Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ISLAM DAN KESEHATAN MENTAL

Dosen Pengampu:

Dr. Madyan, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Azizatun Nazifah (601190004)

Dini Aprilia (601190005)

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM (IVA)

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan
hidayah nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Islam dan Kesehatan Mental ini,
dengan judul “Tujuan Mempelajari Kesehatan Mental, Sasaran dalam kesehatan
Mental, Pihak yang dilibatkan dalam Kesehatan Mental, dan Ruang Lingkup
Kesehatan Mental”.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Dalam hal ini
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Nipah Panjang, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3


A. Tujuan Mempelajari Kesehatan Mental ........................................... 3

B. Sasaran dalam Kesehatan Mental ...................................................... 5

C. Pihak yang dilibatkan dlm Kesehatan Mental .................................. 5

D. Ruang Lingkup Kesehatan Mental .................................................... 7

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 9

A. Kesimpulan ......................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Memelihara kesehatan mental sama pentingnya dengan memelihara
kesehatan fisik, namun sangat disayangkan masih banyak individu yang
terlalu fokus pada kesehatan fisik mereka sehingga mengabaikan kesehatan
mentalnya. Jika dipikirkan kembali, segala tindakan yang dilakukan oleh
manusia adalah berdasarkan dorongan pikiran. Oleh karena itu, manusia
seharusnya tidak hanya fokus pada kesehatan fisik, akan tetapi mereka juga
harus memperhatikan kesehatan mentalnya.
Kesehatan mental adalah suatu kondisi seseorang yang memungkinkan
berkembangnya semua aspek perkembangan, baik fisik, intelektual, dan
emosional yang optimal serta selaras dengan perkembangan orang lain,
sehingga selanjutnya mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut WHO (The World Health Organization), kesehatan mental
merupakan kondisi kesejahteraan individu yang menyadari potensinya sendiri,
dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara
produktif dan berbuah, dan mampu memberikan kontribusi kepada
komunitasnya.
Istilah lain dalam mengungkapkan kesehatan mental adalah mental
health, mental hygiene dan psiko-hygiene. Meskipun berbeda, istilah tersebut
sama-sama merujuk pada definisi kesehatan mental. Dan istilah yang sering
dipakai saat ini adalah mental health. Karakteristik atau ciri-ciri kesehtan
mental, yakni orang yang sehat secara mental, yaitu: Terhindar dari gangguan
jiwa, baik neurosa maupun psikosa. Mampu menyesuaikan diri, Mampu

1
memanfaatkan potensi secara maksimal, Mampu mencapai kebahagiaan
pribadi dan orang lain. Kesehatan mental dapat diterapkan diseluruh unit
kehidupan sosial, misalnya lingkungan keluarga, sekolah, serta lingkungan
sosial pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah tujuan mempelajari kesehatan mental?
2. Siapa saja yang menjadi sasaran dalam kesehatan mental?
3. Siapa saja pihak yang dilibatkan dalam kesehatan mental?
4. Apa saja ruang lingkup kesehatan mental?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas
pemenuhan syarat dari mata kuliah Islam dan Kesehatan Mental. Penulisan
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi kami pemakalah
dan pembaca tentang mteri kesehatan mental ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Mempelajari Kesehatan Mental


Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andari mental hygien (kesehatan
mental) ialah ilmu yang bertujuan :
1. Memiliki dan membina jiwa yang sehat.
2. Berusaha mencegah timbulnya kepatahan jiwa (mental breakdown),
mencegah berkembangnya macam-macam penyakit mental dan sebab
musabab timbulnya penyakit tersebut.
3. Mengusahakan penyembuhan dalam stadium permulaan. 1
Jadi kecuali melakukan kegiatan-kegiatan preventif guna mencegah
timbulnya penyakit-penyakit mental, juga berusaha menyehatkan kembali
orang-orang yang tengah terganggu mental dan emosinya. Demikian pula
Saparinah Sadli, mengemukakan tiga orientasi dalam kesehatan jiwa, yaitu:
1. Orientasi klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai kelakuan tertentu,
seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasan tak
berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau rasa “tak
sehat” serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Aktivitas
klasik ini banyak dianut di lingkungan kedokteran.
2. Orientasi penyesuaian diri
Orang dianggap sehat secara psikologis bila ia mampu
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta
lingkungan sekitarnya.

1
Kartini Kartono, Dr. Jenny Andari, Hygine Mental dan Kesehatan Mental dalam
Islam, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1989), h. 6

3
3. Orientasi pengembangan potensi
Seseorang dikatakan mencapai tarap kesehatan jiwa, bila ia mendapat
kesempatan untuk mengembangkan potensialitas nya menuju
kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. 2
Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi
pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah
akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang
sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya
perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran
tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran
dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan
mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi,
mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa”.
Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan
masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan
sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya
sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan
masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan
individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita,
kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya
akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.
Dari uraian di atas dapat lebih difokuskan, bahwa tujuan mental
hygiene atau kesehatan mental adalah tercapainya kebahagiaan secara
individu maupun kebahagiaan masyarakat pada umumnya.

2
Saparinah Sadli, Pengantar dalam Kesehatan Jiwa dalam buku Intregasi Psikologi
dengan Islam Menuju Psikologi Islam, (Hanna Bastaman: Pustaka Pelajar, 1997), h. 132

4
B. Sasaran Dalam Kesehatan Mental
Masyarakat adalah sasaran utama dalam kesehatan mental. Dilihat dari
aspek kesehatannya, masyarakat yang menjadi sasaran dalam kesehatan
mental ini dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan, sebagai berikut:
1. Masyarakat umum, masyarakat yang sehat dan yang tidak berada
dalam resiko sakit. Masyarakat kelompok ini berada dalam
berbagai variasi ciri-ciri demografis: usia, jenis kelamin, ras, status
sosial dan ekonomi, dan sebagainya.
2. Masyarakat dalam kelompok resiko sakit, yaitu masyarakat yang
berada dalam situasi atau lingkungan yang kemungkinan
mengalami relative tinggi. Kelompok masyarkat dalam resiko ini
dapat dikelompokkan atas lingkungan ekologis, status demografis,
atau faktor psikologis.
3. Kelompok masyarakat yang mengalami gangguan, yaitu kelompok
masyarakat yang sedang terganggu kesehatan mentalnya.
4. Kelompok masyarakat yang mengalami kecacatan atau hendaya,
agar mereka dapat berfungsi secara normal dalam masyarakat. 3
C. Pihak yang dilibatkan dalam Kesehatan Mental
Sebenarnya pihak-pihak yang terlibat dalam kesehatan mental ialah
semua pihak baik dari diri kita sendiri, ataupun orang lain seperti warga,
masyarakat, pribadi individu, keluarga, dan sosial. Seorang profesional
kesehatan mental adalah praktisi perawatan kesehatan atau penyedia layanan
sosial dan manusia yang menawarkan layanan untuk tujuan meningkatkan
kesehatan mental seseorang atau untuk mengobati gangguan mental. Kategori
luas ini dikembangkan sebagai nama untuk personel komunitas yang bekerja
di lembaga kesehatan mental komunitas baru yang dimulai pada tahun 1970-

3
Moeljono Notosoedirdjo, Latipun, kesehatan mental, konsep dan penerapan,
(Malang: UMM Press, 2014), h. 16-17

5
an untuk membantu individu yang pindah dari rumah sakit negara, untuk
mencegah penerimaan, dan untuk memberikan dukungan di rumah, pekerjaan,
pendidikan, dan komunitas. Orang-orang ini (yaitu, pegawai kantor negara,
personel sektor swasta, dan nirlaba, sekarang personel sektor sukarela) adalah
brigade terdepan untuk mengembangkan program kemasyarakatan, yang saat
ini dapat disebut dengan nama-nama seperti perumahan yang didukung ,
rehabilitasi psikiatri , didukung atau pekerjaan transisi , bengkel yang
dilindungi , pendidikan yang didukung, keterampilan hidup sehari-hari ,
industri afirmatif, diagnosis ganda pengobatan, psikoedukasi individu dan
keluarga, penitipan dewasa, pengasuhan, layanan keluarga dan konseling
kesehatan mental. 4
Literasi kesehatan mental termasuk kemampuan mengenali gejala
gangguan yang spesifik, mengetahui cara mencari informasi mengenai
kesehatan mental; mengetahui faktor resiko dan penyebab, self-treatment, dan
ketersediaan bantuan profesional; serta sikap yang tepat untuk mengenali dan
mencari bantuan. Menurut Jorm, dengan meningkatnya pemahaman
masyarakat mengenai kesehatan mental, masyarakat akan mampu mendeteksi
gejala gangguan dan mengelola kesehatan mental secara efektif (Jorm, 2011).
Menurut Hayden dan Wright, meningkatnya kesehatan mental di masyarakat
juga memiliki pengaruh untuk mengatasi stigma; pengaruh negatif yang
ditimbulkan oleh pelabelan pada sekelompok orang yang mengalami
gangguan mental (Surjaningrum, 2012).
Perawat dan bidan sebagai tenaga kesehatan dituntut memiliki
pemahaman tentang kesehatan jiwa sebagai upaya dalam menjalankan
tugasnya untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitasi (Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Kesehatan Jiwa, 2014). Selain itu, perawat dan bidan merupakan tenaga

