Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL

Kesehatan mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya, tapi tidaklah mudah
mendapatkan kesehatan jiwa seperti itu. Perlu pembelajaran tingkah laku, pencegahan yang dimulai
secara dini untuk mendapatkan hasil yang dituju oleh manusia.

Untuk menelusurinya diperlukan keterbukaan psikis manusia ataupun suatu penelitian secara langsung
atau tidak langsung pada manusia yang menderita gangguan jiwa.

Pada dasarnya untuk mencapai manusia dalam segala hal diperlukan psikis yang sehat.[1] Sehingga
dapat berjalan menurut tujuan manusia itu diciptakan secara normal.

A. Pengertian Kesehatan Mental


Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental” diambil dari
bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau
kejiwaan.[2]
Kesehatan mental merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat.
Hal ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang membutuhkan jawaban atas berbagai permasalahan
yang melingkupinya.
B. Dimensi Psikologis Kesehatan Mental
Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan sistem biologis, sebagai
sub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek
kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk melihat sis jiwa manusia. [3]
Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, antara lain :
1. Pengalaman awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu
terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini adalah merupakan bagian penting dan
bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.
2. Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang telah
mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi dan segenap kemampuan bakat,
ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai tingkatan apa yang disebut dengan tingkatan pengalaman
puncak.
Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan mental,
disebabkan oleh ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang
dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar yang tersusun secara hirarki.[4] Kebutuhan biologis,
kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan
kebutuhan aktualisasi diri.
C. Gangguan dan Penyakit Jiwa
1. Psikosomatik
Adalah penderita yang menemukan kelainan-kelainan atau keluhan. Pada tubuhnya yang disebabkan
oleh faktor-faktor emosional melalui syarat yang menimbulkan perubahan yang tidak mudah pulihnya,
misalnya : sulit tidur jika banyak masalah, hilang nafsu makan, makan berlebihan.
2. Kelainan kepribadian
Penderita sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Misalnya orang suka meledak
emosinya.
3. Retardasi mental
Adalah keterbelakangan atau keterlambatan perkembangan jiwa seseorang.
Contoh dalam memahami sesuatu ilmu pengetahuan yang baru di dapat atau kata-kata baru, cara
pemahamannya terlalu lama.
4. Rasionalisasi
Dimana penderita sering memutarbalikkan fakta yang bersangkutan dengan ego individunya sendiri atau
dalam arti lain memutarbalikkan hati nuraninya sendiri yang mengakibatkan kepercayaan diri hilang.
5. Neurosis
Adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih dalam keadaan sadar, dengan melalui ketidakberesan
tingkah laku, susunan syaraf juga karena sikap seseorang terhadap orang lain.
Ciri-ciri neurosis meliputi : sering adanya konflik, reaksi kecemasan, kerusakan aspek-aspek
kepribadian, phobia, gangguan pencernaan.
Seseorang yang terkena neurosis mengetahui bahwasanya bahwa jiwanya terganggu, baik disebabkan
gangguan jasmani dan jiwanya sendiri.
6. Psikosis
Pada psikosis ini penderita sudah tidak dapat menyadari apa penyakitnya, karena sudah menyerang
seluruh keadaan netral jiwanya.
Ciri-cirinya meliputi :
v Disorganisasi proses pemikiran
v Gangguan emosional
v Disorientasi waktu, ruang
v Sering atau terus berhalusinasi
D. Terapi Gangguan Jiwa
Terapi di sini mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan jiwa yang benar-benar
sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi beberapa bentuk :
a. Terapi holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan kepada gangguan jiwanya
saja, dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh
b. Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan
ajaran agama
c. Farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter dengan
memberikan resep obat pada pasien.
d. Terapi perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun perilakunya
terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk
menghadapi berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum melakukan
terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan diri.

Kesehatan mental merupakan faktor terpenting untuk menjalankan kehidupan manusia secara normal.
Psikis manusia jika tidak dijaga akan menimbulkan suatu gangguan jiwa yang lambat laun dibiarkan
akan menjadi suatu beban yang berat bagi penderitanya. Di antara gangguan psikis meliputi
psikosomatik, kelainan kepribadian, retardasi mental, rasionalisasi, neurosis, dan psikosis, yang dari
gangguan jiwa itu disebabkan karena ada faktor yang mempengaruhinya meliputi pengalaman awal,
proses pembelajaran, dan kebutuhan. Dengan adanya gangguan jiwa karena pengaruh tersebut
dibutuhkan terapi penyembuhan sampai manusia dinyatakan benar-benar sehat baik jasmani maupun
psikisnya.

DAFTAR PUSTAKA
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2001, cet.ke-1.
Moeljono Notosoedirjo, Latipun,  Kesehatan Mental, Universitas Muhammadiyah Malang, 2000.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, PT. Bulan Bintang,Bandung, 1986, cet ke-7.
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, cet. ke-1.
Hubungan Psikologi dan Kesehatan
Mental
Posted on Oct 21, 2013

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia

dalam hubungan dengan lingkungannya.Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno:

(Psychē yang berarti jiwa) dan logia yang artinya ilmu sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan

dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena

sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni

berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu

pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Defenisi ini membuat psikologi bergeser dari

yang mempelajari jiwa ke penelitian tingkah laku. Lalu Kesehatan Mental adalah keinginan wajar bagi setiap

manusia seutuhnya,tetapi untuk mendapatkan kesehatan jiwa yang seperti itu susah. Diperlukan keterbukaan

psikis manusia atau dilakukan penelitian secara langsung atau tidak langsung pada manusia yang menderita

gangguan jiwa, agar terhindar dari gangguan itulah diperlukan pembelajaran tingkah laku dan pencegahan

dini .Pengertian kesehatan mental juga dipengaruhi oleh kultur dimana seseorang itu tinggal ,karena apa yang

boleh dilakukan dalam suatu budaya tertentu ,kemungkinan menjadi hal yang tidak normal dalam budaya lain

,begitupun sebaliknya (Sias, 2006). Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental”

diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau

kejiwaan

Apa hubungannya psikologi dan kesehatan mental ?

Hubungan antara kebutuhan psikologis dengan kesehatan mental sangat erat dan keterkaitan.. Seseorang yang

kehidupannya bahagia, tentram sejahtera tentu akan dapat perpikir dan menjalankan hidup dengan berprilaku

semestinya.  Namun sebaliknya jika spikologis seseorang sudah terganggu maka kesehtan mental ikut
terganggu.Jika salah satu kebutuhan manusia itu terganggu maka kesehatan mentalnya itupun juga terganggu.

Jika kebutuhan fisik manusia itu terpenuhi tetapi psikologisnya tidak terpenuhi maka mentalnya pun tidak akan

sehat Kebutuhan manusia antara kebutuhan fisik dan psikologis itu saling keterkaitan.

Sejarah Kesehatan Mental

Era pra Ilmiah

1. Kepercayaan Animisme

Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif

animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasisi oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang

primitrif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh

yang tinggal dalam benda-benda tersebuit.

Orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk

menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban.

2. Kemunculan Naturalisme

Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikuutnya

mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan

”Naturalisme”, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam.

Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, syetan atau hantui sebagai penyebab sakit. Dia menyatakan: ”Jika

anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan memicu bau yang amis, akan

tetapi anda tidak akan melihat roh, dewa atau hantuyang melukai badan anda”.

Ide naturalkistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan

atau pembedahan hewan.

Dalam perkembangan selajutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang-orang

kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru

untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di

rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat ditembok dan ditempat tidur. Para pasien yang

telah dirantai selama 20 tahun atau lebih, adan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan disekitar

ruimah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan

untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.

Era Ilmiah (Modern)

Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme

(irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya Psikologi

Abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. ketika itu benyamin rush (1745-1813) menjadi

anggota staff medis dirumah sakit Penisylvania. Dirumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai

”lunaties” (orang-orang gila atau sakit ingatan).

Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui

bagaimana menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien tersdebut didukung dalam sel yang kurang

sekali alat ventilasinya, dan mereka sekali-sekali digugur dengan air.


Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental

tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan

pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan (selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796,

dirumah mental. Ruangan ini dibedakan untuk pasien wanita dan pria. Secara berkesenimbungan, rush

mengadakan pengobatan kepada para pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja,

rekreasi, dan mencari kesenangan.

Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya Mental Hygiene yang

berkembang menjadi suatu ”Body Of Knowledge” berikut gerakan-gerakan yang teorganisir.

Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal ini

terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini

banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-

orang miskin dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal duinia tanggal 17 July 1887.

dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang

mengalami gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer), selama 40tahun dia berjuang untuk memberikan

pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi.

Usahanya mula-mula diarahkan pada para pasien mental dirumah sakit. Kemudian diperluas kepada para

penderita gangguan mental yang dikurung dirumah-rumah penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan faktror penting

dalam membangun kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan

mental. Berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika serilkat didirikan 32 rumah sakit jiwa, dimana dia layak

mendapat pujian sebagai salah seorang wanita besar di abad 19.

Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dsekade 1900-19090 beberpa

organisasi kesehetran mental telah didirikan, sepert: American Social Hygiene Associatin (ASHA), dan American

Federation for Sex Hygiene.

Perkembangan gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers

(1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene

Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan

gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.

Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental, dipengaruhi juga oleh pengalamannya sebagai pasien

dibeberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama dirumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan

yang keras dan kasar (kuarang manusia). Kondisi seperti ini terjadi, karena pada masa itu belum ada perhatian

terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.

Setelah dua tahun mendapatkan perawatan dirumah sakit dia mulai memperbaiki dirinya, dan selama tahun

terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk membuat suatu gerakan untuk

melindungi orang-orang yang mengalami gangguan mental atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam

kehidupan yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908 di menindaklanjuti gagasannya demngan

mempublikasikan sebuah tulisan autobiografinya sebagai, mantan penderita gangguan mental, yang berjudul ”A

Mind That Found It Self”. Kehadiran buku ini disambut baik oleh Willian james, sebagai seorang pakar psikologi.

Dalam buku ini, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan atau ”treatment” yang diberikan
kepada para pasien dirumah sakit-rumah sakit yang dipandangnya kurang manusiawi. Di samping itu dia

melupakan reformasi terhadap lembaga yang diberikan perawatan gangguan mental.

Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia

merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan:

1. Mereformasi program perawatan dan pemngobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa.

2. Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang

positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa

3. Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental.

4. Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.

Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli,

seperti Wlliam James dan seorang Psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan

Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian,

yang mempopulerkan istilah ”Mental Hygiene” adalah Mayer.

Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908, sebuah organisasio pertama, didirikan, dengan

nama ”Connectievt Society For Mental Hygiene”. Satu tahu kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909

didirikan ”National Commitye Siciety For Mental Hygiene”, di sini Beers diangkat menjadi sekretarisnya.

Organusasi ini bertujuannya.

1. Melindungi kesehatan mental masyarakat

2. Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental

3. Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait

dengannya.

4. Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya

5. Mengkoordinasikan lembaga-lembhaga perawatan yang ada

Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa pada masa dan

pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini mengkonsentarsikan programnya untuk membantu mereka

yang mengalami masalah serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan

cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti : pendidikan, kesehatan masyarakat,

pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial.

Secara hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu

ketika presiden Amerika Serikat menandatangani ”The National Mental Helath Act”. Dokumen ini merupakan

bluprint yang komprehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan

kesehatan mental seluruh warga masyarakat.

Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi:

1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, inevetigasi,

eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan.

2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan

koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan kegiatan dan

mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya.


3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental

4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan

pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental

Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya ”National Association

For Mental Health” yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National

Committee For Mental Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”, dan ”Psychiatric Foundation”.

Gerakan kesehatan mental ini terus berkambang, sehingga pada tahun 1075 di Amerika serikat terdapat lebih

dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui

”The World Federation For Mental Health” dan “The World Health Organization”.

Hubungan Psikologi dan Kesehatan Mental


Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan
lingkungannya.Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno:
(Psychē yang berarti jiwa) dan logia yang artinya ilmu sehingga secara etimologis, psikologi
dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.Psikologi tidak mempelajari
jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada
manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau
kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku dan proses mental. Defenisi ini membuat psikologi bergeser dari yang
mempelajari jiwa ke penelitian tingkah laku. Lalu Kesehatan Mental adalah keinginan wajar bagi
setiap manusia seutuhnya,tetapi untuk mendapatkan kesehatan jiwa yang seperti itu susah. Diperlukan
keterbukaan psikis manusia atau dilakukan penelitian secara langsung atau tidak langsung pada manusia
yang menderita gangguan jiwa, agar terhindar dari gangguan itulah diperlukan pembelajaran tingkah laku
dan pencegahan dini .Pengertian kesehatan mental juga dipengaruhi oleh kultur dimana seseorang itu
tinggal ,karena apa yang boleh dilakukan dalam suatu budaya tertentu ,kemungkinan menjadi hal yang
tidak normal dalam budaya lain ,begitupun sebaliknya (Sias, 2006). Istilah “kesehatan mental” diambil dari
konsep mental hygiene. Kata “mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche
dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan

    Apa hubungannya psikologi dan kesehatan mental ?


