Anda di halaman 1dari 27

PSIKOLOGI INDUSTRI

“Stres di Tempat Kerja dan Pengelolaannya”

Oleh :
Kelomok 3

Triana Andika Putri 70200115095


Fikra Wahyuni 70200115084
Muh Rizal Ramli 70200115017

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt yang maha pengasih lagi maha
panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Stres di Tempat Kerja”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini .
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang pesan-pesan
komunikator yang islami ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Gowa, 13 November 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Sampul ..................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Stres ................................................................................ 3
B. Jenis-Jenis Stres Kerja .................................................................. 4
C. Model Stres .................................................................................. 5
D. Faktor Pemoderasi Stres ............................................................... 9
E. Gejala dan Dampak Stres ............................................................. 11
F. Strategi Mengelola Stres Kerja .................................................... 13
G. Stress Kerja Dalam Perspektif Islam ............................................ 19
H. Implementasi Stress di Industri ..................................................... 29
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................. 23
Daftar Pustaka

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang
mengalami stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial-
ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit
serta keadaan sekitar yang penat juga akan dapat menyebabkan sters dalam
bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut
dalam kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai
gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat
dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanaan
dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres melakukan
pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga
harus stabil agar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor
kejiwaan serta kondisi yang terjadi. Jadi kita harus benar-benar
memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang dapat mempengaruhi
psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.
Namun tidak dapt dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan
terjadi pada setiap karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena
pengaruh dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja.
Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.disinilah muncul peran dari
perusahaan untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang
dialami oleh pekerjanya. Dalam hal ini perusahaan dapat menentukan
penanganan yang terbaik bagi pekerja tersebut serta tidak mengurangi
kinerja karyawan tersebut.
Melihat kejadian stres yang sering terjadi serta bagaimana
penangannya yang baik kami akan membahasanya dalam makalah ini agar

1
2

kita bisa mengetahui bagaimana stres dan penanggulangannya serta


pencegahan stres itu terutama dalam bekerja.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana stress kerja yang ada dalam suatu industri dan bagaimana
pengelolaannya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui stress kerja di Industry.
2. Untuk mengetahui pengelolaan stress kerja di Industri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Stress Dan Stress Kerja
Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan stres sebagai respon adaptif
dihubungkan oleh karaktersitik dan atau proses psikologis individu, yang
merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi, atau
peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis/fisik khusus pada seseorang.
Stres kerja tidak dapat dihindari, namun stres kerja dapat dikurangi dan dikelola.
Stres kerja apabila dikelola dengan baik dapat menjadi pendorong dan
meningkatkan intensitas kerja, sedangkan apabila tidak dikelola dengan baik stres
kerja akan menimbulkan permasalahan yang berdampak negatif bagi individu dan
perusahaan.
Selye (Kreitner dan Kinicki, 2005) membedakan antara eustress yakni
stres yang positif atau stres yang menghasilkan suatu hasil yang positif dan
distress yakni kekuatan destruktif atau stres negatif yang sering menimbulkan
masalah fisik maupun mental.
Sondang Siagian (2008) menyatakan bahwa stres merupakan kondisi
ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik
seseorang. Stres yang tidak bisa di atasi dengan baik biasanya berakibat pada
ketikmampuan orang beriteraksu secara positif dengan lingkungannya, baik dalam
lingkungan pekerjaan maupun lingkungan luarnya. Artinya, karyawan yang
bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negative yang pada gilirannya
berpengaruh pada prestasi kerja.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua
kondisi pekerjaan.

3
4

B. Jenis-Jenis Stress
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,
dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan
individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,
fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
orang membutuhkan sedikit stres dalam hidup mereka untuk terus menjadi
bahagia, termotivasi, menantang dan produktif. Karakteristik Eustress (Stres
Positif):jangka waktunya pendek , dianggap ada kemampuan kita mengatasi,
memotivasi dan memfokuskan energi, menarik, dan meningkatkan kinerja.
Contoh eustress: promosi jabatan, tugas pekerjaan yang menantang yang
dianggap tidak terlalu sulit atau terlalu mudah, semangat untuk
memenangkan perlombaan, kelahiran bayi, menghadapi pernikahan
2) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular
dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan
dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Bentuk stres dapat
menjadi kronis dan melemahkan individu. Hal ini dapat menyebabkan
kecemasan, depresi, dan penarikan yang semua gejala kekalahan dirasakan.
Gejala Fisiologis penderitaan termasuk peningkatan tekanan darah,
napas cepat dan ketegangan umum. Gejala perilaku meliputi makan
berlebihan, kehilangan nafsu makan, minum, merokok dan mekanisme
koping negatif. Karakteristik Distress (Stres negatif): dapat berlangsung
jangka pendek atau jangka panjang, dianggap di luar kemampuan kita
mengatasi, mengurangi motivasi dan menguras energi kita, sangat tidak
menyenangkan, menyebabkan masalah mental dan kesehatan, dan
mengurangi kinerja. Contoh: cedera pada saat latihan, kematian orang yang
dicintai, Kerawanan dalam pekerjaan, atau kehilangan pekerjaan. tidak bisa
bergaul dengan rekan tim dan pengawas, Kurangnya otoritas dan kurangnya
5

pelatihan, jadwal yang terlalu padat, kurangnya ketegasan, menunda-nunda


waktu.
C. Model Stress Di Tempat Kerja
Masalah-masalah tentang stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan
pengertian stres yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses
interaksi antara seorang karyawan dengan aspek-aspek pekerjaannya. Charles D,
Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang
mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus
yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan,
ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri
seseorang. Mangkunegara (2005:28) menyatakan bahwa stres kerja adalah
perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam
menghadapi pekerjaan, Stres kerja ini dapat menimbulkan emosi tidak stabil,
perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok berlebihan, tidak bisa
rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan
pencernaan.
Ivansevich dan Matteson (dalam Kreitner dan Kinicki, 2005) telah
mengembangkan suatu model stres di tempat kerja sebagaimana diilustrasikan
pada Gambar 1. Pada gambar tersebut nampak bahwa stressor mendorong
terjadinya stres, dan pada gilirannya akan menghasilkan berbagai macam
outcomes. Model tersebut secara rinci juga menunjukkan beberapa perbedaan
individual yang menjadi moderator pada hubungan stressor-stress-outcome.
Moderator adalah suatu variable yang menyebabkan hubungan antara dua variable
seperti stres dan kinerja menjadi lebih kuat untuk sebagian orang, dan menjadi
lebih lemah untuk bagian yang lain.
Stressor adalah faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan stress (Kreitner
dan Kinicki, 2005:353). Dengan kata lain stressor adalah suatu prasyarat untuk
mengalami respon stres. Konsep Stres kerja diadaptasi dari model stress kinerja,
dan indicator stressor yang dikembangkan oleh Ivansevich dan Matteson,
“Organizational Stressor and Heart Disease”, (dalam Kreitner dan Kinicki,
6

2005:354) yang antara lain meliputi : Level individual, Level kelompok , Level
organisasional, dan Level ekstra organisasional.
Stressor level individual yaitu yang secara langsung dikaitkan dengan tugas
pekerjaan seseorang (person-job interface). Contoh yang paling umum stressors
level individual ini adalah :
a. Role overload merupakan kondisi dimana pegawai memiliki terlalu
banyak pekerjaan yang harus dikerjakan atau di bawah tekanan jadwal
waktu yang ketat.
b. Role conflict. Terjadi ketika berbagai macam pegawai memiliki tugas dan
tanggung jawab yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya.
Konflik ini juga terjadi ketika pegawai diperintahkan untuk melakukan
sesuatu tugas/pekerjaan yang berlawanan dengan hati nurani atau moral
yang mereka anut.
c. Role ambiguity. Terjadi ketika pekerjaan itu sendiri tidak didefinisikan
secara jelas. Oleh karena pegawai tidak mampu untuk menentukan secara
tepat apa yang diminta organisasi dari mereka, maka mereka terus
menerus merasa cemas apakah kinerja mereka telah cukup atau belum.
d. Responsibility for other people. Hal ini berkaitan dengan kemajuan karir
pegawai. Kemajuan karir yang terlalu lambat, terlalu cepat, atau pada arah
yang tidak diinginkan akan menyebabkan para pegawai mengalami tingkat
stres yang tinggi. Apalagi jika mereka harus bertanggung jawab terhadap
karir seseorang yang lain akan menyebabkan level stress menjadi lebih
tinggi.
Stressor level kelompok disebabkan oleh dinamika kelompok dan perilaku
manajerial. Para manager menciptakan stres pada para pegawai dengan :
1) Menunjukkan perilaku yang tidak konsisten;
2) Gagal memberikan dukungan yang memadai;
3) menunjukkan ketidakpedulian;
4) Memberikan arahan yang tidak memadai;
5) Menciptakan suatu lingkungan produktivitas yang tinggi;
7

6) Memusatkan perhatian pada hal yang negative, sementara hal positif


diabaikan.
Stessor level organisasi mempengaruhi sejumlah besar pegawai. Budaya
organisasi merupakan contoh utama dari stressor level organisasional.
Suatu lingkungan kerja yang mempunyai tekanan yang tinggi sementara
tidak ada tempat bagi pegawai untuk melepaskan stres mereka, maka akan
menimbulkan kobaran respon stres. Oleh karenanya, organisasi perlu
mengembangkan budaya organisasi. yang dapat mengurangi stres. Stressor
level organisasi ini meliputi :
(1) kebudayaan
(2) struktur
(3) teknologi
(4) perubahan dalam kondisi kerja.
Stressor level ekstra organisasional disebabkan oleh factor-faktor di luar
organisasi seperti permasalahan keluarga, masalah keuangan, dinamika perubahan
angkatan kerja, dan kondisi lingkungan seperti polusi suara, kepadatan, dan
udara. Munculnya stres, baik yang disebabkan oleh sesuatu yang menyenangkan
atau sesuatu yang tidak menyenangkan akan memberikan akibat tertentu pada
seseorang. Koslowsky (dalam Kreinter dan Kinicki, 2005) membagi empat jenis
konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres, yaitu :
1) Psikologis, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi,
kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah.
2) Perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak nafsu makan
atau makan berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, menurunnya
semangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit.
Pada saat stres juga terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, baik di
rumah, di tempat kerja atau di jalan.
3) Kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya
konsentrasi, dan peka terhadap ancaman.
8

4) Fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa


penyakit yang sudah diderita sebelumnya, atau memicu timbulnya
penyakit tertentu.

Menurut Luthans penyebab terjadinya stres yang bersifat organisasi, salah


satunya adalah struktur dalam organisasi yang terbentuk melalui desain organisasi
yang ada, misalnya melalui formalisasi, konflik dalam hubungan antar karyawan,
spesialisasi, serta lingkungan yang kurang mendukung. Hal lain dalam desain
organisasi yang juga dapat menyebabkan stres antara lain adalah, level
diferensiasi dalam perusahaan serta adanya sentralisasi yang menyebabkan
karyawan tidak mempunyai hak untuk berpatisipasi dalam pengambilan keputusan
(Robbins, 2007:580).
Sedangkan faktor yang bersifat non-organisasi, yaitu faktor individual,
antara lain adalah tipe kepribadian karyawan. (Robbins, 2007). Tipe kepribadian
yang cenderung mengalami stres kerja yang lebih tinggi adalah tipe kepribadian
A. Individu tipe A lebih cepat untuk mengalami kemarahan yang apabila ia tidak
dapat menangani hal tersebut, individu tersebut akan mengalami stres yang dapat
menuju terjadinya masalah pada kesehatan individu tersebut (Luthans, 2002:402).
9

Karyawan dapat menanggapi kondisi-kondisi tekanan tersebut secara positif


maupun negatif. Stres dikatakan positif dan merupakan suatu peluang bila stres
tersebut merangsang mereka untuk meningkatkan usahanya untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Stres dikatakan negatif bila stres memberikan hasil yang
menurun pada produktifitas karyawan. Akibatnya, ada konsekuensi yang
konstruktif maupun destruktif adalah penurunan ataupun peningkatan usaha dalam
jangka waktu pendek maupun berlangsung dalam jangka waktu lama.
D. Faktor Pemoderasi Stres Kerja
Stressor membangkitkan berbagai respons yang berbeda dari orang yang
berbeda. Beberapa orang lebih mampu menghadapi suatu stressor daripada orang
lain. Dilain pihak, orang lain rentan terhadap stress, ini berarti mereka tidak
mampu beradaptasi dengan stressor. Suatu moderator adalah suatu kondisi,
prilaku, atau karakteristik yang mempengaruhi hubungan antara dua vaariabel.
Efeknya mungkin akan memperkuat atau memperlemah hubungan. Banyak
kondisi, prilaku dan karekteristik mungkin bertindak sebagai moderator stress,
termasuk variable-variabel seperti usia, jenis kelamin dan tingkat ketabahan. Tipe-
tipe moderator antara lain (1) kepribadian, (2) prilaku tipe A (3) dukungan sosial,
(4) penanggulangan..
1. Kepribadian
Istlah kepribadian merujuk pada serangkaian karekteristik, temperamen, dan
kecenderungan yang relativ stabil, yang membentuk kemiripan dan perbedaan
dalam prilaku orang. Kepribadian dibuat dari lima dimensi yaitu: exstroversion,
emotional stability, agreeableness, consientiousness, dan openness to experience.
1) Emotional stability merupakan hubungan yang paling jelas dalam stress,
dan cenderung tidak kewalahan dengan stress dan lebih cepat pulih.
2) Exstroversion juga lebih cenderung mengalami keadaan emosional positif
karena mereka banyak mendapat dukungan saat tertekan.
3) Agreeableness lebih cenderung untuk bersifat antagonis, tidak simaptik
dan bahkan kasar terhadap orang lain dan kemungkinan stress berasala
dariorang lain.
10

4) Consientiousness merupakan dimensi Big Fife yang secara konsisten


berhubungan dengan kinerja dan keberhasilan pekerjaan dan lebih
cenderung tidak mengalami stress berkenaan dengan aspek ini dalam
pekerjaan mereka.
5) Openness to experience akan lebih siap untuk berhadapan dengan stressor
yang dihubungkan dengan perubahan karena mereka lebih mungkin untuk
memndang perubahan sebagai suatu tantangan dan bukan ancaman.
2. Prilaku tipe A
Definisi prilaku tipe A menurut Meyer Friedman dan Ray Rosenman
Prilaku tipe A adalah suatu kompleks tindakan emosi yang dapat diamati dalam
setiap orang yang terlibat secara agresif dalam suatu perjuang yang teru
menerus dan tak henti-henti untuk mencapai hal yang lebih lagi dalam waktu
yang lebih singkat dan lebih singkat lagi dan jika perlu, melawan usaha yang
berkebalikan dari orang atau hal lain. Adapun karakteristik tipe A antara lain :
a. Secara kronik berusaha untuk menyelesaikan sebanyak mungkin hal dalam
priode waktu yang sangat singkat
b. Agresif, ambisius, kompetititp, dan penuh energy
c. Berbicara dengan meledak-ledak, mendorong orang lain untuk
menyelesaikan apa yans mereka katakan.
d. Tidak sabar, tidak suka menunggu dan menganggap menunggu sebagai
membuang waktu yang berharga.
e. Sibuk denga tenggat waktu dan berorientesi pada pekerjaan
f. Selalu berjuang dengan orang, hal, dan pristiwa.
Penelitian tipe A dan impilkasi manajemen, para karyawan tipe A
cenderung lebih produktif daripada rekan kerja mereka yang bertipe B. suatu mete
analisis yang terdiri dari 99 penelitian mengungkapkan bahwa individu tipe A
memiliki detak jantung yang lebih cepat, tekanan darah diastolic yang lebih tinggi
dan tekanan darah sistolik yang lebih tinggi daripada orang tipe B. orang tipe A
juga menunjukkan aktivitas kardiovaskuler yang lebih besar pada saat
menghadapisituasi berikut ini.
a. Menerima umpan balik positif atau negative
11

b. Menerima pelecehan atau kritik verbal


c. Tugas yang memerlukan mental kebalikan dengan pekerjaan fisik.
3. Dukungan sosial
Dukungan social dapat didefinisikan sebagai rasa nyaman, bantuan, atau
informasi yang diterima seseorang melalui kontak formal atau informal dengan
individu atau kelompok. Dukungan social bisa berbentuk dukungan emosi
(mengekspresikan kekhawatiran, mengindikasikan kepercayaan, meningkatkan
haraga diri, mendengarkan ), dukungan penilaian (menyediakan umpan balik dan
apirmasi), atau dukungan informasi (memberikan nasihat, memberikan saran,
menyediakan pengarahan). 0rang yang dapat berperan sebagai sumber dari
dukungan social di tempat kerja dapat mencakup supervisor, rekan kerja, baeahan,
dan konsumen atau orang-orang di luar tempat kerja yang di kenal oleh karyawan.
Sember dukungan di luar ruang lingkup pekerjaan dapat mencakup anggota
keluarga, teman ,dan lain-lain. Ada empat jenis dukungan social :
1) Dukungan penghargaan, memberikan informasi bahwa seseorang di terima
dan di hargai terlepas dari berbagai persoalan atau ketidakcukupan apapun.
2) Dukungan informasional, memberikan bantuan dalam mendevinisikan,
memahami, dan menanggulangi persoalan.
3) Persahabatan social, menghabiskan waktu dengan orang lain dalam
kesenangan dan aktivitas rekreasi.
4) Dukungan instrumental, memberikan bantuan keuangan, sumber daya
materiil, atau pelayanan yang di butuhkan.
E. Gejala-Gejala Dan Dampak Stress
Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi
organisasi. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan organisasi
diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stress dapat merupakan reaksi bersifat psikis
maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stress akan menunjukkan
perubahan perilaku. Perubahan perilaku tcrjadi pada diri manusia sebagai usaha
mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres
(flight) atau freeze (berdiam diri). Dalam kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini
12

biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres.


Perubahan-perubahan ini di tempat kerja merupakan gejala-gejala individu yang
mengalami stres antara lain (Margiati, 1999:78-79) :
(a) bekerja melewati batas kemampuan
(b) kelerlambatan masuk kerja yang sering
(c) ketidakhadiran pekerjaan
(d) kesulitan membuat keputusan
(e) kesalahan yang sembrono
(f) kelaiaian menyelesaikan pekerjaan
(g) lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri
(h) kesulitan berhubungan dengan orang lain
(i) kerisauan tentang kesalahan yang dibuat
(j) Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah
tinggi, radang kulit, radang pernafasan.
Munculnya stres, baik yang disebabkan oleh sesuatu yang menyenangkan atau
sesuatu yang tidak menyenangkan akan memberikan akibat tertentu pada
seseorang. Cox (dalam Gibson, dkk, 1996:363) membagi empat jenis konsekuensi
yang dapat ditimbulkan stres, yaitu:
a. Pengaruh psikologis, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan,
kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran,
harga diri yang rendah.
b. Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak
nafsu makan atau makan berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan,
menurunnya semangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya
beberapa penyakit. Pada saat stres juga terjadi peningkatan intensitas
kecelakaan, baik di rumah, di tempat kerja atau di jalan.
c. Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan,
kurangnya konsentrasi, dan peka terhadap ancaman
d. Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik
yang berupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya, atau memicu
timbulnya penyakit tertentu.
13

F. Strategi Mengelola Stres Kerja


Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan,
sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini
bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk
memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum
masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus
diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan
penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang
mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait
dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya
dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya
ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai
seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).
Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang
organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami
stress yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres lertentu akan memberikan
akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih
baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan
akan membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan
memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal
tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan
berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stress ringan bagi karyawan
untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan
sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam
14

mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan
organisasi.
a. Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya.
Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu,
latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu
yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa
adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan
kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang
berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan
kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres
adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat
memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
b. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur
organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor
itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan
penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan
partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui
strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan
serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi
fisik dan mental.
Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stress yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering digunakan
adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang
semuanya membantu para karyawan mengatasi stress yang berkaitan dengan
pekerjaan.
1) Relaksasi Otot
15

Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah
pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan
ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif
kontinjensi adalah yang paling sering digunakan. Tehnik ini terdiri atas
menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari
kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai dengan berkonsentrasi pada
kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang dirileksasikan.
2) Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak
di deteksi, di perkuat dan di tunjukkan kepada orang tersebut. Peran potensial dari
biofeedback sebagai teknik manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi
tubuh hingga tekanan tertentu yang di kendalikan secara sukarela atau sadar.
Potensi biofeedback adalah kemampuannya untuk membantu relaksasi dan
mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan nonstress. Salah satu keunggulan
tehnik biofeedback di bandingkan dengan tehnik nonbiofeedback adalah bahwa
tehnik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan
biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan
keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum
mengurangi manifestasi fisiologis negative dari stress.
3) Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang
pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan
fisiologis dan psikologis dari respons stress berperang atau lari. Herbert benson
menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi
empat langkah. Keempat langkah tersebut adalah :
1. Menemukan suatu lingkungan yang tenang.
2. Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh
dengan kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran dari pikiran
yang berorientasi secara eksternal.
3. Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu
sikap yang pasif.
16

4. Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman


Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai
mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam hingga
masuk ke tingkat pemikiran yang paling dalam dan mencapai sumber
dari pemikiran. Tidak semua orang yang bermeditasi mengalami hasil
yang positif, akan tetapi sejumlah besar orang melaporkan meditasi
sebagai hal yang efektif dalam mengelola stress.
4) Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam
manajemen stress di kenal sebagai restrukturisasi kognitif, adalah respons
seseorang terhadap stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran.
Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi,
keyakinan dan asumsi merupakan label yang mereka terapkan pada situasi, dan
label ini menimbulkan respons emosional terhadap situasi. Teknik kognitif dari
manajemen stress berfokus pada mengubah label atau kognisi sehingga orang
tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan
yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh lebuh banyak kendali atas
reaksi mereka terhadap stressor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat
digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang di
kemukakan oleh Alex:
1) Sediakan waktu rileks
Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai
sejak pagi, sebelum Anda berangkat kerja. Daripada memikirkan beban pekerjaan
(tapi tidak ada solusinya), lebih baik digunakan waktu Anda yang terbatas tersebut
untuk melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah
teknik relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik
nafas dalam-dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang tersisa di
paru-paru. Lakukan minimal 3x sampai membayangkan beban Anda berkurang.
2) Bersikap lebih asertif
17

Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan


untuk membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan atasan
tentang tugas Anda dan tanggungjawab tambahan yang ingin Anda pegang.
Dengan demikian, Anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa Anda lakukan
dengan cara kerja seperti yang diinginkan perusahaan.
3) Bekerja lebih efisien
Selalu kekuragan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi buka
disebabkan tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara
mengerjakannya. Alex memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di
waktu malam akan merasa tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang
hari. Untuk mengatasinya, sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat
outline dan mencari bahan, malam hari menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja
secara lebih efisien. Anda juga harus trampil menentukan prioritas. Adanya urutan
prioritas dapat membantu Anda mengatur strategi.
4) Tingkatkan energi dengan tidur
“Ketika lelah, Anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang sepele,”
demikian tulis Camile Anthony dalam “The Art of Napping at Work” (1999).
Kesalahan juga akan membuat perhatian Anda menurun sehingga mudah
melakukan kesalahan. Dalam keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur.
Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam
3 jam. Anda bisa memanfaatkan mushola kantor (tentu saja di luar waktu shalat)
atau mobil Anda untuk tidur. Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu
lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja kerja Anda bisa jadi pilihan terakhir.
Yang penting, tingkatkan energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur
selama 30 menit atau kurang, menurut Anthony akan meningkatkan mood dan
rasa humor sehingga memperbaiki hubungan Anda dengan rekan kerja. Anthony
menganjurkan agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai
tertidur nyenyak, yang akan membuat Anda lebih lelah ketika bangun.
5) Atur lingkungan kerja
Bagaimana kondisi kerja Anda? Apakah meja kerja Anda berantakan atau
ruangan kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-hati karena hal-hal yang
18

tampaknya sepele tersebut karena dapat mempengaruhi performa kerja sekaligus


kesehatan Anda. Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara
besar-besaran, ada baiknya Anda memulainya dari meja Anda. Dalam feng shui,
seni tata ruang dari Tiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukkan pikiran
yang teratur. Jaga lingkungan kerja, terutama maja, dari tumpukan kertas atau file.
Simpan kertas-kertas Anda dalam map dan dalam kotak file atau laci file. Anda
juga bisa mencegah stres dengan mengubah letak kursi sehingga bisa mengetahui
siapa yang akan masuk ke ruangan Anda. Jika memungkinkan pindahkan meja
sehingga Anda dapat bekerja dengan cahaya alami dari luar (matahari).
6) Kembangkan pola hidup sehat
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan
dan minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak
mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian.
Kurangi makanan berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja menyehatkan
badan tapi juga memperbesar kapasitas badan tapi juga memperbesar kapasitas
paru-paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar
oksigen tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh
Anda akan berpikir lebih jenuh.
7) Tingkatkan ketrampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru. Jika Anda
merasa kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa mempelajarinya melalui buku-
buku atau latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika Anda
mempunyai minat terhadap komputer, kembangkan minat Anda. Peningkatan
ketrampilan akan membuat Anda menjadi karyawan yang lebih berharga.
8) Lupakan pekerjaan saat libur
Membawa laptop saat liburan keluarga? Tinggalkan saja kebisaan itu.
Liburan sebaiknya benar-benar digunakan untuk istirahat. Berlibur atau santai
bukan berarti membuang waktu. Selain mmeberikan energi tambahan yang akan
membuat Anda lebih kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan Anda
dengan keluarga.
19

9) Pekerjaan bukan segalanya


Bekerja memang penting. Dengan sekaligus mendapat lahan untuk
aktualisasi diri. Tapi di luar pekerjaan, masih banyak kegiatan lain yang dapat
menimbulkan perasaan berguna bagi Anda. Dengan mengikuti kegiatan di luar
pekerjaan, stres Anda di tempat pekerjaan akan berkurang. Anda dapat
menyakinkan diri bahwa walaupun Anda tidak bisa memperbaiki keadaan di
tempat kerja, Anda bisa mengendalikan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan
Anda. Perasaan mampu mengendalikan kehidupan Anda sendiri adalah harta tak
ternilai.
G. Stres Kerja Dalam Perspektif Islam
Islam telah memberikan pedoman kepada seluruh umat manusia bahwa Al
Quran selain sebagai petnjuk hidayah bagi seseorang, Ia juga berfungsi sebagai
obat yang mujarab untuk mengatasi segala permasalahan hidup di dunia ini. Al
Quran dengan segala isinya menjelaskan bahwa hidup ini hanyalah untuk
beribadah. Al Quran juga memerintahkan kepada manusia untuk bekerja sesuai
syariat agama. Hal ini dijelaskan dalam QS Jumu’ah ayat 10 sebagai berikut:

‫ت فَإِذَا‬ِ ‫ض َي‬ ِ ُ‫صالة ُ ق‬ َّ ‫ض فِي فَا ْنتَش ُِروا ال‬ ْ ‫ض ِل ِم ْن َوا ْبتَغُوا‬
ِ ‫األر‬ ِ َّ ‫َوا ْذ ُك ُروا‬
ْ َ‫ّللا ف‬
َّ ‫يرا‬
َ‫ّللا‬ ً ‫( ت ُ ْف ِل ُحونَ لَ َعلَّ ُك ْم َك ِث‬١٠)
Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya
kamu beruntung.”
Bekerja merupakan perintah langsung dari Allah kepada umat manusia
agar mereka mencari penghidupan di dunia sebagai bekalan di akhirat. Bekerja
menurut Islam bukan hanya sebatas untuk mendapatkan uang untuk tetap bertahan
hidup. Tapi lebih kepada bagaimana seorang Muslim mampu menempatkan diri di
lingkungan yang berbeda untuk menjalin habluminannas, selain juga upaya
mendekatkan diri kepada Allah. Tanpa bekerja, manusia hanya akan menjadi
makhluk yang lemah dan tidak mempunyai daya apapun untuk menolong dirinya
sendiri di dunia, apalagi menolong orang lain dalam hidup bermasyarakat.
20

Tuntutan pekerjaan saat ini, membuat sebagian orang merasa frustasi dan
stres karena beban dan tanggungjawab yang terlalu besar. Perasaan semacam ini
seringkali menghinggapi pikiran kita bahwa betapa dunia ini kejam membuat kita
harus selalu merasa lelah dan tidak berdaya menghadapi persaingan global yang
terjadi saat ini. Pada akhirnya stres karena tuntutan pekerjaan yang terlalu berat
menjadikan manusia berputus asa dari rahmat Allah Swt. Padahal Allah sudah
memperingatkan dalam Qs Yusuf ayat 87:

‫يَا‬َّ ِ‫سوا ا ْذ َهبُوا َبن‬


‫ي‬ ُ ‫س‬ َّ ‫ف ِم ْن َفت َ َح‬ ُ ‫سوا َو َل َوأَ ِخي ِه يُو‬
َ ‫س‬ ُ َ ‫ّللاِ َر ْوحِ ِم ْن تَيْأ‬
َّ ۖ ُ‫إِنَّه‬
‫س َل‬ ُ َ ‫ح ِم ْن َييْأ‬ ِ َّ ‫ْال َكافِ ُرونَ ْالقَ ْو ُم إِ َّل‬
ِ ‫ّللا َر ْو‬
Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
Tentu hal ini bukan menjadi sesuatu yang kita inginkan. Sebagai orang
yang beriman, kita tentu mengetahui bagaimana Allah memberikan kemudahan di
setiap kesulitan yang kita hadapi. Hal tersebut dijelaskan dalam Qs Al Insyirah
ayat 5 yang artinya; “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.
Seorang Muslim yang beriman, harus mempunyai sifat religiusitas yang
menjadikannya berbeda dengan umat di dunia ini. Religiusitas diartikan Mujib
(2012) sebagai manifestasi sejauhmana individu meyakini, mengetahui,
memahami, menghayati, menyadari dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, Mujib (2012) menjelaskan
religiusitas, yang bersumber dari agama Islam, memberi dorongan bagi umatnya
untuk beramal shaleh agar mendapat balasan yang terbaik (QS. Al-Baqarah:277;
alNisa’:173; al-Maidah:9) dan menyerukan bekerja keras untuk melaksanakan
amanah yang diterima. Hal itu mengandung arti bahwa religiusitas mendorong
individu untuk memiliki motivasi berprestasi dalam bekerja.
H. Implementasi Stres di Industri
Penilaian atas stresor dari seoarang individu berhubungan dengan pilihan atas
suatu strategi penanggulangan. Meskipun demikian, penelitian belum secara jelas
mengidentifikasi jenis strategi penanggulangan apakah, pengendalian, melarikan
21

diri, atau manajemen terhadap gejala yang paling efektif diberikan kepada
pekerja.
a) Pelatihan atau dukungan manajerial selanjutnya dapat digunakan untuk
membantu para karyawan dan kemungkianan menghilangkan stressor
yang paling serius.
b) memberikan penyediaan fasilitas dengan psikolog untuk dapat mengatasi
dan mengetahui masalah yang dialami pekerja.
c) Memberikan dukungan baik itu dari teman maupun atasan
d) Memberikan jaminan asuransi dan tunjangan kesehatan kepada pekerja
agar dapat meningkatkan kerajinan dan tidak khawatir jika terjadi sesuatu
maka pekerja akan mendapatkan jaminan dari perusahaan tempatnya
bekerja.
e) Jam kerja yang fleksibel dimana seiap perusahaan memberikan waktu
kerja dan istirahat sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan yang dapat
mengurangi kelelahan sehingga berdampak pada stress kerja.
f) Keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan dan perubahan
diperusahaan sehingga para karyawan menganggap dirinya bahwa dia
penting dalam perusahaan dan keberadaannya dianggap serta
mengikutsertakan segala karyawan dalam setiap ptogram yang
dilaksanakan perusahaan.
g) Memantau terus menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat
menjadi sumber stress dan dapat diindentifikasi agar dapat dihilangkan.
h) Memperluas komunikasi baik pekerja maupun atasan untuk menghindari
terjadinya konflik sesama pekerja.
Seorang yang berkepribadian shalih bukan yang tidak punya masalah dan
tidak menghadapi atau lari dari stres dan masalah, melainkan orang yang justru
mampu menghadapi masalah tanpa bermasalah baru dan mengatasi stres dengan
baik, sebab segala peristiwa hidup merupakan ujian iman untuk menempa
karakter manusia yang harus dihadapi sebagai bahan peningkatan kualitas diri dan
bukan untuk dihindar. Maka, untuk menghindari dan merileksasikan stress
ditempat kerja juga sebuah perusahaan bisa menanamkan nilai keagamaan kepada
22

karyawan maupun setiap atasan, karena ini juga salah satu obat untuk mengatasi
setiap permasalahan yang kita hadapi dan karyawan bisa bekerja sesuai dengan
syariat agama. Salah satu nilai keagamaan yang dapat diterapkan diperusahaan
yaitu :
a) Sebelum melakukan pekerjaan sebaiknya melakukan brifing salah satunya
berdoa sebelum melakun pekerjaan untuk merileksasikan diri agar tidak
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan serta dapat melancarkan setiap
kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan produktifitas kerja.
b) Sebelum bekerja setiap pekerja melaksanakan sholat dhuha’
c) Beribadah tepat waktu
d) Mengadakan pengajian bersama satu kali dalam seminggu.
e) Memberikan pencerahan atau motivasi kepada pekerja setelah sholat
dhuhur agar termotivasi dalam melakukan suatu pekerjaan.
f) Setelah melakukan bisa melakukan evaluasi kerja untuk mengetahui
kendala dalam melakukan pekerjaan serta mecari masalahnya sehingga
menghindari konflik yang bisa terjadi.
g) Rekreasi kepada pekerja beserta anggota keluarga pekerja untuk menjalin
silaturahmi yang baik antar sesame anggota keluarga pekerja.
h) Mengucapkan salam jika saling bertemu antar pekerja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stress merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal
tersebut dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga
terjadi dalam kerja dimana stress tersebut dapat bersumber dari emapt hal yaitu
tingkat individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional.
Keempat hal tersebut dapat menghasilkan stress yang berbeda pada setiap
individu tergantung bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah
adanya respon barulah dapat ditentukan bagaimana stress yang dialami seseorang
tersebut.
Stress yang terjadi dapat berupa stress positif maupun negartif dimana stress
itu akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress. Stress-
stres yang dialami pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan
banyak metode sehingga diperlukannya suatu manajemen stress dalam pekerjaan
suatu perusahaan. Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat mengurangi
stress yang mereka alami.
Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang
serta adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu
masih dapat dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya
dalam bekerja.
B. Saran
Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik
pengurangan stress yang dapat digunakan serta menajemen stress tersebut dengan
baik. Karena hal tersebut mampu mencegah stress dalam bekerja serta
meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain baik bagi karyawan/pekerja juga
baik bagi perusahaan(lembaga).

23
DAFTAR PUSTAKA

Ramdan, Muhammad. 2015. Hiegene Industri. Penerbit Bimotry:Yogyakarta

Sondang P. Siagian (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi


Aksara.

Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2005. Perilaku Organisasi, buku 1 dan 2,
Jakarta : Salemba Empat.

Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Index. Jakarta

Gibson, Ivancevich, Donnelly. (1996). Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses.


Bina Rupa Aksara. Jakarta

Quick, J. C., & Quick, J. D. (1984). Organizational Stress And Preventive


Management. USA: McGraw-Hill, Inc

http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stress_Kerja_pengertian_dan_penge
nalan

Anda mungkin juga menyukai