Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia

Berikut merupakan kronologi perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia:

No Waktu Keterangan
1 Tahun 1960 Beberapa sekolah dilaksanakan program bimbingan dan
konseling yang hanya terbatas pada bimbingan akademis
2 Tahun 1964 lahir kurikulum SMA dengan Gaya Baru dimana terdapat
keharusan melaksanakan bimbingan dan konseling.
Namun, program ini tidak berjalan dengan semestinya
dimana tenaga pembimbing yang profesional
3 Dasawarsa 60-an Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan diteruskan
oleh Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan tahun 1963
membuka Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan yang
sekarang dikenal dengan Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan (PBB). (Juntika,2006: 5)

4 Decade 70-an Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) membawa


harapan baru pada pelaksanaan bimbingan memegang
peranan penting dalam sistem sekolah pembangunan.
5 Tahun 1975 Secara formal Bimbingan dan Konseling diprogramkan di
sekolah sejak diberlakukannya Kurikulum SEkolah
Menengah Atas (SMA) Tahun 1975 yang menyatakan
bahwa bimbingan dan konseling (pada waktu itu namanya
bimbingan dan penyuluhan/BP) merupakan bagian
integral dalam pendidikan di sekolah (Yusuf,2015: 18).
Salah satu bagian kurikulum SMA Tahun 1975 ini adalah
Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan (Buku IIIC).
Pedoman tersebut meliputi empat bagian antara lain:
Bagian pertama membahas pendahuluan, hakekat,
prinsip, tujuan, fungsi, dan lingkup program BP. Bagian
kedua membahas tentang kegiatan-kegiatan dalam
program bimbingan dan penyuluhan di SMA. Bagian
ketiga membahas sarana dan mekanisme pelaksanaan
program BP d SMA. Bagian keempat memuat tentang
lampiran dan contoh-contoh (seperti rencana operasional
dan perlengkapan administrasi).
6 17 Desember 1975 Berdiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di
Malang, Jawa Timur. IPBI ini memberikan pengaruh
tehadap perluasan program bimbingan di sekolah.
7 Decade 80-an Pemantapan mewujudkan layanan bimbingan yang
progesional terutama penyempurnaan kurikulum dari
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Pada tahun 1984,
telah dimasukkan bimbingan karier di dalamnya. Usaha
tersebt di lanjutkan dengan diberlakukannya UU No. 2
Tahun 1989 tentang sitem Pendidikan Nasional. Dalam
pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya pada
masa yang akan datang.
8 Tahun 1993 Dikeluarkan SK Menpan No. 84 Tahun 1993 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam
pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun
program bimbingan, melaksanakan program bimbingan,
evalusai pelaksanaan bimbingan, analisis hasil
pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut dalam program
bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi
tanggungjawabnya.
9 Tahun 2001 Kongres IX IPBI di Lampung terjadi perubahan nama
organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN).
10 Tahun 2003 Lahir Undang-undang No. 20 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pada pasal 1 ayat 6 dikemukakan tentang
keberadaan konselor sebagai salah satu kualifikasi
pendidik, sejajar dengan guru, dosen, pamong belajar,
tutir, widyaswara, fasilitator, dan instruktur.
Posisi jabatan konselor di perkuat dengan keluarnya Peraturan Mentri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) RI Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor (SKA-KK); dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru. Pada PP No. 74 Pasal 17 yang terkait dengan guru yang berhak mendapat tunjangan
profesi, pada ayat f dikemukakan bahwa “guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan
beban kerja sesuai dengan beban kerja guru bimbingan dan konseling atau konselor”; serta pasal
36 ayat (6) yang menyatakan “beban kerja guru bimbingan dan konseling atau konselor yang
memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan
konseling paling sedikit 150 peserta didik dalam sartuan pendidikan.

Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bibingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Salah satu hal yang mendapat penegasan dalam
permendikbud ini adalah posisi guru BK atau Konsellor, seperti tercantum pada bagian awal bab
IV sebagai berikut:

Bimbingan dan konseling sebagai layanan professional pada satuan pendidikan


dilakukan oleh tenaga pendidik professional yaitu Konselor atau Guru Bimbingan dan
Konseling. Konselor adalah seseorang yang berkualifikasi akademik Sarjana Pendidikan
(S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus pendidikan profesi Guru
Bimbingan dan Konseling/Konselor. Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan
dan konseling yang dihasilkan Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan (LPTK)
dapat ditugasi sebagai Guru Bimbingan dan Konseling untuk menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan. Guru bimbingan dan
konseling yang bertugas pada satua pendidikan tetapi belum memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi yang ditentukan, secara bertahap ditingkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensinya sehinggamencapai standar yang ditentukan sebagaimana
yang diatur dalam Permendikbud Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standae Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor yaitu Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang
bimbingan dan konseling dan telah lulus Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan
Konseling/Konselor.

Sumber referensi:

1. Nurihsan, Ahmad Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Aditama
2. Yusuf, Syamsu. (2015). Konseling Individual Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung
3. Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014
4. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (Permendiknas) RI Nomor 27 Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai