Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN KETERAMPILAN DASAR HUBUNGAN KONSELING

MINGGU 3 & 4
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Individual

Dosen Pengampu: Vira Afriyati, M.Pd., Kons.

Disusun oleh :

Abrar Ibrahim Putra (A1L019061)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
A.    Pemahaman Diri

Suatu cara untuk memahami, menafsirkan karakteristik, potensi atau masalah


(gangguan) yang ada pada individu atau sekelopok individu. Maria Antoniete
menjelaskan bahwa orang yang memahami diri adalah mereka yang memiliki tujuan
hidup, memiliki arah, rasa memiliki kewajiban dan alasan untuk ada (eksis), identitas diri
yang jelas dan kesadaran social yang tinggi.

Tujuan Pemahaman Diri

Individu yang memahami diri lebih memiliki peluang yang lebih besar dalam
meraih cita-cita dari pada individu yang belum mengenal dengan baik akan diri mereka
sendiri. Karena mereka yang memahami diri telah memahami kemampuan, minat,
kepribadian, dan nilai termasuk kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri mereka
sehingga mereka memiliki arah dan tujuan hidup yang realistis dimana mereka memiliki
cita-cita yang sesuai dengan potesi diri mereka.

Ciri-Ciri Individu yang Memahami Dirinya

a.         Percaya Diri

Dalam kamus istilah Bimbingan dan Konseling yang ditulis Thantaway percaya
diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat
pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan.

Menurut Hakim rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala
aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu
untuk bisa mencapai berbagai tujuan di didalam hidupnya jadi dapat dikatakan bahwa
seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan optimis di dalam melakukan semua
aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistik, artinya individu tersebut akan
membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan denga keyakinan akan berhasil atau
akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hakim mengemukakan ciri individu yang
percaya diri sebagai berikut:

1)      Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan sesuatu.

2)      Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.


3)      Mampu menetralisasi tegangan yang muncul diberbagai situasi.

4)      Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.

5)      Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilan.

6)      Memiliki kecerdasan yang cukup.

7)      Memiliki tindak Pendidikan formal yang cukup.

8)      Memiliki keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya keterampilan


berbahasa asing.

9)      Memiliki kemampuan bersosialisasi.

10)  Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di
dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.

11)  Meiliki latar belakang Pendidikan keluarga yang baik.

12)  Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan


tetap tegar, sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup.

b.        Berfikir Positif, dengan ciri sebagai berikut

1)      Melihat masalah sebagai tantangan.

2)      Menikmati hidupnya.

3)      Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide.

4)      Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah melintas di pikiran.

5)      Mensyukuri apa yang dimilikinya, bukan berkeluh kesah.

6)      Tidak mendengarkan gosip dan isu yang tidak tentu.

7)      Tidak banyak excuse, langsung action.

8)      Menggunakan Bahasa positif, optimis.

9)      Menggunakan Bahasa tubuh yang positif.

10)  Peduli pada citra diri sendiri.


c.         Memiliki Kebiasaan yang Efektif, dengan ciri sebagai berikut:

1)      Menjadi proaktif.

2)      Merujuk pada tujuan akhir.

3)      Mendahulukan yang utama.

4)      Berfikir dan bertindak

5)      Berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti

6)      Mewujudkan sinergi

7)      Melakukan evaluasi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Diri Individu

Pemahaman diri (minat, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, kelebihan dan
kekurangan) dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
turut mempengaruhi pemahaman diri ditentukan oleh diri terbuka dan tertutup.
Kepribadian terbuka berkontribusi positif terhadap pemahaman diri, sedangkan
kepribadian yang tertutup adalah faktor penghambat dalam pemahan diri. Faktor
eksternal (lingkungan) yang mempegaruhi pemahaman diri antara lain, lingkungan
keluarga, teman sebaya, dan sekolah.

Teknik Pemahaman Diri

Tes dan Non Tes merupakan salah satu intsrumen untuk memahami individu
dalam keseluruhan layanan konseling. Masing-masing instrumen tersebut memiliki
karakteristik dalam penggunaannya

a.         Teknik Tes

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling pada umunya tes yang digunakan
untuk memperoleh data klien adalah tes intelejensi, tes bakat,  tes kepribadian (minat,
kecenderungan kepribadian), dan tes prestasi belajar. Hasil tes akan mempunyai makna
sebagai informasi bagi klien jika tes tersebu di analisis dan interpretasi kan, dalam arti
tidak hanya berhenti pada penyajian skor yang diperoleh seorang klien.
b.        Teknik Non Tes

Koselor pada umumnya memahami dan terampil menggunakan teknik non tes
dalam melakukan pelaynan bimbingan dan konseling. Teknik non tes dimaksudkan
antara lain observasi, kuisioner, wawancara, inventori (DCM, AUM, ITP), dan
sosiometri. Konselor sejak kuliah sudah berlatih teknik non tes. Namun teknik tes sangat
terbatas karena tes terstandar sudah siap pakai, dan penggunaannya terikat kode etik yang
ketat sebagaimana disebutkan dalam kode etik propesi Bimbingan dan Konseling
Indonesia.

