Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PERKEMBANGAN SOSIO EMOSI USIA DEWASA AKHIR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


Psikologi Perkembangan Dewasa dan Usia Lanjut
Yang diampuh oleh Bapak. Moh. Bisri, Drs., M.Si

Dibuat oleh:

Ade Dwi Prahmana Ratu Openg

190811636847

Offering A 2019

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam judul perkembangan dewasa
akhir.
Berbagai hambatan dan kesulitan yang terjadi selama proses penulisan makalah kiranya
dapat teratasi berkat adanya bantuan, saran ataupun nasehat yang diberikan oleh oleh beberapa
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengaturkan ucapan terimakasih
kepada pihak pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Semoga tuhan yang maha kuasa memberikan pahala yang sepadan dengan jerih payah
bapak ibu dan teman-teman lakukan. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna,
dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun. akhirnya
semoga makalah ini dapat memberi manfaat, baik bagi penulis maupun pembaca pada umumnya.

Malang, 13 November 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHILUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang pasti mengalami proses perkembangan di dalam hidupnya. Dimana
perkembangan tersebut akan memberikan efek bagi kehidupan mereka sehari-hari.
Bahkan sampai bisa menyebabkan masalah. Namun munculnya masalah tersebut
sangatlah normal dan kita sebagai manusia berusaha untuk menghadapi apa yang
diberikan Tuhan untuk kita semua yang hidup di dunia ini. Manusia tidak pernah statis.
Semenjak pembuahan hingga ajal selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik
maupun kemampuan psikologisnya (Hurlock, 1980: 3).
Setiap orang pasti mengalami proses perkembangan di dalam hidupnya. Dimana
perkembangan tersebut akan memberikan efek bagi kehidupan mereka sehari-hari.
Bahkan sampai bisa menyebabkan masalah. Namun munculnya masalah tersebut
sangatlah normal dan kita sebagai manusia berusaha untuk menghadapi apa yang
diberikan Tuhan untuk kita semua yang hidup di dunia ini. Manusia tidak pernah statis.
Semenjak pembuahan hingga ajal selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik
maupun kemampuan psikologisnya (Hurlock, 1980: 3).
Sama seperti masa perkembangan sebelumnya, masa lansia pun juga memiliki
tugas perkembangan. Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak
berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang daripada kehidupan orang lain. Proses
penyesuaian diri pada setiap lansia berlangsung secara berbeda-beda dalam
menghadapi berbagai kemunduran diri serta masalah yang muncul dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Setiap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu apalagi
pada lansia merupakan stressor pada kehidupan. Salah satunya adalah kehilangan
pasangan hidup mereka untuk selama-lamanya. Mereka harus menyesuaikan diri lagi
ketika biasanya memiliki teman hidup untuk bisa berbagi dalam keadaan suka maupun
duka, namun kenyataannya hal itu berubah dengan meninggalnya pasangan hidup
mereka yang sekarang. Mereka memerlukan kemampuan dalam menghadapi dan
mengatasi berbagai permasalahan serta cobaan hidup secara positif sehingga individu
dapat memandang permasalahan tersebut sebagai hal yang wajar, seperti dalam hal
emosi.
Menurut Cole dkk (2004) menerangkan bahwa ada dua jenis fenomena pengaturan,
yaitu emosi sebagai pengatur dan emosi yang diatur. Emosi sebagai pengatur berarti
adanya perubahan yang tampak sebagai hasil dari jenis emosi yang aktif, misalnya
ketakutan akan tampak pada melalui ekspresi wajah dan perilaku dan terdapat pada
sebuah sistem yang berkaitan dengan emosi seperti aktivitas kardiovaskular. Emosi
sebagai pengatur lebih mengarah pada perubahan interdomain, seperti rasa sedih lansia
dalam menghadapi kematian pasangan hidupnya karena strategi yang diterapkannya.
Sedangkan emosi yang telah diatur berkaitan dengan perubahan pada jenis emosi yang
aktif, termasuk didalamnya perubahan dalam kemampuan emosi itu sendiri, intensitas
serta durasi emosi yang terjadi dalam diri individu itu sendiri. Seperti mengurangi
stress dengan menenangkan diri atau antar individu.
Menurut Santrock (2002), semakin orang dewasa lanjut atau lansia aktif dan
terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar
kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Pernyataan tersebut bisa
diterapkan individu-individu bahwa seharusnya melanjutkan peran-peran masa dewasa
tengahnya disepanjang masa dewasa akhir, jika peran-peran masa dewasa tengahnya
diambil seperti terkena PHK, maka sebaiknya segera mencari kesibukan yang lain yang
dapat menggantikan peran yang diambil tadi, sehingga tetap bisa memelihara keaktifan
dan keterlibatan mereka di dalam aktivitas-aktivitas kemasyarakatan.

1.2 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui teori-teori dalam perkembangan sosio-emosi pada masa dewasa
akhir.
2. Untuk mengetahui contoh kasus perkembangan sosio-emosi pada masa dewasa
akhir.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Erikson


Integritas vs Keputusasaan, merupakan tahapan kedelapan dan tahapan terakhir
perkembangan menurut Ericson, yang dialami individu dimasa dewasa akhir. Tahapan
ini melibatkan refleksi terhadap masa lalu dan emah menyimpulkan secara positif
pengalamannya atau menyimpulkan bahwa kehidupannya belom dimanfaatkan secara
baik. Melalui berbagai rute yang berbeda, orang lanjut usia dapat mengembangkan
sebuah pandangan yang positif mengenai setiap periode yang telah dilalui sebelumnya.
Tapi jika orang lanjut usia melalui suatu atau lebih tahapan sebelumnya secara
negative, lintasan kenangan tentang seluruh hidupnya bisa menjadi hal yang negative
(keputusasaan).
Tujuan Hidup, merupakan gagasan yang menonjol dalam tahap terakhir. Melalui
tujuan hidup seseorang meninjau kembali pengalaman hidupnya di masa lalu,
mengevaluasi, menginterpretasi, dan sering kali menginterpretasikannya kembali
(George 2010). Butler (2007) menyatakan bahwa tinjauan hidup dibuat dengan
menanti kematian. Kadangkala tujuan hidup berlangsung secara tenang, dan di saat
lain berlangsung secara intens, yang menuntut usaha yang cukup besar untuk
mencapai suatu penghayatan mengenai tercapainya integrasi kepribadian. Tijaun hidup
dapat mencakup dimensi-dimensi sosio budaya, seperti budaya, etnisitas, dan gender.
Tinjauan hidup juga dapat melibatkan dimensi interpersonal atau relasi, termasuk
berbagi dan menjalin keakraban dengan anggota keluarga atau temen.

2.2 Teori Aktivitas


Teori aktivitas (activity theory) menyatakan bahwa semakin orang-orang dewasa
lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan
semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Teori ini
menjelaskan bahwa orang-orang dewasa lanjut seharunya melanjutkan peran-peran
mereka, jika memang tidak memungkinkan untuk menjalankan peran sebelumnya,
penting bagi mereka untuk menemukan peran pengganti untuk memelihara keaktifan
dan keterlibatan mereka dalam aktivitas-aktivitas mereka dalam kemasyarakatan,
karena orang-orang yang memiliki tempat untuk berbagi ide, perasaan, dan masalah,
merasa lebih bahagia dan lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang tidak
memiliki tempat untuk berbagi.

2.3 Teori Selektivitas Sosioemosi


Teori ini menyatakan bahwa orang lanjut usia akan lebih selektif dalam memilih
jaringan kerja sosialnya

Anda mungkin juga menyukai