Anda di halaman 1dari 16

Kesehatan Mental & Konsep Normal – Abnormal di Masyarakat

Ditulis sebagai bahan mata kuliah kesehatan mental

Dosen Pengampu:

Azwandi, S.Ag., M. Hum

Disusun oleh:

Munirah

NIM: 180303007

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSLING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI (FDIK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2020

KATA PENGANTAR
Biamillahirrohmanirrohim, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat iman, islam,
dan ihsan kepada kita. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan alam nabi besar
kita Muhammad SAW.

Sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu selaku dosen yang telah
memberikan kami kesempatan untuk menjelaskan “Kesehatan Mental & Konsep Normal –
Abnormal di Masyarakat”. Kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Dalam makalah ini tentu masih masih banyak kekurangan, karena kami manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik ibu selaku dosen
dan teman-teman sekalian demi kesmpurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua, Aamiin Aamiin ya rabbal alamin.

Mataram, November 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….…3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………4
C. Tujuan………………………………………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dasar perkembangan masa dewasa………………………………………….5


B. Ruang lingkup masa dewasa dini…………………………………………………….6
C. Perkembangan fisik dewasa awal…………………………………………………….7
D. perkembangan Kognitif dewasa awal………………………………………………...8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mental adalah istilah yang mencakup banyak aspek dari kemampuan
kita dalam mengatasi stres dan menikmati hidup. Orang menggunakan istilah kesehatan
mental untuk menggambarkan masalah-masalah depresi, pergolakan emosional, rasa sakit
emosional atau diagnosis psikologis langsung seperti psikosis atau schizofrenia. Dalam
diagnosis dari banyak masalah atau gangguan kesehatan mental, terapis mengevaluasi
faktor psikososial kesehatan mental yang mempengaruhi penderita dan faktor juga
sumber dari kesehatan mental.
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam
keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan
sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang bermental sehat dapat
menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi
tantangan hidup, serta membentuk hubungan positif dengan orang lain.
Namun sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami
gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa
mengarah pada perilaku buruk. Tidak mengherankan jika penyakit mental dapat
menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari penderitanya, misalnya terganggunya
interaksi atau hubungan mereka dengan orang lain, terganggunya prestasi di ruang
lingkup pendidikan, dan terganggunya produktivitas dalam pekerjaan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa saja Konsep kesehatan mental dan konsep normal – abnormal dalam masyarakat?
b. apa saja ruang lingkup kesehtan mental?
c. Apa saja tujuan mempelajari kesehatan mental?
d. Apa saja sasaran dalam mempelajari kesehatan mental?

C. Tujuan
a. Menjelasakan secara detail Konsep kesehatan mental dan konsep normal – abnormal
dalam masyarakat
b. Menjelasakan apa saja ruang lingkup masa dewasa dini
c. Menjelaskan bagaimana perkembangan fisik pada masa dewasa awal terjadi
d. Menjelaskan bagaimana perkembangan kognitif pada masa dewasa awal

