Anda di halaman 1dari 40

MOTIVASI

Makalah
Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum II
Dosen Pengampu: Dr. Nani Nurhasanah Djamal, M.Pd, M.Psi, Psikolog

Disusun Oleh:

Aldi Meinaki 1186000010


Ishmi Alifah Juniar 1186000106
Laili Rachmawati 1186000113
Mufida Fatihah 1186000128
Salsabila Shiba Yustaja 1186000185

Psikologi 2B

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “MOTIVASI”
Tugas ini selain diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Umum II juga untuk memberitahu pada pembaca tentang motivasi, jenis-jenisnya
serta teori-teori dalam psikologi.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dosen mata kuliah Psikologi Umum II yang telah membimbing dan
mengarahkan kami dalam menyusun makalah ini
2. Kedua orang tua kami yang telah membimbing dan mendukung baik moral
maupun materi yang tiada putus-putusnya sehingga kami dapat menyelesaikan
semua tugas.
3. Teman-teman dan rekan-rekan serta semua pihak yang tidak kami sebutkan satu
per-satu yang turut membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Dan kami masih dalam tahap
belajar. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Motivasi 3

B. Jenis-Jenis Motivasi 4

C. Teori-Teori Motivasi 6

D. Siklus Motivasi 13

E. Kebutuhan dan Motivasi 15

F. Motivasi dalam Perspektif Al-Qur’an 30

BAB III PENUTUP 34

A. Kesimpulan 34

B. saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hirarki Kebutuhan Maslo 12

Gambar 2.2 Siklus Motivasi 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam melakukan suatu kegiatan atau bertindak dalam

melakukan sebuah perilaku, terdapat suatu dorangan tertentu dalam

terbentuknya suatu kegiatan atau tindakan tersebut. Dorongan tersebut

dapat mempengaruhi tingkah laku yang dikeluarkan. Dalam terciptanya

suatu dorongan terdapat pengaruh-pengaruh baik dari dalam maupun dari

luar individu tersebut yang dapat berimbas pada dorongan terlaksananya

suatu pencapaian tertentu yang diinginkan.

Dorongan tersebut di dalam ilmu psikologi disebut sebagai

motivasi. Motivasi merupakan suatu kekuatan yang menggerakan,

mendorong, serta mengarahkan agar dapat berhasil dalam mencapai suatu

tujuan tertentu. Tidak akan muncul suatu tindakan tanpa adanya dorongan

dari motivasi. Sehingga motivasi merupakan salah satu bagian terpenting

dalam terbentuknya suatu tidakan atau perilaku seseorang.

Di dalam makalah ini penulis akan membahas tentang motivasi

dimulai dari pengertian dari motivasi, jenis-jenis motivasi, teori-teori dari

motivasi hingga motivasi di pandang dari perspektif Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka penulisan makalah ini diarahkan untuk menjawab

permasalahan sebagai berikut:

1
2

1. Apa yang dimaksud dengan motivasi?.

2. Apa sajakah jenis-jenis motivasi?.

3. Bagaimana siklus motivasi?.

4. Bagaimana hubungan motivasi dan kebutuhan?.

5. Bagaimana motivasi dalam perspektif Al-Qur’an?.

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah


dirumuskan sebelumnya, tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian dari motivasi.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari motivasi.

3. Untuk mengetahui siklus dari motivasi.

4. Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kebutuhan.

5. Untuk mengetahui motivasi dalam perspektif Al-Qur’an.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi, berasal dari bahasa latin, yang berarti “bergerak”.

Motivasi1 merupakan suatu proses dalam diri manusia atau hewan yang

menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki,

atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan.

Motif-motif tersebut dapat merupakan motif untuk memenuhi

kebutuhan psikologis, misalnya menikah atau menghindari pernikahan;

atau motif untuk memenuhi kebutuhan biologis, misalnya memakan roti

untuk mengurangi rasa lapar; atau motif untuk memenuhi ambisi

psikologis, misalnya menjadi orang pertama yang mnyeberangi samudera

Atlantik menggunakan rakit.

Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi

didefinisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk

bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita

tetap tertarik dalam kegiatan tertentu.

Motivasi menurut Robert S. Feldman 2 adalah Faktor-faktor yang

mengarahkan dan menjalankan suatu perilaku pada manusia dan makhluk

hidup lainnya.

1
Wade, Carole. & Tavris, Carol, Psikologi Jilid 2 Edisi kesembilan.( Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2007), hal.144
2
Feldman, Robert S. Essentials of Understanding Psychology Eleventh Editions.
(Massachusetts: McGraw-Hill Education, 2015), hal. 287

3
4

Menurut M. Utsman Najati dalam Abdul Rahman Shaleh3, motivasi

adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk

hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan

tertentu. Pendapat yang sama juga dikatan oleh Hoy dan Miskel dalam Abdul

Rahman Shaleh4, dimana motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks,

dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan,

ketegangan (tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang

memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian

tujuan-tujuan personal.

Dapat ditarik kesimpulan motivasi adalah sesuatu yang merangsang,

membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau mengerakkan

seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai

suatu kepuasan atau tujuan tertentu.

B. Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi terdiri dari 2 jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik. Hal tersebut menimbulkan perbedaan motivasi antar individu.

Berikut adalah penjelasan dari tipe-tipe motivasi:

1. Jenis Motivasi Intrinsik

Motivasi instrinsik5 adalah suatu keinginan untuk melakukan

sesuatu karena memang menikmati kepuasan dalam melakukan

3
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. (Jakarta :
Prenada Media, 2009), hal. 183
4
Ibid., hal. 184
5
Wade, Carole. & Tavris, Carol, Psikologi Jilid 2 Edisi kesembilan.( Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2007), hal.144
5

tindakan tersebut. Motivasi intrinsik6 juga motivasi yang memberikan

kesenangan atau kepuasan karena melakukan suatu perilaku yang tidak

mengharapkan imbalan.

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh dua alasan, yaitu alasan untuk

mendapatkan stimulasi kognitif dan untuk mendapatkan rasa telah

berprestasi, merasa kompeten, dan merasa bisa menguasai lingkungan.

Individu dengan motivasi intrinsik akan menjadi aktif dan tidak

memerlukan ransangan dari luar dalam bertindak, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai

contoh konkrit, seorang karyawan baru yang rajin bertanya dalam

diskusi. hal tersebut dilakukan karena ingin mendapat pengetahuan dan

keterampilan yang berguna dalam pekerjaannya, tidak ada tujuan lain.

Perilakunya tersebut murni untuk mendapatkan informasi penting yang

dibutuhkan dalam bekerja, bukan karena ingin pujian atau imbalan

lain.

