MENTAL PRIMA
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
kesehatan mental 1)
Disusun Oleh:
Kelompok 12
BPI-C / SEMESTER V
1
B. PEMBAHASAN
1. Keseimbangan dalam Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan keadaan psikologis seseorang yang ditandai
dengan kemampuan mengelola emosi dan pikiran, mengembangkan potensi diri,
berinteraksi dengan orang lain secara konstruktif, bekerja (belajar) secara
produktif, dan berkontribusi bagi kesejahteraan bersama. Sedangkan dalam
perspektif psikologi positif, kesehatan mental diartikan sebagai kemampuan
individu untuk menyenangi kehidupan, melakukan berbagai aktivitas secara
seimbang, dan berusaha untuk mencapai resiliensi psikologis.
World Federation for Mental Health, pada tahun 1948 dalam konverensinya
di London mengemukakan bahwa sehat mental adalah suatu kondisiyang optimal
pada aspek intelektual, yaitu siap untuk digunakan, dan aspek emosional yang
cukup mantap dan stabil, sehingga perilakunya tidak mudah tergoncang olah
situasi yang berubah di lingkungannya, tidak sekedar bebas atau tidak adanya
gangguan kejiwaan, sepanjang tidak mengganggu lingkungannya. Kesehatan
mental adalah keadaan keseimbangan, baik di dalam maupun dengan lingkungan.
Faktor-faktor seperti faktor fisik, psikologis, sosial, budaya, spiritual, dan faktor
lain yang saling terkait ikut serta dalam menghasilkan keseimbangan ini. Ada
hubungan yang tidak terpisahkan antara kesehatan mental dan fisik.
Keseimbangan mental merupakan bagian dari gaya hidup sehat. Sebagai
manusia, pada hakikatnya kita merupakan makhluk multi-dimensi yang berarti
terdapat beberapa dimensi dalam diri kita (manusia) atau singkatnya memiliki 4
(empat) keseimbangan dimensi dalam diri, antara lain dimensi sosial, dimensi
fisik, dimensi mental, dan dimensi spiritual. Dimensi sosial karena manusia
merupakan makhluk sosial, seperti yang telah dikatakan oleh Aristoteles, manusia
membutuhkan orang lain, kita dapat melihat pada kenyataan bahwa dimanapun
manusia berada maka disitulah terdapat sebuah komunitas, manusia tidak bisa
hidup seorang diri seumur hidupnya. Dimensi fisik dalam diri manusia tidak perlu
diragukan lagi, manusia memiliki wujud yang nyata, dapat dilihat dan disentuh
secara fisik.
Dimensi mental pada manusia bisa kita lihat pada kebiasaan manusia yang
tidak pernah berhenti belajar, belajar disini bukan dalam arti yang sempit seperti
2
pelajaran sekolah ataupun kuliah, akan tetapi dalam arti yang lebih luas yaitu
manusia berkembang dengan belajar dari pengalaman hidup dirinya sendiri
maupun orang lain, belajar dari kesalahan hidup, bahkan main game pun dapat
dikatakan belajar karena manusia tersebut mendapatkan pengalaman baru dan
memperoleh kompentensi yang baru. Dimensi yang terakhir yaitu dimensi
spiritual, makna atau arti spiritual disini tidak terbatas hanya pada keagamaan.
Kalau kita lihat dari asal katanya, spiritual berasal dari bahasa Latin Spiritus, yang
berarti nafas atau roh. Jadi spiritual berarti yang ada hubungannya dengan
kerohanian atau kejiwaan. Sebagai manusia, kita tidak dapat melihat ataupun
menyentuh roh atau jiwa kita, jelas karena bukan merupakan dimensi fisik. Akan
tetapi kita tahu dan dapat merasakan keberadaannya, yaitu hati nurani, yang
selama ini dipercaya sebagai suara Tuhan, roh kudus atau ada juga yang
mempercayainya sebagai sumber kebenaran sejati.
3
surah: Q.S. alBaqarah: 53, Q.S. Ali Imran (3): 200, Surat Ar-ra’d (13): 11, Q.S.
Yūsuf: 87; Q.S.
Al A’raf: 199, Q.S. Rum (30): 38, Q.S. Fuṣilat ( 41): 53. Terdapat beberapa esensi
terkait dengan sabar. Ayat yang mengandung kata sabar dengan redaksi amr
terdapat pada ayat-ayat yang menyatakan perintah sabar dalam menghadapi ujian
tersebut: Q.S. al-Baqarah (2): 153, Q.S. al- Baqarah, (2):155; al-Rum, (30): 60;
Hūd, (11): 49. Dari sini terlihat bahwa dalam konsep sabar di dalam al-Qur’ān
juga memuat sikap-sikap Adversity quotient yang dirumuskan di al-Qur’ān, yaitu
adanya dimensi ketuhanan.
Jahoda mengatakan kesehatan mental tidak hanya terbatas pada absennya
seseorang dari gangguan kejiwaan dan penyakitnya. Akan tetapi, orang yang sehat
mentalnya memiliki karakter utama sebagai berikut:
1) Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam arti dapat mengenal
diri sendiri dengan baik;
2) Pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri yang baik;
3) Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan
tahan terhadap tekanan-tekanan yang terjadi;
4) Otonomi diri yang mencangkup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau
kelakuan-kelakuan bebas;
5) Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan, serta memiliki
empati dan kepekaan sosial; dan
6) Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi.
Individu yang memiliki mental yang sehat akan mampu merasakan
kebahagiaan dalam hidupnya, karena senantiasa merasa bahwa dirinya berguna,
berharga, dan mampu mengoptimalkan seluruh potensi dan bakat yang dimiliki
sehingga membawanya pada kebahagiaan secara personal maupun kepada orang
lain di sekitarnya. Disamping itu orang-orang yang mentalnya sehat mampu
menyesuaikan diri mereka dalam setiap kondisi yang dihadapi, terhindar dari
berbagai kegelisahan dan gangguan mental serta moralnya tetap terpelihara.
Killander manyebut orang yang sehat mentalnya sebagai individu yang
normal, yaitu individu yang memiliki kematangan emosional, mampu menerima
realitas, senang dan nyaman hidup berdampingan dengan orang lain, dan memiliki
filsafat atau pandangan hidup. Sebaliknya, individu yang mentalnya kurang sehat
4
menurut Zakiah Daradjat akan memiliki gejala-gejala tertentu, diantaranya 1)
Perasaan: merasa terganggu, tidak tentram, merasa gelisah namun tidak tahu apa
yang tengah digelisahkan, serta tidak tahu cara mengatasinya (anxiety).
Merasakan takut yang berlebihan (phobia), rasa iri, sedih yang tidak beralasan,
rasa rendah diri, sombong, sering bergantung pada orang lain, tidak bertanggung
jawab, dan lain sebagainya;
2) Pikiran: anak-anak menjadi bodoh di sekolah, pelupa, suka membolos, dan
susah berkonsentrasi. Pada orang dewasa akibat dari gangguan mental pada
pikirannya adalah merasa kurang mampu melanjutkan sesuatu yang telah
direncanakannya dengan matang, mudah terpengaruh, menjadi pemalas, apatis
dan sebagainya; 3) Kelakuan: kenakalan, keras kepala, suka berdusta, menipu,
menyeleweng, mencuri, menyiksa orang lain, membunuh, merampok dan
sebagainya yang dapat menyebabkan orang lain merasa menderita, teraniaya
haknya, dan lain sebagainya; 4) Kesehatan: mengalami psycho-somatic, yaitu
terganggunya jasmani karena disebabkan jiwa yang tidak tentram. Diantara gejala
dari penyakit ini adalah kepala terasa sakit, merasa lemas, letih, sering masuk
angin, tekanan darah tinggi atau rendah, jentung, sesak nafas, kejang, dan lain
sebagainya, yang mana penyakitpenyakit jasmani di atas sama sekali tidak
memiliki sebab fisik.
6
Artinya, kesehatan mental seseorang ditandai dengan kemampuan untuk
memilah-milah dan mempertimbangkan perbuatan yang akan dilakukan.
Perbuatan yang hina dapat menyebabkan psikopatologi, sedang perbuatan yang
baik menyebabkan pemeliharaan kesehatan mental.
• Kelima, kemampuan untuk memikul tanggung jawab, baik tanggung jawab
keluarga, sosial, maupun agama.
• Keenam, memiliki kemampuan untuk berkorban dan menebus kesalahan yang
diperbuat.
• Ketujuh, kemampuan individu untuk membentuk hubungan sosial yang baik
yang dilandasi sikap saling percaya dan saling mengisi.
• Kedelapan, memiliki keinginan yang realistik, sehingga dapat diraih secara
baik.
• Kesembilan, adanya rasa kepuasan, kegembiraan dan kebahagiaan dalam
mensikapi atau menerima nikmat yang diperoleh.
7
c. Kesehatan mental dan penyesuaian diri memerlukan integrasi dan
pengendalian diri, meliputi pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi dan
perilaku.
d. Untuk mencapai dan memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri,
menjadi sebuah keharusan untuk memperluas pengetahuan tentang diri sendiri.
e. Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, meliputi penerimaan
diri dan usaha yang realistic terhadap status atau harga dirinya sendiri.
f. Pemahaman dan penerimaan diri harus terus menerus ditingkatkan sebagai
upaya peningkatan dan realisasi diri.
g. Stabilitas mental dan penyesuain diri yang baik memerlukan pengembangan
secara kontinu kebaikan moral yang tinggi dalam diri individu, seperti hokum,
kebijaksanaan, ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri, kerendahan hati, dan
moral.
h. Mencapai dan memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri tergantung
pada penanaman dan perkembangan kebiasaan yang baik.
i. Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut kemampuan adaptasi,
kemampuan mengubah situasi dan kepribadian.
j. Kesehatan mental dan penyesuaian diri memerlukan perjuangan yang
panjang dan kontinu untuk kematangan dalam pemikiran, keputusan, emosional
dan perilaku.
k. Kesehatan mental dan penyesuaian diri memerlukan pembelajaran terkait
cara mengatasi konflik mental dan kegagalan serta ketegangan yang
ditimbulkannya secara efektif dan sehat.
8
iii. Prinsip-prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan
Tuhannya
a. Stabilitas mental memerlukan seseorang dalam mengembangkan kesadaran
atas realitas terbesar dalam dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada setiap
tindakan yang fundamental.
b. Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang konstan
antara manusia dengan Tuhannya.
Berdasarkan berbagai prinsip di atas, dapat dipahami bahwa untuk
mencapai, mewujudkan ataupun memperoleh kesehatan mental, seseorang harus
mengenal diri sendiri dan bertindak sesuai dengan kemampuan dan
kekurangannya, namun bukan berarti harus mengabaikan orang lain, sebaliknya
seseorang harus mengenal, memahami dan meneliti orang lain serta mau
menerima kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya. Selain itu, seseorang harus
memperhatikan lingkungan sekitarnya, yaitu memperhatikan kaidah-kaidah sosial,
peraturan, undang-undang, adat kebiasaan yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
Seseorang harus mampu menjaga setiap tindakannya agar tidak bertentangan
dengan peraturan dan kebudayaan yang ada. Dan yang terakhir stabilitas mental
juga dapat dicapai dengan membangun kedekatan dengan Tuhannya dengan cara
menjalankan ajaran agama yang diyakininya.
Ditambah lagi dengan menyeimbangkan kesehatan mental dengan kesehatan
fisik sehingga menghasilkan kesehatan diri yang prima. Sebagaimana dari
masingmasing ke-empat dimensi manusia yang dibahas subbab pertama, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan kita, oleh
karena itu kita harus senantiasa menjaga serta mengembangkan ke-empat dimensi
tersebut. Sebagai contoh, kelalaian menjaga dimensi fisik seperti tidak berolahraga
secara rutin dan pola makan yang tidak teratur dapat membuat kita terkena
penyakit. Kelalaian dalam dimensi mental, seperti tidak pernah melatih otak kita
untuk terus aktif dan berpikir akan memperlemah memori atau daya ingat kita.
Begitu juga dengan dimensi sosial dan spiritual yang secara tidak langsung
memberikan pengaruh buruk pada kesehatan.
Oleh karena itu, kita harus rajin melatih dan mengembangkan, serta
menyeimbangkan antara ke-empat dimensi tersebut. Terlalu fokus pada salah satu
dimensi juga akan berdampak kurang baik bagi kesehatan dimensi yang lain. Lalu
9
bagaimana cara melatih, mengembangkan serta menyeimbangkan ke-empat
dimensi tersebut? Masing-masing dimensi memiliki bagian penting yang perlu
kita perhatikan, yaitu nutrisi, latihan, istirahat serta pantangan.
Nutrisi merupakan bahan kebutuhan dasar dan wajib bagi semua dimensi.
Latihan juga merupakan kebutuhan yang sangat penting, meskipun mempunyai
cukup nutrisi akan tetapi kekurangan latihan, juga tidak akan membuat
dimensidimensi tersebut bertumbuh dan berkembang dengan baik. Istirahat juga
tidak kalah pentingnya, terlalu banyak latihan tetapi kurang istirahat juga tidak
dapat membuat dimensi kita bertumbuh dengan baik. Yang terakhir adalah
pantangan yang harus dihindari agar dimensi-dimensi tersebut dapat terhindar dari
kerusakan.
• Dimensi fisik:
Nutrisi: air, protein, vitamin, lemak, karbohidrat, serta mineral.
Latihan: olahraga, makan dan minum.
Istirahat: relaksasi.
Pantangan: latihan yang terlalu berlebihan, makan secara berlebihan, alkohol,
rokok serta racun.
• Dimensi sosial:
Nutrisi: kasih sayang, perhatian, rasa percaya, ketulusan, dsb.
Latihan: komunikasi (mendengarkan, bercerita, dsb), kontak fisik (pelukan,
sentuhan, dsb).
Istirahat: menyendiri atau keheningan.
Pantangan: gosip, hawa nafsu, cemburu, pengkhiatanan, melanggar janji, dsb.
• Dimensi mental:
Nutrisi: pengetahuan, informasi, ide, dsb.
Latihan: berpikir, belajar, bertukar pikiran, menganalisa.
Istirahat: tidur.
Pantangan: pikiran negatif dan malas.
• Dimensi spiritual:
Nutrisi: doa, kebijaksanaan, sabda Tuhan.
Latihan: berdoa, memaafkan, mempraktekan ritual, berharap, tertawa.
Istirahat: bermeditasi.
10
Pantangan: balas dendam, kebencian, dosa, ateis (tidak percaya kepada Tuhan).
C. PENUTUP
Dengan demikian dapat dipahami bahwa untuk mewujudkan keseimbangan
dan kesehatan mental yang prima ialah dengan mewujudkan keserasian yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri
antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan
dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia
di dunia dan di akhirat. Untuk menjaga dan memelihara kesehatan mental
seseorang ada beberapa usaha atau langkah-langkah yang mesti ditempuh
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengusahakan agar manusia memiliki kemampuan yang sehat (pikiran,
perasaan)
2. Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebab-sebab ganguan metal
dan penyakit mental.
3. Mengusahakan pencegahan berkembangnya bermacam-macam ganguan
mental dan penyakit mental.
4. Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap ganguan dan penyakit
mental.
Seseorang harus mengenal diri sendiri dan bertindak sesuai dengan
kemampuan dan kekurangannya, namun bukan berarti harus mengabaikan orang
lain, sebaliknya seseorang harus mengenal, memahami dan meneliti orang lain
serta mau menerima kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya. Selain itu,
seseorang harus memperhatikan lingkungan sekitarnya, yaitu memperhatikan
kaidah-kaidah sosial, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan yang berlaku di
lingkungan sekitarnya. Seseorang harus mampu menjaga setiap tindakannya agar
tidak bertentangan dengan peraturan dan kebudayaan yang ada. Dan yang terakhir
stabilitas mental juga dapat dicapai dengan membangun kedekatan dengan
Tuhannya dengan cara menjalankan ajaran agama yang diyakininya.
Ditambah lagi dengan menyeimbangkan kesehatan mental dengan kesehatan
fisik sehingga menghasilkan kesehatan diri yang prima. Sebagaimana dari
masingmasing ke-empat dimensi manusia, baik secara langsung maupun tidak
11
langsung dapat mempengaruhi kesehatan kita, oleh karena itu kita harus
senantiasa menjaga serta mengembangkan ke-empat dimensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Muhammad., et. al. (2022). Urgensi Pendidikan Islam Dalam Menjaga
bshshbbbKesehatan Mental Remaja di Lingkungan Sekolah Pada Era Media
Sosial. hshshshhIlmu Al-Qur’an (IQ): Jurnal Pendidikan Islam, 5 (1).
12