Hubungan antara kebutuhan psikologis dengan kesehatan mental sangat erat dan
keterkaitan.. Seseorang yang kehidupannya bahagia, tentram sejahtera tentu akan dapat
perpikir dan menjalankan hidup dengan berprilaku semestinya.  Namun sebaliknya jika
spikologis seseorang sudah terganggu maka kesehtan mental ikut terganggu.Jika salah satu
kebutuhan manusia itu terganggu maka kesehatan mentalnya itupun juga terganggu. Jika
kebutuhan fisik manusia itu terpenuhi tetapi psikologisnya tidak terpenuhi maka mentalnya
pun tidak akan sehat Kebutuhan manusia antara kebutuhan fisik dan psikologis itu saling
keterkaitan.
    Sejarah Kesehatan Mental
Era pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam
konsep primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasisi oleh roh-roh
atau dewa-dewa. Orang primitrif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling,
dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebuit.
Orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan
membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan
perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban.
2. Kemunculan Naturalisme
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467).
Dia dan pengikuutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu
dengan menggunakan pendekatan ”Naturalisme”, suatu aliran yang berpendapat bahwa
gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh,
dewa, syetan atau hantui sebagai penyebab sakit. Dia menyatakan: ”Jika anda memotong batok
kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan memicu bau yang amis, akan tetapi
anda tidak akan melihat roh, dewa atau hantuyang melukai badan anda”.
Ide naturalkistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan
pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selajutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi
dikalangan orang-orang kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel (1745-1826)
menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental.
Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya
(yang maniac) dirantai, diikat ditembok dan ditempat tidur. Para pasien yang telah dirantai
selama 20 tahun atau lebih, adan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan
disekitar ruimah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak
menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu
dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada
saat berkembangnya Psikologi Abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783.
ketika itu benyamin rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis dirumah sakit Penisylvania.
Dirumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai ”lunaties” (orang-orang gila atau sakit
ingatan).
Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan
kurang mengetahui bagaimana menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien tersdebut
didukung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka sekali-sekali digugur
dengan air.
Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang
menderita gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan
artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya, setelah usaha
itu dilakukan (selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796, dirumah mental. Ruangan ini dibedakan
untuk pasien wanita dan pria. Secara berkesenimbungan, rush mengadakan pengobatan kepada
para pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari
kesenangan.
Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada
lahirnya Mental Hygiene yang berkembang menjadi suatu ”Body Of Knowledge” berikut gerakan-
gerakan yang teorganisir.
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi
para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford
Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang
pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorthea
Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal duinia tanggal 17 July 1887. dia adalah seorang
guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami
gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer), selama 40tahun dia berjuang untuk memberikan
pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi.
Usahanya mula-mula diarahkan pada para pasien mental dirumah sakit. Kemudian
diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung dirumah-rumah penjara.
Pekerjaan Dix ini merupakan faktror penting dalam membangun kesadaran masyarakat umum
untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat usahanya yang tak
kenal lelah, di Amerika serilkat didirikan 32 rumah sakit jiwa, dimana dia layak mendapat pujian
sebagai salah seorang wanita besar di abad 19.
Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama
dsekade 1900-19090 beberpa organisasi kesehetran mental telah didirikan, sepert: American
Social Hygiene Associatin (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa
Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan
sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya
yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang
sangat manusiawi.
Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental, dipengaruhi juga oleh
pengalamannya sebagai pasien dibeberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama dirumah
sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar (kuarang manusia).
Kondisi seperti ini terjadi, karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap masalah
gangguan mental, apalagi pengobatannya.
Setelah dua tahun mendapatkan perawatan dirumah sakit dia mulai memperbaiki dirinya,
dan selama tahun terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk
membuat suatu gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami gangguan mental atau
orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan yang normal (sembuh dari
penyakitnya), pada tahun 1908 di menindaklanjuti gagasannya demngan mempublikasikan
sebuah tulisan autobiografinya sebagai, mantan penderita gangguan mental, yang berjudul ”A
Mind That Found It Self”. Kehadiran buku ini disambut baik oleh Willian james, sebagai seorang
pakar psikologi. Dalam buku ini, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan,
perlakuan atau ”treatment” yang diberikan kepada para pasien dirumah sakit-rumah sakit yang
dipandangnya kurang manusiawi. Disamping itu dia melupakan reformasi terhadap lembaga
yang diberikan perawatan gangguan mental.
Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan.
Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan:
1. Mereformasi program perawatan dan pemngobatan terhadap orang-orang pengidap
penyakit jiwa. 
2. Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman
dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa 
3. Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan
gangguan mental. 
4. Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama
kalangan para ahli, seperti Wlliam James dan seorang Psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer.
Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan
itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian, yang mempopulerkan istilah ”Mental
Hygiene” adalah Mayer.
Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908, sebuah organisasio pertama,
didirikan, dengan nama ”Connectievt Society For Mental Hygiene”. Satu tahu kemudian,
tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan ”National Commitye Siciety For Mental
Hygiene”, disini Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organusasi ini bertujuannya.
1. Melindungi kesehatan mental masyarakat 
2. Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental 
3. Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai
aspek yang terkait dengannya. 
4. Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan
pengobatannya 
5. Mengkoordinasikan lembaga-lembhaga perawatan yang ada
Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan
bahwa pada masa dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini
mengkonsentarsikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah serius.
Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan cakupan garapannya
meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti : pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan
umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial.
Secara hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada
tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani ”The National Mental
Helath Act”. Dokumen ini merupakan bluprint yang komprehensif, yang berisi program-program
jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga
masyarakat.
Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi:
1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui
penelitian, inevetigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan. 
2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan
penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan
penelitian dan meningkatkan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya. 
3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental 
4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode
pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya
”National Association For Mental Health” yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya
masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental Hygiene”, ”National Mental Health
Foundation”, dan ”Psychiatric Foundation”.
Gerakan kesehatan mental ini terus berkambang, sehingga pada tahun 1075 di Amerika
serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia
lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation For Mental Health” dan “The
World Health Organization”.
    Inilah definisi Kesehatan Mental dari beberapa ahli :
      Pieper dan Uden (2006)Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak
mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis 
terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan
menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya,
serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
      Alexander Schneider
 ilmu Kesehatan mental adalah ilmu yang mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis
dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis organisme manusia dan mencegah
gangguan mental serta ketidak kemampuan menyesuaikan diri.
      Samson, sin dan hofilena  ilmu kesehatan mental sebagai ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara
fungsi fungsi mental sebagai ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara fungsi mental yang sehat dan
mencegah ketidak mampuan menyesuaikan diri atau kegiatan- kegiatan mental yang kalut.
       Notosoedirjo dan Latipun (2005)
Terdapat banyak definisi dari kesehatan mental (mental hygene) yaitu:
 (1) karena tidak mengalami gangguan mental,
 (2) tidak jatuh sakit akibat stessor,
(3) sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya,
      (4) tumbuh dan berkembang secara positif. 

Sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental


Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa atau terbebas dari
sakit dan gangguan jiwa. Vaillaint (dalam  Notosoedirjo  & Latipun,  2005), mengatakan
bahwa kesehatan mental atau psikologis itu “as the presence of successfull adjustmet or
the absence of psychopatology”  dan yang dikemukakan oleh Kazdin yang menyatakan
kesehatanmental ”as a state in which there is an absence of dysfunction in psychological,
emotional, behavioral, and sosial spheres” .  Pengertian ini bersifat dikotomis, bahwa orang
berada dalam keadaan sakit atau sehat psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikitpun
gangguan psikisnya, dan jika ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebagai orang sakit.
Dengan kata lain sehat dan sakit itu mental itu bersifat nominal ytang dapat dibedakan
kelompok-kelompoknya. Sehat dengan pengertian ”terbebas dari gangguan”, berarti jika ada
gangguan sekialipun sedikit adanya, seseorang itu diangganb tidak sehat.
Sehat mental jika tidak sakit akibat adanya stressor
Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan bahwa orang  yang sehat mentalnya  adalah
orang yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat stressor (sumber stres).
Seseorang yang tidak sakit meskipun mengalami tekanan tekanan maka menurut pengertian
ini adalah orang yang sehat. Pengertian ini sangat menekankan pada kemampuan individual
merespon lingkungannya.
Sehat mental jika sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya
Michael dan Kirk Patrick (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005) memandang bahwa individu
yang sehat mentalnya jika terbebas dari gejala psikiatris dan individu itu berfungsi secara
optimal dalam lingkungan sosialnya. Pengertian ini terdapat aspek individu dan aspek
lingkungan. Seseorang yang sehat mental itu jika sesuai dengan kapasitasnya diri sendiri, dan
hidup tepat yang selaras dengan lingkungannya.
Sehat mental karena tumbuh dan berkembang secara positif
Frank, L. K. (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005)   merumuskan pengertian kesehatan mental
secara lebih komprehensif dan melihat kesehatan mental secara ”positif”. Dia
mengemukakan bahwa kesehatan mental adalah orang yang terus menerus tumbuh,
berkembang dan matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian
(tanpa membayar terlalu tinggi biayanya sendiri atau oleh masyarakat) dalam berpartisipasi
dalam memelihara aturan sosial dan tindakan dalam budayanya. Dari berbagai pengertian
yang ada, Johada  (dalam Notosoedirjo dan Latipun, 2005), merangkum pengertian
kesehatan mental dengan mengemukakan tiga ciri pokok mental yang sehat:
(a)    Seseorang melakukan penyesuaian  diri terhadap lingkungan  atau  melakukan usaha untuk
menguasai, dan mengontrol lingkungannya,  sehingga tidak pasif menerima begitu saja kondisi
sosialnya
(b)   Seseorang menunjukkan kutuhan kepribadiaanya  – mempertahankan integrasi  kepribadian 
yang stabil  yang diperoleh sebagai akibat dari pengaturan yang aktif.
(c)     Seseorang mempersepsikan “dunia” dan dirinya dengan benar, independent dalam hal
kebutuhan pribadi.
Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health) merumuskan
pengertian kesehatan mental sebagai berikut.
(1) Kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal
baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan  keadaan orang
lain.
 (2) Sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan ini pada
anggota masyarakatnya selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan
toleran terhadap masyarakat yang lain. Dalam konteks Federasi Kesehatan Mental Dunia ini
jelas bahwa kesehatan mental itu tidak cukup dalam pandangan individual belaka tetapi
sekaligus mendapatkan dukungan dari masyarakatnya untuk berekembang secara optimal.
   Prinsip-prinsip pengertian kesehatan mental adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan mental adalah lebih dari tiadanya perilaku abnormal. Prinsip ini menegaskan
bahwa yang dikatakan sehat mentalnya tidak cukup kalau dikatakan sebagai orang yang tidak
megalami abnormalitas atau orang yang normal. Karena pendekatan statistik memberikan
kelemahan pemahaman normalitas itu. Konsep kesehatan mental lebih bermakna positif
daripada makna keadaan umum atau normalitas sebagaimana konsep statistik.
 2. Kesehatan mental adalah konsep yang ideal.Prinsip ini menegaskan bahwa kesehatan
mental menjadi tujuan yang amat tinggi bagi seseorang. Apalagi disadari bahwa kesehatan
mental itu bersifat kontinum. Jadi sedapat mungkin orang mendapatkan kondisi sehat yang
paling optimal dan berusaha terus untuk mencapai kondisi sehat yang setingi-tingginya.
3. Kesehatan mental sebagai bagian dan karakteristik kualitas hidup.Prinsip ini menegaskan
bahwa kualitas hidup seseorang salah satunya ditunjukkan oleh kesehatan mentalnya. Tidak
mungkin membiarkan kesehatan mental seseorang untuk mencapai kualitas hidupnya, atau
sebaliknya kualitas hidup seseorang dapat dikatakan meningkat jika juga terjadi peningkatan
kesehatan mentalnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah
 

Suatu kondisi dimana kepribadian, emosional, intelektual dan fisik seseorang tersebut dapat
berfungsi secara optimal, dapat beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan  dan  stressor,
menjalankan kapasitasnya selaras dengan lingkungannya, menguasai lingkungan,  merasa
nyaman dengan diri sendiri, menemukan penyesuaian diri yang baik terhadap tuntutan sosial
dalam budayanya, terus menerus bertumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, dapat
menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam
hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam
hidupnya.

Dimensi Kesehatan Mental


Maslow dan Mittlemenn (dalam Notosoedirjo & Latipun, 2005) menguraikan pandangannya
mengenai prinsip-prinsip kesehatan mental, yang menyebutnya dengan  manifestation of
psychological health.  Maslow menyebut kondisi yang sehat secara psikologis itu dengan
istilah self actualization sekaligus sebagai puncak kebutuhan dari teori hierarki kebutuhan
yang disusunnya. Manifestasi mental yang sehat (secara psikologis)
menurut Maslow danMittlemenn  tercermin dari kesebelas dimensi kesehatan mental yakni 
adalah sebagai berikut:
1. Adequate feeling of security  (rasa aman yang memadai). Perasaan merasa aman dalam
hubungannya dengan pekerjaan, sosial, dan keluarganya.
2. Adequate self evaluation  (kemampuan menilai diri sendiri yang memadai), yang mencakup
(a) Memiliki harga diri yang memadai dan merasa ada nilai yang sebanding   antara keadaan
diri yang sebenarnya (potensi diri) denganprestasinya, (b) Memiliki perasaan berguna akan
diri sendiri, yaitu perasaan yang secara moral masuk akal,  dan  tidak diganggu oleh rasa
bersalah yang berlebihan, dan mampu mengenal beberapa hal yang secara sosial dan personal
tidak dapat diterima oleh kehendak umum yang selalu ada sepanjang kehidupan di
masyarakat.
3. Adequate spontaneity and emotionality  (memiliki spontanitas dan perasaan yang
memadai dengan orang lain), hal ini ditandai oleh kemampuan membentuk ikatan emosional
secara kuat dan abadi, seperti hubungan persahabatan dan cinta,  mampu mengekspresikan 
ketidaksukaan  / ketidaksetujuan  tanpa kehilangan kontrol, kemampuan memahami dan
membagi  perasaan kepada orang lain, kemampuan menyenangi diri sendiri dan tertawa. 
Ketika seseorang tidak senang pada suatu saat, maka  dia harus memiliki alasan yang tepat
mengapa dia tidak senang.
4. Efficient contact with reality (mempunyai kontak yang efesien dengan realitas) kontak
ini sedikitnya mencakup tiga aspek yaitu dunia fisik,  sosial, dan diri sendiri dan internal. Hal
ini ditandai (a) Tiadanya fantasi (khayalan dan anganangan)  yang berlebihan, (b)  Mempunyai
pandangan yang realistis dan luas terhadap dunia, yang disertai dengan kemampuan
menghadapi kesulitan hidup sehari-hari, misalnya sakit dan kegagalan, dan (c) Kemampuan
untuk merubah diri sendiri  jika situasi eksternal (lingkungan) tidak dapat dimodifikasi
(dirubah) dan dapat bekerjasama tanpa merasa tertekan (cooperation with the inevitable)
5. Adequate bodily desires and ability to gratify them  (keinginan-keinginan jasmani yang
memadai dan kemampuan untuk memuaskannya). Hal ini ditandai dengan (a) Suatu sikap yang
sehat terhadap fungsi jasmani, dalam arti menerima  fungsi jasmani tetapi bukan dikuasai
oleh fungsi jasmani tersebut, (b)  Kemampuan  memperoleh kenikmatan  dan  kebahagiaan
dari dunia fisik dalam kehidupan seperti makan, tidur, dan pulih kembali dari kelelahan, (c)
Kehidupan seksual yang wajar dan  keinginan yang sehat untuk memuaskannya tanpa rasa
takut dan konflik, (d) Kemampuan bekerja, (e) Tidak adanya kebutuhan yang berlebihan
untuk mengikuti dalam berbagai aktivitas.
6. Adequate self knowledge  (mempunyai kemampuan pengetahuan yang wajar). Termasuk di
dalamnya adalah:
 (a)  Cukup mengetahui tentang: motif, keinginan, tujuan, ambisi, hambatan, kompetensi,
pembelaan,  dan  perasaan rendah diri.
(b) Penilaian yang realistis terhadap  diri sendiri baik kelebihan maupun Kekurangan.
 (c)Mampu menilai diri secara jujur (jujur pada diri sendiri), mampu untuk menerima diri
sendiri apa adanya, dan mengakui serta menerima sejumlah hasrat atau pikiran  meskipun 
beberapa diantara hasrathasrat itu secara sosial dan personal tidak dapat diterima.
7. Integration and consistency of personality  (kepribadian yang utuh dan konsisten).
(a) Cukup baik perkembangan diri dan kepribadiannya, kepandaiannya, dan berminat dalam
beberapa aktivitas,
(b) Memiliki prinsip moral dan kata hati yang tidak terlalu berbeda dengan
pandangan kelompok
(c) Mampu untuk berkonsentrasi,
 (d) Tiadanya konflik-konflik besar dalam kepribadiannya dan tidak dissosiasi terhadap
kepribadiannya.
8. Adequate of life goal  (memiliki tujuan hidup yang wajar). Hal ini berarti
 (a) Memiliki tujuan hidup yang sesuai dengan dirinya sendiri dan dapat dicapai,
(b) Mempunyai usaha yang tekun dalam mencapai tujuan tersebut, dan
 (c) Tujuan itu bersifat baik untuk diri sendiri dan masyarakat.
9. Ability to learn from experience  (kemampuan belajar dari pengalaman).
Kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya sendiri. Bertambahnya
pengetahuan, kemahiran dan keterampilan mengerjakan sesuatu berdasarkan
hasil pembelajaran dari pengalamannya. Selain itu, juga termasuk didalamnya
kemampuan untuk belajar secara spontan.
10. Ability to satisfy to requirements of the group  (kemampuan memuaskan
tuntutan kelompok). Individu harus:
(a) Dapat memenuhi tuntutan kelompok dan mampu  menyesuaikan diri dengan anggota
kelompok yang lain tanpa harus kehilangan identitas pribadi dan diri sendiri,
(b) Dapat menerima normanorma yang berlaku dalam kelompoknya,
(c) Mampu menghambat dorongan dan hasrat diri sendiri yang dilarang oleh kelompoknya,
(d) Mau berusaha untuk memenuhi tuntutan dan harapan kelompoknya: ambisi, ketepatan,
persahabatan, rasa tanggung jawab, dan kesetiaan,
 (e) Berminat untuk melakukan aktivitas atau kegiatan yang disenangi oleh kelompoknya.
11. Adequate emancipation from the group or culture  (mempunyai emansipasi yang
memadai dari kelompok atau budaya). Hal ini mencakup:
 (a) Kemampuan untuk menilai sesuatu itu baik dan yang lain adalah buruk berdasarkan
penilaian diri sendiri tanpa terlalu dipengaruhi oleh kebiasaankebiasaan dan budaya serta
kelompok,
 (b) Dalam beberapa hal bergantung pada pandangan kelompok,
 (c) Tidak ada kebutuhan yang berlebihan untuk membujuk (menjilat), mendorong, atau
menyetujui kelompok,
 (d) Mampu menghargai perbedaan budaya.
Carl Rogers mengenalkan konsep fully functioning (pribadi yang berfungsi sepenuhnya)
sebagi bentuk kondisi mental yang sehat (Pieper & Uden, 2006). Secara singkat  fully
functioning person  ditandai
 (1) Terbuka terhadap Pengalaman
 (2) Ada kehidupan pada dirinya
 (3) Kepercayaan kepada organismenya
 (4) Kebebasan berpengalaman
 (5) Kreativitas.
Golden Allport (dalam  Notosoedirdjo & Latipun, 2005) menyebut mental yang sehat
denganmaturity personality. Dikatakan bahwa untuk mencapai kondisi yang matang itu
melalui proses hidup yang disebutnya dengan proses becoming.Menurutnya  Orang yang
matang jika:
(1) Memiliki kepekaan pada diri secara luas,
(2) Hangat dalam berhubungan dengan orang lain,
 (3) Keamanan emosional atau penerimaan diri,
(4) Persepsi yang realistik, keterampilan dan pekerjaan,
 (5) Mampu menilai diri secara objektif dan memahami humor
 (6) Menyatunya filosofi hidup.
D.S. Wright dan A Taylor (dalam Notosoedirdjo & Latipun, 2005) mengemukakan tanda-
tanda orang yang sehat mentalnya adalah sebagai berikut:
(1) Bahagia (happiness) dan terhindar dari ketidakbahagiaan,
 (2) Efisien dalam menerapkan dorongannya untuk kepuasan kebutuhannya,
 (3) Kurang dari kecemasan,
 (4) Kurang dari rasa berdosa (rasa berdosa merupakan refleks dari kebutuhan  self-
punshment),
 (5) Matang, sejalan dengan perkembangan yang sewajarnya,
 (6) Mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya,
 (7) Memiliki otonomi dan harga diri,
 (8) Mampu membangun hubungan emosional dengan orang lain
(9) Dapat melakukan kontak dengan realita.
Prinsip dalam Kesehatan Mental
Schbeiders (dalam Notosoedirdjo  &  Latipun, 2005) beberapa yang harus diperhatikan
dalam memahami kesehatan mental. Prinsip ini berguna dalam upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan mental serta pencegahan terhadap gangguan-gangguan mental.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
      Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia, meliputi:

a. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan atau bagian yang tidak terlepas dari
kesehatan fisik dan integritas organisme.
b. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian yang baik, perilaku manusai harus
sesuai dengan sifat manusia sebagai pribadi yang bermoral, intelektual, religius, emosional
dan sosial.
c. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan pengendalian diri, yang
meliputi pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku.
d. Dalam pencapaian khususnya dalam memelihara kesehatan dan penyesuaian kesehatan
mental, memperluas tentang pengetahuan diri sendiri merupakan suatu keharusan
e. Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang meliputi penerimaan diri dan
usaha yang realistik terhadap status atau harga dirinya sendiri.
f. Pemahaman diri dan penerimaan diri harus ditingkatkan terus menerus memperjuangkan
untuk peningkatan diri dan realisasi diri jika kesehatan dan penyesuaian mental hendak
dicapai.
g. Stabilitas mental dan penyesuaian yang baik memerlukan pengembangan terus menerus
dalam diri seseorang mengenai kebaikan moral yang tertinggi, yaitu: hukum, kebijaksanaan,
ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri, kerendahan hati, dan moral.
h. Mencapai dan memelihara kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada
penanaman dan perkembangan kebiasaan yang baik.
i. Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut kemampuan adaptasi, kapasitas untuk
mengubah meliputi mengubah situasi dan mengubah kepribadian.
j. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan perjuangan yang terus menerus untuk
kematangan dalam pemikiran, keputusan, emosionalitas dan perilaku.
k. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan belajar mengatasi secara efektif dan
secara sehat terhadap konflik mental dan kegagalan dan ketegangan yang ditimbulkannya.
3. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan lingkungannya,
meliputi:
l. Kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada hubungan
interpersonal yang sehat, khususnya didalam kehidupan keluarga.
m. Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran tergantung kepada
kecukupan dalam kepuasa kerja.
n. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan sikap yang realistik yaitu
menerima realitas tanpa distorsi dan objektif.
      Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan Tuhan, meliputi:

o   Stabilitas mental memerlukan seseorang mengembangkan kesadaran atas realitas terbesar


daripada dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada setiap tindakan yang fundamental.
o   Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang konstan antara manusia
dengan Tuhannya.
      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental

o   Biologis
Beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan mental,
diantaranya: otak, sistem endokrin, genetik, sensori, kondisi ibu selama kehamilain.
1. Otak
Otak sangat kompleks secara fisiologis, tetepi memiliki fungsi yang sangat esensi bagi
keseluruhan aktivitas manusia. Diferensiasi dan keunikan yang ada pada manusia pada
dasarnya tidak dapat dilepaskan dari otak manusia. Keunikan manusia terjadi justru karena
keunikan otak manusia dalam mengekspresikan seluruh pengalaman hidupnya. Jika
didipadukan dengan pandangan-pandangan psikologi, jelas adanya kesesuaian antara
perkembangan fisiologis otak dengan perkembangan mental. Funsi otak seperti motorik,
intelektual, emosional dan afeksi berhubungan dengan mentalitas manusia.
2. Sistem endokrin
Sistem endokrin terdiri dari sekumpulan kelenjar yang sering bekerja sama dengan sistem
syaraf otonom. Sistem ini sama-sama memberikan fungsi yang penting yaitu berhubungan
dengan berbagai bagian-bagian tubuh. Tetapi keduanya memiliki perbedaan diantaranya
sistem syaraf menggunakan pesan  kimia dan elektrik  sedangkan sistem endokrin
berhubungan dengan bahan kimia, yang disebut dengan hormon. Tiap kelenjar endokrin
mengeluarkan hormon tertentu secara langsung ke dalam aliran darah, yang membawa bahan-
bahan kimia ini ke seluruh bagian tubuh. Sistem endokrin berhubungan dengan kesehatan
mental seseorang. Gangguan mental akibat sistem endokrin berdampak buruk pada
mentalitas manusia. Sebagai contoh terganggunya kelenjar adrenalin berpengaruh terhadap
kesehatan mental, yakni terganggunya “mood” dan perasannya dan tidak dapat melakukan
coping stress.
3. Genetik
Faktor genetik diakui memiliki pengaruh yang besar terhadap mentalitas manusia.
Kecenderungan psikosis yaitu schizophrenia  dan manis-depresif merupakan sakit mental
yang diwariskan secara genetis dari orangtuanya. Gangguan lainnya yang diperkirakan
sebagai faktor genetik adalah ketergantungan alkohol, obat-obatan,  Alzeimer syndrome,
phenylketunurine, dan huntington syndrome. Gangguan mental juga terjadi karena tidak
normal dalam hal jumlah dan struktur kromosom. Jumlah kromosom yang berlebihan atau
berkurang dapat menyebabkan individu mengalami gangguan mental.
4. Sensori
Sensori merupakan aspek penting dari manusia. Sensori merupakan alat yang menagkap
segenap stimuli dari luar. Sensori termasuk: pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan
dan penciuman. Terganggunya fungsi sensori individu menyebabkan terganggunya fungsi
kognisi dan emosi individu. Seseorang yang mengalami  gangguan pendenganran misalnya,
maka akan berpengaruh terhadap perkembangan emosi sehingga cenderung menjadi orang
yang paranoid, yakni terganggunya afeksi yang ditandai dengan kecurigaan yang berlebihan
kepada orang lain yang sebenarnya kecurigaan itu adalah salah.
5. Faktor ibu selama masa kehamilan
Faktor ibu selama masa kehamilan secara bermakna mempengaruhi kesehatan mental anak.
Selama berada dalam kandungan, kesehatan janin ditentukan oleh kondisi ibu. Faktor-faktor
ibu yang turut mempengaruhi kesehatan mental anaknya adalah: usia, nutrisi, obat-obatan,
radiasi, penyakit yang diderita, stress dan komplikasi.
o   Psikologis
Notosoedirjo dan latipun (2005), mengatakan bahwa aspek psikis manusia merupakan satu
kesatuan dengan dengan sistem biologis. Sebagai subsistem dari eksistensi manusia, maka
aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek
psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam kehidupan manusia.
1. Pengalaman Awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu 
terutama yang terjadi pada masa lalunya. Pengalaman awal ini dipandang sebagai bagian
penting bahkan  sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.
2. Proses Pembelajaran
Perilaku manusia adalah sebagian besar adalah proses belajar, yaitu hasil pelatihan dan
pengalaman. Manusia belajar secara langsung sejak pada masa bayi terhadap lingkungannya.
Karena itu faktor lingkungan sangat menentukan mentalitas individu.
3. Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang telah
mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi dan mewujudkan segenap
kemampuan, bakat, keterampilannya sepenuhnya, akan mencapai pada tingkatan apa yang
disebut dengan tingkat pengalaman puncak (peack experience).  Maslowmengatakan bahwa
ketidakmampuan dalam mengenali dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya adalah sebagai
dasar dari gangguan mental individu.
o   Sosial Budaya
Lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan mental. Lingkungan sosial
tertentu dapat menopang bagi kuatnya kesehatan mental sehingga membentuk kesehatan
mental yang positif, tetapi pada aspek lain kehidupan sosial itu dapat pulan menjadi  stressor
yang dapat mengganggu kesehatan mental.

 Gangguan dan Penyakit Jiwa


1. Psikosomatik
Adalah penderita yang menemukan kelainan-kelainan atau keluhan. Pada tubuhnya yang
disebabkan oleh faktor-faktor emosional melalui syarat yang menimbulkan perubahan yang
tidak mudah pulihnya, misalnya : sulit tidur jika banyak masalah, hilang nafsu makan, makan
berlebihan.
2. Kelainan kepribadian
Penderita sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Misalnya orang suka
meledak emosinya.
3. Retardasi mental
Adalah keterbelakangan atau keterlambatan perkembangan jiwa seseorang.Contoh dalam
memahami sesuatu ilmu pengetahuan yang baru di dapat atau kata-kata baru, cara
pemahamannya terlalu lama.
4. Rasionalisasi
Dimana penderita sering memutarbalikkan fakta yang bersangkutan dengan ego individunya
sendiri atau dalam arti lain memutarbalikkan hati nuraninya sendiri yang mengakibatkan
kepercayaan diri hilang.
5. Neurosis
Adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih dalam keadaan sadar, dengan melalui
ketidakberesan tingkah laku, susunan syaraf juga karena sikap seseorang terhadap orang
lain.Ciri-ciri neurosis meliputi : sering adanya konflik, reaksi kecemasan, kerusakan aspek-
aspek kepribadian, phobia, gangguan pencernaan.Seseorang yang terkena neurosis
mengetahui bahwasanya bahwa jiwanya terganggu, baik disebabkan gangguan jasmani dan
jiwanya sendiri.
6. Psikosis
Pada psikosis ini penderita sudah tidak dapat menyadari apa penyakitnya, karena sudah
menyerang seluruh keadaan netral jiwanya.
Ciri-cirinya meliputi :
v Disorganisasi proses pemikiran
v Gangguan emosional
v Disorientasi waktu, ruang
v Sering atau terus berhalusinasi
Terapi Gangguan Jiwa
Terapi di sini mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan jiwa yang benar-benar
sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi beberapa bentuk :
a. Terapi holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan kepada
gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh
b. Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama
c. Farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh
dokter dengan memberikan resep obat pada pasien.
d. Terapi perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun
perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing
dan dilatih untuk menghadapi berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan
takut. Sebelum melakukan terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan
diri.
Jadi Kesehatan mental merupakan faktor terpenting untuk menjalankan kehidupan
manusia secara normal. Psikis manusia jika tidak dijaga akan menimbulkan suatu gangguan
jiwa yang lambat laun dibiarkan akan menjadi suatu beban yang berat bagi penderitanya. Di
antara gangguan psikis meliputi psikosomatik, kelainan kepribadian, retardasi mental,
rasionalisasi, neurosis, dan psikosis, yang dari gangguan jiwa itu disebabkan karena ada
faktor yang mempengaruhinya meliputi pengalaman awal, proses pembelajaran, dan
kebutuhan. Dengan adanya gangguan jiwa karena pengaruh tersebut dibutuhkan terapi
penyembuhan sampai manusia dinyatakan benar-benar sehat baik jasmani maupun psikisnya.

Fakultas Psikologi
Sahabat, buat kamu yang hobi banget share dan membantu orang lain :D, ada baiknya
masuk ke fakultas ini,hehe…banyak banget hal yang bakal kita pelajarin di fakultas
psikologi ini. Beberapa diantaranya, Psikologi Remaja di mata kuliah ini kita bakal
ngebahas berbagai aspek kehidupan Remaja secara teoretis, termasuk Proses
Perkembangan, Hubungan Sosial, Pola Hidup, serta Masalah-masalah di kalangan
Remaja seumuran kita ini. Creativity Psychology Matakuliah ini mempelajari mengenai
pengertian kreativitas, sejarah studio rang kreatif, karakteristik kepribadian dan
kehidupan orang kreatif, mengembangkan kepribadian kreatif, cara-cara menjadi orang
kreatif, menjadi diri sendiri bagi orang kreatif, menjadi kreatif sepanjang masa.
Mahasiswa diwajibkan untuk mengenali dan menggali potensi bakat diri sendiri,
mengeksplorasi dan membangun mimpi untuk masa depan, serta membuat proyek
kreatifitas sesuai dengan bakat dan kreativitasnya. Mungkin karena semua orang itu
unik kali yah? Atau da lagi nih yang lebih mirip psikiater belajarnya, Kesehatan Mental
nanti mata kuliah ini akan di bahas setelah kita belajar psikologi Kepribadian II tujuannya
kita belajar mata kuliah ini agar Mahasiswa mampu memahami pengertian kesehatan
mental, faktor penyebab gangguan kesehatan mental, berbagai teori tentang kesehatan
mental dan langkah-langkah praktis mendiagnosis kesehatan mental. Di mata kuliah ini
kita bakal banyak belajar mengenai pengertian dan sejarah kesehatan mental,
kemungkinan penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental; Hubungan antara
motivasi afektif bawah sadar dengan kesehatan mental; Kaitan erat antar kebutuhan
psikologis dan kesehatan mental; Hubungan mekanisme defensif dan kesehatan mental;
Teori lima tahapan kesehatan mental; Cara penggunaan peta diagnostik dan piktograf
kesehatan mental; Teori kesehatan mental menurut Maslow, Rogers, Frankl, Fromm,
Allport, dan Sullivan; (pakar psikologi-red) Langkah-langkah untuk menjaga kesehatan
mental. Pokoknya FUN banget deh belajar di fakultas ini, ga usah khawatir kalo lulus
mau kemana, kita bisa jadi guru BP yang akrab sama murid-murid, terus kalo di kantor
bisa kerja di bagian HRD (human resources departement) yang kerjaannya mencari
SDM (sumber daya manusia-red) yang berkualis

Ilmu pengetahuan merupakan dua hal yang harus dimiliki manusia untuk dapat hidup dengan layak
dan baik. Ilmu pengetahuan juga banyak dipelajari dengan tujuan manusia-manusia modern dapat
memanfaatkannya untuk menemukan hal-hal yang membawa kesejahteraan hidup lebih luas seperti
penemuan obat baru, kendaraan baru, dan alat teknologi.

Nah, tahukah Anda mengenai perbedaan ilmu dan pengetahuan? Banyak diantara kita yang
menyamakan pengertian ilmu dan pengetahuan. Padahal, kedua hal tersebut jelas berbeda.
Pengetahuan berasal dari kata tahu yang tentunya memiliki makna lebih dangkal. Pengetahuan
menandakan bahwa seseorang telah mengerti mengenai sesuatu. Misalnya ibu A telah membaca
sebuah artikel mengenai jerawat kemudian tahu bahwa jeruk nipis adalah salah satu obat jerawat
yang alami. Pengetahuan ibu A tersebut tidak bisa disebut sebagai ilmu. Untuk mendapatkan ilmu
seseorang harus belajar lebih detail misalnya dengan mengetahui tipe-tipe kulit, penyebab jerawat,
penanganan kulit berjerawat berdasarkan jenisnya. Jenis-jenis jerawat, proses penyembuhan jerawat,
zat-zat yang dibutuhkan untuk menumpas factor penyebab jerawat, dan sebagainya. Tentunya yang
dapat memahami detail jerawat tersebut adalah dokter kulit.

Ilmu memiliki jangkauan yang lebih luas dari pengetahuan. Ketika seseorang ingin mendapatkan ilmu
maka ia harus mempelajari pengetahuan. Artinya setiap ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang
disusun secara sistematis membentuk sebuah alur konkret yang bermanfaat. 

Untuk mendapatkan pengetahuan seseorang hanya perlu untuk membuka mata dan telinga
kemudian menghafalkan saja. Namun, rangkaian ilmu perlu lebih dalam dari itu. Awalnya seseorang
harus punya pengetahuan, kemudian masalah, hipotesis, menganalisa, dan terakhir
menyimpulkannya menjadi sebuah ilmu.

Contohnya seseorang telah berpengetahuan bahwa kambing makan rumput. Kemudian dia
menangkap adanya masalah mengenai beberapa kambing yang tidak mau makan rumput. Adanya
masalah dan pengetahuan tersebut belum dapat dikatakan sebagai ilmu kecuali bila dilakukan
penelitian mengenai masalah secara lanjut.

Pengetahuan mengenai kambing makan rumput bisa diperluas dengan membaca buku dan mengkaji
dari para ahli tentang ciri-ciri rumput yang biasanya dimakan kambing. Perlu juga dipelajari mengenai
factor-faktor yang menyebabkan kambing tidak mau mengonsumsi makanan, misalnya penyakit, jenis
rumputnya, keadaan kandang, stress, dan sebagainya. berdasarkan pengetahuan dasar tersebut
kemudian kembali pada permasalahan awal untuk menganalisis kira-kira factor apa yang paling
mempengaruhi kambing mogok makan.

Langkah selanjutnya adalah membuat kesimpulan sementara misalnya kambing tidak mau makan
karena rumputnya tidak cocok. orang tersebut harus melakukan penelitian berdasarkan
pengetahuannya dengan memberikan berbagai jenis rumput untuk kambing. Akhir dari penelitian
akan didapatkan ilmu baru yaitu jenis-jenis rumput yang cocok untuk makanan kambing, rumput yang
paling baik untuk makanan kambing, dan rumput yang tidak dapat digunakan untuk makanan
kambing.
Begitulah proses untuk mendapatkan sebuah ilmu. Perlu adanya proses panjang yang mengolah
pengetahuan menjadi sebuah ilmu konkret yang bisa dimanfaatkan masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai