Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PARADIGMA KESEHATAN MENTAL DAN


PSIKOLOGI POSITIF
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Psikologi Kesehatan

Dosen Pengampu : Siti Maesaroh, S.Pd., M.Kes

Oleh :

Nama : Arya Samudra Ramadhani

NIM : 191140100003

Prodi : D3 Fisioterapi
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Paradigma kesehatan mental dan Psikoogi
kesehatan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah psikologi kesehatan . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang kesehatan mental dan psikologi positif bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Siti Maesaroh, S.Pd., M.Kes selaku dosen mata
kuliah psikologi kesehatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sidoarjo, 11 Maret 2020

Penulis
Daftar isi

JUDUL……………………………………………………..…………………….

KATA PENGANTAR…………………………………………………..………

DAFTAR ISI………………………………………………………..…….…….

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah…………………………………….1

B. Rumusan Masalah……………………………………….….1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Mental……………………………....2


B. KOnsep Dasar Kesehatan Mental……………………….…3
C. Jenis Gangguan Mental………………………………….….8
D. Sejarah Psikologi………………………………………….....9
E. Pengertian Psikologi Positif……………….…..………...…..9
F. Tujuan Psikologi Positif……………………………….……10
G. Dimensi Psikologi Positif……………………………….…...11
H. Ciri Dari Psikologi Positif………………………………......11
BAB III PENUTUPAN

Kesimpulan……………………………………………….……..13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan modern dewasa ini telah tampil dalam dua wajah yangantagonistik. Di satu
sisi modernisme telah berhasil mewujudkan kemajuanyang spektakuler, khususnya dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi.Di sisi lain, ia telah menampilkan wajah kemanusiaan yang
buram berupakemanusiaan modern sebagai kesengsaraan rohaniah. Modernitas telahmenyeret
manusia pada kegersangan spiritual. Psikologi yang berkembang dewasa ini dapat disebut
sebagai psikologinegatif, karena berkutat pada sisi-negatif manusia. Psikologi, karena
itu, paling banter hanya menawarkan terapi atas masalah-masalah kejiwaan.Padahal, manusia
tidak hanya ingin terbebas dari problem, tetapi juga mendambakan kebahagian
Masyarakatmengikuti peradaban Barat yang sekular, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi 
problem kejiwaan itu dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi,dalam hal ini
kesehatan mental. Dengan demikian, psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu
yangmempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi denganlingkungannya

B.Rumusan Masalah

1) Apa itu kesehatan mental ?


2) Bagaimana konsep dasar kesehatan mental ?
3) Jenis-jenis gangguan mental ?
4) Bagaiamana sejarah psikologi ?
5) Pengertian psikologi positif ?
6) Tujuan psikologi positif ?
7) Bagaimana dimensi psikologi positif ?
8) Apa ciri khas dari psikologi positif ?

1
Bab II

PEMBAHASAN

A. Pengertin Kesehatan Mental

Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan jiwa/
mental yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan atau penyakit mental dan
gangguan emosi, dan berusaha mengurangi ataumenyembuhkan penyakit mental serta
memajukan kesehatan jiwa rakyat.Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari
gejala jiwa(neurose) dan gejala penyakit jiwa ( psikose). Jadi menurut definisi
ini,seseorang dikatakan bermental sehat bila orang yang terhindar dari gangguandan
penyakit jiwa yaitu adanya perasaan cemas tanpa diketahui sebabnya.Malas dan
hilangnya kegairahan bekerja pada seseorang. Bila gejala inimeningkat maka akan
menyebabkan penyakit
anxiety, neurasthenis,atauhysteria dan sebagainya. Adapun orang sakit jiwa biasanya
memiliki pandangan yang berbeda dengan pandangan orang pada umumnya. Inilahyang
kita kenal dengan orang gila.Kesehatan mental (mental bygiene) juga meliputi sistem
tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi
kesehatan ruhani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yangdalam ruhani atau dalam
hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tenteram.

2
B. Konsep Dasar Kesehatan Mental

1.Sehat / Tidak Sehat

Kondisi sehat dan sakit pada manusia merupakan suatu kontinum, sehingga sangat sulit
memberikan batasan yang jelas saat melakukan evaluasinya. Akantetapi, meng- amati
fenomena tersebut, maka diyakini taraf kesehatan seseorangdapat ditingkatkan bahkan
dioptimalkan. Hal inilah yang mendasari GerakanKesehatan Mental dewasa ini. Tidak hanya
memandang bagaimana seseorangsembuh dari sakitnya, tetapi bagaimana meningkatkan taraf
kesehatanseseorang menjadi lebih optimal (Dewi, 2012).

Pribadi yang normal/ bermental

sehat adalah pribadi yang menampilkantingkah laku yang adekuat & bisa diterima
masyarakat pada umumnya, sikaphidupnya sesuai norma & pola kelompok masyarakat,
sehingga ada relasi inter- personal & intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989).
Sedangkan menurutKarl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang
memilikikemampuan untuk menahan diri, menunjuk- kan kecerdasan, berperilakudengan
menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat ini, individu
yang sehat mental dapat dapat didefinisikan dalam duasisi, secara negatif dengan absennya
gangguan mental dan secara positif yaituketika hadirnya karakteristik individu sehat mental.
Adapun karakteristikindividu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif,
seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being)yang positif, karakter yangkuat
serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006).Menurut Semiun (2006)
kesehatan mental tertentang dari yang baiksampai dengan yang buruk, dan setiap orang akan
mengalaminya. tidak sedikit orang, pada waktu-waktu tertentu mengalami masalah-masalah
kesehatan mentalselama rentang kehidupannya. Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan,
sikap, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasamasatu
sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkanorang dari
perasaan ragu dan terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin(konflik).

3
Karakteristik mental yang sehat :

 Dapat menyesuaikan diri


 Terhindar dari gangguan jiwa
 Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
 Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
 Karakteristik mental tidak sehat :

 Perasaan tidak nyaman


 Perasaan tidak aman
 Kurang memiliki rasa percaya diri
 Kurang memahami diri
 Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
 Ketidakmatangan emosi
 Kepribadiannya terganggu

2. Paradigma Kesehatan Mental

Prinsip-prinsip dalam memahami Kesehatan Mental telah diungkapSchneiders sejak tahun


1964 (Dewi, 2012), yang mencakup tiga hal :

Pertama, 11 prinsip yang didasari atas sifat manusia, yaitu:

1.Kesehatan dan penyesuaian mental tidak terlepas dari kesehatan fisikdan integritas
organisme.

2.Dalam memelihara kesehatan mental, tidak terlepas dari sifat manusiasebagai pribadi yang
bermoral, intelek, religius, emosional, dan sosial.

3.Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan pengendalian diri, meliputi:
pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat,emosi dan perilaku.

4.Memperluas pengetahuan diri merupakan keharusan dalam pencapaiandan memelihara


kesehatan mental.

4
5.Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, meliputi: penerimaan dan usaha
yang realistik terhadap status dan harga diri

6.Pemahaman dan penerimaan diri harus ditingkatkan dalam usahameningkatkan diri dan
realisasi diri untuk mencapai kesehatan mental.

7.Stabilitas mental memerlukan pengembangan yang terus- menerusdalamdiri individu,


terkait dengan kebijaksanaan, keteguhan hati, hukum,ketabahan, moral, dan kerendahan hati.

8.Pencapaian dalam pemeliharaan kesehatan mental terkait dengan penanaman kebiasaan


baik.

9.Stabilitas mental menuntut kemampuan adaptasi, kapasitas mengubahsituasi dan


kepribadian.

10.Stabilitas mental memerlukan kematangan pemikiran, keputusan,emosionalitas, dan


perilaku.

11.Kesehatan mental memerlukan belajar mengatasi secara efektif dansecara sehat terhadap
konflik mental, kegagalan, serta ketegangan yang timbul.

Kemudian sebagai prinsip yang kedua adalah 3 prinsip yang di dasari atas hubungan
manusia dengan lingkungannya, yaitu:

1.Kesehatan mental dipengaruhi oleh hubungan interpersonal yang sehat,khususnya di dalam


keluarga.

2.Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran dipengaruhi olehkecukupan individu dalam
kepuasan kerja.

3.Kesehatan mental memerlukan sikap yang realistik, yaitu menerimarealita tanpa distorsi
dan objektif.

5
Serta prinsip yang terakhir, merupakan 2 prinsip yang didasari atashubungan individu
dengan Tuhan, yaitu:

1. Stabilitas mental memerlukan pengembangan kesadaran atas realitas terbesar dari


dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada setiap tindakan yang
fundamental.
2. Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang konstan antara
manusia dengan Tuhannya.

3. Pendekatan Dalam Kesehatan Mental

Menurut Dewi (2012) ada 4 pendekatan dalam kesehatan mental, yakni :

A. PENDEKATAN BIOLOGIS.

Dengan mempelajari fungsi otak, kelenjar endokrin, dan fungsi sensoris, pendekatan
tersebut meyakini bahwa kesehatan mental individu sangat dipengaruhi oleh faktor genetik
dan kondisi saat ibu hamil, serta faktor eksternal terkait: gizi, radiasi, usia, komplikasi
penyakit.

B. PENDEKATAN PSIKOLOGIS.

Pendekatan tersebut meyakini bahwa faktor psikologis berpengaruh besar pada kondisi
mental seseorang, dimana dalam pendekatan psikologis memiliki 3 pandangan yang besar
yang membahas mengenai hal tersebut, yaitu:
1. PSIKOANALISA
Pendekatan yang meyakini bahwa interaksi individu pada awal kehidupannya
serta konflik intrapsikis yang terjadi akan mempengaruhi perkembangan kesehatan
mental seseorang. Faktor Epigenetik mempelajari kematangan psikologis seseorang
yang berkembang seiring pertumbuhan fisik dalam tahap-tahap perkembangan
individu, juga merupakan faktor penentu kesehatan mental individu.
2. BEHAVIORISTIK
Pendekatan yang meyakini Proses pembelajaran dan Proses belajar sosial
akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kesalahan individu dalam proses

6
pembelajaran dan belajar sosial akan mengakibatkan gangguan mental.
3. HUMANISTIK
Perilaku individu dipengaruhi oleh hirarkhi kebutuhan yang dimiliki. Selain
itu, individu diyakini memiliki kemampuan memahami potensi dirinya dan
berkembang untuk mencapai aktualisasi diri.

A. PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL.
Memiliki beberapa pendekatan, yaitu: STRATIFIKASI SOSIAL yang membahas faktor
sosial-ekonomi dan seleksi sosial; INTERAKSI SOSIAL yang membahas fungsi dalam suatu
hubungan interpersonal (Teori Psikodinamik, Teori rendahnya interaksi sosial : isolasi,
kesepian); TEORI KELUARGA yang mempelajari pengaruh pola asuh, interaksi antar anggota
keluarga, dan fungsi keluarga terhadap kesehatan mental individu: PERUBAHAN SOSIAL,
yang mengkaitkan perubahan jangka panjang, migrasi dan industrialisasi, serta kondisi krisis
dengan kondisi mental individu;
1. SOSIAL-BUDAYA, yang mempelajari pengaruh agama dan budaya pada kondisi
mental seseorang;
2. STRESSOR SOSIAL, yang mempelajari pengaruh berbagai situasi sosial yang
berdampak psikologis (misal: perkawinan, meninggal, kriminalitas, resesi) terhadap
kondisi mental individu.
A. PENDEKATAN LINGKUNGAN.
Pendekatan ini memiliki dua dimensi:
1. DIMENSI LINGKUNGAN FISIK, yang terkait dengan: ruang, waktu, dan sarana (gizi)
yang menyertai.

2. DIMENSI LINGKUNGAN KIMIAWI DAN BIOLOGIS, yang terkait dengan: polusi,radiasi,


virus dan bakteri, populasi makhluk hidup lain.

7
Gangguan Kesehatan Mental
 Bagi penderita gangguan mental / psychoneurosis, masih menghayati realitas , masihhidup
dalam alam pada umumnya. ia masih merasakan kesukaran-kesukaransebenarnya ia tidak dapat
atau kurang dapat mengadakan penyesuaian diri terhadaplingkungan serta belum kuat atau tidak
kuat kata hatinya. Itulah sebenarnya iamencari jalan keluar untuk melarikan diri dari kekecewaan
atau penderitaan menjadiPsychoneorosis, dijelaskan beberapa macam gangguan mental, yaitu :1.
1.Histeria
Sebenarnya tidak ada dasar fisik atau organis, tetapi si penderita betul-betulmerasa sakit
kadang-kadang dapat berupa kelumpuhan. Seperti gangguan mentallainnya, perasaan tertekan,
gelisah, cemas dan sebagainya. Gejala-gejala tersebutdapat terlihat seperti gejala fisik atau gejala
mental.

2.Psikosomatisme
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu ” psycho” yang artinya pikiran dan“soma” yang
artinya tubuh. Psikosomatis dalam dunia medis yaitu merupakan suatu penyakit yang mula-mula
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan (psikologis),kemudian berjalannya waktu sehingga menjadi penyakit
fisik. Konflik psikismerupakan sebab bermacam macam penyakit fisik.

8
Psikologi Positif

A.    Sejarah Psikologi Positif


Psikologi Positif secara resmi didirikan oleh Martin E.P. Seligman pada tahun 1998.
Seligmen yang waktu itu menjabat sebagai Presiden APA (American Psychological Assosiation)
secara otomatis dinobatkan sebagai bapak psikologi positif. Gagasan mengenai psikologi positif
ini, muncul ketika Seligman sedang berkebun dengan anaknya. Kemudian pada liburan musim
dingin tanhun 1997, dia bertemu dengan Mihaly Csikszentmihalyi. Kesempatan itupun mereka
pergunakan untuk melakukan diskusi mengenai psikologi positif.Pada awalnya psikologi
memiliki tiga tujuan utama, yaitu :Menyembuhkan penyakit mentalMembantu semua orang
untuk hidup dengan lebih produktif dan bermaknaMengidentifikasi dan memelihara bakat atau
potensi manusiaNamun, setelah perang dunia II yang menimbulkan kesedihan dan trauma bagi
seluruh penduduk dunia, muncul berbagai penyakit mental seperti depresi, stress, trauma,dll.
Hal ini mengakibatkan banyak praktik psikologi hanya berfokus pada upaya penyembuhan
penyakit tersebut yang selanjutnya disebut dengan disease model. Ilmu psikologi yang
berkembang justru melupakan kedua tujuan lain dan hanya berfokus pada upaya penyembuhan
penyakit mental. Banyak psikolog yang tidak menyukai metode penyakit ini. Menurut mereka
hal itu berarti telah mereduksi arti manusia itu sendiri yaitu, individu yang memiliki potensi dan
selalu maju untuk berkembang. Pemikiran inilah yang menjadi dasar bagi Seligman untuk
mendirikan psikologi positif. Dia menganggap dengan begitu, maka psikologi telah berpaling
dari tujuan awalnya, yaitu untuk membuat orang lebih sejahtera. Dengan jabatan presidensilnya,
Seligman bersama dengan anggota Steering Comitee yang lain (Mihaly Csikszentmihalyi, Ed
Diener, Kathleen Hall Jamieson, Chris Peterson, and George Vaillant) mengembangkan
psikologi positif.