Adapun strategi dalam pemahan diri:

a.         Memahami karakteristik fisik.

Tercakup kedalam faktor fisik yang perlu dipahami, antara lain tinggi dan
berat badan, bentuk tubuh dan kesehatan tubuh.

b.        Memahami kemampuan dasar umum (IQ)

·    Kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dengan cepat.

·    Krativitas mmecahkan masalah secara divergent,  menggunakan kemampuan berfikir


dari berbagai arah.

·   Kecerdasan dalam arti inteligence memecahkan masaah secara konvegent,


memecahkan masalah secara memusat dan mendalam.

c.      Memahami kemampuan dasar khusus (bakat)

Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang berpotensi untuk


dikembangkan atau dilatih (Chonny Semiawa. Dkk 1984) dia menegaskan juga bahwa
bakat merupakan kemampuan yang inheren telah ada dan menyatu dalam diri seseorang
sejak lahir dan terkait dengan struktur otak.

d.        Memahami minat


Berbeda dengan intelegensi dan bakat, determin perkembangan minat adalah
faktor lingkungan. Akibatnya minat cenderung berubah-ubah sesuai dengan tuntutan
lingkungan, kecuali jika individu sudah memiliki komitmen yang tinggi untuk
mengembangkan diri pada objek yang diminatinya.

B.     Petak Johari

Teori Johari window merupakan sebuah teori yang digunakan untuk membantu


orang dalam memahami hubungan antara dirinya dan orang lain. Teori ini digagas oleh
psikolog Amerika, Joseph Luft dan Harrington Ingham pada tahun 1955.

Teori Johari window sering disebut juga dengan teori kesadaran diri. Yaitu


mengenai perilaku maupun pikiran yang ada di dalam diri sendiri maupun di dalam diri
orang lain. Teori Johari window berkaitan juga dengan Emotional Intelligence
Theory yang berhubungan dengan kesadaran dan perasaan manusia.

Window yang berarti Jendela merupakan suatu hal yang menggambarkan bahwa


teori ini memiliki empat bagian seperti jendela. Sedangkan Johari sendiri merupakan
singkatan dari “Jo” berarti Joseph dan “Hari” berarti Harrington.

Sebelum membahasnya lebih jauh, ada baiknya Anda memahami dulu tentang
konsep komunikasi. Komunikasi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan
dari komunikator kepada komunikan untuk mencapai makna yang sama.

Komunikasi membutuhkan umpan balik dari seseorang, artinya komunikasi


tersebut dapat berjalan dengan baik. Komunikasi yang baik membutuhkan penerapan
teori Johari window yang berfungsi untuk memahami perasaan, kesadaran, dan tingkah
laku lawan bicara agar terjalin komunikasi yang efektif.

Konsep Johari window

Konsep teori Johari window digunakan untuk menciptakan


hubungan intrapersonal dan interpersonal, atau hubungan pada diri sendiri dan
hubungan antara diri sendiri dan orang lain.

Konsep teori Johari window memiliki empat ruang atau empat perspektif yang


masing-masing memiliki istilah dan makna yang berbeda. Setiap makna mengandung
pemahaman-pemahaman yang mempengaruhi pandangan seseorang.

Apakah perilaku, perasaan, dan kesadaran yang dimiliki hanya dapat dipahami
oleh dirinya sendiri, hanya dipahami oleh orang lain, atau keduanya dapat memahaminya.
Jendela Johari ini mencerminkan tingkat keterbukaan seseorang yang dibagi
dalam 4 kuadran, kuadran-kuadran tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Open self

Open self atau wilayah terbuka merupakan suatu keadaan dimana seseorang saling
terbuka terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

Pada wilayah terbuka ini, seseorang akan terbuka mengenai perasaan, sifat,
kesadaran, perilaku, dan motivasi.Orang yang berada pada wilayah terbuka lebih mudah
menjalin komunikasi dengan siapapun. Hal ini berpengaruh terhadap interaksi antara
individu atau kelompok untuk menciptakan komunikasi yang efektif.

Seseorang yang berada dalam wilayah contoh mudahnya ia lebih cenderung


melemparkan senyum, menyapa lebih awal, menjabat tangan, dan lebih banyak bercerita
mengenai dirinya sendiri.Komunikasi tergantung pada tingkat keterbukaan di mana Anda
membuka diri kepada orang lain dan kepada diri Anda sendiri. Jika Anda tidak
mengizinkan orang lain mengetahui tentang diri Anda, komunikasi antara Anda dan
orang lain tersebut akan mengalami hambatan.

