Dosen Pengampu:
Ea Sri Handayani, M.Pd Psikolog
Oleh:
Kelompok 4
Irfan NPM. 16.22.0024
Rizky Januar Arief NPM 16.22.0033
Ghora Seto Sasmito NPM 16220093
Nafizah NPM
Nama Anggota Kelompok 3 NPM. …
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Eka Sri Handayani sebagai
dosen pengampu mata kuliah Konseling Anak Berkebutuhan Khusus yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL (Jika Ada)...................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR (Jika Ada)………………………………………… v
DAFTAR LAMPIRAN (Jika Ada)……………………………………… vi
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.4 Tujuan Penulisan …………………………………………………..........
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Anak Dengan Gangguan Atensi Dan Hiperaktif …………………..........
2.1.1 Karakteristik…………………………………………………………
2.1.2 Penyebab………..…………………………………………………...
2.1.3 Identifikasi …………………………..………………………….......
2.1.4 Pendidikan Bagi Individu ADHD……………………………….......
2.2 Anak Berbakat atau Gifted ……………………..
………………………….......
2.2.1 Batasan Keberbakatan
2.2.2 Klasifikasi dan ciri-ciri keberbakatan
2.2.3 Etiologi/Penyebab Keberbakatan
2.2.4 Identifikasi,Diagnosis dan Asesmen
2.2.5 Dampak Keberbakatan dari segi Psikologis, sosial-emosional dan
Pendidikan
2.2.6 Intervensi dan Bantuan Pendidikan
3
DAFTAR TABEL (JIKA ADA)
Hlm
Tabel 1……….…….………………………………………………………
Tabel 2………….………………………………………………………….
Tabel 3……………..………………………………………………………
Dst.
4
DAFTAR GAMBAR (JIKA ADA)
Hlm
Gambar 1………….………………………………………………………
Gambar 2………………………………………………………………….
Gambar 3………….………………………………………………………
Dst.
5
Hlm
Gambar 1………….………………………………………………………
Gambar 2………………………………………………………………….
Gambar 3………….………………………………………………………
Dst.
BAB I
PENDAHULUAN
6
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana anak dengan gangguan atensi dan hiperaktif ?
1.2.2 Bagaimana anak berbakat atau gifted ?
1.2.3 Bagaimana anak indigo?
BAB II
PEMBAHASAN
8
B. Kesulitan Akademis Akibat Inatensi
a. Membaca:
2. Tidak bisa fokus pada apa yang sedang dibacanya (terutama apabila
bacaan sulit, panjang, membosankan, dan tidak diminati), sehingga sering
melewatkan beberapa kata, detil, dan pemahaman
3. Lupa pada apa yang telah dibacanya dan harus membaca ulang beberapa
kali
b. Menulis:
2. Tidak sesuai dengan topik akibat kehilangan apa yang sedang dipikirkan
c. Matematika:
9
1. Berlaku seolah-olah digerakkan oleh motor
1. Banyak bicara
2.1.1 Karakteristik
Menurut Russel Barkley (dalam Hallahan, Kauffaman, & Pullen),
behaviourala inhibition atau pengehentian tingkah laku merupakan kunci karakteristik
ADHD, yang membentuk tahapan-tahapan masalah dalam fungsi eksekutif serta
kesadaran dan manajemen waktu, yang kemudian mengganggu kemampuan individu
dalam melakukan tingkah lakunyang mengarah pada tujuan.