4
Mental Health, https://en.wikipedia.org/wiki/Mental_health_professional, (diakses
pada 2 april 2021, pukul 14.22).

6
kesehatan yang pertama kali menghadapi dan menangani pasien, sehingga
dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam literasi kesehatan
mental. Tenaga kesehatan berperan dalam memberikan layanan dasar
kesehatan mental dimasyarakat, tenaga kesehatan harus bisa aktif dan dalam
menangani gangguan atas kasus. Mereka harus mampu aktif dalam menangani
laporan atau kasus yang terjadi di masyarakat.
D. Ruang Lingkup Kesehatan Mental
Kalangan ahli-ahli kesehatan mental (mental hygienist) memberikan
batasan bahwa ruang lingkup kesehatan mental itu adalah sebagai berikut:
a. Pemeliharaan dan promosi kesehatan mental individu dan
masyarakat,
b. prevensi dan perawatan terhadap penyakit dan kerusakan mental.
Secara garis besar ruang lingkup kerja kesehatan mental itu
mencakup hal-hal berikut :
1. Promosi kesehatan mental, yaitu usaha-usaha peningkatan
kesehatan mental. Usaha ini dilakukan berangkat dari
pandangan bahwa kesehatan mental bersifat kualitatif dan
kontinum dan dapat ditingkatkan sampai batas optimal.
2. Prevensi primer, adalah usaha kesehatan mental untuk
mencegah timbulnya gangguan dan sakit mental. Usaha ini
dilakukan sebagai proteksi terhadap kesehatan mental
masyarakat agar gangguan dan sakit mental itu tidak terjadi.
3. Prevensi sekunder, adalah usaha kesehatan mental menemukan
kasus dini (early case ditection) dan penyembuhan secara tepat
(prompt treatment) terhadap gangguan dan sakit mental. Usaha
ini dilakukan untuk mengurangi durasi gangguan dan
mencegah jangan sampai terjadi cacat pada seseorang atau
masyarakat.

7
4. Prevensi tersier, merupakan usaha rehabilitasi awal yang dapat
dilakukan terhadap orang yang mengalami gangguan dan
kesehatan mental. Usaha ini dilakukan untuk mencegah
diasabilitas atau ketidakmampuan jangan sampai mengalami
kecacatan yaitu kecacatan menetap.
Atas dasar ini maka ruang lingkup mempelajari kesehatan mental tidak
saja berhubungan dengan perawatan kesehatan individual (individual health
care) tetapi juga pelayanan kesehatan masyarakat (community health care)
dan justru pelayanan kesehatan masyarakat ini menjadi fokus utama dalam
kesehatan mental. 5
Kesehatan mental juga dapat diterapkan disemua unit kehidupan
sosial. Misalnya lingkungan keluarga, sekolah, serta lingkungan sosial pada
umumnya. Penerapan serta pengembangan kesehatan mental diunit-unit sosial
terorganisisr ini didasarkan pada prinsip psikologis. Artinya, perkembangan
kesehatan mental individu ditentukan oleh kualitas kondisi psikologis/ iklim
lingkungan dimana individu berada.

5
Moeljono Notosoedirdjo, Latipun, Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan…, h.
21-22

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
kesehatan mental adalah mental health, mental hygiene dan psiko-hygiene.
Meskipun berbeda, istilah tersebut sama-sama merujuk pada definisi
kesehatan mental. Dan istilah yang sering dipakai saat ini adalah mental
health. Karakteristik atau ciri-ciri kesehtan mental, yakni orang yang sehat
secara mental, yaitu: Terhindar dari gangguan jiwa, baik neurosa maupun
psikosa. Mampu menyesuaikan diri, Mampu memanfaatkan potensi secara
maksimal, Mampu mencapai kebahagiaan pribadi dan orang lain. Kesehatan
mental dapat diterapkan diseluruh unit kehidupan sosial, misalnya lingkungan
keluarga, sekolah, serta lingkungan sosial pada umumnya.
Oleh karena itu, manusia seharusnya tidak hanya fokus pada kesehatan
fisik, akan tetapi mereka juga harus memperhatikan kesehatan mentalnya.
Karna kesehatan mentalmu lebih penting, jadi tinggalkan hal-hal yang
membuat luka batin.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan nya makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kartini Kartono, Dr. Jenny Andari. (1989). Hygine Mental dan Kesehatan
Mental dalam Islam. Bandung: CV. Mandar Maju.
Saparinah Sadli. (1997). Pengantar dalam Kesehatan Jiwa dalam buku
Intregasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam. Hanna
Bastaman: Pustaka Pelajar.
Moeljono Notosoedirdjo, Latipun. (2014). kesehatan mental, konsep dan
penerapan. Malang: UMM Press.
https://en.wikipedia.org/wiki/Mental_health_professional.

10

Anda mungkin juga menyukai