Anda di halaman 1dari 22

MASYARAKAT MADANI DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN

PANCASILA

“Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi”

Dosen Pengampu : Dr. Sahrul, M.Ag

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Iin Mestika Maibang (0102202090)

Salsa Nabila Lubis (0102202078)

BPI-C/SEMESTER V

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis capkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas ridho dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh
keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi
pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Pengampu mata
kuliah Sosiologi yaitu Bapak Dr. Sahrul, M.Ag yang telah memberikan tugas Makalah ini
kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “MASYARAKAT MADANI DALAM
PERSPEKTIF ISLAM DAN PANCASILA” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal
baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat
menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas
dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-
teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga
dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi yang penuh
khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua pihak guna
perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.

Medan, 2 Desember 2022

Kelompok 13

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… iii

BAB I (Pendahuluan)

1. Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1


2. Rumusan Masalah ………………………………………………………...…….. 2
3. Tujuan Penulisan ……………………………………………….………………. 2

BAB II (Pembahasan)

1. Masyarakat Madani ………………………………………………………….…. 3


2. Sejarah Muncul dan Berkembangnya Masyarakat Madani …………………..... 4
3. Islam dan Masyarakat Madani ………………………………………….....….... 6
4. Pancasila dan Masyarakat Madani ……………………………………….…….. 11

BAB III (Penutup)

1. Kesimpulan …………………………………………………………………….... 15
2. Saran …………………………………………………………………………...... 16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………... 17

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat madani akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan dan dikaji


maupun didiskusikan oleh kalangan akademisi , praktisi dakwah dan pendidikan. Pada
intinya mereka menyebut masyarakat madani merupakan konsep lama yang kembali
diaktualkan. Pandangan serupa juga dijelaskan oleh Nurcholish Madjid bahwa konsep
masyarakat madani adalah konsep lama bukan sesuatu yang baru, suatu gagasan yang Islami,
dan merupakan cita-cita Islam.

Bahkan sebagai fakta empiris yang tidak terbantahkan dalam sejarah Islam bahwa
Nabi Muhammad saw telah berhasil membentuk masyarakat madani di kota Madinah yang
hingga kini menjadi rujukan utama masyarakat Islam . dituntut dipandang sebagai konsep
lama bukan berarti sesuatu yang dihasratkan tanpa arti atau makna . Tetapi suatu bentuk
masyarakat yang ideal sejalan dengan tuntutan zaman, kondisi dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini.

Pada tatanan aspek ini terwujud, kebersamaan, demokrasiasi, kesejahteraan dan


keadilan benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat tanpa terkecuali. Jika dikaitkan dengan
Indonesia maka aspeknya adalah, kebersamaan, navigasiasi dan keadilan juga menjadi
harapan masyarakat bahkan bagian mutlak dari cita-cita kenegaraan yang disebutkan dalam
kan hal tersebut di sini peran umat Islam sebagai kelompok mayoritas Pancasila dan Undang-
undang Dasar tahun 1945. Untuk merealisasi sangat strategis bahkan menjadi faktor penentu,
pengendali, pemberi nilai sekaligus pemberi arah terutama setelah jatuhnya pemerintahan
Presiden Soeharto dan munculnya era reformasi yang sedang bergulir hingga kini. Ditambah
pula dengan kondisi bangsa yang belum bisa mengatasi ketegangan sosial yang semakin lebar
antara golongan kaya dengan fakir dan miskin. Tentu menjadi pekerjaan rumah yang cukup
besar bagi pemerintah berkuasa untuk mewujudkan sila ke lima dari Pancasila yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kenyataan hidup saat ini sangat memprihatinkan untuk kita lihat. Kemiskinan,
pengangguran, tindak kriminal, SARA ada di mana-mana, hal ini Mengakibatkan angka
kriminalitas tinggi. Negara yang penduduknya beragama, Dan memiliki kepercayaan kuat
terhadap Tuhan Yang Maha Esa justru terdapat Banyak penyimpangan di mana-mana,

1
padahal agama mengajarkan kebaikan, Norma yang baik, dan perdamaian, hal tersebut
sungguh ironis bagi bangsa Indonesia.

Setelah dilihat lebih dekat ke dalam lingkungan masyarakat perdesaan, Sering terlihat
kegotong royongan, saling membantu dalam membersihkan Lingkungan tanpa pamrih, tetapi
sekarang sudah jarang ditemukan. Apalagi di Kota-kota besar, di daerah perkotaan, mereka
hidup dengan urusannya sendiri-Sendiri, tanpa memperdulikan orang lain. Mungkin ada
segolongan orang yang Masih memiliki rasa kebersamaan seperti pada masyarakat perdesaan.
Tetapi Kebersamaan yang diperlihatkan oleh masyarakat desa tersebut sulit untuk
Dimunculkan kembali, karena ditelan zaman yang semakin berkembang. Rasa Kebersamaan
itu dapat diwujudkan dengan masyarakat madani, tetapi akibat Salah memfilter kebudayaan
asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat madani Masih sulit untuk diwujudkan.

Dalam tulisan ini akan dijabarkan tentang masyarakat madani; pengertian, sejarah
muncul dan berkembangnya masyarakat madani , Islam dan masyarakat madani .

B. Rumusan masalah

1. Apa itu Masyarakat Madani?


2. Bagaimana Sejarah muncul dan berkembangnya Masyarakat Madani?
3. Bagaimana Islam dan masyarakat Madani?
4. Bagaimana Hubungan Pancasila dengan Masyarakat Madani dan Cara Mewujudkan
Masyarakat Madani Lewat Pancasila

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui Apa itu Masyarakat Madani


2. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah muncul dan berkembangnya Masyarakat
Madani
3. Untuk mengetahui Bagaimana Islam dan masyarakat Madani
4. Untuk mengetahui Bagaimana Hubungan Pancasila dengan Masyarakat Madani dan
Cara Mewujudkan Masyarakat Madani Lewat Pancasila

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masyarakat Madani

Istilah masyarakat Madani sebenarnya telah lama hadir di bumi, walaupun dalam
wacana akademi di Indonesia belakangan mulai tersosialisasi. “Dalam bahasa Inggris lebih
dikenal dengan sebutan Civil Society”. Sebab,”masyarakat Madani”, sebagai terjemahan kata
civil society atau al-muftama’ al-madani. .Istilah civil society pertama kali dikemukakan oleh
Cicero dalam filsafat politiknya dengan istilah societies civilis, namun istilah ini mengalami
perkembangan pengertian. Kalau Cicero memahaminya identik dengan negara, maka kini
dipahami sebagai kemandirian aktivitas warga masyarakat madani sebagai “area tempat
berbagai gerakan sosial”. Secara ideal masyarakat madani ini tidak hanya sekedar
terwujudnya kemandirian masyarakat berhadapan dengan Negara, melainkan juga
terwujudnya nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat, terutama keadilan, persamaan,
kebebasan dan kemajemukan (pluralisme).

Makna utama dari masyarakat madani adalah masyarakat yang menjadikan nilai-nilai
Peradaban sebagai ciri utama. Karena itu dalam sejarah pemikiran filsafat, sejak filsafat
Yunani sampai masa filsafat Islam juga dikenal dengan istilah madinah atau polis, yang
berarti kota, yaitu kota yang maju dan berperadaban.

Di kalangan para ahli masih terdapat ketidaksamaan pendapat tentang pengertian


masyarakat madani. Ada yang menyebutkan bahwa masyarakat madani tidak sama dengan
istilah civil society bila ditinjau dari segi karakteristiknya. Namun, ada juga yang
mengatakan bahwa masyarakat madani justru itulah yang disebut civil society.

Jika Merujuk kepada pemaknaan istilah maka masyarakat madani berasal dari kata
madani pada sebuah kota yang dulunya disebut Yastrib. Kota petani dan Industri kecil. Akrim
Dhiyauddin Umari menjelaskan Yastrib nama lama dari Madinah Al-Munawwarah (kota
yang bercahaya), sumber kemenangan dengan tanah yang subur dan air yang melimpah. Di
negara Madinah tersebut masyarakat Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw
telah berhasil membentuk masyarakat berperadaban tinggi.

3
Mengutip Nurcholish Madjid , kata Madinah berasal dari bahasa Arab “madaniyah“
berarti berperadaban tinggi, karena itu masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab.
Makna lain dari kata madani berarti kota, demikian masyarakat madani adalah masyarakat
kota.

M. Ridwan Lubis mendefenisikan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat yang


telah memiliki kemandirian menuju kemajuan guna memperoleh kesejahteraan dirinya dalam
lingkungannya. Seluruh potensi masyarakat tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dirinya
sendiri tetapi juga dapat memberikan limpahan kontribusi pada masyarakat di luar dirinya.

Sedangkan Aswab Mahasin dalam kata pengantar buku Membangun Masyarakat


Sipil menggambarkan madani adalah masyarakat kota pada umumnya telah berhubungan
dengan paradaban maju. Banar bahwa kata sipil memang berasal dari bahasa latin civitas dei
atau kota ilahi. Dari kata ini pula dikenal istilah civilization yang berarti peradaban.

Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat dipahami bahwa masyarakat madani
adalah masyarakat berbudaya, berperadaban tinggi, masyarakat kota dan masyarakat berbudi
luhur yang landasannya Alqur’an dan Hadis. Sedangkan civil society (masyarakat sipil) lebih
condong ke arahnya pada masyarakat sekuler landasannya adalah akal dan empirisme.

B. Sejarah Muncul dan Berkembangnya Masyarakat Madani

Dalam pandangan Islam sejarah muncul dan berkembangnya masyarakat madani


bukanlah pada periode Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam di Mekkah lebih kurang
13 tahun tetapi dimulai dari era kepemimpinan nya di Madinah lebih kurang 10 tahun
terutama dalam memimpin dan membina kaum Anshar, Aus dan Khajraj, Muhajirin, dan
Yahudi yaitu Bani Quraizhah dan Bani Nadhir. Di kota itu, nabi berfungsi bukan saja sebagai
pemimpin agama tetapi sebagai kepala negara atau pemerintahan.

Pada periode Madinah, Rasul sallallahu alaihi wasallam telah meletakkan dasar-dasar
masyarakat berperadaban tinggi, masyarakat berbudi luhur dan masyarakat yang bertakwa
kepada Allah subhana wa Ta’ala yang dilandasi oleh ajaran Islam. Semangat ketakwaan yang
pada dimensi vertikal menjamin hidup manusia agar tidak menjadi hina dan nista, serta punya
semangat ilahiyah, memperkokoh hubungan pada Allah swt secara vertikal dan hubungan
pada sesama manusia secara horizontal. Dari kedua hubungan inilah dapat membentuk
manusia beriman, berakhlak mulia, inovatif, berilmu dan berwawasan masa depan.

4
Dalam pandangan dunia Barat , masyarakat sipil (civil society) pertama kali
dipopulerkan oleh Cicero (106-43 SM) seorang orator dan pujangga Romawi, yang
pengertiannya mengacu pada gejala budaya kepribadian dan masyarakat. Masyarakat sipil
adalah masyarakat politik yang memiliki kode hukum sebagai dasar pengaturan hidup .
Terutama hukum yang mengatur hubungan antara individu dengan individu, kelompok
dengan kelompok dan negara sehingga terbentuk masyarakat. Menurutnya model masyarakat
yang mudah diatur secara hukum ialah masyarakat yang hidup di perkotaaan bukan
masyarakat tradisional dan primitif.

Pada zaman modern, istilah masyarakat sipil (civil society) diambil dan
dikembangkan oleh Jhon Locke (1632-1704), filsuf Inggris dan Jean Jacques Rousseau
(1712-1778), filsuf Prancis, penulis buku The Social Contract (kontrak sosial). Pemikiran
mereka Berkaitan dengan masyarakat dan politik. Jhon Locke umpamanya mendefinisikan
masyarakat sipil sebagai masyarakat sipil yang dikaitkan dengan gejala alam.

Mengutip Jhon Locke, ada beberapa ciri masyarakat sipil. Pertama, terdapat tata
kehidupan politik yang terkait dengan ketaatan pada hukum tanpa melihat golongan, jabatan,
agama dan etnik. Kedua, kehidupan ekonomi yang berbasis pada sistem uang sebagai alat
tukar. Ketiga, terjadinya perdagangan bebas tanpa melakukan keberatan terhadap barang-
barang impor dan ekspor. Keempat, pengembangan teknologi yang dipakai untuk
mensejahterakan dan memuliakan hidup sebagai ciri masyarakat berpeberadaban.

Teori yang dikembangkan oleh Jhon Locke dan Rosseau belum membedakan antara
masyarakat sipil dan negara. Justru lebih khusus pada pemerintahan yang merupakan bagian
dari masyarakat sipil. Orang yang membedakan antara masyarakat sipil dan negara yaitu
George Friedrich Hegel (1770-1831), filsuf idealis Jerman. Menurutnya yang dipandang
sebagai masyarakat politik adalah negara, masyarakat sipil yang berhadapan dengan negara .
Diduga dari teori Hegel inilah dikenal dikotomi antara negara dan masyarakat.

Pandangan tersebut di ataslah yang kemudian dikembangkan oleh Karl Marx (1818-
1883) yang menjelaskan bahwa masyarakat sipil adalah masyarakat borjuis (kelas atas) yang
mencerminkan sistem kepemilikan modern yang mengarah pada nilai materialisme, setiap
individu menempatkan dirinya sendiri dan kedudukan individulah yang diprioritaskan
sehingga negara dia adalah badan pelaksana kepentingan kaum borjuis.

Agar tidak terjadi hubungan yang tidak harmonis antara masyarakat sipil dan negara
maka Karl Marx berpendapat bahwa seluruh kelas sosial dalam masyarakat harus dihapuskan.

5
Selain menggagalkan penyelesaian masyarakat sipil dan negara, Karl Marx juga cukup
menaruh curiga terhadap agama, bahkan berkeyakinan bahwa agamalah yang bertanggung
jawab dan menyebabkan kehancuran di masyarakat. Karena itu, masyarakat harus dipisahkan
dari agama, bahkan menurutnya agama sebagai candu bagi masyarakat. Kritik yang
dilontarkan oleh Karl Marx bukanlah berkaitan dengan eksistensi dari suatu agama, tetapi
cara orang beragama yang penuh dengan sikap fanatisme dan kurang membuka pintu
rasionalitas.

Pandangan masyarakat Barat Kontemporer, menyebut bahwa masyarakat sipil lahir


sebagai slogan baru sejak munculnya berbagai gerakan perlawanan rakyat di Eropa Timur
pada akhir tahun 1980-an. Gerakan perlawanan rakyat tersebut bertujuan untuk
menumbangkan pemerintahan otoriter dan penindas terhadap hak-hak masyarakat sipil.
Karena itu, dalam kesimpulan Ernest Ander Gellner, (1925-1995), filsuf Inggris, bahwa
gerakan civil society (masyarakat sipil) memang muncul di dunia Barat yang dibungkus
dengan semangat sekularisasi.

Sementara itu, di Indonesia istilah masyarakat madani pertama kali dipopulerkan oleh
Dato’Seri Anwar Ibrahim, mantan wakil Perdana Menteri Malaysia (1993-1998), ketika
menyampaikan ceramah pada simposium nasional dalam rangka forum ilmiah Festifal
Istiqlal, Jakarta, 26 September 1995. Kemudian oleh Nurcholish Madjid dalam berbagai yang
seminar cukup serius mempopulerkan istilah masyarakat madani merupakan padanan kata
dari civil society. Demikian pula Emil Salim dan kawan-kawan dengan gerakan madani
sebagai bentuk perlawanan pada pemerintahan Orde Baru. Ketiga pendapat ini dinilai benar
karena sama-sama mempopulerkan masyarakat madani di Indonesia. Kalau ditanya orang
pertama yang mempopulerkan justru lebih cenderung pada Dato’Seri Anwar Ibrahim. Sejak
dipopulerkan tahun 1995 hingga kini istilah masyarakat madani membumi terus di
masyarakat.

C. Islam dan Masyarakat Madani

Islam sebagai suatu agama yang menawarkan aturan-aturan yang komprehensif yang
mengurus hampir segala aspek kehidupan manusia, (Latif, 2007: 60) juga mengatur
bagaimana konsep masyarakat yang ideal. Konsep masyarakat dalam Islam terangkum dalam
konsep ummah sebagaimana termuat dalam berbagai ayat dalam Alquran yang memberikan
beberapa peran dan posisi umat Islam dengan kategori khairu ummah (masyarakat terbaik),

6
ummatan wasathan (masyarakat seimbang) dan ummah muqtasidah (masyarakat moderat).
Ali Syariati salah satu pemikir Islam yang seirus mengulas makna ummah mengatakan bahwa
masyarakat adalah kumpulan manusia yang para anggotanya memiliki tujuan yang sama, satu
sama lain saling bahu-mambahu, bergerak menuju cita-cita bersama, berdasarkan
kepemimpinan bersama. (Karni, 1999: 48)

Bagi Islam konsep masyarakat adalah suatu yang utuh, tak terpecah. Islam
memandang bahwa individu merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari jama’ah.
Jama’ah tak bisa dipisahkan dari keberadaan Daulah (negara). Bagai tangan yang merupakan
bagian dari tubuh. Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Kata madani sepintas orang mendengar asosiasinya dengan kata Madinah,


memangdemikian karena kata Madinah berasal dari dan terjalin erat secara etimologi dan
terminology dengan Madinah yang kemudian menjadi ibukota pertama pemerintahan muslim.
Maka “kalangan pemikir muslim mengartikan civil society dengan cara memberi atribut
keislaman madani (atribut dari kata al-madani). Oleh karena itu, civil society dipandang
sebagai masyarkat madani yang pada masyarakat ideal di kota Madinah yang dibangun oleh
Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat Madani dengan firman-Nya


dalam Q.S. Saba :15 yaitu:

Artinya: “Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan disebelah kiri (kepada mereka
dikatakan),”Makanlah olehmu dari rezeki yang (Dianugrahkan) Tuhan-mu dan bersyukurlah
kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhan-mu) adalah
Tuhan Yang Maha Pengampun.

Memahami masyarakat madani dalam pandangan Islam tentu ada dua kata kunci yang
perlu diungkapkan maknanya, yaitu kata ummah dan madinah. Kata ummah selalu terangkai
dengan sifat dan kualitas tertentu. Misalnya, dalam istilah ummah Islamiyah, ummah
washatan, ummah, wahidah, ummah muhammadiyah dan khairuummah yang merupakan

7
pranata sosial utama yang dibangun oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam setelah
hijrah ke kota Madinah.

Istilah ummah dalam bahasa Arab menunjukkan pengertian masyarakat atau


komunitas keagamaan tertentu yaitu komunitas yang mempunyai keyakinan keagamaan yang
sama. Secara umum, seperti diisyarat kan oleh Alqur’an, istilah ummah menunjukkan suatu
komunitas yang mempunyai basis solidaritas sosial tertentu atas dasar komitmen keagamaan,
etnis dan moral.

Dalam pandangan sejarah, ummah (masyarakat) yang dibangun solidaritas sosial


antara kaum Muhajirin dan Anshor. Khusus bagi kaum oleh Nabi Muhammad saw di
Madinah dimaksudkan untuk membina Muhajirin, konsep ummah merupakan sistem sosial
alternatif pengganti sistem kekabilahan dan kesukuan yang mereka tinggalkan karena
memeluk agama Islam. Sebagai sistem alternatif konsep ummah bersifat lintas kesukuan atau
cultural (budaya). Artinya menembus seluruh sekat-sekat di masyarakat .

Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, konsep ummah lebih mengarah pada


konotasi sosial bukan pada konotasi politik. Karena pada waktu Nabi Muhammad sallallahu
alaihi wasallam di kota Madinah masalah-masalah sosial menjadi pusat perhatiannya
meskipun tidak melupakan aspek politik .Sedangkan istilah-istilah yang terkait dengan politik
yaitu khilafah , daulah dan hukumah .

Sekalipun Islam memakai kata ummah, khilafah, daulah dan hukumah, Islam tidaklah
bersifat eksklusif (tertutup) tetapi bersifat universal dalam bahasa Alqur’an menjadi
rahmatan lil ‘ alamin (rahmat untuk seluruh alam semesta). Maksudnya, bahwa kehadiran
Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam benar-benar menjadi rahmat untuk seluruh alam
semesta. Karena itu, nilai-nilai dalam Islam seperti dijelaskan oleh Din Syamsuddin bersifat
global tidak hanya tertuju kepada suatu kaum saja seperti pada umat-umat sebelum Rasul
saw.

Sedangkan istilah madinah berarti masyarakat kota, yang terdiri atas tiga unsur di
dalamnya yaitu agama, peradaban dan perkotaan. Agama di sini merupakan sumber atau
dasar terbentuknya peradaban yang diilhami oleh Alqur’an dan Hadis, bersifat rasional dan
empiris . Sedangkan masyarakat kota adalah hasil yang dihiasi oleh akhlak mulia . Di sisi lain
madinah merupakan piranti keras sedangkan kata ummah merupakan piranti lunaknya.
Madinah yang berarti kota berkaitan dan mempunyai akar kata yang sama dengan kata
tamaddun yang berarti peradaban.

8
Perpaduan pengertian ini membawa suatu persepsi ideal bahwa madinah adalah
simbol peradaban modern. Bukan merupakan suatu kota modern yang terbentuk secara
kebetulan. Di samping itu, kata madinah juga merupakan kata benda dari tempat dari kata din
(agama). Korelasi demikian menunjukkan bahwa cita-cita ideal agama Islam yaitu
terbentuknya suatu masyarakat modern yang berperadaban tinggi, beriman dan berakhlak
mulia sebagai struktur fisik dari umat Islam.

Beberapa ciri masyarakat madani yang dibangun oleh Nabi Muhammad sallallahu
alaihi wasallam di kota Madinah, yaitu :

1) Egalitarian yaitu persamaan hak di tengah-tengah masyarakat. Dalam bahasa politik


hukum yaitu equality before the law (semua orang sama kedudukannya di mata
hukum). Mungkin inilah salah satu faktor pendorong mengapa para hamba sahaya,
kelompok terpinggirkan, kelas menengah dan bangsawan secara ikhlas berbondong
bondong masuk agama Islam.
2) Memberi penghargaan terhadap orang yang berprestasi bukan berdasarkan keluarga,
kesukuan, golongan dan kebangsaan. Dengan demikian masyarakat bersikap dinamis
dan berkompetisi secara sehat. Karena itu lahirlah masyarakat berkemajuan; ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3) Keterbukaan atau transparansi. Pada masa Rasul saw diberi kebebasan pada
masyarakat untuk berpartisipasi aktif membangun negara Madinah. Ruang bicara
masyarakat tidak dikungkung atau dibungkam tetapi justru didorong untuk bersikap
demokratis, berpikir rasionalitas dan tidak boleh menghina atau merendahkan setiap
elemen masyarakat.
4) Penegakan hukum yang berkeadilan. Rasul saw dalam hal ini cukup tegas bahkan ia
bersabda “andai kata Fatimah r.a puteriku mencuri akan saya potong tangannya.
Maksudnya, siapa saja yang bersalah termasuk anak sendiri akan diterapkan hukum
dan keadilan .
5) Toleransi dan pluralisme, semangat tolong menolong benar-benar ditegakkan Rasul
saw, demikian pula semangat mengakui pluralisme (keanekaragaman); agama , suku,
budaya, bahasa, dan golongan sangat dihormati dan dijunjung tinggi.
6) Musyawarah, dalam setiap mengambil keputusan politik. Rasul saw selalu
menerapkan prinsip-prinsip kebersamaan dan kesepakatan. Dari prinsip ini
menunjukkan bahwa ia bukanlah sebagai pemimpin otoriter. Hasilnya yakni
menghasilkan pemimpin berkualitas .

9
Selain beberapa ciri tersebut di atas, ada beberapa ciri-ciri lain. Pertama,
pembangunan masyarakat madani terkait dengan ajaran akhlak. Hal itu sejalan dengan tugas
diutusnya Rasul saw ke muka bumi, yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia. Kedua,
dasar atau pedoman pembangunan madani yaitu Alqur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw.
Misalnya menjunjung tinggi persatuan, bersifat ta’awun, solider, lemah lembut, berbaik
sangka dan menjauhi sifat buruk sangka. Ketiga, mengutamakan kepentingan umat dari pada
kepentingan individu keluarga dan golongan .

Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas , maka antara masyarakat madani yang dibangun
oleh Rasul saw dapat dibedakan dengan civil society , sebagai berikut :

1) Civil society selalu berorientasi pada aspek politik dan perlindungan hukum dari
hubungan yang terbentuk antara negara di satu pihak dan warga negara dipihak
lain. Penekanan ini mengisyaratkan pentingnya sebuah ruang lingkup yang bebas.
Dalam ruang lingkup seperti itulah anggota masyarakat sebagai warga negara
dapat melakukan tindakan-tindakan politik secara leluasa tanpa mengalami
distorsi dan kekhawatiran, termasuk dalam menyampaikan pendapat secara lisan
maupun tulisan. Secara lembaga, ruang publik yang dimaksud ialah media massa,
legislatif (DPR) , tempat-tempat pertemuan umum , sekolah dan lainnya.
2) Civil society selalu pengarah pada sekularisasi yaitu terjadi pemisahan antara
hubungan agama dan negara, agama menjadi urusan pribadi atau individu bukan
merupakan urusan negara atau bangsa. Praktek ini terjadi di negara-negara
sekuler .
3) Alat ukur masyarakat sipil yaitu moral dan rasionalitas. Dasar rujukan yakni tata
kelakuan yang dianut suatu bangsa tanpa memperhatikan unsur-unsur agama.
Contoh membuka aurat bagi kaum wanita di dunia Barat dipandang tidak salah
tetapi di negara negara Islam adalah salah karena alat ukurnya adalah Alqur’an
dan Sunnah.

Selanjutnya, masyarakat madani yang dibangun oleh Rasul saw di Madinah menurut
zaman dan tempatnya cukup modern tetapi setelah nabi wafat tidak bertahan lama hanya
sampai pada periode khulafa al-Rasyidin , sesudah itu disemangati dengan sistem kesukuan,
yakni tribalisme Arab pra-islam (gaya kesukuan) dan selanjutnya dikukuh kan dengan sistem
dinasti (monarkhi) dan genealogis (keturunan). Nurcholish Madjid bependapat bahwa

10
membentuk masyarakat madani dibutuhkan masyarakat dan individu yang secara pribadi
berpandangan hidup sesuai dengan semangat ketuhanan, dan mampu menegakkan amar
ma’ruf dan nahi munkar .

Menurut hemat penulis, tidak itu saja perangkat yang dibutuhkan dalam membangun
masyarakat madani, tetapi meliputi amal saleh (perbuatan), adanya pengawasan yang
diberikan pada setiap pelaksana pemerintahan, dan aspek keterbukaan di masyarakat.
Manusia sebagai makhluk Allah mungkin saja mengalami kekeliruan atau kekhilafan , kritik
orang maka dengan keterbukaan, pendapat, pandangan maupun lain akan dipertimbangkan.
Bukan dianggap sebagai faktor penghambat tetapi justru faktor pendorong bagi terbentuknya
masyarakat yang benar-benar demokratis berdasarkan prinsip musyawarah.

Azas musyawarah di sini dipahami sebagai interpretasi positif, artinya, setiap individu
maupun kelompok bebas mengemukakan pendapat, mengakui hak setiap individu dan
berkewajiban untuk mendengar pendapat orang lain meskipun berbeda. Dengan demikian
musyawarah dapat dipahami adalah hubungan interaktif untuk saling mengingatkan tentang
kebaikan, mencari pemecahan masalah secara bersama-sama terutama di dalam memerangi
setiap bentuk kemungkaran di masyarakat.

Dalam proses musyawarah yang baik akan menghasilkan hubungan sosial yang
harmonis, diilhami oleh semangat kebersamaan, saling membantu maupun mengakui
keanekaragaman baik berkaitan dengan perbedaan suku, bangsa dan agama. Bagi masyarakat
modern mengakui keanekaragaman merupakan modal utama dalam membangun masyarakat
madani. Jika dihubungkan dengan masyarakat Indonesia yang majemuk, maka mengakui
keanekaragaman merupakan tuntutan mendasar dalam membangun masyarakat madani yang
di dalamnya dihiasi nilai-nilai Islam.

D. Pancasila dan Masyarakat Madani

Dasar negara Pancasila tentu saja memiliki hubungan dengan masyarakat madani.
Pancasila sangat berperan dalam penciptaan masyarakat madani karena nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila terdapat nilai-nilai yang sesuai dengan karakter masyarakat
madani yaitu masyarakat beradab dan memiliki moral yang baik. Implementasi Pancasila
dalam perwujudan masyarakat madani/masyarakat yang beradab dan terwujud dalam sila-sila
dalam Pancasila, antara lain :

11
i. Sila ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa

1) Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama). Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa yang diwujudkan masyarakat memiliki adab terhadap Tuhan seperti
melakukan ibadah sesuai kepercayaan masing-masing.
2) Tidak ada saling memaksakan kehendak memeluk agama karena adanya toleransi
antar umat beragama.
3) Pelarangan atheisme di Indonesia. Negara atau pemerintah mengadakan fasilitas
dalam menunaikan agama masing-masing.

ii. Sila ke-2 : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

1) Memanusiakan manusia atau menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya


sebagai makhluk Tuhan, tidak ada pembedaan antara si kaya dan si miskin, yang kuat
dan yang lemah karena semuanya sama di hadapan Tuhan.
2) Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, dalam masyarakat
madani diwujudkan dengan adanya ruang publik yang luas untuk berpendapat dan
adanya demokrasi dalam masyarakat. Misalnya dengan melakukan musyawarah
dalam menyelesaikan konflik/permasalahan.
3) Adanya penegakan hukum yang tegas, karena merupakan sebuah kedewasaan dan
tanggung jawab yang besar dalam penegakan hukum.

iii. Sila ke-3 : Persatuan Indonesia.

1) Rasa nasionalisme terhadap negara yang tidak berlebihan, dengan Menjaga


kebudayaan asli Indonesia seperti sopan santun, gotong Royong, pakaian, tempat
tinggal, dan lain-lain.
2) Cinta bangsa dan tanah air, dengan memiliki moral yang baik.
3) Menggalang kesatuan dan persatuan, dengan bermusyawarah untuk Menyelesaikan
suatu masalah dan tidak membeda-bedakan karena Semuanya bersaudara.
4) Memahami pluralisme.
5) Menumbuhkan rasa senasib sepennaggungan, dengan Keswasembadaan ,
keswadayaan, dan kemandirian untuk Menghasilkan.

iv. Sila ke-4 : Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan.

1) Adanya demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan Untuk rakyat.

12
2) Dalam mengambil keputusan dengan musyawarah mufakat seperti Dalam masyarakat
madani.
3) Adanya kejujuran bersama dalam pengambilan keputusan.
4) Pemutusan masalah menghasilkan keputusan yang bulat bukan dengan Pemungutan
suara seperti yang terjadi di dunia Barat.

v. Sila ke-5 : Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

1) Kemakmuran yang merata pada seluruh rakyat dalam arti dinamis dan Meningkat
seperti rasa kebersamaan yang diciptakan masyarakat Madani, tidak egois dan selalu
ada rasa saling tolong menolong.
2) Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan untuk Kebahagiaan bersama
menurut potensi masing-masing.
3) Melindungi yang lemah agar kelompok masyarakat dapat bekerja sesuai bidangnya,
dalam masyarakat yang beradab tentunya Perlindungan terhadap yang lemah ada
dengan jika yang lemah tertindas itu artinya telah melanggar hak asasi manusia maka
hukum Yang tegas diperlukan.

Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila akan Mewujudkan masyarakat


madani jika pengamalannya dimulai dari diri Sendiri. Lingkungan yang kondusif sangat
berpengaruh dalam Pembentukan moral yang baik jika tidak bisa melakukan antisipasi
dengan Membentuk moral yang baik sesuai dalam Pancasila. Sebagai generasi Muda
terutama mahasiswa tentu harus tahu bagaimana bersikap, karena Mahasiswa merupakan
kaum intelektual yang dibekali oleh Tuhan ilmu dan Akal, juga nurani. Maka mereka harus
memanfaatkannya dengan baik agar Dapat menjadi intelektual profetik, cendekia, mandiri,
dan bernurani. Setelah seseorang dapat menjaga dirinya sendiri, maka akan Merambat ke
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Memang tidak mudah untuk
mewujudkannya tetapi kesungguhan akan Mewujudkannya.

Perwujudan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan masyarakat Madani yaitu


dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Adanya mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi sangat
mendukung pembentukan Moral mahasiswa. Akan tetapi, hal ini kurang membentuk moral,
karena Mereka sudah dewasa sehingga moral mereka sudah terbentuk sejak kecil. Sehingga
pelajaran Pendidikan Pancasila perlu disampaikan di lingkungan

13
Sekolah Dasar bersama Pendidikan Kewarganegaraan, tentu saja dengan cara yang
sederhana. Pengajar bisa memberikan motivasi kepada siswa, jika mereka dapat
mempraktekkan pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya, akan diberi nilai
yang tinggi dari guru maupun dari Tuhan Yang Maha Esa.

Ketika di Sekolah Dasar, setiap kali upacara bendera selalu menirukan Pembina
Upacara dalam melafalkan sila-sila Pancasila. Hal ini juga dapat digunakan untuk
membentuk moral anak. Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah dan didikan
orang tua yang baik di rumah sangat membantu penciptaan moral. Seperti saling tolong
menolong antar warga masyarakat, atau jika ada teman yang kesulitan, rasa kebersamaan,
ketika jajan berbagi dengan yang lain, berusaha untuk mandiri melakukan sesuatu apalagi
mahasiswa yang kos, sedekah, beribadah kepada Tuhan sesuai kepercayaannya masing-
masing, dan lain-lain. Sikap-sikap itu merupakan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam
Pancasila dan merupakan karakter masyarakat madani.

Perwujudan yang nyata untuk bangsa dan negara Indonesia dalam pelaksanaan
masyarakat madani harus dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu keluarga. Keluarga
merupakan madrasah pertama seorang manusia bisa belajar melalui ayah bundanya. Orang
tua yang telah memberikan didikan terbaik kepada anaknya tentu saja akan menghhasilkan
generasi yang bermoral. Penciptaan persaudaraan, kebersamaan, kemandirian, toleransi,
harus dilekatkan sejak dini sehingga ketika anak dewasa lingkungan yang merupakan
perwujudan masyarakat madani tersebut tidak hilang. Akhirnya dari lingkungan keluarga
akan merambah ke lingkungan masyarakat, dan akhirnya harapan bangsa dan negara yang
beradab atau masyarakat yang madani dapat terwujud.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah masyarakat Madani sebenarnya telah lama hadir di bumi, walaupun


dalam wacana akademi di Indonesia belakangan mulai tersosialisasi. “Dalam bahasa
Inggris lebih dikenal dengan sebutan Civil Society”. Sebab,”masyarakat Madani”,
sebagai terjemahan kata civil society atau al-muftama’ al-madani. .Istilah civil society
pertama kali dikemukakan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan istilah
societies civilis, namun istilah ini mengalami perkembangan pengertian. Masyarakat
madani adalah masyarakat berbudaya, berperadaban tinggi, masyarakat kota dan
masyarakat berbudi luhur yang landasannya Alqur’an dan Hadis. Sedangkan civil
society (masyarakat sipil) lebih condong ke arahnya pada masyarakat sekuler
landasannya adalah akal dan empirisme.

Dalam pandangan Islam sejarah muncul dan berkembangnya masyarakat


madani bukanlah pada periode Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam di
Mekkah lebih kurang 13 tahun tetapi dimulai dari era kepemimpinan nya di Madinah
lebih kurang 10 tahun terutama dalam memimpin dan membina kaum Anshar, Aus
dan Khajraj, Muhajirin, dan Yahudi yaitu Bani Quraizhah dan Bani Nadhir. Di kota
itu, nabi berfungsi bukan saja sebagai pemimpin agama tetapi sebagai kepala negara
atau pemerintahan. Pada zaman modern, istilah masyarakat sipil (civil society)
diambil dan dikembangkan oleh Jhon Locke (1632-1704), filsuf Inggris dan Jean

15
Jacques Rousseau (1712-1778), filsuf Prancis, penulis buku The Social Contract
(kontrak sosial). Pemikiran mereka Berkaitan dengan masyarakat dan politik. Jhon
Locke umpamanya mendefinisikan masyarakat sipil sebagai masyarakat sipil yang
dikaitkan dengan gejala alam

Islam sebagai suatu agama yang menawarkan aturan-aturan yang


komprehensif yang mengurus hampir segala aspek kehidupan manusia, (Latif, 2007:
60) juga mengatur bagaimana konsep masyarakat yang ideal. Konsep masyarakat
dalam Islam terangkum dalam konsep ummah sebagaimana termuat dalam berbagai
ayat dalam Alquran yang memberikan beberapa peran dan posisi umat Islam dengan
kategori khairu ummah (masyarakat terbaik), ummatan wasathan (masyarakat
seimbang) dan ummah muqtasidah (masyarakat moderat).

Dasar negara Pancasila tentu saja memiliki hubungan dengan masyarakat


madani. Pancasila sangat berperan dalam penciptaan masyarakat madani karena nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila terdapat nilai-nilai yang sesuai dengan karakter
masyarakat madani yaitu masyarakat beradab dan memiliki moral yang baik.
Perwujudan yang nyata untuk bangsa dan negara Indonesia dalam pelaksanaan
masyarakat madani harus dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu keluarga.
Keluarga merupakan madrasah pertama seorang manusia bisa belajar melalui ayah
bundanya. Orang tua yang telah memberikan didikan terbaik kepada anaknya tentu
saja akan menghhasilkan generasi yang bermoral.

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca dan para pakar utama
penulismengharapkan saran dan kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya membangun
akan diterima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Culla, Adi Suryadi. Masyarakat Madani (Jakarta: Rajawali Press), 1999.

Espocito, John L. Ed. The World Treasury of Modern Regilious Thought (London: Litle,
Brown and Company), 1990.

Gelner, Ernest. Membangun Masyarakat Sipil Prasyarat menuju kebebasan (Bandung:


Mizan), 1995.

Lubis, M. Ridwan. Aktualisasi Nilai-nilai Ke Islaman terhadap Pembangunan Masyarakat


(Medan: Media Persada), 2000

Sahrul, Sosiologi Islam (Medan: Perdana Publishing), 2021.

Syamsyuddin, M. Din. Etika Agama dalam pembangunan masyarakat Madani (Jakarta:


Logos), 2001.

Usman, Widodo, Ed. Membongkar Mitos Masyarakat Madani (Yogyakarta: Pustaka Belajar),
2000.

17
18

Anda mungkin juga menyukai