2. Jenis Motivasi Ekstrinsik


Motivasi ekstinsik7 adalah suatu keinginan untuk mengejar suatu
tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan yang bersifat eksternal,
seperti uang, atau popularitas.
Imbalan tersebut membuatnya memperkuat perilaku. individu
dengan motivasi ekstrinsik akan menjadi aktif karena adanya
perangsang dari luar atau dengan kata lain, motivasi ekstrinsik adalah
dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu

6
https://psikodemia.com/jenis-jenis-motivasi-dalam-psikologi/amp/
7
Wade, Carole. & Tavris, Carol, Psikologi Jilid 2 Edisi kesembilan.( Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2007), hal.144
6

yang bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi


Sebagai contoh itu seorang karyawan baru yang rajin bertanya dalam
diskusi, karena mengharapkan pujian dari atasannya. Tujuan utama
buka pada peroleh informasi, tetapi pada pujian yang didapatkan
karena melakukan sesuatu. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan
yang dilakukannya, tidak secara langsung berkaitan dengan esensi dari
aktivitas yang dilakukannyn itu.
Dalam berperilaku, dorongan yang dimiliki individu tidak selalu
intrinsik atau ekstrinsik. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi
individu, baik faktor internal maupun eksternal. Akan tetapi, ada
kecenderungan jenis motivasi tertentu yang menjadi kekhasan individu
dalam perilakunya.

C. Teori-Teori Motivasi

1. Motivasi Menurut Pendekatan Naluri (Instinct)

Menurut pendekatan naluri (Instinct)8 manusia dan hewan telah

dilahirkan dengan diprogram oleh seperangkat perilaku untuk

kelangsungan hidup mereka. Naluri tersebut mengatur sehingga

perilaku yang muncul sesuai. Misalnya Dalam perilaku seksual, naluri

manusia atau hewan untuk melanjutkan keturunan. Banyak perilaku

yang dimunculkan oleh hewan berdasakan oleh naluri. Namun, banyak

variasi dan kompleksitas perilaku manusia hasil dari dipelajari dan

dengan demikian tidak dapat disebut sebagai insting.

Sebagai hasil dari kekurangan ini, penjelasan yang lebih baru telah

menggantikan konsepsi motivasi berdasarkan naluri. Namun,

8
Feldman, Robert S. Essentials of Understanding Psychology Eleventh Editions.
(Massachusetts: McGraw-Hill Education, 2015), hal. 287
7

pendekatan berdasarkan naluri ini masih memainkan peran dalam teori

tertentu, terutama yang berbasis pada pendekatan evolusioner yang

berfokus pada genetik warisan.

2. Motivasi Menurut Pendekatan Drive-Reduction

Setelah menolak pendekatan naluri (Instinct), muncul pendekatan

motivasi Drive-Reduction (Hull, 1993)9. Pendekatan motivasi

berdasarkan Drive-Reduction ini berpendapat menunjukkan bahwa

kurangnya beberapa kebutuhan biologis dasar (seperti kurangnya air)

menghasilkan dorongan untuk mendorong organisme untuk memenuhi

kebutuhan itu (dalam hal ini, mencari air).

Untuk memahami pendekatan ini, kita mulai dengan konsep drive.

Sebuah drive merupakan ukuran untuk motivasi atau suatu gairah,

yang memberikan energi perilaku untuk memenuhi banyak kebutuhan

dasar. Lapar, haus, tidur, seks dan yang terkait dengan kebutuhan

biologis tubuh atau spesies secara keseluruhan merupakan drive

primer. drive primer kontras dengan drive sekunder di mana

memenuhi kebutuhan perilaku biologis yang tidak jelas. dalam drive

sekunder pengalaman sebelumnya dan pembelajaran membawa

kebutuhan. Misalnya, beberapa orang memiliki kebutuhan yang kuat

untuk mencapai akademis dan profesional. Kita dapat mengatakan

bahwa kebutuhan penghargaan mereka mencerminkan drive sekunder

yang memotivasi perilaku mereka. (McKinley et al, 2004;. Seli, 2007).

9
Feldman, Robert S. Essentials of Understanding Psychology Eleventh Editions.
(Massachusetts: McGraw-Hill Education, 2015), hal. 288
8

3. Motivasi Menurut Pendekatan Arousal

Pendekatan arausal berusaha untuk menjelaskan perilaku di mana

tujuannya adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan

kegembiraan. Menurut pendekatan arausal, setiap orang mencoba

untuk mempertahankan tingkat tertentu dari stimulasi dan aktivitas.

Seperti dengan model drive-reduksi, pendekatan ini menunjukkan

bahwa jika stimulasi dan tingkat aktivitas kita menjadi terlalu tinggi,

maka cobalah untuk menguranginya. Tapi, berbeda dengan perspektif

drive-reduksi, gairah yang Pendekatan juga menunjukkan bahwa jika

tingkat stimulasi dan aktivitas yang terlalu rendah, kita akan mencoba

untuk meningkatkan mereka dengan mencari stimulasi.

Orang-orang bervariasi dalam mencari tingkat optimal arousal

mereka. Misalnya, orang-orang yang berpartisipasi dalam olahraga

pemberani, penjudi, dan penjahat yang melakukan perampokan

berisiko tinggi mungkin menjadi menunjukkan kebutuhan yang sangat

tinggi dalam gairah. (Cavenett & Nixon, 2006; Roets & Van Hiel,

2011; Lang & Bradley, 2013).

4. Motivasi Menurut Pendekatan Insentif

Motivasi menurut pendekatan Insentif (Incentive)10 menunjukkan

bahwa motivasi berasal dari keinginan untuk mencapai suatu imbalan

eksternal, yang dikenal sebagai insentif. Dalam pandangan ini, sifat

yang diinginkan dari eksternal rangsangan akan nilai, uang, kasih

10
Feldman, Robert S. Essentials of Understanding Psychology Eleventh Editions.
(Massachusetts: McGraw-Hill Education, 2015), hal. 289
9

sayang, makanan, atau seks untuk motivasi seseorang (Festinger et al.,

2009).

5. Motivasi Menurut Pendekatan Kognitif

Motivasi menurut pendekatan kognitif, menunjukkan bahwa

motivasi merupakan hasil dari pikiran orang-orang, keyakinan,

harapan, dan tujuan. Misalnya, sejauh mana orang-orang termotivasi

untuk belajar untuk menghadapi ujian didasarkan pada harapan mereka

dari seberapa baik belajar kehendak mencapai dalam hal nilai yang

baik.

teori kognitif motivasi menarik perbedaan utama antara intrinsik

dan motivasi ekstrinsik. motivasi intrinsik menyebabkan kita untuk

berpartisipasi dalam kegiatan untuk kamikenikmatan bukan untuk

imbalan aktual atau beton bahwa itu akan membawa kita. Sebaliknya,

motivasi ekstrinsik menyebabkan kita untuk melakukan sesuatu untuk

uang, kelas, atau beberapa lainnya sebenarnya, reward beton (Lepper,

Corpus, & Iyengar, 2005; Shaikholeslami & Khayyer,2006;

Finkelstein, 2009).

Sebagai contoh, ketika dokter bekerja berjam-jam karena ia

mencintai kedokteran, motivasi intrinsik mendorong dia; jika dia

bekerja keras untuk membuat banyak uang, ekstrinsik motivasi

mendasari usahanya (Emmett & McGee, 2013).

Kami lebih cenderung untuk bertahan, bekerja lebih keras, dan

menghasilkan karya yang lebih berkualitas ketika motivasi untuk suatu


10

tugas intrinsik daripada ekstrinsik. Bahkan, dalam beberapa kasus

memberikan imbalan untuk perilaku yang diinginkan (sehingga

meningkatkan motivasi ekstrinsik) sebenarnya dapat menurunkan

motivasi intrinsik (James, 2005; Grant, 2008; Nishimura, Kawamura,

& Sakurai, 2011).

6. Motivasi pendekatan hirarki kebutuhan

Abraham Maslow (1943-1970) ,mengemukakan bahwa pada

dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkan

dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan

dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itudikenal dengan

sebutan hirarki kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis

yang merupakan kebutuhan dasar sampai motif psikologi yang lebih

kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi

sebagian sebelum kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus

terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya

menjadi penentu tindakan yang penting. Berikut ini 5 tingkatan

menurut Abraham Maslow:

a. Kebutuhan Fisiologi

Kebutuhan fisiologi merupakan hirarki kebutuhan manusia

yang paling dasaryang merupkan kebutuhan untuk dapat hidp

seperti makan, minum, oksigen, tidur dan sebagainya.

b. Kebutuhan Rasa Aman


11

Apabila kebutuhan fisiologis rekatif sudah terpuaskan,

maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa

aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan atau

perlindungan dari bahaya kecelakaan kerj, jaminan akan

kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada

saat mereka tidak lagi bekerja.

c. Kebutuhan Sosial

Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan

secara minimal, mka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu

kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang

lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasiakan berkaitan

dengan kebutuhan adanya kelompok kerja yang kompak,

supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.

d. Kebutuhan Penghargaan

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk

dihormati, dihargai atas, prestasi seseorang, pengakuan atas

kemampuan dan keahlian seseorangserta efektifitas kerja

seseorang.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri merupakan hierarki kebutuhan dari Maslow

yang paling tinggi. Aktulaisasi diri berkaitan dengan proses

pepengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.

Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan


12

potensi yang dimiliki seseorang. Seseorag yang didominasi

oleh kebutuhan akan aktualisasi diri, senang akan tugas-tugas

yang menantang kemampuan dan keahliannya.

Gambar 2.1 Hirarki kebutuhan Maslow

7. Teori Motivasi Herzberg

Menurut Herzberg11 (1996), ada dua jenis faktor yang mendorong

seseorang untuk mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari

ketidakpuasan. Dua faktor tersebut adalah:

1. Faktor Higiene, memotivasi seseorang untuk keluar dari

ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar

manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya(faktor

ekstrinsik).

2. Faktor Motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai

kepuasan, yang termasuk didaamnya adalah achievement,

pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan (faktor intrinsik).

11
http://www.academia.edu/9760314/Makalah_psikologi_motivasi
13

8. Teori Motivasi Vroom

Teori dari Vroom (1964) tentang Cognitive Theory Of Motivation

menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia

yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu

sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom tinggi rendahnya motivasi

seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

 Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.

 Instrumentaslis, yaitu penilaian apa yang akan terjadi jika

berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas

untuk mendapatkan outcome tertentu)

 Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif,

netral atau negatif.

 Motivasi tinggi, yaitu jika usaha menghasilkan sesuatu yang

melebihi harapan.

 Motovasi rendah, yaitu jika usahanya menghasilkan kurang

dari yang diharapkan.

D. Siklus Motivasi

Gambar 2.2 Siklus Motivasi


14

Motivasi tidak timbul begitu saja, tetapi motivasi timbul melalui

beberapa tahap, dengan kata lain, adanya proses motivasi atau siklus

motivasi.

Proses motivasi atau siklus motivasi itu sendiri merupakan

gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan, dan ganjaran. Siklus

motivasi mengikuti rantai berulang tiga bagian:

1. Munculnya kebutuhan yang belum terpenuhi, yang menyebabkan


adanya ketidak-seimbangan dalam diri seseorang dan berupaya untuk
menguranginya dengan perilaku tertentu,
2. Seseorang kemudian mencari cara-cara untuk memuaskan keinginan
itu,
3. Seseorang mengarahkan perilakunya kearah pencapaian tujuan atau
prestasi dengan cara-cara yang telah dipilihnya yang
didukung kemampuan, keterampilan maupun pengalamannnya,
4. Penilaian prestasi dilakukan dirinya sendiri atau orang lain yang dalam
hal ini dapat saja orang lain atau atasan, atas keberhasilan dalam
mencapai tujuan, dan perilaku yang yang ditujukan untuk memuaskan
kebutuhan itu, akan dinilai sendiri oleh individu bersangkutan,
sedangkan perilaku yang ditujukannya untuk pemenuhan kebutuhan
finansial atau jabatan, pada umumnya dilakukan atasan atau pimpinan
organisasi/perusahaan,
5. Ganjaran (reward) ataupun hukuman (punishment) yang diterima atau
dirasakan tergantung pada evaluasi atas prestasi yang dilakukan
individu itu sendiri,
6. Pada akhirnya, individu tersebut, menilai sejauh mana perilaku dan
ganjaran telah memuaskan kebutuhannya.
Jika siklus motivasi itu telah memuaskan kebutuhannya, maka suatu
keseimbangan dan kepuasan atas kebutuhan tersebut dirasakan.
Selanjutnya, jika masih ada kebutuhan yang belum terpenuhi maka akan
15

terjadi lagi proses pengulangan siklus motivasi dengan perilaku yang


berbeda.

E. Kebutuhan dan Motivasi

1. Motivasi Untuk Makan

a. Faktor Biologis

Mekanisme biologi12 kompleks memberi tahu organisme

apakah ia harus tetap makan atau berhenti makan. Salah satu faktor

terpenting adalah perubahan komposisi kimia pada darah.

Contohnya, perubahan kadar glukosa, dari beberapa macam jenis

gula, dapat mengatur perasaan lapar. Selain itu hormon insulin

membuat tubuh menyimpan kelebihan gula dalam darah dalam

bentuk lemak dan karbohidrat. Akhrinya, hormon Ghrelin

berkomunikasi dengan rasa lapar yang ada pada otak. Produksi

hormon Ghrelin meningkat sesuai dengan jadwal makan. Dan itu

akan menimbulkan perasaan lapar dan mengharuskan seseorang

untuk makan. (Wren & Bloom, 2007; Kojima & Kangawa, 2008;

Langlois et al., 2011).

Bagian hipotalamus dalam otak berfungsi untuk mengontrol

kadar glukosa. Banyak hal yang membuktikan bahwa hipotalamus

membawa tanggung jawab utama untuk memantau asupan makanan.

Apabila terjadi cedera pada hipotalamus akan mengakibatkan

12
Wade, Carole. & Tavris, Carol, Psikologi Jilid 2 Edisi kesembilan.( Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2007), hal.145
16

konsekuensi radikal untuk pola makan, tergantung pada bagian mana

lokasi cedera itu terjadi.

Meskipun peran penting hipotalamus dalam mengatur asupan

makanan ini jelas, tetapi cara tepatnya organ ini bekerja masih belum

jelas. Satu hipotesis menyatakan bahwa cedera pada hipotalamus

memengaruhi berat badan, atau tingkat berat tertentu yang ingin

dipertahankan tubuh, yang pada gilirannya mengatur asupan

makanan. Hipotalamus berperan sebagai semacam termostat berat

badan internal, hipotalamus membutuhkan asupan makanan yang

lebih banyak atau lebih sedikit.

Faktor keturunan juga menjadi poin penting dalam berat

badan. Seseorang dengan metabolisme tinggi dapat makan sebanyak

yang mereka inginkan tanpa penambahan berat badan yang

signifikan, sedangkan seseorang lainnya dengan metabolisme rendah

dapat makan setengah dari porsi makan yang diinginkannya namun

tetap saja berat badannya akan bertambah dengan mudah.

b. Faktor Sosial

Pengaruh budaya dan kebiasaan pribadi kita berperan

penting dalam menentukan kapan, apa, dan berapa banyak kita

makan. (Miller & Pumariega, 2001; Rozin et al., 2003; Leeman,

Fischler, & Rozin, 2011).

Makan juga dapat membantu kita untuk memfokuskan

perhatian kita pada kesenangan sesaat, terutama saat kita


17

mempunyai banyak masalah lalu kita makan, maka pada saat kita

makan itulah kita akan sejenak melupakan masalah kita tersebut.

Akibatnya, seseorang akan lebih banyak makan ketika ia sedang

merasa tertekan. (Elfhag, Tynelius, & Rasmussen, 2007; Tsenkova,

Boylan, & Ryff, 2013).

c. Gangguan Makan

 Anorexia Nervosa

Pada seseorang yang mengidap gangguan ini ia akan makan

dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga mereka menjadi sangat

kurus dan memiliki obsesi berlebih tentang bayangan tubuh yang

ideal, serta akan selalu menganggap bahwa diri mereka gemuk,

padahal dalam kenyataannya mereka memiliki tubuh yang sangat

kurus dan abnormal

 Bulimia

Berbanding terbalik dengan anorexia nervosa, penderita

gangguan ini akan melahap makanan dalam jumlah yang banyak,

dan kemudian akan membuang makanan tersebut dengan cara

memberi stimulasi untuk memuntahkannya atau dengan

menggunakan obat pencahar.

2. Motivasi Untuk Mencintai

Para Psikologi yang meneliti membedakan antara passionate love

(cinta romantik) dan Companionat Love (cinta pendamping).

Passionate Love adalah perasaan cinta dicirikan oleh adanya emosi


18

keintiman yang kuat dan ketertarikan seksual yang tinggi, sedangkan

Companionate Love adalah perasaan percaya, afeksi, dan perasaan

tentram saat bersama orang lain. Passionate Love juga dapat

menghilang atau berevolusi menjadi Companionate Love.13

 Teori kelekatan cinta (Attachment of love theory)


Menurut Philip shaver dan cindy hazam (1993), para
individu dewasa, sebagai man bayi, dapat mengalami perasaan
aman, cemas atau menghindar dari keterikatan mereka. Pasangan
hidup yang memiliki kelekatan yang aman, akan mearasa aman
juga akan sangat mudah memahami dan memaafkan pasangan
mereak apabila melakukan kesalahan / hal yn menyebalkan. Juga
sebaliknya mereka yang merasa cemas akan selalu berubah – ubah
dalm menyikapo pasangannya. Mereka ingin menjalin hubungan,
namun merasa khawatir akan ditinggal oleh pasangan mereka.
Orang-orang akan mendeskripsikan mereka sebagai orang yang
clingy ( menempel seperti benalu). Sedangkan merka yang
cenderung menghindar, akan sulit mempercayai orang lain lain dan
cenderung menghindar dari ketertarikan hubungan intim.
Apakah yang menyebabkan perbrdaan-perbedaan ini?.
Menurut teori attachment of love, gaya ketertarikan seseorang saat
setelah menjadi dewa sangat di pengaruhi oleh cara orang tua
memperhatikan dirinya. Distribusi tiga gaya ikatan dasar
dikalangan individu dewasa ternyata sangat mirip dengan distribusi
yang ditemukan pada bayi : 64% memiliki ikatan aman, 25%
memiliki rasa akan menghindar, 11% memiliki rasa kan cemas.
Lebih jauh lagi, jenis hubungan yang dimiliki oleh individu dewasa
sangat berkaitan dengan laporan yang mereka berikan mengenai
cara orang tua mereka memperlakukan mereka. Individu yang

13
Wade, Carole. & Tavris, Carol, Psikologi Jilid 2 Edisi kesembilan.( Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2007), hal.153
19

memiliki rasa aman umumnyaakan melaporkan bahwa mereka


memiliki hubungan yang dekat. Begitupun dengan individu yang
memiliki rasa cemas, akan melaporkan / menunjukkan ambivalensi
dalam menyukapi hubungan mereka terutama denagn ibu mereka.
Sedangkan individu yang memiliki rasa menghindar akan
melaporkan dengan mendeskripsikan orang tuanya dengan istilah-
sitilah negative. Juga perlu di ingat, sikap tempramen yang terdapat
didiri seseorang juga dapat mempengaruhi konsistensi gaya iktan
semenjak orang tersebut saat usia kanak-kanak hingga beusia
dewasa.
3. Motivasi Seksual

a. Aspek biologis dari hasrat

Peneliti biologi menemukan hormon dan respons seksual

mempengaruhi motivasi seksual, bahwa hormon testosteron

mempengaruhi dorongan seksual pada semua gender, meskipun

tidak secara langsung. Stimulasi seksual dan orgasme kedua gender

memiliki kesamaan kemampuan terstimulasi oleh rangsangan

seksual. Pria pada umumnya memiliki frekuensi seksual lebih

tinggi karena pria memiliki dorongan seksual lebih kuat

dibandingkan wanita. Selain itu, hasil perbedaan peran, nilai-nilai

budaya, dan kesempatan membuat perbedaa motivasi dan perilaku

seksual pada pria dan wanita. Seksualitas pria lebih dipengaruhi

oleh faktor-faktor biologis, sedangkan seksualitas wanita lebih

dipengarui oleh situasi, hubungan, dan norna-norma budaya.14

14
Wade, Carole. & Tavris, Carol, Psikologi Jilid 2 Edisi kesembilan.( Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2007), hal.160
20

b. Aspek Psikologis dari hasrat

Pria dan wanita melakukan hubungan seks untuk memuaskan

berbagai motivasi psikologis, termasuk kepuasan, keintiman,

Coping, self affirmation, tekanan dari pasangan dan tekanan dari

kelompok. Motif0motif ekstrinsik untuk melakukan hubungan seks

adalah kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan lebih

terasosiasi dengan perilaku seksual yang berisiko, dibandingkan

motif-motif intrinsik. Kedua gender dapat menyetujui terjadinya

Intercourse (Persetubuhan) atas dasar motivasi non seksual dimana

pria terkadang menjadi wajib melakukannya untuk membuktikan

maskulinitas mereka, dan wanita terpaksa melakukannya untuk

menjaga hubungan dengan pasangannya. Tiap-tiaip orang memiliki

motifnya tersendiri dalam melakukan hubungan seks yang tidak

mereka inginkan, tergantung, pada rasa aman yang mereka miliki

dan komitmen mereka terhadao suatu hubungan.

4. Motivasi Berprestasi

Istilah Need for achievement pertama kali dipopulerkan oleh Mc

Clelland dengan sebutan n-ach sebagai singkatan dari need for

achiement. Mc Clelland menganggap n-ach sebagai virus mental.

Virus mental tersebut merupakan suatu fikiran yang berhubungan

dengan bagaimana melakukan sesuatu dengan baik, lebih cepat lebih

efisien dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya.


21

Kalau virus mental tersebut beringkah laku secara giat (Weiner,

1985:35).15

Kebutuhan untuk berprestasi adalah karakteristik yang stabil dan

terpelajar di mana seseorang memperoleh kepuasan dengan

mengupayakan dan mencapai tingkat keunggulan (McClelland et al.,

1953). Santrork (2003: 103) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi

merupakan keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai

suatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan

tujuan untuk mencapai kesuksesan.

Menurut Heckhausen (1967: 54) motif berprestasi diartikan

sebagai usaha untuk meningkatkan atau melakukan kecakapan pribadi

setinggi mungkin dalam segala aktivitas dan suatu ukuran keunggulan

tersebut digunakan sebagai pembanding, meskipun dalam usaha

melakukan aktivitas tersebut ada dua kemungkinan yakni gagal atau

berhasil. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa motivasi berprestasi

merupakan motif yang mendorong individu untuk mencapai sukses

dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran

keunggulan (standard of excellence). Ukuran keunggulan digunakan

untuk standar keunggulan prestasi dicapai sendiri sebelumnya dan

layak seperti dalam suatu kompetisi.

John Athiknson mengemukakan bahwa motivasi berprestasi

seseorang didasarkan atas dual hal, yaitu adanya tendensi untuk meraih

15
Wade, Carole. & Tavris, Carol, Psikologi Jilid 2 Edisi kesembilan.( Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2007), hal.174
22

kesuksesan dan tendensi untuk menghidari kegagalan. Atkinson (

1957, 1964 ) menyusun sebuah teori motivasi berprestasi yang

mencoba mengkombinasikan kebutuhan , pengharapan dan nilai

menjadi kerangka acuan yang komperatif. Ia mengemukakan bahwa

perilaku merupakan sebuah fungsi perkalian dari ketiga komponen ini,

yang ia labelkan sebagai motif, probabilitas keberhasilan dan nilai

insentif, secara berurutan. Lebih jelasnya Atkinson (1958: 34)

mengemukakan bahwa keberhasilan individu untuk mencapai

keberhasilan dan memenangkan persaingan berdasarkan standar

keunggulan, sangat terkait dengan tipe kepribadian yang memiliki

motif berprestasi lebih tinggi daripada motif untuk menghindari

kegagalan begitu pula sebaliknya, apabila motif menghindari

terjadinya kegagalan lebih tinggi daripada motif sukses, maka motivasi

berprestasi seseorang cenderung rendah.

Need for Achievement. Salah satu motif yang dipelajari secara luas

diteliti adalah perlunya prestasi. Individu yang menetapkan standar

yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri mungkin telah

menginternalisasi pencapaian sebagai tujuan pribadi. Namun, mereka

mungkin mengembangkan kebutuhan untuk mencapai karena

persetujuan sosial atas keberhasilan atau hukuman kegagalan.

Bagi banyak orang, "termotivasi" berarti tertarik pada prestasi

(Wigfield & Eccles, 2002). Orang-orang dengan kebutuhan yang tinggi

akan prestasi berusaha untuk melakukannya dengan baik setiap kali


23

mereka dievaluasi. Kebutuhan untuk berprestasi dapat mengarah pada

kekayaan dan prestise, tetapi orang-orang yang berprestasi tinggi

dalam seni, musik, sains, atau olahraga amatir dapat unggul tanpa

mencari kekayaan. Orang-orang seperti itu biasanya menikmati

tantangan dan mereka menikmati kesempatan untuk menguji

kemampuan mereka (Puca & Schmalt, 1999).

McClelland (1978: 77) mengemukakan bahwa karakteristik

individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, yaitu :

1. Perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan, yaitu keinginan


untuk menyelesaikan tugas dengan hasil yang sebaik-baiknya, agar
tujuan yang dicapai dapat berhasil dengan baik dan memuaskan.
2. Bertangungjawab, yaitu mampu bertanggungjawab terhadap
dirinya sendiri dan menentukan masa depannya, sehingga apa yang
dicita-citakan berhasil tercapai.
3. Evaluatif, yaitu menggunakan umpan balik untuk menentukan
tindakan yang lebih efektif guna mencapai prestasi, kegagalan yang
dialami tidak membuatnya putus asa, melainkan sebagai pelajaran
untuk berhasil dalam menwujudkan keinginannya.
4. Mengambil resiko “sedang”, dalam arti tindakan-tindakannya
sesuai dengan batas kemampuan yang dimilikinya, tidak melewati
batas kemampuan yang dimiliki. Sebab dengan tidak melewati
batas prestasi atau keinginan akan mudah terwujud dan diraih.
5. Kreatif dan inovatif, yaitu mampu mencari peluang-peluang
dan menggunakan kesempatan untuk dapat menunjukkan
potensinya.Tidak takut untuk menunjukan keahliannya kepada
orang lain dan tidak takut gagal. Mampu menemukan atau
membuat peluang-peluang baru yang lebih dari peluang-peluang
sebelumnya.
24

6. Menyukai tantangan, yaitu senang akan kegiatan-kegiatan yang


bersifat prestatif dan kompetitif. Tidak takut kalah atau gagal
dalam menjalankan usahanya untuk mencapai sebuah keberhasilan.
Menurut French dalam Syaodih (2003) siswa yang termotivasi oleh
prestasi akan bertahan lebih lama pada tugas dibandingkan siswa
siswa yang kurang tinggi dalam motivasi berprestasi, kendati
mereka mengalami kegagalan. Mereka akan menghubungkan
kegagalan mereka dengan kurangnnya usaha, bukannya dengan
faktor-faktor eksternal seperti kesukaran tugas, keberuntungan.
Siswa yang termotivasi prestasi menginginkan keberhasilan, dan
ketika mereka gagal akan melipatgandakan usaha mereka sehingga
dapat berhasil.
Motivasi berprestasi merupakan suatu proses psikologis yang
mempunyai arah dan tujuan untuk sukses sebagai ukuran terbaik. Sebagai
proses psikologis, motivasi berprestasi dipengaruhi oleh dua faktor
(Martianah 1984 : 26).
a. Factor Individu ( intern )
Individu sebagai pribadi mencakup sejumlah aspek yang saling
berkaitan. Motivasi berprestasi sebagai salah satu aspek psikis, dalam
prosesnya dipengaruhi oleh faktor individu, seperti :
1. Kemampuan
Kemampuan adalah kekuatan penggerak untuk bertindak yang
dicapai oleh manusia melalui latihan belajar. Dalam proses motivasi,
kemampuan tidak mempengaruhi secara langsung tetapi lebih
mendasari fungsi dan proses motivasi. Individu yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi biasannya juga mempunyai kemampuan
tinggi pula.
2. Kebutuhan
Kebutuhan adalah kekurangan, artinya ada sesuatu yang kurang
dan oleh karena itu timbul kehendak untuk memenuhi atau
mencukupinya. Kehendak itu sendiri adalah tenaga pendorong untuk
25

berbuat sesuatu atau bertingkah laku. Ada kebutuhan pada individu


menimbulkan keadaan tak seimbang, rasa ketegangan yang dirasakan
sebagai rasa tidak puas dan menuntut pemuasan. Bila kebutuhan belum
terpuaskan maka ketegangan akan tetap timbul. Keadaan demikian
mendorong seseorang untuk mencari pemuasan. Kebutuhan merupakan
faktor penyebab yang mendasari lahirnya perilaku seseorang, atau
kebutuhan merupakan suatu keadaan yang menimbulkan motivasi.
3. Minat
Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam diri
subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa
senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel 1984: 30). Seseorang
yang berminat akan mendorong dirinya untuk memperhatikan orang
lain, benda-benda, pekerjaan atau kegiatan tertentu. Minat juga
menjadi penyebab dari suatu keaktifan dan basil daripada
keikutsertaannya dalam keaktifan tersebut.
4. Harapan / Keyakinan
Harapan merupakan kemungkinan yang dilihat untuk memenuhi
suatu kebutuhan tertentu dari seseorang/individu yang didasarkan atas
pengalaman yang telah lampau; harapan tersebut cenderung untuk
mempengaruhi motif pada seseorang (Moekijat 1984 : 32). Seseorang
anak yang merasa yakin akan sukses dalam ulangan akan lebih
terdorong untuk belajar giat, tekun agar dapat mendapatkan nilai
setinggi-tingginya.
b. Factor Lingkungan ( ekstern )
Menurut Mc. Clelland (1987 : 89-90; 128-133) beberapa faktor
lingkungan yang dapat membangkitkan motivasi berprestasi adalah:
 Adanya norma standar yang harus dicapai
Lingkungan secara tegas menetapkan standar kesuksesan yang
harus dicapai dalam setiap penyelesaian tugas, baik yang berkaitan
dengan kemampuan tugas, 7 perbandingan dengan hasil yang pernah
26

dicapai maupun perbandingan dengan orang lain. Keadaan ini akan


mendorong seseorang untuk berbuat yang sebaikbaiknya.
 Adanya situsi kompetisi
Sebagai konsekuensi adanya standar keunggulan, timbullah
situasi kompetisi. Namun perlu juga dipahami bahwa situasi kompetitif
tersebut tidak secara otomatis dapat memacu motivasi seseorang
manakala individu tersebut tidak beradaptasi didalamnya.
 Jenis tugas dan situasi menantang
Jenis tugas dan situasi yang menantang adalah tugas yang
memungkinkan sukses dan gagalnya seseorang. Setiap individu
terancam akan gagal apabila kurang berusaha.
Bloom (1985) menemukan bahwa dorongan dan tekad, bukan
bakat alami yang hebat, menuntun pada kesuksesan yang luar biasa.
Langkah pertama menuju prestasi tinggi dimulai ketika orangtua
mengekspos anak-anak mereka ke musik, berenang, ide-ide ilmiah, dan
sebagainya, "hanya untuk bersenang-senang." Pada awalnya, banyak
anak-anak memiliki keterampilan yang sangat biasa. Namun, pada
suatu titik, anak-anak mulai secara aktif mengembangkan kemampuan
mereka. Tak lama, orang tua memperhatikan kemajuan pesat anak dan
menemukan instruktur atau pelatih ahli. Setelah lebih banyak
keberhasilan, anak-anak mulai "hidup" untuk bakat mereka dan
berlatih berjam-jam setiap hari. Ini berlanjut selama bertahun-tahun
sebelum mereka mencapai ketinggian pencapaian yang benar-benar
luar biasa. Hasil kerja Bloom adalah bahwa bakat dipupuk oleh
dedikasi dan kerja keras (R. C. Beck, 2004).
Kemungkinan besar akan berkembang ketika orang tua secara
aktif mendukung minat khusus anak dan menekankan melakukan yang
terbaik setiap saat. Studi tentang keajaiban anak dan orang dewasa
terkemuka juga menunjukkan bahwa latihan intensif dan pelatihan ahli
adalah bahan umum dari prestasi tinggi. Percaya Diri Mencapai kinerja
elit dapat disediakan untuk beberapa orang yang berdedikasi. Namun
27

demikian, seperti atlet elit, Anda mungkin dapat meningkatkan


motivasi Anda dengan meningkatkan kepercayaan diri Anda (Hanton,
Mellalieu, & Hall, 2004).
Orang-orang dengan kepercayaan diri percaya bahwa mereka dapat
dengan sukses melakukan suatu kegiatan atau mencapai suatu tujuan.
Untuk meningkatkan kepercayaan diri, adalah bijaksana untuk
melakukan hal berikut (Druckman & Bjork, 1994):
• Tetapkan tujuan yang spesifik dan menantang, tetapi dapat dicapai.
• Visualisasikan langkah-langkah yang perlu Anda ambil untuk
mencapai tujuan Anda. • Maju dalam langkah-langkah kecil.
• Ketika Anda pertama kali memperoleh keterampilan, tujuan Anda
haruslah untuk membuat kemajuan dalam pembelajaran. Kemudian,
Anda dapat berkonsentrasi untuk meningkatkan kinerja Anda,
dibandingkan dengan orang lain.
• Dapatkan instruksi ahli yang membantu Anda menguasai
keterampilan.
• Temukan model yang terampil (seseorang yang ahli dalam bidang
keterampilan) untuk ditiru.
• Dapatkan dukungan dan dorongan dari pengamat.
• Jika Anda gagal, anggap itu sebagai tanda bahwa Anda harus
berusaha lebih keras, bukan karena Anda tidak memiliki kemampuan.
Kepercayaan diri memengaruhi motivasi dengan memengaruhi
tantangan yang akan Anda lakukan, upaya yang akan Anda lakukan,
dan berapa lama Anda akan bertahan ketika segala sesuatu tidak
berjalan dengan baik. Anda bisa yakin bahwa kepercayaan diri layak
untuk dikembangkan.
5. Motif, nilai, dan kesejahteraan
Kesimpulan dari berbagai area motivasi manusia yang perlu kita
perhatikan bahwa : orang-orang yang termotivasi oleh kepuasan
intrinsik dari suatu aktivitas merupakan orang-orang yang lebuh
28

bahagia dan lebih puas dibandingkan mereka yang termotivasi oleh


kepuasan ekstrinsik (deci dan ryan,1985;Kasser dan ryan,2001).16
Tujuan yang kita pilih dan pola pikir kita terhadap tujuan akan
membuat motivasi intrinsik mengalami peningkatan dan penurunan.
Tujuan, pada akhirnya, ditentukan oleh nilai-nilai yang kita anggap
penting dalam kehidupan kita :kebebasan, agama, kesetaraan,
kemakmuran, kemasyhuran, kebijaksanaan, kedamaian, keselamatan
spiritual, hasrat seksual, keinginan untuk memperbaiki dunia, atau
berbagai hal lainnya. Penelitian psikologi tidak dapat menentukan
nilai-nilai apa yang seharusnya kita pilih, namun penelitian-penelitian
tersebut menolong kita untuk melihat konsekuensi dari pilihan kita.
Contohnya, kebanyakan orang amerika lebih termotivasi untuk
menghasilkan uang alih-alih menikmati suatu aktivitas. Namun,
berbagai penelitian membuktikan bahwa pengalaman intrinsik yang
positif dan menyenangkan akan memberikan kebahagiaan yang jauh
lebih besar dibandingkan hanya sekedar memiliki barang-barang
mewah. (van boven dan gilovich, 2003).
Namun, pada akhirnya apapun nilai-nilai dan tujuan yang kita
pilih, jika terdapat konflik pada nilai-nilai dan tujuan tersebut maka
kesenjangan yang terjadi dapat menghasilkan tekanan emosional dan
ketidakbahagiaan. Para ilmuwan telah mengindentifikasi tiga jenis
konflik motivasi :
1. Konflik mendekati-mendekati (approach-approach conflict)
Akan terjadi jika kita memiliki ketertarikan dengan intensitas yang
sama pada dua atau lebih kemungkinan aktivitas atau tujuan.
2. Konflik menghindari-menghindari (avoidance-avoidance)
Konflik yang menuntun kita untuk memilih salah satu dari dua
pilihan yang sama-sama tidak kita sukai.
3. Konflik mendekati-menghindari (approach-avoidance)

16
Wade, Carole. & Tavris, Carol, Psikologi Jilid 2 Edisi kesembilan.( Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2007), hal.184
29

Akan terjadi saat suatu aktivitas atau tujuan tunggal memiliki


aspek positif-negatif sekaligus.
Pada negara yang terdiri dari berbagai kebudayaan, perbedaan
nilai-nilai yang terdapat pada tiap-tiap kebudayaan sering kali
menimbulkan konflik mendekati-menghindari.
Konflik-konflik semacam itu merupakan sesuatu yang sulit untuk
dihindari, konflik-konflik tersebut merupakan harga sekaligus sukacita
kehidupan. Meski demikian, ketika suatu konflik tidak terpecahkan,
hal tersebut akan mempengaruhi keadaan emosi kita.
Abraham Maslow, seorang psikologi humanis menganggap bahwa
beberapa tujuan lebih banyak memberikan sumbangsih terhadap
kesejahteraan kita dibandingkan tujuan-tujuan lainnya. Maslow
menganalogikan motivasi seseorang sebagai piramida yang terdiri dari
hierarki kebutuhan. Pada tingkatan paling bawah terdapat kebutuhan-
kebutuhan dasar manusia, tingkatan berikutnya terdapat kebutuhan
akan rasa aman, pada tingkat yang ketiga, terdapat kebutuhan sosial,
pada tingkat keempat, terdapat self-esteem, dan pada tingkat paling
atas terdapat kebutuhan aktualisasi diri dan transendensi diri.
Teori ini, yang tampaknya sangat masuk akal dan memiliki
pandangan yang optimis terhadap kemajuan manusia, meraih banyak
popularitas. Namun, teori tersebut hanya didasari oleh intuisi dan
observasi yang dilakukan oleh Maslow, dan hanya memiliki sedikit
dukungan empiris. (Sheldon dkk, 2001 ; Smither, 1998). Sebaliknya,
orang dapat memiliki kebutuhan secara simultan : kebutuhan akan
kenyamanan dan keamanan yang sekaligus dibarengi oleh kebutuhan
akan kelekatan, sel-esteem, dan kompetensi. Individu yang telah
memenuhi kebutuhan dasar mereka tidak secara otomatis berusaha
memenuhi kebutuhan pada tingkatan yang lebih tinggi, dan manusia
menunjukkan perilaku yang buruk tidak hanya saat kebutuhan dasar
mereka terpenuhi.
30

Suatu cara lain untuk berpikir mengenai kebutuhan psikologis yang


berlaku secara umum telah dikembangkan oleh penelitian yang
melibatkan mahasiswa dalam jumlah besar di amerika dan korea
selatan sebagai sampel penelitian. (Sheldon dkk, 2001). Hasilnya,
empat kebutuhan psikologis yang paling tinggi adalah : otonomi,
kompetensi, persahabatan, dan self-esteem. Kebutuhan-kebutuhan
lainnya memiliki tingkatan yang lebih rendah, meliputi : hiburan,
aktualisasi diri, popularitas, dan yang paling rendah sekali lagi adalah
uang dan kemewahan. Jelas bahwa, kesejahteraan psikologis
bergantung pada pemilihan aktivitas dan tujuan yang dapat
memberikan kepuasan intrinsik, kemampuan mengatasi konflik yang
terjadi antara beberapa tujuan, dan adanya perasaan memiliki
kebebasan dalam memilih tujuan yang akan kita kejar.

F. Motivasi Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an

Allah berfirman dalam Al-Quran:

‫ٱَّلل ََل‬ ِّ ‫ظونَهُۥ ِّم ْن أ َ ْم ِّر ه‬


َ ‫ٱَّلل ۗ ِّإ هن ه‬ ُ َ‫ت ِّم ۢن بَي ِّْن يَ َد ْي ِّه َو ِّم ْن خ َْل ِّف ِّهۦ يَ ْحف‬
ٌ َ‫لَهُۥ ُمعَ ِّق َٰب‬
‫س ٓو ًءا فَ ََل‬
ُ ‫ٱَّللُ ِّبقَ ْو ٍم‬ ۟ ‫يُغ َِّي ُر َما ِّبقَ ْو ٍم َحت ه َٰى يُغَيِّ ُر‬
‫وا َما ِّبأَنفُ ِّس ِّه ْم ۗ َوإِّ َذآ أ َ َرا َد ه‬
‫َم َر هد لَهُۥ ۚ َو َما لَ ُهم ِّمن دُونِّ ِّهۦ ِّمن َوا ٍل‬
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah

Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila

Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang

dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain

Dia.”
31

Tafsir al-Jalalain(Baginya) manusia (ada malaikat-malaikat yang

selalu mengikutinya bergiliran) para malaikat yang bertugas

mengawasinya (di muka) di hadapannya (dan di belakangnya) dari

belakangnya (mereka menjaganya atas perintah Allah) berdasarkan

perintah Allah, dari gangguan jin dan makhluk-makhluk yang lainnya.

(Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum) artinya Dia

tidak mencabut dari mereka nikmat-Nya (sehingga mereka mengubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri) dari keadaan yang baik dengan

melakukan perbuatan durhaka. (Dan apabila Allah menghendaki

keburukan terhadap suatu kaum) yakni menimpakan azab (maka tak ada

yang dapat menolaknya) dari siksaan-siksaan tersebut dan pula dari hal-hal

lainnya yang telah dipastikan-Nya (dan sekali-kali tak ada bagi mereka)

bagi orang-orang yang telah dikehendaki keburukan oleh Allah (selain

Dia) selain Allah sendiri (seorang penolong pun) yang dapat mencegah

datangnya azab Allah terhadap mereka. Huruf min di sini adalah zaidah.

Dari ayat di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ternyata motivasi

yang paling kuat adalah dari diri seseorang. Motivasi sangat berpengaruh

dalam gerak-gerik seseorang dalam setiap tindak-tanduknya.

Dalam kaitannya dengan tingkah laku keagamaan motivasi tersebut

penting untuk dibicarakan dalam rangka mengetahui apa sebenarnya latar

belakang suatu tingkah laku keagaman yang dikerjakan seseorang. Disini

peranan motivasi itu sangat besar artinya dalam bimbingan dan

mengarahkan seseorang terhadap tingkah laku keagamaan. Namun


32

demikian ada motivasi tertentu yang sebenarnya timbul dalam diri

manusia karena terbukanya hati manusia terhadap hidayah Allah. Sehingga

orang tersebut menjadi orang yang beriman dan kemudian dengan iman

itulah ia lahirkan tingkah laku keagaman17.

Menurut perspektif islam :

Dalam Al-Qur’an ditemukan berberapa statement baik secara

eksplisit maupun implisit menunjukkan beberapa bentuk dorongan yang

memengaruhi manusia. dorongan-dorongan dimaksud dapat berbentuk

instingtif dalam bentuk dorongan naluriah, maupun dorongan terhadap

hal-hal yang meningkatan kenikmatan.

Seperti dalam Al-qur’an :

َ ‫ير ْٱل ُمقَن‬


َ‫ط َر ِّة ِّمن‬ ِّ ‫سا ٓ ِّء َو ْٱل َب ِّنينَ َو ْٱلقَ َٰنَ ِّط‬
َ ‫ٱلن‬
ِّ َ‫ت ِّمن‬ ‫اس ُحبُّ ٱل ه‬
ِّ ‫ش َه َٰ َو‬ ِّ ‫ُز ِّينَ ِّللنه‬
‫ث ۗ َٰ َذ ِّل َك َم َٰت َ ُع‬
ِّ ‫س هو َم ِّة َو ْٱْل َ ْن َٰعَ ِّم َو ْٱل َح ْر‬
َ ‫ض ِّة َو ْٱل َخ ْي ِّل ْٱل ُم‬
‫ب َو ْٱل ِّف ه‬ ِّ ‫ٱلذه َه‬
ِّ ‫ٱَّللُ ِّعن َدهُۥ ُح ْس ُن ْٱل َمـَٔا‬
‫ب‬ ‫ْٱل َحيَ َٰوةِّ ٱل ُّد ْنيَا ۖ َو ه‬
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-

apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari

jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah

ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat

kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran : 14)

Tafsir al-Jalalain(Dijadikan indah pada pandangan manusia

kecintaan kepada syahwat) yakni segala yang disenangi serta diingini

nafsu sebagai cobaan dari Allah atau tipu daya dari setan (yaitu wanita-

17
Ramayulis, Psikolgi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, Hal 102
33

wanita, anak-anak dan harta yang banyak) yang berlimpah dan telah

berkumpul (berupa emas, perak, kuda-kuda yang tampan) atau baik

(binatang ternak) yakni sapi dan kambing (dan sawah ladang) atau tanam-

tanaman. (Demikian itu) yakni yang telah disebutkan tadi (merupakan

kesenangan hidup dunia) di dunia manusia hidup bersenang-senang

dengan hartanya, tetapi kemudian lenyap atau pergi (dan di sisi Allahlah

tempat kembali yang baik) yakni surga, sehingga itulah yang seharusnya

menjadi idaman dan bukan lainnya.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Motivasi adalah sesuatu yang merangsang, membangkitkan motif,

membangkitkan daya gerak, atau mengerakkan seseorang atau diri sendiri untuk

berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan tertentu.

Motivasi terdiri dari 2 jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Banyak pandangan atau teori-teori motivasi yang berbeda-beda yang

mungkin dikarenakan oleh penggunaan metode observasi yang berbeda-beda.

Dalam Al-Qur’an ditemukan berberapa statement baik secara eksplisit

maupun implisit menunjukkan beberapa bentuk dorongan yang memengaruhi

manusia. dorongan-dorongan dimaksud dapat berbentuk instingtif dalam

bentuk dorongan naluriah, maupun dorongan terhadap hal-hal yang

meningkatan kenikmatan.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan-

kekurangan didalamnya. Semoga pembaca dapat memberikan kritik dan saran

yang membangun bagi kami agar kedepannya dapat memberikan hasil yang lebih

baik lagi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Wade, Carole. & Tavris, Carol. 2007. Psikologi Jilid 2 Edisi kesembilan.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Feldman, Robert S. 2015. Essentials of Understanding Psychology


Eleventh Editions. Massachusetts: McGraw-Hill Education

Abdul Rahman Shaleh. 2009. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif


Islam. Jakarta : Prenada Media

Ramayulis. Psikolgi Agama. Jakarta: Kalam Mulia

https://psikodemia.com/jenis-jenis-motivasi-dalam-psikologi/amp/
http://www.academia.edu/9760314/Makalah_psikologi_motivasi

35

Anda mungkin juga menyukai