Anda di halaman 1dari 11

PENDEKATAN ILMU KESEHATAN JIWA DALAM

PENANGANAN GANGGUAN MENTAL


Ria Nur Rachmawaty 04054811416030
Psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa) merupakan salah satu cabang spesialistik
kedokteran yang mendalami aspek kejiwaan dalam kehidupan sosial, berperandalam
peningkatan taraf kesehatan jiwa baik dalam kondisi sakit (fisik maupunpsikis)
maupun dalam kondisi sehat. Di kalangan masyarakat awam maupun profesi
kesehatan, Psikiatri seringkali masih dianggap sebagai bidang yang menangani
gangguan jiwa berat saja. Karena peran psikiatri di dalam kesehatanmedik umum
masih belum banyak dipahami oleh masyarakat dan profesi lainnya dalam bidang
kesehatan. Untuk memperluas pengetahuan masyarakat tentang apa itu psikiatri dan
perannya dalam praktek kedokteran umum, maka perlu dilakukan pendekatan secara
eklektik dan holistik dalam psikiatri1.
Dalam bidang kedokteran, apa yang diharapkan pasien bukan hanya
pengobatan penyakitnya, tetapi juga perlakuan yang wajar untuk mendapatkan taraf
kesehatan yang lebih baik secara menyeluruh, sehingga dapat menjalankan fungsi
sosialnya secara optimal atau dengan kata lain mendapatkan taraf kualitas hidup yang
lebih baik. Dalam menyembuhkan penyakit, seorang psikiater harus melakukan
pendekatan eklektik, artinya menelusuri secara rinci namun selektif terhadap aspek
psikis (mental dan emosional), fisik, dan sosialnya. Setiap aspek tersebut selanjutnya
dipandang secara menyeluruh pengaruhnya terhadap gejala atau gangguan yang
dialami individu, itulah yang disebut pendekatan holistik. Hal tersebut akan menjadi
semakin nyata ketika seseorang menghadapi penyakit-penyakit berat, menahun, yang
menyebabkan kecacatan atau menghadapi kematian, di saat itulah diperlukan
kepekaan dan kepedulian seorang dokter dalam menilai kondisi pasien secara
menyeluruh, termasuk mengantisipasi kemungkinan dampak penyakit/pengobatan
terhadap kehidupan psikososial pasien nantinya 2,3. Sebagai contoh; seorang pasien

yang mengalami penyakit sirosis hati,dimana separuh dari hatinya sudah mengalami
kerusakan dan tidak bisa berfungsi lagi.
Hal ini menyebabkan kehidupan pasien akan terganggu baik psikis maupun
sosialnya. Dalam hal inilah peran psikiatri dimanfaatkan, dengan keadaan pasien
yang mungkin mengalami depresi atau mengalami gangguan mental emosional yang
berdampak pada perilaku kehidupan sosialnya sehari-hari, tugas seorang dokter tidak
hanya terpaku pada pengobatan sirosis saja, tetapi juga bagaimana seorang dokter
bisa menjaga kualitas hidup pasien untuk tetap optimal. Dengan menggunakan
pendekatan eklektik dan holistik sebagai dasar pendekatan psikiatri, seorang dokter
bisa mencapai pengobatan pada pasien tersebut secara menyeluruh baik dalam aspek
fisik/organ, psikologi, dan sosial. Dalam hal ini, seorang dokter harus bisa melakukan
pendekatan kepada pasien sehingga dalam menyampaikankeadaan penyakit kepada
pasien tidak memperburuk kondisi mental danemosionalnya. Landasan pendekatan
manusiawi yang adekuat dalam hal ini padadasarnya tidak lain yaitu Empati. Dimana
empati yaitu upaya dan kemampuanuntuk mengerti, memahami, menghayati, dan
menempatkan diri seseorang padatempat orang lain sesuai dengan identitas, perasaan,
cara berpikir, harapan, nilai dan perilaku seseorang2,3,4.
Berempati berarti tidak bersikap menghakimi, baik dalam arti kata
membenarkan atau menyalahkan. Dengan kata lain berempati adalah menerima orang
lain sebagaimana adanya, termasuk mengerti, menerima, dan menghargai nilai-nilai
pribadi seseorang. Sehingga ketika seorang dokter menjelaskan keadaan fisik dan
pengobatan penyakit, dokter juga harus memperhatikan kelangsungan kehidupan
sosial dan keadaan psikologis pasien dalam menerima penyakitnya. Disinilah
pentingnya peranan pendekatan psikiatri secara eklektik dan holistik1,3. Dimana dalam
pengobatan pasien harus bersifat menyeluruh dan utuh untuk meningkatkan
kesehatan mental dan kualitas hidup pasien. Itulah sebabnya psikiatri tidak dapat
dipisahkan dari kesehatan fisik, dan sebaliknya pengobatan fisik pun tidak lepas dari
psikiatri. Kedokteran jiwa dan fisik sama-sama dibutuhkan untuk mengembalikan

