Disusun oleh :
S1 ILMU KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Konsep Dasar Keperawatan
Jiwa” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Penulis menyadari keterbatasan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan
di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk
halusinasi berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa
kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Halusinasi ini kadang-
kadang menyenangkan misalnya : bersifat ketiduran acaman dan lain-lain.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensori terhadap stimulus eksternal, juga
pengenalan dan pemahaman terhadap sensori yang di interpretasikan oleh stimulus yang di
terima. Jika diliputi rasa kecemasan yang mengacu pada respon reseptor sensori terhadap
stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang
dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada
pasien gangguan jiwa seperti : Skizofrenia, Depresi, Delirium, dan kondisi yang
berhubungan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan.
III. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di makud dengan kesehatan jiwa.
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan sehat mental.
3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan keperawatan jiwa.
4. Untuk mengetahui apa saja prinsip kesehatan jiwa.
5. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat kesehatan jiwa.
6. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kesehatan jiwa keluarga dan
masyarakat.
7. Untuk mengetahui bagaimana psikodinamika terjadi masalah kesehatan jiwa dari
aspek keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan – keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan
terbagi dalam dua golongan yaitu : Gangguan jiwa(Neurosa) dan sakit jiwa (psikosa).
Keabnormalan terlihat dalam berbagai gejala adalah ketegangan(tension), rasa putus asa
dan murung, gelisah, cemas, perbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah dan tidak
mampu mencapai tujuan. Perbedaan neurosa dengan psikosa adalah jika neurosa masih
mengetahui dan mereasakan kesukarannya, serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas
dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya sedangkan penderita psikosa tidak
memahami kesukarannya, kepribadiannya(dari segi tanggapan, perasaan/ emosi, dan
dorongan motivasinya sangat terganggu ), tidak ada integritas dan ia hidup jauh dari alam
kenyataan(Zakiah dalam Yosep, 2007).
B. Pengertian Kesehatan Jiwa
Dalam berbicara tentang kriteria penyesuaian diri, kita mengenal salah satu
kriteria, yakni orientasi yang adekuat pada kenyataan. Dalam menilai kesehatan
mental, kita menemukan sesuatu yang sangat serupa dengan orintasi, yakni konsep
kontak, meskipun kedua istilah tersebut tidak memiliki arti yang persisi sama.
Orientasi mengacu secara khusus pada sikap seseorang terhadap kenyataan,
sedangkan kontak mengacu pada cara bagaimana atau sejauh mana seseorang
menerima kenyataan --- menolaknya atau melarikan diri padanya.
Pengendalian yang efektif selalu merupakan salah satu tanda yang sangat pasti
dari kepribadian yang sehat. Ini berlaku terutama bagi proses-proses mental.
Berkhayal secara berlebihan, misalnya, merusak kesehatan mental karena
melemahkan hubungan antara pikiran dan kenyataan. Tanpa pengendalian ini, maka
obsesi, ide yang melekat (pikiran yang tidak hilang-hilang), fobia, delusi dan
symptom-symptom lainnya mungkin berkembang.
Hal ini juga penting bagi kesehatan mental adalah mengintegrasikan antara
pikiran dan tingkah laku, suatu kualitas yang biasanya diindentikkan sebagai integritas
pribadi. Pembohong yang patologik, psikopat, dan penipu mengalami kekurangan
dalam integrasi pribadi dan sering kali cirinya adalah patologik
Perasaan-perasaan diri yang tidak adekuat, tidak berdaya, rendah diri, tidak
aman, atau tidak berharga akan mengurangi konsep diri yang adekuat. Kondisi ini
akan sulit menemukan kriteria lain dalam kesehatan mental. Ide ini dapat disamakan
dengan penerimaan diri.