BAB II

PEMBAHASAN
A. KESEHATAN MENTAL
1. Definisi Kesehatan Mental
Istilah kesehatan mental diambil dari konsep Mental Hygiene. Kata mental
diambil dari bahasa yunani, pengertiannya sama dengan Psyche  dalam bahasa latin yang
artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygiene dimaknakan sebagai
kesehatan mental atau kesehatan jiwa. Dalam banyak literature, istilah mental hygiene
bukanlah satu-satunya istilah yang digunakan untuk maksud yang sama adalah
Psychological medicine, Nervous health, atau Mental health. Namun istilah-istilah itu
memilki maksud yang sama, meskipun memilki kandungan makna yang berbeda.
Diantara berbagai istilah tersebut yang dipandang memilki makna yang tepat untuk
menyebutkan kesehtan mental adalah Mental hygiene dibandinkan dengan penggunaan
istilah mental health. Hal ini karena mental health artinya keadaan jiwa yang sehat, yang
mengandung pengertian statis. Sedangkan mental hygiene bermakna kesehatan mental
dan lebih dinamis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan. Namun demikian,
istilah mental health telah luas digunakan termasuk WHO.
Menurut Pieperdan Uden, kesehatann mental adalah suatu keadaan dimana
seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi
yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau
kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki
kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan bahwa terdapat banyak cara dalam
mendefenisikan kesehatan mental (mental hygiene) yaitu:
1) Sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental
Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa atau
terbebas dari sakit dan gangguan jiwa. Vaillaint, mengatakan bahwa kesehatan
mental atau psikologis itu adalah:
“as the presence of successfull adjustmet or the absence of psychopatology” dan
yang dikemukakan oleh Kazdin yang menyatakan kesehatan mental ”as a state in
which there is an absence of dysfunction in psychological, emotional, behavioral,
and sosial spheres” .
Pengertian ini bersifat dikotomis, bahwa orang berada dalam keadaan sakit atau
sehat psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikit pun gangguan psikisnya, dan jika
ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebagai orang sakit. Dengan kata lain
sehat dan sakit itu mental itu bersifat nominal, yang dapat dibedakan secara tegas
kelompok-kelompoknya. Sehat dengan pengertian ”terbebas dari gangguan”, berartij
ika ada gangguan sekialipun sedikit adanya, seseorang itu diangganb tidak sehat.
2) Sehat mental jika tidak sakit akibat adanya stressor
Notosoedirjo dan Latipun, mengatakan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah
orang yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat stressor( sumber stres).
Seseorang yang tidak sakit meskipun mengalami tekanan-tekanan maka menurut
pengertian ini adalah orang yang sehat. Pengertian ini sangat menekankan pada
kemampuan individual merespon lingkungannya.
3) Sehat mental jika sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya
Michael dan Kirk Patrick memandang bahwa individu yang sehat mentalnya jika
terbebas dari gejala psikiatris dan individu itu berfungsi secara optimal dalam
lingkungan sosialnya. Pengertian ini terdapat aspek individu dan aspek lingkungan.
Seseorang yang sehat mental itu jika sesuai dengan kapasitasnya diri sendiri, dan
hidup tepat yang selaras dengan lingkungannya.
4) Sehat mental karena tumbuh dan berkembang secara positif
Frank, L. K. merumuskan pengertian kesehatan mental secara lebih komprehensif
dan melihat kesehatan mental secara ”positif”. Dia mengemukakan bahwa kesehatan
mental adalah orang yang terus menerus tumbuh, berkembang dan matang dalam
hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian (tanpa membayar
terlalu tinggi biayanya sendiri atau oleh masyarakat) dalam berpartisipasi dalam
memelihara aturan sosial dan tindakan dalam budayanya.

      Dari berbagai pengertian yang ada, Johada (dalam Notosoedirjo dan Latipun,
2005),merangkum pengertian kesehatan mental dengan mengemukakan tiga ciri pokok mental
yang sehat:
(a) Seseorang melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan atau melakukan usaha untuk
menguasai, dan mengontrol lingkungannya, sehingga tidak pasif menerima begitu saja kondisi
sosialnya.

(b) Seseorang menunjukkan kutuhan kepribadiaanya – mempertahankan integrasi kepribadian

yang stabil yang diperoleh sebagai akibat dari pengaturan yang aktif.

(c) Seseorang mempersepsikan “dunia” dan dirinya dengan benar, independent dalam hal
kebutuhan pribadi.   

2. Definisi Normal
Pribadi yang normal erat kaitannya dengan itegritas jasmaniah-rohaniah yang ideal dan
kehidupan psikisnya kurang lebih stabil sifatnya, tidak banyak memendam konflik batin,
tenang, jasmanianya sehat selalu. Deskripsi tentang pribadi yang dianggap normal dengan
mental yang sehat di tulis dalam suatu daftar kriteria oleh Maslow dan Mitleman dalam
bukunya Principle Of Abnormal Psychology. Dalam buku tersebut disebutkan berbagai
kriteria pribadi yang normal. Dianataranya adalah sebagai berikut:
I. Memiliki perasan aman (Sense Of Security) yang tepat.
II. Memilki penilaian diri (Self Evaluation), Insight atau wawancara rasional, harga diri
yang cukup dan tidak berlebihan, serta perasaan yang sehat secara moril, yang tanpa
ada rasa berdosa.
III. Memiliki spontanitas dan emosional yang tepat. Ia mampu menciptakan hubungan
yang erat, kuat, dan lama seperti persahabatan, komunikasi sosial, dan relasi cinta.
IV. Mempunyai kontak dengan realitas sosial secara efisien karena memilki pandangan
hidup yang realistis dan cukup luas tentang dunia manusia.
V. Memilki dorongan-dorongan dan nafsu jasmaniah yang sehat serta mempunyai
kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya.
VI. Mempunyai pandangan diri yang cukup dianataranya bisa menghayati motif-motif
hidupnya dalam status sadar.
VII. Mempunyai tujuan hidup yang kuat.
VIII. Memilki kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya
IX. Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari
kelompok setempata.
X. Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompok dan kebudayaannya
XI. dan ada integrasi dalam kepribadiannya

Sedangkan Kriteria Pribadi yang normal menurut W.F. Maramis yaitu dekelompokkan menjadi
enam sifat yang dapat dipakai untuk menentukan ciri-ciri pribadi yang  Sehat-Normal, adalah
sebagai berikut :

-          Sikap terhadap diri sendiri : menerima dirinya sendiri, identitas diri yang memadai, serta
penilaian yang realistis terhadap kemampuannya.  .

-          Integrasi: kesatuan kepribadian, bebas dari konflik pribadi yang melumpuhkan dan


memiliki daya tahan yang baik terhadap  stres.

-          Kemampuan : memiliki kemampuan dasar secara fisik, intelektual, emosional, dan sosial
sehingga mampu mengatasi berbagai masalah.

-          Otonomi : memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang memadai, bertanggung jawab,
mampu mengarahkan dirinya pada tujuan hidup.

3. Definisi Abnormal
a) Definisi Abnormal
Pribadi yang abnormal umumnya dihinggapi ganguan mental, atau terdapaat
kelainan-kelainan abnormalitas pada mentalnya. Orang-orang abnormal itu selalu
diliputi banyak konflik, miskin jiwanya dan tidak stabil, tanpa perhatian terhadap
lingkungannya, terpisah hidupnya dari lingkungan dan masyarakat, selalu gelisah
dan takut serta jasmanianya sering kali sakit. Abnormal artinya menyimpang dari
yang normal. Manusia merupakan makhluk multi dimensional. Manusia
merupakan makhluk biologis, makhluk individu, makhluk sosial, makhluk etis,
dst, sehingga perilaku manusia dapat dijelaskan dari dimensi-dimensi tersebut,
begitu juga bila berbicara mengenai abnormalitas jiwa.
b) Kriteria Abnormal
I. Abnormalitas dipandang dari segi patologis
Dipandang dari segi patologis, tingkah laku abnormal terjadi diakibatkan
oleh suatu kecelakaan, penyakit, status kepribadian yang kacau (diseorder
state), yang kita jumpai pada penderita-penderita Sympton klinis tertentu.
Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal
bila terdapat simptom-simptom (tanda-tanda) klinis tertentu, misalnya ilusi,
halusinasi, obsesi, fobia, dsb. Sebaliknya individu yang tingkah lakunya
tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah individu
yang normal.
II. Abnormalitas dipandang dari segi Statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang
dari mayoritas. Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama
abnormalnya dengan seorang idiot, seorang yang jujur menjadi abnormal
diantara komunitas orang yang tidak jujur.
III. Abnormalitas dipandang dari segi budaya
Masyarakat merupakan hakim yang keras dan kejam terhadap tingkah laku
anggotanya. Selain itu, masyarkat cenderung tidak mentolerir tingkah laku
yang menyimpang dari norma umum yang berlaku. Kebebasan bertindak I
dalam batas yang rasional dari para anggotanya banyak diberikan kepada
perorangan agar mereka bisa berekspresi secara bebas. Tetapi,
penyimpangan yang bersifat radikal dan bisa menyebabkan kekacauan
perorangan dan lingkungannya sangat mencekam. Dan orang tersebut
dianggap sebagai pribadi yang abnormal.