B.     Pengertian dan penjelasan Psikologi Positif


Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan perilaku manusia dalam
kehidupan sehari-hari.Dan selama ini yang kita ketahui, bidang psikologi selalu menghadapi hal-
hal yang berhubungan dengan jiwa seseorang, misalnya penyebab orang mengalami gangguan

9
jiwa, mengapa orang bisa mengalami stress, dan lain-lain.Yang selalu berhubungan dengan sisi
negatif seseorang.
Tetapi selami ini kita mengenal yang nama nya psikologi positif, yaitu lebih menekankan apa
yang benar/baik pada seseorang, dibandingkan apa yang salah/buruk. Sebelumnya, psikologi
biasanya selalu menekankan apa yang salah pada manusia, seperti soalan stress, depresi,
kegelisahan dan lain lain.
Itulah sebabnya, ada aliran baru dalam dunia psikologi, dan menyebutnya sebagai psikologi
positif.MenurutSeligman,“Psikologi bukan hanya studi tentang kelemahan dan kerusakan;
psikologi juga adalah studi tentang kekuatan dan kebajikan.Pengobatan bukan hanya
memperbaiki yang rusak; pengobatan juga berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada
dalam diri kita.”Misi Seligman ialah mengubah paradigma psikologi, dari psikologi patogenis
yang hanya berkutat pada kekurangan manusia ke psikologi positif, yang berfokus pada
kelebihan manusia.
Berfokus terhadap penanganan berbagai masalah bukanlah hal baru dalam dunia psikologi.Sejak
dulu, manusia selalu dipandang sebagai makhluk yang bermasalah.Sejak awal mula munculnya
aliran psikologi (mashab behaviorisme), manusia dipandang sebagai suatu mekanik yang penuh
dengan banyak masalah.Mashab ini kemudian melihat masalah yang ada pada manusia, belum
lagi dengan mashab psikoanalisis yang melihat kenangan masa lalu sebagai penyebab
penderitaan yang ada saat ini.Apapun itu, psikologi yang berkembang selama bertahun-tahun
lamanya lebih memedulikan kekurangan ketimbang kelebihan yang ada pada manusia.Itulah
sebabnya psikologi yang berkutat pada masalah sering disebut sebagai psikologi negatif.

C.    Tujuan Psikologi Positif


Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti bahagia,
kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya.Sebelumnya, psikologi lebih banyak
membahas hal-hal patologis dan gangguan-gangguan jiwa juga emosi negatif, seperti marah,
benci, jijik, cemburu dan sebagainya. Dalam Richard S. Lazarus, disebutkan bahwa emosi positif
biasanya diabaikan atau tidak ditekankan, hal ini tidak jelas kenapa demikian. Kemungkinan
besar hal ini karena emosi negatif jauh lebih tampak dan memiliki pengaruh yang kuat pada
adaptasi dan rasa nyaman yang subyektif dibanding melakukan emosi positif.Contohnya, pada
saat kita marah, maka ada rasa nyaman yang terlampiaskan, rasa superior, dan sebagainya. Ada

10
suatu penelitian mengatakan bahwa marah adalah emosi yang dipelajari, sehingga dia akan
cenderung untuk mengulangi hal yang dirasa nyaman.
Psikologi positif tidak bermaksud mengganti atau menghilangkan penderitaan, kelemahan atau
gangguan (jiwa), tapi lebih kepada menambah khasanah atau memperkaya, serta untuk
memahami secara ilmiah tentang pengalaman manusia.
Jadi intinya saat ini kita sudah mengenal yang nama nya psikologi positif, ada baiknya kita
merubah diri kita sedikit demi sedikit. Sebisa mungkin kita lebih mengeluarkan emosi positif kita
dibandingkan emosi negatif kita. Maka hasilnya pun akan positif. Dasar psikologi ini adalah
keyakinan bahwa setiap individu ingin menjalani kehidupan yang memuaskan dan bahagia
dengan memelihara apa yang terbaik dalam diri mereka danmeningkatkan pengalaman berbuah
di tempat kerja, cinta, sosialisasi, dll.

D.    Dimensi Psikologi Positif


Berfokus pada tiga bidang pengalaman manusia (Seligman & Csikszentmihalyi, 2000)
(W, 2005) yang membantu untuk menentukan ruang lingkup dan orientasi positif perspektif
psikologi. Yaitu :
Pada tingkat subjektif, psikologi positif melihat pernyataan subyektif positif atau emosi positif
seperti kebahagiaan, kepuasan, sukacita dengan kehidupan, relaksasi, keintiman cinta,, dan
kepuasan. Positif subjektif juga dapat mencakup pikiran konstruktif tentang diri dan masa depan,
seperti optimisme dan harapan. Positif subjektif juga dapat mencakup perasaan energi, vitalitas,
dan keyakinan, atau efek positif emosi seperti tawa.
Pada tingkat individu, psikologi positif berfokus pada cir-ciri individu positif, atau yang lebih
lama dan persisten pola perilaku yang terlihat pada orang setiap waktu. Penelitian ini mungkin
termasuk sifat-sifat individu seperti keberanian, ketekunan, kejujuran, atau kebijaksanaan.
Artinya, psikologi positif termasuk studi tentang perilaku positif dan sifat-sifat yang secara
historis telah digunakan untuk mendefinisikan "kekuatan karakter" atau kebajikan. Hal ini juga
dapat mencakup kemampuan untuk mengembangkan estetika sensibilitas atau tekan menjadi
kreatif potensi dan dorongan untuk mengejar keunggulan.
Terakhir, pada tingkat kelompok atau masyarakat, psikologi positif berfokus pada
pengembangan, pembuatan, dan pemeliharaan lembaga positif. Dalam psikologi, area positif
diaalamatkan pada isu-isu seperti pembangunan dari nilai-nilai sipil, penciptaan keluarga sehat,
11
studi lingkungan kerja yang sehat, dan masyarakat yang positif. Psikologi positif juga mungkin
terlibat dalam investigasi yang melihat bagaimana lembaga-lembaga dapat bekerja lebih baik
untuk mendukung dan memelihara semua warga negara mereka mempengaruhi.
E.     Ciri Khas Psikologi Positif
Seligman memperkenalkan prinsip-prinsip dasar Psikologi Positif, ciri-ciri kebahagiaan
yang autentik, dan faktor-faktor pendukungnya. Dengan metode-metode praktis yang
dirumuskannya, manusia dapat memanfatkan temuan-temuan terbaru dari sains kebahagiaan
untuk mengukur dan mengembangkan kebahagiaan dalam hidup Anda.
Pada tahun 2000, Martin Seligman dan Mihaly Csikszentmihalyi menyatakan “Kami percaya
bahwa psikologi positif akan muncul fungsi manusia yang mencapai pemahaman ilmiah dan
efektif untuk membangun berkembang dalam individu, keluarga, dan masyarakat. Psikologi
positif mencari” untuk mencari dan membina jenius dan bakat “, dan” untuk membuat kehidupan
normal lebih memuaskan “, tidak hanya untuk mengobati penyakit mental. Pendekatan ini telah
menciptakan banyak menarik di sekitar subjek, dan pada tahun 2006 studi di Universitas Harvard
yang berjudul “Psikologi Positif” menjadi kursus semester yang paling populer semester.
Menurut Seligman, “Psikologi bukan hanya studi tentang kelemahan dan kerusakan; psikologi
juga adalah studi tentang kekuatan dan kebajikan. Pengobatan bukan hanya memperbaiki yang
rusak; pengobatan juga berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada dalam diri kita.” Misi
Seligman ialah mengubah paradigma psikologi, dari psikologi patogenis yang hanya berkutat
pada kekurangan manusia ke psikologi positif, yang berfokus pada kelebihan manusia.
Berfokus terhadap penanganan berbagai masalah bukanlah hal baru dalam dunia psikologi. Sejak
dulu, manusia selalu dipandang sebagai makhluk yang bermasalah. Sejak awal mula munculnya
aliran psikologi (aliran behaviorisme), manusia dipandang sebagai suatu mekanik yang penuh
dengan banyak masalah. Aliran ini kemudian melihat masalah yang ada pada manusia, belum
lagi dengan mashab psikoanalisis yang melihat kenangan masa lalu sebagai penyebab
penderitaan yang ada saat ini. Apapun itu, psikologi yang berkembang selama bertahun-tahun
lamanya lebih memedulikan kekurangan ketimbang kelebihan yang ada pada manusia. Itulah
sebabnya psikologi yang berkutat pada masalah sering disebut sebagai psikologi negatif.
Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti bahagia, kebaikan,
humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya. Sebelumnya, psikologi lebih banyak membahas
hal-hal patologis dan gangguan-gangguan jiwa juga emosi negatif, seperti marah, benci, jijik,