Integrasi yang dituhkan bagi kesehatan mental dapat ditunjang oleh perasaan-
perasaan positif dan demikian juga sebaliknya perasaan-perasaan negative dapat
mengganggu atau bahkan merusak kestabilan emosi. Perasaan-perasaan tidak aman
yang dalam, tidak adekuat, bersalah, rendah diri, bermusuhan, benci, cemburu, dan iri
hati adalah tanda-tanda gangguan emosi dan dapat menyebabkan mental tidak sehat.
Sebaliknya, perasaan-perasaan diterima, cinta, memiliki, aman, dan harga diri sebagai
tanda kesehatan mental. Dari perasaan-perasaan ini, perasaan aman mungkin sangat
dominan karena pengaruhnya merembes pada hubungan antara individu dan tuntutan-
tuntutan kenyatan.
Menurut White, “Identitas ego adalah diri atau orang di mana ia merasa
menjadi dirinya sendiri”(White, 1952). Dalam perjuangan yang tak henti-hentinya
untuk menanggulangi tuntutan-tuntutan dari diri dan kenyataan dan untuk menangani
secara tegas harus berpegang teguh pada integrasi kita sendiri. Kita harus mengetahui
kita ini siapa dan apa.
Pada beberapa orang, identitas ego rupanya tidak tumbuh menjadi lebih stabil
ketika mereka mendekati masa remaja atau masa dewasa, melainkan akan terjadi
fiksasi-fiksasi pada tingkat-tingkat perkembangan yang tidak matang atau regresi apda
cara-cara bertingkah laku yang lebih awal, serta akan terhambat kemampuan untuk
bertindak secara efektif. Menurut White “Apabila identitas ego tumbuh menjadi stabil
dan otonom, maka orang tersebut akan mampu bertingkah laku lebih konsisten dan
bertahan lama terhadap lingkungannya. Semakin ia yakin akan kodrat dan sifat-sifat
yang khas dari dirinya sendiri, maka semakin kuat juga inti yang menjadi sumber
kegiatannya”.
10. A healthy emotional life (Emosional yang sehat)
Menurut Weiss ( 1947 ) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam principies
and proctice of psychiotric nursing care ( 1995 ). Peran perawat adalah sebagai
attitude therapy.
Yakni:
1. Pengertian
Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah :
Keadaan sejahtera dari badan, jiwa & sosial yang berorientasi kepada
masyarakat dengan mengutamakan pendekatan masyarakat.
Pelayanan keperawatan yang komprehensif; holistik & paripurna berfokus
pada masyarakat yang sehat, rentan terhadap stress & dalam tahap pemulihan
serta pencegahan kekambuhan.
2. Tujuan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat :
Meningkatkan kesehatan jiwa, mempertahankan & meningkatkan
kemampuan klien & dalam memelihara kesehatan jiwa.
Perawat dapat mengaplikasikan konsep kesehatan jiwa & komunitas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga anggota masyarakt sehat
jiwa & yang mengalami gangguan jiwa dapat dipertahankan di lingkungan
masyarakat serta tidak perlu dirujuk segera ke RS
3. Prinsip-prinsip keperawatan jiwa masyarakat
a) Pelayanan Keperawatan yang komprehensif
Pelayanan yang difokuskan pada :
Pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat
Pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah
psikososial & gangguan jiwa
Pencegahan tersier pada klien gangguan jiwa dengan proses pemulihan
b) Pelayanan keperawatan yang holistic pelayanan yang difokuskan pada aspek
bio-psiko-sosio-kultural & spiritual Perawatan mandiri Individu dan keluarga
:
Masyarakat baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara
mandiri memelihara kesehatan jiwanya
Pada saat ini sangat penting pemberdayaan keluarga
Perawat dan petugas kesehatan lain dapat mengelompokkan masyarakat
dalam masyarakat sehat jiwa, masyarakat yang mempunyai masalah
psikososial, masyarakat yang mengalami gangguan jiwa
b. Pendidik (educator)
Perawat memberikan pendidikan kesehatan jiwa individu
dan keluarga untuk mengembangkan kemampuan
menyelesaikan masalah
Perawat mengembangkan kemampuan keluarga dalam
melakukan 5 tugas kesehatan keluarga
c. Koordinator
Penemu kasus (melakukan pemeriksaan langsung dari
keluarga ke keluarga), dapat berkoordinasi dengan
masyarakat serta TOMA
Rujukan
Segera beritahu kepada perawat kesehatan jiwa komunitas
di puskesmas jika menemukan anggota masyarakat :
Bicara sendiri
Marah tanpa sebab
Mengurung diri
Tidak peduli perawatan diri
Bicara kacau
Tidak mengenali orang
Pengorganisasian Masyarakat :