10
Termasuk kemampuan dalam :
1. Menahan respon
Anak-anak ADHD bukan tidak tahu bagaimana mereka harus bertingkah laku
dengan pantas kepada orang lain, melainkan tidak mampu melakukannya (Landau
et.al.,98 dalam Hallahan, Kauffman & Pullen, 2009). Defisit dalam menahan tingkah
laku membuat mereka memilih sesuatu secara impulsif dan bereaksi berlebihan
secara emosional. Misalnya, menyerobot ketika bermain, menginterupsi pembicaraan
orang lain, kurang memperhatikan hal yang dikatakan orang lain, memberikan solusi
yang agresif terhadap masalah interpersonal, kehilangan kesabaran, dan sebagainya
(Guevremont, 1990 dalam DuPaul & Stoner, 1994)
11
mengarahkan tindakan seseorang tersebut sekarang maupun di masa yang
akan datang (Barkley & Murphy, 1998, p.2 dalam Hallahan, Kauffman, &
Pullen, 2009). Masalah dengan WM ini menyebabkan kelupaan, masalah
persepsi dan pertimbangan, serta manajemen waktu
2.1.2 Penyebab
Pada awal sampai pertengahan abad ke-20, para pihak yang berwenang
menganggap bahwa masalah inatensi dan hiperaktivitas disebabkan oleh masalah
neurologikal akibat kerusakan otak. Penelitian mengindikasikan bahwa ADHD paling
banyak disebabkan oleh disfungsi neurolgikal daripada kerusakan otak. Seperti pada
kesulitan belajar, bukti menunjukkan bahwa hereditas memainkan peranan yang
sangat kuat dalam menyebabkan disfungsi neurological
12
A. Area Otak yang terkena dampak
Nigg (2006) dan Voeller (2004) dalam Hallahan, Kauffman, & Pullen, 2009)
menemukan ketidaknormalan yang konsisten pada tiga area otak orang-orang yang
mengalami ADHD, yaitu lobus prefrontal, lobus frontal, dan basal ganglia
(khususnya caudate dan globus pallidus). Lobus prefrontal yang terletak pada bagian
depan otak, terutama bagian prefrontal yang merupakan bagian terdepan dari lobus
prefrontal, bertanggung jawab atas fungsi eksekutif otak, termasuk kemampuan
mengatur tingkah laku seseorang. Basal ganglia yang terkubur di dalam otak dan
terdiri atas beberapa bagian yaitu caudate dan globus pallidus, bertanggung jawab
atas koordinasi dan kontrol tingkah laku motorik (Pinel, 2006 dalam Hallahan,
Kauffman, & Pullen, 2009). Selain ketiga bagian otak tersebut, adapula cerebellum
dan corpus callosum yang merupakan tempat perkembangan abnormal dari motorik,
sementara corpus callosum penting untuk bermacam-macam fungsi kognitif
(Hallahan, Kauffman, & Pullen, 2009)
C. Faktor-faktor herediter
13
yang kedua lebih bersiko mengalami ADHD daripada kembar fraternal yang kedua.
Secara umum, ditemukan bahwa pada sebagian besar kasus ADHD, tidak ada satu
gen khusus yabg menyebabkan ADHD, melainkan beberapa gen
2.1.3 Identifikasi
Hallahan, Kauffman, dan Pullen (2009) dalam bukunya mengatakan bahwa
terdapat empat kompenen penting dalam mengindetifikasi apakah seorang siswa
megalami ADHD, yaitu pemerikdaan medis, wawancara klinis, rating scales orang
tua dan guru, serta observasi tingkah laku.
Pemeriksaan medis diperlukan untuk mengetahui kondisi medis seperti tumor
otak, masalah kelenjer tiroid, atau gangguan seizure disorders sebagai penyebab
inatensi dan atau hiperaktivitas. Wawancara klinis terhadap orang tua dan anak
memberikan informasi mengenai karakteristik fisik dan psikologis anak, serta
dinamika keluarga dan interaksi dengan teman sebaya. Rating scales (skala
penilaian), dikembangkan oleh para peneliti untuk diisi oleh orang tua dan guru, serta
dalam beberapa kasus, oleh si anak. Cara keempat, apabila memungkinkan, ahli
klinis sebaiknya melakukan obseevasi. Sebagai tambahan, para ahli dapat
menggunakan CPT atau a continuous performance test di klinik
14
Dalam menyusun dan melaksanakan pendidikan untuk anak-anak ADHD,
diperlukan paling tidak tiga pihak yang bekerjasama dengan baik, yaitu anak sendiri,
orang tua, dan personil sekolah atau guru (Witberg dalam Fisher, 2007)
15
6. Membagi satu hari menjadi beberapa unit waktu dan pembagian ini
diterapkan setiap hari
7. Membagi tugas dan aktivitas menjadi beberapa sub tugas dan sub
aktivitas
10. Menempel time table ini di meja atau di dalam agenda (Cooper, 1999
dalam Hallahan, Kauffman, & Pullen, 2009)
16
daripada intervensi individual karena seorang guru dapat menggunakan intervensi ini
untuk membantu seorang anak berkebutuhan khusus dalam kelas, sekaligus juga
