PENDAHULUAN
Pada Bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan
masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
komitmen
afektif
(affective
commitment),
komitmen
kontinuen
memiliki
intensi
untuk
tetap
bekerja
pada
organisasinya
berdasarkan
atau objek terdekat (Tracy, et.al. 2010). Pekerja dapat merasakan kebanggaan
dari keberhasilan yang dicapai oleh organisasi tempatnya bernaung (dapat berupa
teman kerja, kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan). Pada titik itu,
pekerja memiliki kebutuhan melakukan afiliasi yang kuat terhadap organisasi
(Gold, 1982). Menjadi bangga terhadap organisasi atas prestasi yang diraihnya
disebut dengan emotional organizational pride (EOP).
Tipe
kebanggaan
organisasi
yang
kedua
adalah
Attitudinal
menyumbangkan level energi yang tinggi dan ketahanan mental selama bekerja,
perasaan
bermakna,
perasaan
antusias,
perasaan
terinspirasi,
keadaan
engaged
tidak
hanya
mampu
menjadi
giat,
namun
juga
merupakan anak perusahaan dari Perum Perumnas PT. Propernas adalah salah
satu perusahaan swasta yang melayani rakyat dengan fungsi utama untuk
menyediakan perumahan yang layak bagi rakyat Indonesia.
Selain itu, pengaruh rasa bangga terhadap perusahaan juga mempunyai
yang cukup besar dalam tingkat komitmen karyawan. Kebanggaan terhadap
organisasi mengacu pada pengalaman menyenangkan dan self respect yang
muncul dari anggota organisasi Jones, 2010 (dalam Olson, Bryan, dan
Thompson, 2013). Menurut Pryce (2011: 1), pride is a psychological feeling
and an excessively high opinion employees having about their job and
organization.
dengan
pengertian
di
atas,
maka
permasalahan
dalam
terhadap komitmen
positif
terhadap keterikatan
terhadap komitmen
keterikatan kerja.
3. Untuk menganalisa dan menguji pengaruh keterikatan kerja terhadap
komitmen afektif.
4. Untuk menganalisa dan menguji kebanggaan organisasi berpengaruh positif
terhadap komitmen afektif karyawan PT. Propernas Griya Utama yang
dimediasi keterikatan kerja.
10
sectional, yaitu hanya berlaku pada kurun waktu tertentu, sehingga hasil
penelitian ini belum tentu sama jika dilakukan dalam waktu-waktu lainnya
karena memungkinkan terdapat kondisi lain yang memengaruhi faktor-faktor
tersebut untuk berubah.
PENDAHULUAN
BAB II
Bab ini memuat tentang teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan,
pengembangan hipotesis
11
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, variabel penelitian,
sampel, sumber dan teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumen
penelitian, pengujian instrumen yang akan dilakukan, juga prosedur analisis yang
akan digunakan untuk menguji hipotesis, serta gambaran umum subjek
penelitian.
BAB IV
BAB V
PENUTUP
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai teori dalam penelitian seperti
definisi variabel komitmen organisai, kebanggaan organisasi dan keterikatan kerja
serta hubungan antar variabel tersebut serta rumusan hipotesis dan model penelitian.
13
2.1.2
14
mengenai organisasi.
David (dalam Sopiah 2008: 163-164) mengemukakan 4 faktor yang
memepengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:
1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, dan kepribadian.
2. Karateristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan pekerjaan,
konflik peran dalam pekerjaan, dan tingkat kesulitan dalam pekerjaan.
3. Karateristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi
seperti sentralitas atau desentralitas, kehadiran serikat pekerja dan tingkat
pengendalian organisasi yang dilakukan oleh karyawan.
4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh
terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang
hanya beberapa tahun bekerja dalam organisasi tentu mempunyai tingkat
komitmen yang berlainan.
Pernyataan
lain
menurut
Stum
(dalam
Sopiah
2008:
164)
15
2.1.3
16
komitmen
afektif
(affective
commitment),
komitmen
terhadap
organisasi
mengacu
pada
pengalaman
menyenangkan dan self respect yang muncul dari anggota organisasi Jones,
(dalam Olson, Bryan, dan Thompson, 2013). Menurut Pryce (2011:1), pride
is a psychological feeling and an excessively high opinion employees having
about their job and organization. Ini merupakan kombinasi dari kesenangan,
17
2.2.2
18
kontribusi mereka sendiri. Kebanggaan adalah salah satu emosi yang paling
kuat Katzenbach (dalam Gouthier dan Rhein, 2011) dan merupakan
pengalaman mental Fisher dan Ashkanasy, (dalam Gouthier dan Rhein, 2011).
Biasanya, objek stimulus tertentu atau peristiwa tertentu menyebabkan
munculnya rasa bangga Basch dan Fisher (dalam Gouthier dan Rhein, 2011).
19
2.2.3
merasakan
kebanggaan
memotivasi
seseorang
untuk
20
21
organisasi,
manajer
dan
rekan
kerjanya,
sehingga
22
23
2.3.2
24
yang terikat. Dalam situasi dimana para pekerja bergantung satu sama lain
untuk menghasilkan produk dan jasa, permasalahan dan tegangan yang
dimunculkan oleh para pekerja yang secara aktif tidak terikat bisa
menyebabkan kerusakan besar bagi fungsi organisasi.
2.3.3
25
keterikatan kerja terdapat 3 aspek, yaitu energi yang tinggi dan ketekunan
kerja yang disebut Schaufeli dan Bakker (2010) sebagai vigor, kerelaan dan
ketulusan mendedikasikan kemampuan terbaiknya untuk perusahaan yang
disebut dedication serta merasa senang dalam menjalankan pekerjaan dan
lebur dalam pekerjaan yang disebut absorption.
2.3.4
26
dampak positif pada keterikatan kerja saat tuntutan kerja tinggi (Bakker dan
Demerouti (2008)).
Job resources mengacu pada aspek lingkungan terkait pekerjaan, yaitu
aspek fisik, sosial atau organisasional. Contoh job resource adalah: dukungan
sosial dari kolega dan supervisor, coaching dari supervisor, feedback kinerja,
beragamnya skill dan otonomi, dan lain-lain. Sedangkan personal resources
mengacu pada keadaan psikologis individu, yaitu: optimism, self efficacy,
resiliency dan self esteem (Bakker dan Demerouti, 2008).
Menurut Schiemann (2009) banyak faktor yang mempengaruhi
keterikatan kerja karyawan. Jaminan pekerjaan, perlakuan yang adil,
kompensasi yang mencukupi, perlakuan dengan penuh hormat dan
bermartabat, faktor-faktor yang berhubungan dengan stres (seperti beban kerja
yang berlebihan, target kinerja yang tidak realistis, konflik pekerjaan dan
keluarga yang disebabkan adanya ketidakseimbangan), adanya timbal balik
hak (konsekwensi positif perusahaan atas kinerja yang baik dari karyawan)
yang tidak hanya mencakup upah atau benefit yang menarik, tetapi juga
pengembangan keterampilan, budaya inovatif atau ketersediaan sumber daya
tertentu yang memungkinkan karyawan untuk berkembang. Selanjutnya
adalah pekerjaan yang menarik, dimana ada kesesuaian antara jenis pekerjaan
dengan individu, adanya teman sejawat yang akrab dan pemimpin yang
menginspirasi, dan lain-lain.
Marciano (2010) mengatakan bahwa saat level penghargaan terhadap
27
keputusan,
atasan
bertindak
sebagai
pendorong
untuk
28
29
terhadap
organisasi
mengacu
pada
pengalaman
menyenangkan dan self respect yang muncul dari anggota organisasi Jones
(dalam Olson, Bryan, dan Thompson, 2013). Menurut Pryce (2011:1), pride
is a psychological feeling and an excessively high opinion employees having
about their job and organization. Ini merupakan kombinasi dari kesenangan,
perasaan positif, harga diri, kehangatan personal, dan keterlibatan karyawan
terhadap organisasi dan nilai-nilai di dalamnya.
Berdasarkan beberapa teori diatas komitmen organisasi dapat diartikan
sebagai ikatan anggota oraganisasi untuk tetap tinggal dalam organisasi, setia
terhadap organisasi, bangga terhadap organisasi, memberikan upaya pada
organisasi, dan dapat menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut penelitian Gouthier dan Rhein (2011) rasa bangga
akan organisasi (organizational pride) memiliki efek positif terhadap
komitmen pegawai dalam bekerja, kreativitas pegawai, dan selain itu rasa
bangga akan organisasi juga berarti menghadirkan konstruk yang penting yang
berkontribusi terhadap daya saing organisasi.
Beberapa penelitian yang telah disebutkan sebelumnya secara
konsisten menunjukkan bahwa kebanggaan organisasi berhubungan positif
30
terhadap komitmen afektif. Hal ini berarti, jika kebanggaan organisasi yang
dirasakan karyawan tinggi, komitmen afektif karyawan juga akan cenderung
tinggi. Oleh karena itu, hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
H1: Kebanggaan organisasi berpengaruh positif terhadap komitmen
afektif.
2.4.2
Borwn
(dalam
Blogspot
2009)
karyawan
dapat
31
2.4.3
32
Kebanggaan
Organisasi
Komitmen
Afektif
Gambar: 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas metode penelitian yang meliputi desain penelitian,
populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional
variabel dan pengukuran variabel, pengujian instrumen penelitian dan prosedur
pengujian model.
34
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Sekaran, 2006: 76).
Sedangkan causal effect merupakan penelitian hubungan cause and effect antar
variabel penelitian (Sekaran, 2006: 101).
Berdasarkan Cooper dan Schindler (2014: 126), desain penelitian ini
diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan
kausalitas yang terjadi di antara variabel sehingga penelitian ini merupakan
bagian dari studi kausal.
2. Berdasarkan dimensi waktunya, penelitian ini termasuk penelitian cross
sectional, yakni hanya mengambil data penelitian pada suatu kurun waktu
tertentu yang kemudian digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
3. Berdasarkan lingkungan penelitiannya, penelitian ini dilakukan dalam kondisi
lingkungan yang sebenarnya (kondisi lapangan).
35
36
37
Uji Validitas
Menurut Hastono (2006:89) validitas merupakan salah satu cara untuk
mengukur instrument
3.5.2
Uji Reliabilitas
38
3.6.1
Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara uji statistik non-parametrik
Kolgomorov-smirnov (uji K-S). uji K-S dilakukan dengan melihat nilai
probabilitas signifikansi atau asymp. Sig (2-talied). Sebelumnya perlu
diketahui terlebih dahulu hipotesis pengujian, yaitu:
Hipotesis (H0): data terdistribusi tidak normal
39
3.6.2
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau
korelasi yang tinggi antara masing-masing variabel independen dalam model
regresi. Multikolinearitas biasanya terjadi ketika sebagian besar variabel yang
digunakan saling terkait dalam satu model regresi. Oleh karena itu masalah
Multikolinearitas tidak terjadi pada regresi linier sederhana yang hanya
melibatkan satu variabel independen. Konsekuensi praktis yang timbul
sebagai akibat adanya multikolinearitas adalah kesalahan standar penaksir
semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin
besar sehingga mendapat kesimpulan yang salah (Ghozali, 2009:56).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model
regresi adalah dengan cara melihat nilai Variance Information Factor (VIF)
dan nilai Tolerance. Jika VIF < 10 dan Tolerance > 0,1, maka persamaan
regresi tidak terjadi multikolinieritas dn jika VIF > 10 dan Tolerance <0,1,
maka persamaan regresi terjadi multikolinieritas.
3.6.3
Uji Heteroskedastisitas
40
41
: Komitmen afektif
Y2
: Keterikatan kerja
tX
: Koefisien Regresi
tX
: Koefisien Regresi
: Error
BM
: Mediasi
42
F. Cara
43