3 pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat
1. Perencanaan sosial (social Planning)
Keputusan program pemenuhan dan penyelesaian masalah di dasarkan
atas fakta-fakta yang didapatkan di lapangan dan fokusnya pada
penyelesaian tugas
Pendekatan ini diperlukan ketika pada kondisi yang memerlukan
penyelesaian masalah dengan segera
2. Aksi sosial
Program pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah pada satu area
tertentu dilakukan oleh sekelompok ahli dari tempat lain
Hal ini dilakukan jika pada tempat kejadian belum dapat diidentifikasi
sumber daya yang digunakan
3. Pengembangan masyarakat (community development)
Program pemenuhan dan penyelesaian masalah ditekankan kepada peran
serta masyarakat, pemberdayaan masyarakat atau peningkatan kemampuan
masyarakat dalam menyelesaikan masalah dan saling memberi bantuan
dalam mengidentifikasi masalah atau kebutuhan serta menyelesaikan
masalah
Peran perawat adalah memberdayakan masyarakat, memfasilitasi dan
melatih ketrampilan mereka dalam penyelesaian masalah
Penerapan dalam kesehatan jiwa komunitas
Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta sumber daya yang ada di
masyarakat
Mengelompokkan data yang dikumpulkan
Merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan terhadap kasu
Melakukan evaluasi dan tindak lanjut
H. Psikodinamika Terjadi Masalah Kesehatan Jiwa Dari Aspek
Keperawatan
I. Teori psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan
hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang
diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek
internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian
berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek
psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak
dini. Pemahanan freud tentang kepribadian manusia didasarkan
pada pengalaman-pengalaman dengan pasiennya, analisis tentang
mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang beragam literature ilmu
pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman ini
menyediakan data yang mendasar bagi evolusi teorinya. Baginya,
teori mengikuti megikuti observasi, dan konsepnya tentang
kepribadian terus mengalami revisi selama 50 tahun terakhir
hidupnya. Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua
asumsi dasar. Pertama, manusia adalah bagian dari dunia binatang.
Kedua, manusia adalah bagian dari sistem enerji. Kunci utama
untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika
adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu berupa
dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari. Teori
psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia
memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai
psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudia ikut memakai paradigma
psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti :
Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna
Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori
psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas
terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit
(Alwisol, 2005 : 3-4). Ada beberapa teori kepribadian yang
termasuk teori psikodinamika, yaitu : psikoanalisis, psikologi
individual, psikologi analitis, dan neo freudianisme. Berikut ini
dikemukakan pokok-pokok dari teori psikoanalisis, psikologi
individual, dan psikologi analitis.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan – keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Ada tiga faktor
penyebab gangguan jiwa yaitu : Faktor somatic (somatogenik) atau organobiologis, faktor
psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif dan faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau
sosiokultural. Gejala umum yang muncul pada seseorang yang mengalami gangguan mental
(Sundari,2005) adalah : keadaan fisik, keadaan mental dan keadaan emosi. Tujuan
komunikasi pada pasien jiwa yaitu perawat dapat memahami orang lain, menggali perilaku
klien, memahami perlunya member pujian dan memperoleh informasi klien.
3.2 Saran
Calon perawat harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik pada pasien terutama
pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.
Dartar Pustaka