Anda di halaman 1dari 8

MASYARAKAT MADANI

Dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen Pengampu:
Milahtul Latifah S.Ag. M.Pd

Disusun Oleh:

Muhammad Arya Rachman A. 202201387


Nurkhalimah A. 202201209

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI BOGOR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan masalah ini. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul “Masyarakat Madani” ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan Semester 2 Kelas Reguler Pagi Program Studi Manajemen Pendidikan
Islam. Diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam
pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Milahtul Latifah S.Ag. M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang telah membimbing penyusun sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.

2. Para penulis dan penerbit dari referensi yang penyusun kutip sehingga penulisan makalah
dapat terselesaikan.

3. Rekan-rekan kelas Reguler Pagi Manajemen Pendidikan Islam yang telah membantu
kelancaran penyelesaian makalah ini.
Sekian ucapan terimakasih yang dapat penyusun sampaikan. Penyusun juga berharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan
demikian penyusun bisa lebih baik lagi dalam menyusun makalah.

Bogor, 1 Juli 2023

Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masyarakat madani diprediski sebagai masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi
budaya, adat istiadat, dan agama. Demikian pula, bangsa Indonesia pada era reformasi ini diarahkan
untuk menuju masyarakat madani, untuk itu kehidupan manusia Indonesia akan mengalami perubahan
yang fundamental yang tentu akan berbeda dengan kehidupan masayakat pada era orde baru. Kenapa,
karena dalam masyarakat madani yang dicita-citakan, dikatakan akan memungkinkan "terwujudnya
kemandirian masyarakat, terwujudnya nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat, terutama
keadilan, persamaan, kebebasan dan kemajemukan (pluraliseme)", serta taqwa, jujur, dan taat hukum
(Bandingkan dengan Masykuri Abdillah, 1999:4).
Konsep masyarakat madani merupakan tuntutan baru yang memerlukan berbagai torobosan di
dalam berpikir, penyusunan konsep, serta tindakan-tindakan. Dengan kata lain, dalam menghadapi
perubahan masyarakat dan zaman, “diperlukan suatu paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-
tuntutan yang baru, demikian kata filsuf Kuhn. Karena menurut Kuhn, apabila tantangan-tantangan
baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan
akan memenuhi kegagalan".
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak mendikotomikan antara
kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan tidak
meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar
kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani
umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Masyarakat Madani


2. Bagaimana Sejarah Masyarakat Madani
3. Apa saja Karakteristik dan ciri-ciri Masyarakat Madani
4. Apa saja Penegak Masyarakat Madani

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Masyarakat Madani


2. Untuk mengetahui Sejarah Masyarakat Madani
3. Untuk mengetahui Karakteristik dan Ciri-Ciri Masyarakat Madani
4. Untuk mengetahui Penegak Masyarakat Madani
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Madani


Kata “madani” berasal dari bahasa Arab yang artinya civil atau civilized (beradab). Tamaddun
berati civilization, peradaban. Istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari Civil Society atau
Civilized Society (dalam Kamus, civil juga bisa berati cilivized). (Echols dan Shadily, 1996: 115).
Masyarakat madani secara etimologi berasal dari dua suku kata/masyarakat dan madani. Menurut
KBBI masyarakat adalah sekelompok manusia yang terikat oleh suatu kebudayaan yang sama. 1
Masayarakat Madani, dikalangan masyarakat Indonesia mulai populer sejak akhir abad ke
XX, dengan tokoh-tokoh terkemukanya seperti Nurcholis Madjid, Amin Rais dan lain-lain, Menurut
Heru Nugroho pengunaan istilah civil society tersebut pada awalnya dikenalkan oleh seorang filsuf
berkebangsa-an Scotlandia Adam Ferguson. Secara sederhana Ferguson mendefenisikan istilah civil
society sebagai “suatu masyarakat beradab yang sudah lebih maju dari masyarakat pedalaman”.
Sebuah pengertian yang secara gradual mengacu kepada pengertian “sebuah masyarakat yang terdiri
dari lembaga otonom yang dapat mengimbangi kekuasaan Negara. 2 Akan tetapi tidak dapat
disamakan dengan pendapat para ilmuwan lainnya yang menganggap bahwa civil society itu sebagai
suatu keadaan dimana masyarakat vis a vis dengan negara.
Nurcholish Madjid yang mencoba melihat civil society berkaitan dengan masyarakat kota
Madinah pada zaman Rasulullah SAW. Menurutnya, Piagam Madinah merupakan dokumen politik
pertama dalam sejarah umat manusia yang meletakkan dasar-dasar pluralisme dan toleransi,
sementara toleransi di Eropa baru dimulai dengan The Toleration Act of 1689. 3
Munculnya konsep masyarakat madani menunjukkan para intelektual muslim telah mampu
menginterpretasikan ajaran Islam dalam kehidupan modern, tepatnya mengawinkan ajaran Islam
dengan konsep civil society yang lahir di Barat pada abad ke-18. Konsep masyarakat madani
digunakan sebagai alternatif untuk mewujudkan good government, menggantikan bangunan Orde
Baru yang menjadi penyebab bangsa Indonesia terpuruk dalam krisis multidimensional yang tak
berkesudahan.4 Memang harus diakui bahwa antara civil society dan masyarakat madani, ada sisi
perbedaan dan juga ada sisi persamaan, lantas pada sisi kesamaan ini seperti demokratis, dan bersifat
ukhuwah yang relevan dengan ajaran Islam itu terserap kedalam faham masyarakat madani.
Dalam tatanan civil society yang demokratis, setiap individu diberikan kebebasan untuk bergerak
diruang publik untuk menentukan afiliasi keagamaan dan sentimen lainnya. Oleh karena itu diberikan
kebebasan bagi partisipasi politik dalam pembuatan program dan kebijakan. 5 Pendapat ini
menggunakan istilah partisipasi politik.
Dalam tatanan civil society yang demokratis, setiap individu diberikan kebebasan untuk
bergerak diruang publik untuk menentukan afiliasi keagamaan dan sentimen lainnya. Oleh karena itu
diberikan kebebasan bagi partisipasi politik dalam pembuatan program dan kebijakan. 5 Pendapat ini
menggunakan istilah partisipasi politik.

B. Sejarah Masyarakat Madani


Rahardjo (1997) menyatakan bahwa istilah civil society sudah ada sejak zaman sebelum Masehi.
Orang yang pertama kali mencetuskan istilah civil society ialah cicero (106-43 SM), sebagai orator
yunani kuno. Civil society menurut cicero ialah suatu komunitas politik yang beradab seperti yang
dicontohkan oleh masyarakat kota yang memiliki kode hukum sendiri. Dengan konsep civility
(kewargaan) dan urbany (budaya kota), maka kota dipahami bukan hanya sekedar konsentrasi
penduduk, melainkan juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan.
Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun (masyarakat yang berperadaban) yang
diperkenalkan oleh Ibn Khaldun dan konsep Al Madinah al fadhilah (Madinah sebagai negara utama)
yang diungkapkan oleh filsuf Al Farabi pada abad pertengahan (Rahardjo seperti yang dikutip
Nurhadi, 1999).
Pendapat Hamidullah (First Written Constitution in the World, Lahore,1958), Piagam madinah
ini ialah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia. Konstitusi ini secara mencengangkan telah
mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hak-hak sipil (civil right) atau lebih dikenal
dengan hak asasi manusia (HAM), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika (American
Declaration of Independence, 1776), Revolusi prancis (1789), dan Deklarasi Universal PBB tentang
HAM (1948) dikumandangkan.
Sementara itu konsep masyarakat madani, atau dalam khazanah Barat dikenal sebagai Civil
Society (masyarakat sipil), muncul pada masa pencerahan (Renaissance) di Eropa melalui pemikiran
John Locke (abad ke-18) dan Emmanuel Kant (abad ke-19). Sebagai sebuah komsep, civil society
berasal dari proses sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya dipersandingkan dengan konsepsi
tentang state (negara). Dalam tradisi eropa abad ke-18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama
dengan negara (the state), yakni suatu kelompok atau kekuatan yang mendominasi kelompok lain.
Di indonesia, perjuangan masyarakat madani dimulai pada awal pergerakan kebangsaan
dipelopori oleh Syarikat Islam (1912) dan dilanjutkan oleh Soeltan Syahrir pada awal kemerdekaan
(Norlholt, 1999). Jiwa demokrasi Soeltan Syahrir ternyata harus menghadapi kekuatan represif baik
dari rezim orde lama maupun rezim orde baru, tuntutan perjuangan transformasi menuju masyarakat
madani pada era reformasi ini tampaknya sudah tak terbendungkan lagi.

C. Karakteristik dan Ciri-Ciri Masyarakat Madani


Ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat madani, yaitu :
1. Diakuinya semangat Pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan yang
tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu kaidah yang
abadi. Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam kehidupan.
Pluralisme bertujuan mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan dinamis, dan
merupakan sumber dan motivator terwujudnya kreativitas yang terancam keberadaannya jika
tidak terdapat perbedaan.

2. Tingginya sikap toleransi. Baik terhadap saudara sesama agama maupun terhadap umat
agama lain. Secara sederhana toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar dan
menghargai pendapat dan pendirian orang lain.

