian dalam pemilihan pemimpin maupun penyusunan program-
programnya sehingga tidak memiliki kekuatan kontrol terhadap jalannya roda
pemerintahan.
Kebijakan ini juga berlaku terhadap politik (political societies), sehingga
partai-partai politik pun tidak berdaya melakukan kontrol terhadap pemerintahan
dan tawar-menawar dengannya dalam menyampaikan aspirasi masyarakat. Hanya
beberapa organisasi keagamaan yang memiliki basis sosial besar yang agak
memiliki kemandirian dan kekuatan dalam mempresentasikan diri sebagai unsur
dari masyarakat madani, seperti NU dan Muhammadyah. Pemerintah sulit untuk
melakukan intervensi dalam pemilihan pimpinan organisasi keagamaan tersebut
karena mereka memiliki otoritas dalam pemahaman ajaran Islam. Pengaruh politik
tokoh dan organisasi keagamaan ini bahkan lebih besar daripada partai-partai
politik yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat madani secara umum?
2. Apa yang dimaksud dengan masyarakat madani menurut para ahli?
3. Apa saja ciri-ciri masyarakat madani?
4. Apa saja unsur-unsur masyarakat madani?
5. Apa saja pilar penegak masyarakat madani?
6. Apa saja karakteristik masyarakat madani?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan masyarakat madani secara
umum
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan masyarakat madani menurut
para ahli
3. Untuk mengetahui ciri-ciri masyarakat madani
4. Untuk mengetahui unsur-unsur masyarakat madani
5. Untuk mengetahui apa saja pilar penegak masyarakat madani
6. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat madani

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian masyarakat madani


1. Pengertian
Istilah masyarakat madani berasal dari terjemahan civil society.
Istilah ini pertama kali digunakan filsuf Scotlandia, Adam Ferguson untuk
masyarakat pedalaman yang belum tersentuh kemajuan. Dalam
perkembangan lebih lanjut arti civil society didefinisikan sebagai sebuah
masyarakat yang terdiri dari lembaga-lembaga otonom yang mampu
mengimbangi kekuasaan Negara, ada pendapat lain bahwa civil society
disebutkan sebagai sebuah masyarakat politik (political society) yang
memiliki kode hukum sebagai dasar pengaturan hidup. 1 Civil society
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi masyarakat sipil,
namun hal ini sering dikacaukan dengan pembedaan sipil-militer.
Selanjutnya Nurcholis Madjid (2001) dan Arief Budiman (2001), mencari
padanan dengan menyebut sebagai masyarakat madani, suatu istilah yang
pertama kali digunakan oleh Anwar Ibrahim (1995).2 Istilah itu
diterjemahkan dari bahasa Arab mujtama’ madani, yang diperkenalkan
Naquib Attas seorang ahli sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia 3.
Kata ‘madani’ berarti civil atau civilized yang artinya beradab. Madani
berarti juga peradaban, sebagaimana kata Arab lainnya seperti badlari,
tsqafi atau tamaddun. Konsep madani bagi bangsa Arab mengacu pada
hal-hal yang ideal dalam kehidupan.
2. Pengertian masyarakat madani menurut para ahli:
a. Dawam rahardjo
Mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses menciptakan
sebuah peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan publik4.

b. Anwar ibrahim

1
Rahardjo, “Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta,Raja Grafindo Persada” 2005, h. 137
2
Heru Nugroho, “Pergulatan Menuju Civility, Demokrasi dan Keadilan: Antara Harapan dan
Kenyataan di Indonesia” Dalam Sobirin Malian dan Suparman Marzuki, Pendidikan
Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia, Yogyakart: UII Press, h.26
3
Saefur Rachmat, “Masyarakat Madani: Dialog Islam dan Modernitas di Indonesia” Makalah
disampaikan dalam Seminar Perkembangan MasyarakatMadani di Indonesia yang
diselenggarakan oleh IAIN Sunan Ampel, 21 Mei 2005
4
Dawam Rahardjo, “Masyarakat Madani Indonesia: dalam jurnal paramadina”, 1999, Volume I,
No. 2

5
Masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur berdasarkan
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu
untuk stabilitas masyarakat5.

c. Zbigniew rew
masyarakat madani merupakan suatu yang berkembang dari
sejarah, yang mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan
tempat mereka bergabung bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-
nilai yang mereka yakini.

d. Daniel Dakhiade (2001)

menamakan masyarakat warga, sebab dalam bahasa latin civis


berarti masyarakat. Maka societas civilis berarti masyarakat beradab6

B. Sejarah Masyarakat Madani


Berbagai upaya dilakukan dalam mewujudkan masyarkat madani, baik
yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Untuk yang
berjangka pendek , dilaksanakn dengan memilih dan menempatkan pemimpin-
pemimpin yang dapat dipercaya (credible), dapat diterima (acceptable), dan
dapat memimpin (capable).
Konsep masyarakat madani itu lahir sebagai hasil dari Festival Islam
yang dinamai Festival Istiqlal, suatu festival yang selenggarakan oleh ICMI
(Ikatan Cendekiawan Islam Muslim Indonesia). ICMI adalah suatu wadah
organisasi Islam yang didirikan pada Desember 1991 dengan restu dari
Presiden Soeharto dan diketuai oleh BJ Habibie, tangan kanan Soeharto yang
menduduki jabatan Menteri Riset dan Teknologi. Berdirinya ICMI tidak lepas
dari peranan Habibie yang berhasil menyakinkan Presiden Soeharto untuk
mengakomodasi kepentingan golongan menengah Muslim yang sedang
berkembang pesat dan memerlukan sarana untuk menyalurkan aspirasinya.
Gayung bersambut karena Soeharto sedang mencari partner dari golongan
Muslim agar mendukung keinginannya menjadi presiden pada tahun 1998.
Hal ini dilakukan Soeharto untuk mengurangi tekanan pengaruh dari mereka
yang sangat kritis terhadap kebijakannya, terutama dari kalangan nasionalis
yang mendirikan berbagai LSM dan kelompok Islam yang menempuh jalur
sosio-kultural seperti Gus Dur, Emha, dan Mustafa Bisri.
Jika dicari akar sejarahnya, maka dapat dilihat bahwa dalam masyarakat
Yunani kuno masalah ini sudah mengemukakan. Rahardjo (1997) menyatakan
bahwa istilah civil society sudah ada sejak zaman sebelum masehi. Orang
yang pertama kali yang mencetuskan istilah civil society ialah Cicero (106-43
SM), sebagai orator Yunani kuno

5
Anwar Ibrahim, “ Islam dan pembentukan Mayarakat Madani”. (Jakarta: YFI). 1999
6
Heru Nugroho, , “Pergulatan Menuju Civility, Demokrasi dan Keadilan: Antara Harapan dan
Kenyataan di Indonesia” Dalam Sobirin Malian dan Suparman Marzuki, Pendidikan
Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia, Yogyakart: UII Press, h.26

6
Civil society menurut  Cicero ialah suatu komunitas politik yang beradab
seperti yang dicontohkan oleh masyakat kota yang memiliki kode hukum
sendiri. Dengan konsep civil society (kewargaan) dan urbanity (budaya kota),
maka kota dipahami bukan hanya sekerdar konsentrasi penduduk, melainkan
juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan
Perumusan dan pengembangan konsep masyarakat madani menggunakan
projecting back theory, yang berangkat dari sebuah hadits yang mengatakan
“Khayr al-Qurun qarni thumma al-ladhi yalunahu thumma al-ladhi yalunahu”,
yaitu dalam menetapkan ukuran baik atau buruknya perilaku harus dengan
merujuk pada kejadian yang terdapat dalam khazanah sejarah masa awal
Islam7. Kemudian para cendekiawan muslim mengislamkan konsep civil
society yang lahir di Barat dengan masyarakat madani, suatu masyarakat kota
Madinah bentukan Nabi Muhammad SAW. Mereka mengambil contoh dari
data historis Islam yang secara kualitatif dapat dibandingkan dengan
masyarakat ideal dalam konsep civil society.
Rasanya tidaklah berlebihan kalau kita menerjemahan civil society
dengan masyarakat madani, karena kehidupan masyarakat Madinah di bawah
Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin sangat menjunjung prinsip-
prinsip dalam civil society yang lahir di Barat. Masyarakat madani bentukan
Nabi paralel dengan ide civil society bentukan Cicero.
C. Ciri-ciri masyarakat madani
Menurut A.S Hikam ada empat ciri utama dari masyarakat mandani, yaitu
sebagai berikut :
1. Kesukarelaan artinya tidak ada paksaan, namun mempunyai komitmen
bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama.
2. Keswasembadaan, setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi,
mandiri yang kuat tanpa menggantungkan pada negara atau lembaga-
lembaga negara atau organisasi lainnya
3. Kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan kelompok-
kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan negara.
Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama. Masyarakat
madani adalah masyarakat yang berdasarkan hukum dan bukan negara
kekuasaan.

Sementara itu Nurcholis Madjid dalam sudut pandang lain mengemukakan


ciri-ciri masyarakat madani sebagai berikut:
1. Semangat egalitarianisme atau kesetaraan.
2. Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan prestise seperti
keturunan kesukuan, ras, dan lain-lain
3. Keterbukaan
4. Partisipasi seluruh anggota masyarakat
5. Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan

7
Hamim, “Islam dan Civil Society: Tinjauan Tentang Prinsip Humas Rights, Pluralisme dan Religius
Tolerance.” (Yogyakarta: intervidie), 2000. h. 115-127.

7
Sedangkan Hidayat Syarif berpandangan bahwa masyarakat madani
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
1. Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
Pancasilais, dan memiliki cita-cita serta harapan masa depan
2. Masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan
pendapat
3. Masyarakat yang menghargai Hak Azazi Manusia (HAM).
4. Masyarakat yang tertib dan sadar hukum yang direfleksikan dari
adanya budaya malu apabila melanggar hukum
5. Masyarakat yang memiliki kepercayaan diri dan kemandirian
6. Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana
kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsabangsa lain dengan
semangat kemanusiaan universal (pluralis).8
D. Unsur-unsur masyarakat madani

Masyarakat madani tidak timbul dengan sendirinya. Dia benar-benar


membutuhkan elemen sosial yang merupakan realisasi prasyarat
masyarakat madani. Beberapa elemen dasar yang dimiliki oleh masyarakat
madani adalah:

a. Adanya wilayah publik yang luas

Free Public Sphere adalah ruang publik bebas sebagai sarana


ekspresi publik. Di daerah ruang publik adalah bahwa semua warga
negara memiliki posisi yang sama dan hak untuk transaksi sosial dan
politik tanpa rasa takut dan terancam oleh kekuatan – kekuatan
masyarakat madani di luar

b. Demokrasi

Demokrasi merupakan prasyarat mutlak bagi keberadaan


masyarakat sipil yang lebih murni (genuine). Tanpa masyarakat sipil
yang demokratis mungkin tidak terwujud. Demokrasi tidak akan
berjalan stabil saat itu tidak mendapatkan dukungan nyata dari
masyarakat. Secara umum, demokrasi adalah sistem politik dan sosial
yang bersumber dan dibuat oleh, dari, dan untuk warga

c. Toleransi

Definisi toleransi adalah sifat atau sikap toleran; batas ukur


untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan;
penyimpangan yang masih bisa diterima dalam pengukuran kerja9.

d. Pluralisme

8
Suroto, “jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 5, Nomor 9”, (Banjarmasin: Universitas
Lambung Mangkurat), 2015
9
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

8
Pluralitas atau pluralisme merupakan prasyarat lain untuk
masyarakat madani. Pluralisme tidak hanya dipahami sebagai suatu
sikap harus mengakui dan menerima kenyataan bahwa berbagai sosial,
tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima
perbedaan sebagai rahmat alam dan positif dari Allah bagi kehidupan
masyarakat

e. Keadilan sosial

Keadilan sosial adalah keseimbangan dan pembagian yang


proporsional dari hak dan kewajiban setiap warga negara yang
mencakup semua aspek kehidupan: ekonomi, politik, pengetahuan dan
peluang. Dalam arti lain, keadilan sosial adalah hilangnya monopoli
dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok atau golongsn tertentu

E. Pilar penegak masyarakat madani


Pilar penegakan masyarakat madani adalah lembaga yang merupakan bagian
dari kontrol sosial yang berfungsi untuk mengkritik penguasa kebijakan
diskriminatif dan memperjuangkan aspirasi masyarakat tertindas. Pilar
meliputi:
1. Lembaga swadaya masyarakat
LSM merupakan lembaga sosial yang didirikan oleh LSM yang tugas
utamanya adalah untuk membantu dan mempromosikan aspirasi dan
kepentingan rakyat tertindas. LSM dalam konteks pemberdayaan
masyarakat sipil yang bertugas publik memegang tentang hal-hal yang
signifikan dalam kehidupan sehari-hari, untuk contoh program, pelatihan
dan sosialisasi pengembangan masyarakat
2. Pers
Pers adalah lembaga yang berfungsi untuk mengkritik dan menjadi
bagian dari kontrol sosial yang dapat menganalisa dan
mempublikasikan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan warga
negara. Selain itu, pers juga diharapkan untuk hadir berita secara
obyektif dan transparan.
3. Supremasi hokum
Setiap warga negara, apakah duduk dipemerintahan atau sebagai
seseorang harus tunduk pada aturan atau hukum. Sehingga untuk
mewujudkan hak-hak mereka dan kebebasan mereka antara warga dan
antara warga dan pemerintah melalui cara-cara damai dan sesuai
dengan hukum yang berlaku. Aturan hukum juga memberikan jaminan
dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan individu dan
kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala bentuk
penindasan hak asasi manusia.
4. Perguruan tinggi

9
College adalah di mana kampus aktivis (dosen dan mahasiswa), yang
menjadi bagian dari kekuatan sosial dan masyarakat sipil yang
bergerak melalui Porce moral untuk menyalurkan aspirasi rakyat dan
mengkritik kebijakan pemerintah. Namun, setiap gerakan yang dibuat
itu harus di jalur yang benar dan memposisikan diri secara real dan
kenyataan yang benar-benar objektif dan menyuarakan kepentingan
masyarakat
Sebagai bagian dari pilar penegakan masyarakat sipil, College
memiliki tugas utama untuk menemukan dan menciptakan ide-ide baru
dan alternatif yang konstruktif untuk dapat menjawab permasalahan
yang dihadapi oleh masyarakat
5. Partai politik
Partai politik adalah kendaraan bagi warga untuk dapat menyalurkan
aspirasi politik mereka. Partai-partai politik menjadi ekspresi politik
warga sehingga partai politik menjadi prasyarat untuk pembentukan
masyarakat madani.
F. Karakteristik masyarakat madani
civil society dijadikan sebagai perwujudan suatu tipe keteraturan kelembagaan dan
dijadikan jargon untuk memperkuat ide demokrasi yang mempunyai delapan
karakteristik (Azizi, 2000: 88- 89), yaitu:
1. Kebebasan untuk membentuk dan bergabung denagn organisasi
2. kebebasan berekspresi
3. adanya hak untuk memilih
4. kelayakan untuk jabatan public
5. hak para pemimpin politik untuk mencari dukungan dan suara
6. sumber informasi alternative, yaitu biasa disebut pers bebas
7. pemilihan yang adil dan bebas
8. lembaga untuk membuat kebijakan pemerintah bergantung pada suara dan
ekspresi preferensi lainnya.10

Dari beberapa karakteristik tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani


adalah sebuah masyarakat demokratis yang para anggotanya menyadari akan hak-hak
dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudan setiuap
kepentingan-kepentingannya. Pemerintah memberikan peluang yang seluas-luasnya
bagi kreativitas warga untuk mewujudkan program-pogram pembangunan wilayah.

10
Azizi, A Qodri Abdillah. 2000. Masyarakat madani Antara Cita dan Fakta: Kajian Historis-
Normatif. Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat
Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Istilah masyarakat madani berasal dari terjemahan civil society, arti civil
society didefinisikan sebagai sebuah masyarakat yang terdiri dari lembaga-
lembaga otonom yang mampu mengimbangi kekuasaan Negara, ada
pendapat lain bahwa civil society disebutkan sebagai sebuah masyarakat
politik (political society) yang memiliki kode hukum sebagai dasar
pengaturan hidup.
2. Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga
berdasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi
Muhammad SAW pada tahun 622M. Masyarakat madani juga mengacu
pada konsep tamadhun (masyarakat yang beradaban) yang diperkenalkan
oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al Madinah al fadhilah (Madinah sebagai
Negara Utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al Farabi pada abad
pertengahan (Rahardjoseperti yang dikutip Nurhadi, 1999)
3. Ciri-ciri masyarakat madani:
a. Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh imam
dan teknologi.
b. Mempunyai peradaban yang tinggi (beradab).
c. Mengedepankan kesederajatan dan transparasi (keterbukaan).
d. Penyebaran kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi di masyarakat dapat dikurangi dengan kekuatan
alternative. Dan lain-lain
4. Unsur-unsur masyarakat Beberapa elemen dasar yang dimiliki oleh masyarakat
madani adalah:
a. Adanya wilayah publik yang luas atau Free Public Sphere adalah ruang
publik bebas sebagai sarana ekspresi public
b. Demokrasi merupakan prasyarat mutlak bagi keberadaan masyarakat sipil
yang lebih murni (genuine).
c. Toleransi adalah sifat atau sikap toleran; batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan; penyimpangan yang masih bisa
diterima dalam pengukuran kerja. Dan lain-lain.
5. Karakteristik masyarakat madani diantaranya:
a. Terintegrasinya setiap individu dan kelompok-kelompok eksklusif ke
dalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial
b. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-
kekuatan alternatif.
c. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh
negara dengan program-program pembangunan yang berbasis
masyarakat. Dan lain-lain.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta,Raja Grafindo Persada

Heru Nugroho. Pergulatan Menuju Civility, Demokrasi dan Keadilan: Antara Harapan dan
Kenyataan di IndonesiaDalam Sobirin Malian dan Suparman Marzuki,
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta.

Saefur Rachmat. 2005. Masyarakat Madani: Dialog Islam dan Modernitas di Indonesia” Makalah
disampaikan dalam Seminar Perkembangan MasyarakatMadani di Indonesia.
yang diselenggarakan oleh IAIN Sunan Ampel

Dawam Rahardjo. 1999. Masyarakat Madani Indonesia: dalam jurnal paramadina.

Anwar Ibrahim. 1999. Islam dan pembentukan Mayarakat Madani. Jakarta: YFI.

Heru Nugroho. Pergulatan Menuju Civility, Demokrasi dan Keadilan: Antara Harapan dan
Kenyataan di Indonesia. Yogyakart.

13

Anda mungkin juga menyukai