kesehatan secara optimal. Jadi, peran psikiatri tidak hanya untuk individu yang
mengalami gangguan jiwa saja, tetapi psikiatri juga harus diterapkan dalam berbagai
kondisi penyakit yang membutuhkan penanganan baik kesehatan fisik, psikis dan
sosial untuk melangsungkan kehidupan dengan lebih baik dan berkualitas5.
Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental mengalami
perkembangan sebagai berikut4,5:
1. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan danpenyakit
jiwa (neurosis dan psikosis). Pengertian ini terelihat sempit, karenayang
dimaksud

dengan

orang

yang

sehat

mentalnya

adalah

mereka

yang tidakterganggu dan berpenyakit jiwanya. Namun demikian, pengertian


ini

banyak

mendapat

sambutan

dari

kalangan

psikiatri.

Kembali pada istilah neurosis, pada awalnya kata tersebut berarti

ketidak

beresan dalam susunan syaraf. Namun, setelah para ahli penyakit dan
ahli psikologi menyadari bahwa ketidak beresan

tingkah laku tersebut tidak

hanya disebabkan oleh ketidak beresan susunan syaraf, tetapi juga


dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang
lain, makaaspek mental (psikologi) dimasukkan pula dalam istilah tersebut.
2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang
lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Pengertian inilebih
luas dan umum, karena telah dihubungkan dengan kehidupan sosialsecara
menyeluruh. Dengan kemampuan penyesuaian diri, diharapkan akan
menimbulkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.
3. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa
serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi,
serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
4. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan
danmeningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin,
sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan
dan penyakit jiwa.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, maupun
menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangankegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, danmerasa bahwa dirinya
berharga, berguna, dan berbahagia serta dapatmenggunakan potensi-potensi yang ada
semaksimal mungkin.
Kesehatan mental (mental hygiens) adalah ilmu yang meliputi sistemtentang
prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untukmempertinggi
kesehatan ruhani. Menurut H.C. Witherington, kesehatan mental meliputi
pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan Psikologi, kedokteran,
Psikiatri, Biologi, Sosiologi, dan Agama3.
Kesehatan Mental merupakan kondisi kejiwaan manusia yang harmonis.
Seseorang yang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran, maupun fisiknya
juga sehat. Jiwa (mental) yang sehat keselarasan kondisi fisik dan psikis seseorang
akan terjaga. Ia tidak akan mengalami kegoncangan, kekacauan jiwa (stres), frustasi,
atau penyakit-penyakit kejiwaan lainnya. Dengan kata lain orang yang memiliki
kesehatan mental juga memiliki kecerdasan baik secara intelektual, emosional,
maupun spiritualnya. Selanjutnya bila dicermati aktivitas manusia, ada yang selalu
bergembira dan berbahagia dan ada pula yang selalu mengeluh, merasa gelisah dan
bersedih hati, tidak cocok dengan orang lain, tidak bersemangat serta tidak dapat
memikul tanggung jawab. Gejala-gejala yang menggelisakan itulah yang mendorong
para ahli ilmu jiwa untuk berusaha menyelidiki faktor apa yang menyebabkan tingkah
laku orang itu berbeda-beda, kendatipun kondisinyasama. Dan juga apa penyebabnya
ada orang yang tidak mampu merasakanketenangan dan kebahagiaan dalam hidup ini.
Usaha inilah menurut Zakiah Darajat menimbulkan satu cabang disiplin ilmu dari
ilmu jiwa, yaitu kesehatan mental (Mental Hygiene)3.
Memberikan

definisi

kesehatan

mental

tidaklah

mudah.

Dalam

psikologimutakhir, kesehatan mental oleh berbagai aliran dimasukkan ke dalam

suatucabang psikologi yang terkenal dengan nama Psikologi Kepribadian atau


Psikologi Syahsiyah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada ciri-ciri khusus yang
dimiliki oleh manusia yang secara keseluruhan dapat membedakan dengan orang lain.
Ciri-ciri tersebut nampak dalam pola-pola tingkah laku,keinginan-keinginan dan caracara untuk memuaskannya. Atau berbagai pola-pola tingkah laku yang digunakan
oleh seseorang untuk bergerak terhadapperangsang-perangsang yang dihadapinya,
baik pola-pola itu merupakan ekspresi melalui wajah atau gerak jasmaniah ataupun
merupakan ucapan kata-kata ataupun cara berfikir. Kadang juga kesehatan mental itu
diartikan dengan kebahagiaan di dunia. Kesehatan mental adalah terjemahan dari
Hygiene dan mens atau mentis. Hygiene berasal dari kata Hygeia bahasa Yunani yaitu
nama dewi kesehatan Yunani yang artinya kesehatan mental. Sedang mental berarti
jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dengan demikian kesehatan mental adalah jiwa
yang sehat. Ilmu kesehatan mental adalah ilmu kesehatan jiwa yang memasalahkan
kehidupan kerohanian yang sehat, dengan memandang pribadi manusia sebagai satu
totalitas psiko-fisik yang kompleks3,6.
Seseorang dikatakan sehat mentalnya bila terjalin secara harmonis antara
fungsi-fungsi psikisnya dengan fungsi-fungsi pisiknya. Atau orang yang memiliki
ketenteraman, kedamaian, ketenangan dan kestabilan hidupnya. Hal-hal yang
dilakukan dalam kesehatan mental adalah agar seseorang mendapatkan keseimbangan
jiwa, menegakkan kepribadian yang terintegrasi dengan baik, serta mampu
memecahkan segala kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan keberanian.
Kesemuanya itu bertujuan agar seseorang memiliki dan membina jiwa yang sehat,
berusaha mencega kepatahan jiwa, mencegah berkembangnya macam-macam
penyakit mental dan sebab musabab timbulnya penyakit tersebut serta mengusahakan
penyembuhandalam stadium permulaan2,3.
Kesehatan mental adalah salah satu cabang dalam psikologi. Olehkarena itu
pembicaraan tentang teori-teori dalam kesehatan mental tidakdapat dipisahkan
dengan teori-teori dalam psikologi. Dalam kaitan ini akandikemukakan beberapa teori

yang menyangkut mental manusia diantaranya; Teori Psikoanalisa, Behaviorisme,


Eksistensialisme dan Teori Humanistic4,5.
a. Teori Psikoanalisa
Para penganut Psikoanalisa berpendapat bahwa kesehatan mental yangwajar
terletak pada kesanggupan Aku yang Agung untuk membuat sintesisantara berbagai
alat-alat diri dan tuntutan masyarakat. Atau pertarungan yangtimbul antara alat-alat
ini dan tuntutan-tuntutan realitas (Freud). Tetapimereka berpendapat bahwa manusia
hanya sanggup mencapai sebagian sajakesehatan mentalnya, sebab manusia tidak
sanggup mncapai kebahagiaandan kemajuan sekaligus. Freud berpendapat bahwa
kesehatan mental tentang manusia dimanamanusia bertarung terus menerus dengan
kandungan-kandungan si Dia dantuntutan-tuntutan realitas dengan si Aku harus
menyelesaikan pertarunganitu. Akulah yang bertanggung jawab untuk memuaskan
dorongan-dorongan siDia tanpa menentang tuntutan-tuntutan realitas. Selanjutnya
beliau mengatakan bahwa perkembangan mental adalahbelajar mempergunakan caracara baru dalam mereduksikan tegangan yangtimbul karena individu menghadapi
berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan (tension) dan hal yang dapat
menimbulkan tegangan atau rasa tidak enak. Sering kali individu belajar karena ingin
mengurangi ataumenghilangkan rasa tidak enak. Itu dengan cara bertingkah laku
seperti orang lain. Inilah yang dimaksud dengan identifikasi. Kemudian Psikoanalisa
sering ditafsirkan dalam tiga batas pengertian. Pertama, sebagai suatu konsep toritik
dalam ilmu perilaku yang menjelaskan struktur dan dinamika kepribadian manusia.
Kedua, suatu bentuk psikoterapibagi gangguan jiwa. Ketiga, sebagai suatu teknik
untuk menelusuri pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan tak sadar manusia. Jadi
konsep kepribadian dalam teori ini diawali dengan pendapat Sigmund Freud tentang
kehidupan manusia yang dikuasai oleh alam ketidaksadarannya. Seorang tokoh dari
aliran ini bernama Carl Gustav Jung juga semula murid Freud tidak berbicara tentang
mental kepribadian, tetapi berbicara tentang psike. Adapun yang dimaksud dengan
psike oleh Jung ialah segalaperistiwa psikis, baik yang disadari maupun yang tidak

disadari. Jadi Psike dapat diartikan kepribadian. Menurut Jung kepribadian itu sendiri
terdiri daridua alam yaitu : alam sadar dan alam tidak sadar. Kesadaran mempunyai
duakelompok yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa yang keduanya mempunyai
perananmasing-masing dalam orientasi manusia terhadap dunianya4,5.
b. Teori Behaviorisme
Behaviorisme dianggap sebagai reaksi terhadap teori psikoanalisa. Penganut
aliran ini berpendapat bahwa mempelajari pengalaman pribaditentang asosiasi bebas
atau tafsiran mimpi tidak akan memberikan fakta-faktailmiah yang dapat diterima,
karena

sukar

membuktikan

kebenaran

persyaratanini.

Aliran

behaviorisme

melahirkan pendekatan yang sangat kontradiktif dengan psikoanalisa yang


memandang manusia sangat dipengaruhi olehinsting tak sadar dan dorongandorongan nafsu rendah. Teori ini tidakmengakui konsepsi ketidaksadaran/kesadaran
yang menjadi inti daripsikoanalisa, namun lebih memandang aspek stimulus
lingkungan yang bisamembentuk perilaku manusia dangan sesuka hati lingkungan
eksternal itu. Kebiasaan merupakan konsep dasar pada teori tentang tingkah
laku,yaitu proses kepribadian (personality). Seseorang memperoleh kebiasaankebiasaannya, yakni ia mempelajarinya. Sedang kepribadian itu adalahsusunan
tertentu yang terdiri dari kebiasaan. Susunan itulah yang menentukantingkah laku
seseorang dan membedakan kepribadian dari orang lain. Teori inimenguatkan
pentingnya faktor lingkungan yang dihadapi seseorang dalam hidupnya. Pendeknya
teori ini memandang manusia sebagai satu susunan tertentuyang terdiri dari
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh dan dipelajarinya.Olehnya itu ditekankan
pentingnya

faktor-faktor

lingkungan

yang

dihadapi

olehseseorang

dalam

perkembangannya, dan kegoncangan emosi dan sosialadalah hasil dari salah satu
faktor dari: (a) kegagalan mempelajari ataumemperoleh tingkah laku yang sesuai, (b)
mempelajari pola-pola tingkah lakuyang tidak sesuai atau penyakit, dan (c) seseorang
menghadapi suasana-suasana pertarungan yang menghendaki ia untuk membedakan
danmengambil keputusan dimana ia merasa tidak sanggup mengerjakannya. Jika

seorang telah memperoleh kebiasaan yang sesuai dengan budayamasyarakatnya dan


menolong untuk hidup dengan dinamis, aktif dan berhasildengan orang-orang lain,
maka ia memiliki kesehatan mental yang wajar. Sebaliknya, jika ia gagal memperoleh
kebiasaan atau ia memperoleh kebiasaanyang tidak sesuai dengan kebiasaan yang
disetujui oleh masyarakat, makakesehatan mentalnya adalah buruk atau goncang
emosinya.