12
cemburu dan sebagainya. Dalam Richard S. Lazarus, disebutkan bahwa emosi positif biasanya
diabaikan atau tidak ditekankan, hal ini tidak jelas kenapa demikian. Kemungkinan besar hal ini
karena emosi negatif jauh lebih tampak dan memiliki pengaruh yang kuat pada adaptasi dan rasa
nyaman yang subyektif dibanding melakukan emosi positif. Contohnya, pada saat kita marah,
maka ada rasa nyaman yang terlampiaskan, rasa superior, dan sebagainya. Ada suatu penelitian
mengatakan bahwa marah adalah emosi yang dipelajari, sehingga dia akan cenderung untuk
mengulangi hal yang dirasa nyaman.
Psikologi positif tidak bermaksud mengganti atau menghilangkan penderitaan, kelemahan atau
gangguan (jiwa), tapi lebih kepada menambah khasanah atau memperkaya, serta untuk
memahami secara ilmiah tentang pengalaman manusia.

13
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan
Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat, bila ia terhindar dari gejala penyakit
jiwa dan memanfatkan potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya.
Golongan yang kurang sehat mentalnya. Golongan yang kurang sehat adalah orang yang merasa
terganggu ketentraman hatinya. Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan karena
ketidakmampuan individu dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga muncul konflik mental
pada dirinya . Gejala-gejala umum yang kurang sehat mentalnya
             Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan dapat dicapai antara lain dengan 
menjalankan ajaran agama dan berusaha menerapkan norma-norma sosial, hukum, dan moral.
Dengan demikian akan tercipta ketenangan batin yang menyebabkan timbulnya kebahagiaan di
dalam dirinya. Definisi ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran, perasaan,
sikap, pandangan dan keyakinan, harus saling menunjang dan bekerja sama sehingga
menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari sifat ragu- ragu dan bimbang,
serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin.

14
Daftar Pustaka
Maslim, R., 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dariPPDGJ-III.Jakarta: PT. Nuh
JayaSemiun. Yustinus. 2006. Kesehatan Mental.
 Yogyakarta : KanisiusDewi, Kartika Sari. 2012. Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang
:Universitas Diponegoro
Daradjat, Zakiah. 1983. Kesehatan Mental , PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.
Daradjat, Zakiah.1984. Kesehatan Mental Peranannya dalam Pendidikan dan
Pengajaran.Jakarta: IAIN
Jaelani, AF, 2001. Penyucian Jiwa & Kesehatan Mental, Jakarta: Penerbit Amzah
Mujib, Abdul dan Jusuf Muzakkir; 2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam; Raja
GrafindoPerkasa; Jakarta.
Mujib, Abdul. 2006. Kepribadian Dalam Psikologi Islam; PT Raja Grafindo
Perkasa;Jakarta.Poerwadarminta, 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka,
Jakarta.Sudarsono, 1993. Kamus Filsafat dan Psikologi, Rineka Cipta, Jakarta.

15
16

Anda mungkin juga menyukai