3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan persaingan, demokrasi
adalah pula satu pilihan untuk bersama-sama membangun dan memperjuangkan
perikehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahtera.
Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan kepada Tuhan yang tinggi, hidup
berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, mengamalkan nilai hidup modern dan
progesif, mengamalkan nilai kewarganegaraan,akhlak dan moral yang baik, mempunyai
pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan dan menentukan nasib masa depan
yang baik melalui segiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat.
D. Institut Penegak Masyarakat Madani

Institusi (lembaga) masyarakat madani adalah institusi (lembaga) yang dibentuk atas
dasar motivasi dan kesadaran penuh dari diri individu, kelompok, dan masyarakat dengan
tanpa ada intruksi (perintah), baik yang bersifat resmi (formal) dari pemerintah (negara)
maupun dari individu, kelompok, dan masyarakat tertentu.
Landasan permbentukan lembaga ini adalah idealisme perubahan ke arah kehidupan yang
independen dan mandiri. Artinya bahwa lembaga ini merupakan manifestasi (perwujudan)
dari pemberdayaan masyarakat yang memiliki pengetahuan, kesadaran, disiplin, dan
kedewasaan berpikir yang bertujuan memberi perlindungan bagi diri, kelompok, masyarakat,
dan bangsa yang tidak berdaya dari penguasaan (dominasi) pemerintah atau negara.

Sifat atau karakteristik lembaga (institusi) masyarakat madani adalah:


1. Independen, adalah bahwa lembaga ini memiliki sifat yang bebas (netral) dari
intervensi lembaga lain, baik lembaga pemerintah maupun nonpemerintah.
2. Mandiri, yaitu bahwa lembaga ini memiliki kemampuan dan kekuatan untuk
melaksanakan tugas dan fungsi lembaga dengan tidak melibatkan pihak lain diluar
institusi.
3. Swaorganisasi, yaitu bahwa pengelolaan dan pengendalian institusi (lembaga)
dilakukan secara swadaya oleh SDM lembaga.
4. Transparan, yaitu bahwa dalam pengelolaan dan pengendalian institusi (lembaga
dilakukan secara terbuka.
5. Idealis, yaitu bahwa pengelolaan dan pengendalian serta pelaksaan institusi (lembaga)
diselenggarakan dengan nilai-nilai yang jujur, ikhlas, dan ditujukan bagi
kesejahteraan masyarakat banyak.
6. Demokratis, yaitu bahwa intitusi (lembaga) yang dibentuk dikelola serta dikendalikan
dari, oleh, dan untuk masyarakat sendiri.
7. Disiplin, yaitu bahwa intitusi (lembaga) dalam menjalankan tugas dan fungsinya
harus taan dan setia terhadap segenap peraturan perundangan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat Madani adalah suatu tatanan kemasyarakatan yang mengedepankan
toleransi, demokrasi, berkeadaban dan menghargai akan adanya pluralisme kemajemukan
karakteristik masyarakat madani antara lain yaitu: pluralisme, toleransi, dan hak asasi (human
right). Termasuk di dalamnya adalah demokrasi. Sejarah pemikiran masyarakat madani
berawal dari piagam Madinah
Masyarakat madani diperkenalkan pertama kali di indonesia oleh Anwar Ibrahim
(Menteri Keuangan) dalam ceramah Simposium Nasional dalam rangka Eorum Ilmiah pada
Eestival Istiqlal 26 September 1995 Jakarta. Gerakan social untuk memperkuat masyarakat
madani antara lain: pers, supremasi hukum, perguruan tinggi, partai politik, dan lembaga
swadaya masyarakat.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, penyusun berharap makalah ini dapat dijadikan
referensi untuk makalah-makalah tahun berikutnya dan bisa membawa manfaat bagi
penyusun sendiri maupun yang membaca. Juga penyusun sangat menerima terhadap saran
serta kritikan yang bersifat membangun supaya penyusun dapat lebih baik lagi kedepannya
dalam membuat makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Adam Normies, SAE, Sri Sani Bagus, Drs. Imron Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Surabaya: Karya Ilmu, 1992, Hal. 116.

Sufyanto, Masyarakat Tamaddun: Kritik Hermeneutis Masyarakat Madani Nurcholis Madjid,


Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Usman, Widodo, dkk, ed., Membongkar Mitos Masyarakat Madani, Jogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2000.

Fauzia, Riva, 2007, Masy. Madani : Dialog Islam dan Modernitas Indonesia,
http://Rivafauziah.wordpress.com, diunduh 11 - 4 – 2011.

Dwi payana, Ari, Memperkuat Civil Society Memperkuat Daya Kewargaan, ari dwipayana-
http://lkis.or.id, diunduh 14 – 10 – 2010.

M. Dawan Rahardjo. Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial.
Jakarta: LP3ES, 1999. hal. xxiii.

Anda mungkin juga menyukai