2. Blind self

Blind self  atau wilayah buta merupakan kondisi dimana orang lain dapat
memahami sifat, perasaan, pikiran, dan motivasi seseorang, tetapi orang tersebut tidak
dapat memahami dirinya sendiri.

Wilayah buta sering terjadi dalam interaksi dan dapat menimbulkan


kesalahpahaman atau permasalahan lainnya. Dalam diri Anda terdapat daerah yang
disebut daerah buta (blind). Self adalah segala hal tentang diri Anda yang diketahui orang
lain namun tidak diketahui oleh diri Anda sendiri.

Seseorang yang berada dalam blind self cenderung tidak dapat menciptakan


komunikasi efektif, sehingga timbul berbagai permasalahan. Contohnya, orang yang
bersikap sok asik ketika bertemu dengan orang baru, padahal dirinya sendiri merupakan
seorang yang pendiam. Ia tidak dapat menilai dirinya sendiri sebagaimana sifat, perilaku,
dan pikiran yang ia miliki, tetapi orang lain dapat menilainya.

3. Hidden self

Hidden self atau wilayah tersembunyi adalah keadaan dimana seseorang memiliki


kemampuan untuk menyembunyikan atau merahasiakan sebagian hal yang dianggap
tidak perlu untuk dipublikasikan kepada orang lain.
Bisa berupa sifat, perilaku, motivasi, atau pemikiran. Contohnya, seseorang yang
sudah berteman lama belum tentu dapat terbuka sepenuhnya ketika menceritakan kisah
hidupnya seperti masalah traumatic, keluarga dan masalah cinta karena ada beberapa
orang yang merasa takut menceritakan hal-hal tersebut kepada orang lain.

Dalam konsep ini terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Over disclosed : Seseorang terlalu banyak menceritakan rahasianya, sehingga


kemungkinan hidden self lebih kecil. Hal ini membuat seseorang berada di wilayah
terbuka.

2. Under disclosed : Seseorang sedikit menceritakan rahasianya, tetapi hanya pada


bagian-bagian tertentu, sehingga seseorang cenderung berada di wilayah rahasia.

4. Unknown Self

Unknown self atau wilayah tak dikenal merupakan kondisi seseorang yang tidak
dapat memahami dirinya sendiri bahkan orang lain pun tidak dapat mengenalinya.
Wilayah ini merupakan wilayah yang tidak dapat menciptakan interaksi dan komunikasi
yang efektif karena keduanya sama-sama merasa tidak ada pemahaman.

Dalam diri kita terdapat wilayah yang tidak dikenal (unknown). Daerah unknown
self adalah aspek dari diri Anda yang tidak diketahui baik oleh diri Anda sendiri maupun
orang lain. Anda mungkin akan mengetahui aspek dari diri yang tidak dikenal ini melalui
kondisi kondisi tertentu, misalnya melalui hipnotis.

C.    Keterampilan 3M

1.      Mendengan dan Memperhatikan, yaitu mendengan dan memperhatikan apa yang


ditangkap dari:

a.       Isi pembicaraan

b.      Makna pembicaraan, yaitu apa yang terkandung dalam isi pembicaraan

c.       Latar tempat dan latar belakang pembicaraan

d.      Cara klien menyampiakan isi pembicaraan

2.      Memahami

Konselor memahami apa yang didengar dan apa yang dikatakan oleh klien serta
mampu mengomunikasikan pemahaman konselor itu kepada klien. Kemampian
pendukung dalam memahami ialah:
a.    Empati, yaitu sikap positif klien terhadap klien yang diapresiasikan melaui
kesediaan untuk menempatkan diri pada tempat klien, merasa apa yang dirasakan
klien dan mengerti dengan pengertian klien.

b.  Sikap menerima (acceptance), yaitu keadaan konselor untuk menerima


keberadaan klien sebagaimana adanya.

3.      Merespon Secara Tepat, Positif dan Dinamis

Dalam memberikan tanggapan hendaknya konselor secara tepat merespon


permasalahan yang dialami klien, memberikan tanggapan positif kelpada klien sehingga
klien merasa ada yang memahami dan mau membantunya. Dalam merespon klien,
konselor perlu memperhatikan hal berikut:

a.    Kalimat singkat dan jelas. Artinya mengena kepada yang disampaikan klien,
bahasanya tidak tumoang tindih.

b.    Bahasa harus jelas,bahas tidak boleh campur aduk, dan dipahami dengan baik oleh
klien

c.     Bermakna

d.      Tidak menggunakan kata “tetapi” dengan kata “namun”    

Anda mungkin juga menyukai