Dengan

sangatmengagungkan

demikian

dapat

pengaruh

dipahami

lingkungan

bahwa

dalam

teori

behaviorisme

membentuk

perilaku

manusia.Manusia dapat dikatakan pasif, karena tergantung dari perlakuan


yangdiberikan lingkungan kepadanya4,5.
c. Teori Eksistensialisme
Kesehatan mental menurut teori ini adalah agar manusia menikmati
wujudnya. Manusia menikmati wujudnya berarti ia mengetahui arti wujud
ini,menyadari potensi-potensinya, dan bahwa ia bebas untuk mencapai apa yangia
kehendaki dengan cara yang dipilihnya. Begitu juga ia menyadari segisegikelemahannya dan menerimanya. Ia menyadari sifat-sifat hidup yangmengandung
pertentangan-pertentangan. Wujudnya pertentangan ini salahsatu ciri-ciri kehidupan
ini, ia berhasil mencapai susunan nilai-nilai tertentuyang akan menjadi bingkai
kehidupannya, dan akhirnya ia kembali daripengasingannya kepada ketentramannya.
Manusia tidak sanggup mencapaiitu, kecuali jika ia menghadapi dirinya dengan jujur
dan amanah atau berdiritelanjang di depan cermin tanpa pakaian kepalsuan atau
sarung dosa. Jadi aliran ini sangat pesimistis, sebab mereka menyadari kesulitan
yangdihadapi manusia untuk mencapai kesehatan mental yang wajar, terutamadalam
kehidupan yang tidak punyakeamanan dan ketentraman4,5.
d. Teori Humanistik (kemanusiaan)
Teori Humanistik merasa
perilakumanusia

menurut

kurang

psikoanalisa

dan

puas

dengan

behavorisme.

eksplanasi
Kritiknya

tentang
adalah

mengapakonsepsi tentang perilaku manusia harus dibangun pemahamannya


melaluistudi manusia yang tidak sehat mental dan manusia yang dapat

dibentukseenaknya seperti tanah liat oleh lingkungannya? Bukankah manusia


adalahmahkluk yang bebas menentukan perkembangan dirinya menjadi sehat
mentalbila ia mendapat kesempatan, sehingga ia dapat berperilaku optimal
sesuaidengan potensi yang dimilikinya. Selanjutnya teori ini mengemukakan bahwa
individu-individu

denganseluruh

kompleksitasnya

dan

segi

pandangan

ini

diringkaskan dengan istilah personologi, yang diciptakan oleh Murray (1983) untuk
memberi usaha-usahanya sendiri dan usaha orang-orang lain yang memiliki
keprihatinanmendalam untuk memahami individu secara penuh. Secara konsisten ia
menekankan lainnya dalam pribadi berhubungan dengan fungsi yang lain. Manusia
tidak dapat menyatu dengan alam, mereka terisolasi dan kesepian. Agar dapat
survive, manusia harus menyatu dengan orang lain. Jadi teori humanistik tidak
menolak mentah-mentah konsep yangmendukung mazhab atau teori sebelumnya,
tetapi sebenarnya berupaya untuk mengintegrasikan segi yang bermanfaat, bermakna,
dan dapat diterapkan bagi kemanusiaan. Definisi-definisi kesehatan mental yang
diungkap

secara

umum

dengan

menggunakan

berbagai

konsep,

sebagian

menggunakan istilah penyesuaian dan yang lain menggunakan penyesuaian terpadu,


dan ada pula yang menggunakan konsep keterpaduan. Keterlepasan dari teori-teori
tersebut di atas, ada yang memberikandefinisi kesehatan mental sebagai penyesuaian
sosial seseorang, seperti pendapat Boehm (1955) yang mengatakan bahwa kesehatan
mental adalah keadaan dan paras dinamisme seseorang dari segi sosial yang
membawa kepada pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Jadi yang dimaksud kesehatan
mental di sini adalah keadaan seseorang yang menentukan dinamisme sosialnya.
Definisi ini didasarkan atas asumsi bahwa orang yang hidup bersama dengan orang
lain karena bertujuan memuaskan berbagai kebutuhannya. Semakin sanggup
seseorang hidup bersama dengan orang lain dan memuaskan kebutuhankebutuhannya tanpa membangkitkan kemarahan mereka, maka itulah tanda baiknya
penyesuaiannya dan selanjutnya menjadi bukti kesehatan mentalnya yang wajar4,5.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara,1997.
2. Abdul Mujib, Fitrah. 1999. Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan
Psikologis, Jakarta: Darul Falah 1999.
3. Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal jilid 1.
Jakarta :Erlangga, 2003.

4. Sumintradja, Elmira N. Konsep Manusia Menurut Psikoanalisa: Eksplansi,


Kritikdan Titik Temu dengan Psikologi Islami dalam Metodologi Psikologi
Islami Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
5. Maramis. 1980. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press,1980.
6. Kadri. 1999. Aspek Psikosomatis. Dalam Ilmu Penyakit Dalam jilid II Jakarta:
FK UI,1999.

Anda mungkin juga menyukai