B. RUANG LINGKUP KESEHATAN MENTAL


Kalangan ahli-ahli kesehatan mental (mental hygienist) memberikan batasan bahwa ruang
lingkup kesehatan mental itu adalah:
1) Pemeliharaan dn promosi kesehatan mental individual dan masyarakat, yaitu
usaha-usaha peningkatan kesehatan mental. Usaha ini dilakukan berangkat dari
pandangan bahwa kesehatan mental bersifat kualitatif dan kontinum dan dapat
ditingkatkan sampai batas optimal.
2) Prevensi dan perawatan terhadap penyakit dan kerusakan mental, adalah suatu
usaha kesehatan mental untuk mencegah timbulnya gangguan dan sakit mental.
Usaha ini dilakukan sebagai proteksi terhadap kesehatan mental masyarakat agar
ganguan dan sakit mental itu tidak terjadi.
3) Prevensi sekunder, adalah kesehatan mental untuk menemukan kasus dini (early
ditection) dan penyembuhan secara tepat (prompt treatment) terhadap ganguan dan
sakit mental. Usaha ini dilakukan untuk mengurangi durasi ganguan dan mencegah
jangan sampai terjadi cacat pada seseorang atau masyarakat.
4) Prevensi tersier, merupakan usaha rehabilitasi awal yang dapat dilakukan terhadap
orang yang mengalami gangguan dan kesehatan mental. Usaha ini dilakukan untuk
mencegah disabilitas atau ketidakmampuan, jangan sampai mengalami kecacatan
yaitu kecacatan yang menetap.

C. TUJUAN MEMPELAJARI KESEHATAN MENTAL


Mempelajari kesehatan mental pada berbagi bidang ilmu pada prinsipnya bertujuan sebagai
berikut:
1) Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2) Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penangan kesehatan
mental.
3) Memilki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan
mental masyarakat.
4) Memilki sikap proaktif dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya dalam
upaya penangan kesehatan mental masyarakat.
5) Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya ganguan
mental masyarakat.
D. SASARAN DALAM KESEHATAN MENTAL
Masyarakat adalah sasaran utama dalam kesehatan mental. Dilihat dari aspek kesehatannya,
masyarakat yang menjadi sasaran dalam kesehatan mental ini dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa tingkatan, sebagai berikut:
1) Masyarakat umum, masyarakat yang sehat dan yang tidak berada dalam resiko saki.
Masyarakat kelompok ini berada dalam berbagai variasi ciri-ciri demografis: usia, jenis
kelamin, ras, status sosial dan ekonomi.

Abnormal  menurut  Konsepsi Penyesuaian Pribadi

Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu
menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa
dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan
kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka
dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.

     d.    Abnormal menurut  Konsepsi Penderitaan/tekanan  Pribadi

Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu.  Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang
mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau
kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya
seseorang yang sakit karena disuntik.  

e.         Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain  dapat dikatakan
abnormal.

 f.     Abnormalitas  menurut  Konsepsi  Sosio-kultural

Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu
menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa
dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan
kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka
dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal

      g.    Abnormalitas menurut  Konsepsi Kematangan  Pribadi

Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya telah
menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan
tingkat perkembangannya.

      h.    Disability (tidak stabil)

                                  Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan


karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal
karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan
fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.

ANALISIS

Di tahun-tahun terakhir ini sudah kita ketahui bahwa sering kali terjadi kecelakaan dimana-
dimana. Entah itu tabrakan antara mobil dengan mobil, motor dengan motor atau dengan
keduanya. Terlebih, yang membuat kita miris terhadap peristiwa kecelakaan ini, para pejalan
kaki pun bisa di renggut begitu saja nyawanya oleh pengendara motor atau mobil. Padahal jalan
yang di lalui para pejalan kaki sudah tepat. Pada peristiwa ini, sudah pasti para korban (yang
masih hidup) ataupun keluarga korban yang ditinggalkan akan mengalami suatu gangguan
mental yang luar biasa yang mengakibatkan trauma, seperti misalnya korban tidak mau lagi
melewati jalan dimana saat kecelakaan yang dialaminya terjadi, atau menaiki kendaraan yang
sama ketika terjadi kecelakaan pada waktu lalu, dsb. Hal ini menimbulkan depresi yang besar
atau bahkan bisa menjadi stres karena ketidaksiapan mereka ditinggalkan oleh orang-orang yang
mereka cintai. Hal ini tidak berlangsung sebentar. Semua ini sudah pasti mengganggu kesehatan
mental, karena mungkin sebagian dari mereka menahan stres, kemarahan, atau bahkan bisa
menimbulkan dendam. Butuh waktu untuk menghilangkan semua perasaan “kacau” pada semua
korban. Terlebih, jika korban mengalami luka yang parah dan harus segera dibawa ke ruang
gawat darurat. Keadaan ini tidak hanya mengganggu kesehatan mental. Jika terjadi secara
berlarut-larut, akan berdampak juga pada kesehatan fisik mereka.

Mental dan fisik adalah dua komponen yang berbeda. Dari segi bahasa, mental sering disebut
dengan jiwa (psikis) dan fisik biasa disebut tubuh (raga). Keduanya adalah komponen penyusun
manusia, yang saling mempengaruhi. Seperti kata pepatah Yunani “dalam tubuh yang sehat,
terdapat jiwa dan pikiran yang sehat”. Tetapi bagaimana jika salah satunya mengalami sakit,
apakah berdampak pada yang lainnya?

Mungkin kita pernah mengalami sakit, atau pernah melihat orang yang sakit dalam waktu yang
lama, maka akan berdampak pada kesehatan psikis. Kemungkinan karena kesehatan fisik yang
terganggu bisa membuat seseorang stress berat, hingga mengalami depresi yang merupakan
tanda-tanda gangguan jiwa. Gangguan fisik yang mempengaruhi keadaan mental disebut dengan
gangguan psikosomatik. Gangguan fisik ini dapat mempengaruhi keadaan emosi seseorang.
Seorang yang sakit gigi misalnya, dapat menjadi pendiam atau bahkan beringas jika ada sesuatu
yang menggangunya.

Bagaimana dengan gangguan mental, apakah bisa mempengaruhi keadaan fisik? Kasus ini
adalah kasus terbanyak yang dialami oleh orang sakit. Banyak orang yang mengeluh pusing,
migraine, sakit kepala, bahkan lumpuh secara fisik tidak ada diagnosa penyakit yang dideritanya.
Dalam dunia medis ini disebut gangguan somatoform. Somatoform adalah gangguan mental
yang mempengaruhi fisik, tetapi pada dasarnya, fisiknya tidak mengalami gangguan apa-apa.
Kepercayaan orang yang mengalami gangguan somatoform ini, menganggap bahwa dirinya
mengidap sebuah penyakit yang kronis. Tentu saja untuk mengobatinya, bukan dengan
mengobati fisiknya. Tetapi mengobati psikisnya yang merupakan gangguan terhadap fisik.

Ini menunjukkan bahwa kedua gangguan diatas, mental dan psikis sama-sama mempunyai
pengaruh yang sangat besar. Jika salah satunya sakit, membuat yang lain mengalami disfungsi.

Sebuah gangguan mental mengacu pada salah satu dari banyak kondisi kesehatan mental yang
berbeda. Kondisi ini ditandai oleh gangguan fungsi, kesedihan dan perilaku atipikal. Gangguan
faktor psikologis kesehatan mental memainkan peranan penting. Faktor psikososial mencakup
perkembangan psikologis maupun perilaku dan perkembangan sosial seseorang. Jadi sebenarnya,
orang yang bersyukur dan selalu berusaha untuk merasa bahagia, adalah orang-orang yang lebih
sehat secara fisik maupun mental.

KESIMPULAN

Dari berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat pada saat ini menunjukan bahwa adanya
pengaruh antara fisik dan psikis yang akan berpengaruh pada mental yang sehat seperti dimaksud
pada kajian teori sebelumnya.  Olehnya itu sudah sepatutnya kesehatan mental individu harus
dijaga dengan baik agar nantinya tidak terjadi gangguan-gangguan kesehatan mental yang sudah
disebutkan diatas.
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan
tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai
orang lain di sekitar. Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau
potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta membentuk hubungan
positif dengan orang lain.

Konsep normal dan abnormal dalam masyarkat ialah sangat subjektif, dari segimana orang
mengkategorikan konsep tersebut dapat dilihat dari sejauh mana dia memahami konsep normal
dan abnormal tersebut. Hal ini juga disebabkan  ada beberapa konsepsi dalam menggolongkan
perilaku abnormal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://health.liputan6.com/read/2466114/media-sosial-tidak-selalu-buruk-terhadap-kesehatan-
mental

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17706/3/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai