Era RevolusiPindustri 4.0 diperlukan tenaga kerja yang ahli, trampil, serta profesional sangatlah dibutuhkan bagi dunia kerja pada saat ini. Penerapan Budaya industri disekolah menengah kejuruan (SMK) bertujuan untuk menciptakan lulusan yang mampu menghilangkan pemborosaan saat berkerja. Budaya kerja industri mementingkan keselamatan kerja dan menciptakan Kesadaran keselamatan kerja dalam melakukan pekerjaan termasuk standar proses yang dilaksanakan sebagai upaya untuk menghindari kecelakaan kerja maupun kerugian yang dapat dihindari. Kesadaran mengenai pendidikan dan kesalamatan kerja dapat dilakukan dengan upaya pendidikan, pengarahan, serta pelatihan. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan upaya untuk melindungi tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamatpdan sehat, agar setiap produksi dapat digunakan secara aman dan efisien (Kepmenaker Nomor 463/MEN/2014) Kegiatan belajar bekerja di SMK cenderung menjadi kegiatan pemborosan, barang hasil praktek kerja tidak dapat dijual, tidak dapat digunakan, karena belum mengutamakan kualitas hasil kerja praktik. SMK sering menyimpan barang secara berlebihan, yang sebenarnya tidak berguna, serta tidak dalam kondisi teratur rapi. Ketidakrapian dalam penataan, membuat terjadinya pemborosan waktu dalam pencarian alat, akan terjadi penggunaan alat yang tidak sesuai fungsinya, yang berujung kepada kecelakaan kerja, dan kualitas produksi yang rendah. Mengatasi hal pemborosan tersebut maka dibutuhkan budaya kerja industri dengan menggunakan atau menerapkan budaya 5S. Budaya 5S merupakan salah satu budaya kerja yang mengurangi pemborosan dalam bekerja. Budaya 5S merupakan suatu istilah dari jepang; Seiri (Pemilahan), Seiton (Penataan), Seiso (Pembersihan), Seiketsu (Kebersihan), dan Shitsuke (Disiplin). Istilah 5S di adaptasi Indonesia dari Jepang dengan istilah 5R yaitu Resik, Rapi, Ringkas, Rawat, danpRajin. 5R merupakan salah satuopembudaya pdimana seseorang menata tempat kerjanya dengan benar, sehingga tempat kerja tertata resik, rapi, ringkas, terrawat, dan rajin, maka kemudahan dalam berkerja dapat diciptakan. Melaksanakan 5S maka sudah memiliki 4 bidang sasaran pokok industri yaitu efisiensi, produktivitas, kualitas, dan keselamatan kerja (Osada, 2011: 5). Keselarasan bengkel suatu ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia dengan lingkungan dan perlatan kerja akan dipakai sehingga dapat berperan untuk menyelesaikan masalah berkaitan dengn ketidakserasian manusia dengan peralatan yang digunakan (IEA, 2017:12). Keselarasan bengkel merupakan salah satu budaya kerja industri untuk mempercepat suatu kegiatan produksi. SMK perlu menerapkan perilaku ini sebab budaya SMK masih bersifat pemborosan dan penempatan peralatan yang tidak sesuai Keselarasan bengkel. Penerapan budaya kerja industri pada sekolahan bertujuan untuk menghindari perilaku pemborosan selama ini dilakukan di sekolahan serta mempersiapkan lulusan yang kompeten, dan siap memasuki dunia industri. Guna memproleh output yang diinginkan dari sekolah dalam mencapai tujuan tersebut sekolah dan kebijakan pendidikan bertumpu pada kepala sekolah. Kepala sekolah yang diberitugas dan tanggung jawab mengelola sekolah dan lingkungan sekolah,memanfaatkan dan menggerakan seluruh potensi yang ada di lingkungan sekolah agar tercapainya sumber daya manusia atau lulusan yang siap diterima didunia industri, dunia kerja, dan dunia usaha. Pengembangan dan pembangunan berbagai sektor industri sangat pesat dengan adanya kemajuan teknolgi. Semakin maju suatu teknologi maka semakin maju pemikiran manusianya. Pemikiran manusia ini yang akan mengubah dan memajukan pemikiran- pemikiran yang lama menjadi pemikiran yang baru. Termasuk suatu kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dimana semakin diperketat dan diperdetailnya peraturan-peraturan agar menjadi acuan keselamatan kerja dalam bekerja yang baik dan benar. Di era modern sekarang ini semua bengkel disekolah, sudah banyak yang mengimplementasikan 5S karena dengan mengimplementasikan 5S siswa maupun guru dapat dengan nyaman praktik dibengkel dan dapat mengurangi tingkat kecelekaan, mempermudah pengambilan peralatan kerja dan dapat memperpanjang umur peralatan karena peralatan dan lingkungan kerja telah dilindungi dan dijaga kebersihannya. Apabila 5S diabaikan didalam bengkel, besar kemungkinan akan menyebabkan penyimpanan peralatan kerja dimana saja atau penyimpanan tidak pada tempatnya ini akan sangat mengganggu apabila terjadi praktik di bengkel. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan dasar atau wadah yang sangat penting dalam pembelajaran praktik dibengkel sekolah. Kurang sadarnya peserta didik terhadap keselamatan dirinya sendiri mengakibatkan akan menimbulkan terjadinya kecelakaan pada waktu praktik dibengkel sekolah. Sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan yaitu menciptakan lulusan menjadi pribadi yang siap kerja dan dapat diaplikasiakan di dunia industri, dunia kerja/usaha. Maka pembelajaran di sekolah berupa praktikum yang banyak dilakukan di labolatorium atau bengkel perlu memperhatikan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pembelajaran di bengkel pada waktu praktikum tentu mempunyai banyak variable yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja pada saat praktik. Lingkungan kerja yang bermutu dapat mengurangi potensi terjadinya bahaya kecelakaan pada peserta didik seperti cedera karena tersandung atau tersengat listrik yang diakibatkan adanya tumpahan cairan dekat kontak listriknya. Kejadian tersebut bisa ditimbulkan dari ketidakrapian dan juga kelalaian dalam menjaga lingkungan di tempat kerja. Salah satu metode yang dapat meminimalisir kejadian tersebut perlu diterapkannya 5S/5R di bengkel sekolah.