memberi keuntungan bagi performa para siswa lain di kelas tersebut. Selain itu, anak
yang berkebutuhan khusus menjadi anonym karena intervensi dilakukan oleh seluruh
siswa dalam kelas. Classwide interventions untuk ADHD dikategorikan dalam dua
tipe utama, yaitu tingkah laku (behavioural) dan akademik, sebagai berikut
a. Tingkah Laku
Target dari tipe ini adalah manifestasi tingkah laku dari gangguan ADHD
(misalnya, tidak mengerjakan tugas, kesulitan bertahan di tempat duduk, dan
sebagainya). Bentuk-bentuk tipe classwide interventions behavioural antara lain:
1. Contingency Management
17
Selain keempat hal diatas, untuk memfasilitasi efektivitas CM, lakukan atau
berikan (a) kesempatan kepada siswa untuk melatih dan mengklarifikasi tingkah yang
diharapkan, (b) diskusi dan latihan bagaimana merespon ketika siswa kehilangan
tokens, (c) perencanaan prosedur untuk menghilangkan perlahan-lahan penggunanan
CM dan beralih kepada penghargaan yang alami (natural reinforcement), (d) system
pecarian data, dan (e) petunjuk yang jelas mengenai kapan dan bagaimana sering
system akan digunakan (Harlacher, Roberts, & Merrel, 2006)
2. Therapy Balls
Merupakan bola yang dapat dipompa, yang diduduki oleh anak-anak. Bola
terapi memiliki kaki yang dapat dilipat dan dibuka ketika bola sedang tidak
digunakan sehingga tidak menggelinding (Sensory Edge, n.d. dalam Harlacher,
Roberts, & Merrel, 2006). Manfaat dari bola terapi ini, antara lain terjadi
peningkatkan produksi kata di kelas bahasa dan peningkatan lamanya tingkah laku
duduk. Namun demikian, yang perlu menjadi pertimbangan adalah besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk memperoleh bola terapi bagi setiap siswa
3. Self-Monitoring
Yaitu pelibatan siswa dalam mengevaluasi dan merekam tingkah laku mereka
sendiri. Guru dan siswa menyetujui satu sampai tiga tingkah laku siswa yang akam
dimonitor (misalnya, penyelesaian tugas, perhatian, dan berbibacara), lalu siswa
diberikan formulir untuk me-rating tingkah laku tersebut dengan Likert, yang
menggambarkan seberapa baik ia telah melakukan tingkah laku tersebut. Kemudian,
hasil rating tersebut dibandingkan dengan rating yang dibuat oleh guru. Setelah
beberapa waktu dan siswa sudah dianggap mampu membuat rating yang sesuai
dengan kenyataan sebenarnya, guru tidak perlu lagi ikut me-rating supaya siswa lebih
dapat menilai dirinya dengan mandiri (Harlacher, Roberts, & Merrell, 2006). Manfaat
self monitoring ini adalah peningkatan jumlah waktu yang dihabiskan siswa untuk
18
mengerjakan tugas, penurunan inatensi dan tingkah yang tidak pantas. Namun, cara
ini tidak efektif untuk siswa ADHD usia SD
4. Peer Monitoring
Yaitu melatih siswa untuk saling mengawasi tingkah laku temannya dan
memberi penghargaan terhadap tingkah laku yang positif. Ini termasuk (a)
mendefinisikan tingkah laku apa saja yang pantas dan tidak pantas, (b) melatih siswa
untuk mengidentifikasi dan membedakan antara tingkah laku yang pantas dan tidak
pantas tersebut, (c) membuat siswa menangkap temannya ketika melakukan tingkah
laku yang pantas dan (d) menyediakan hadiah untuk tingkah laku tersebut (misalnya
pujian, nilai). Manfaat intervensi ini adalah kuatnya dampak teman-teman terhadap
tingkah laku masing-masing siswa (Alberto & Troutman, 2006; Wolery et.al.,1998
dalam Harlacher, Roberts, & Merrell, 2006), tetapi membutuhkan pelatihan dan
waktu yang cukup lama untuk siswa dapat akurat menangkap perilaku yang
dimaksud.
5. Instructional Choice
Memberikan siswa dua atau lebih aktivitas dari menu yang tersedia, kemudian
siswa diminta memilih aktivitas yang ingin ia lakukan. Siswa dapat memilih satu
aktivitas daripada aktivitas yang lain (misaljya, memilih matematika daripada
membaca) atau urutan tugas (misalnya, mengerjakan matematika sebelum membaca).
Instructional choice mampu meningkatkan keterlibatan akademis serta menurunkam
masalah tingkah laku. Intervensi ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu
persiapan yang singkat tetapi guru munhkin berkeberatan untuk memperbolehkan
siswa memilih tugas yang ingin mereka selesaikan (Harlacher, Roberts, & Merrell,
2006)
b. Akademik
19
Apabila tipe tingkah laku targetnya adalah manifestasi tingkah laku, maka tipe
akademik memiliki target defisit akademis yang seringkali diasosiasikan dengan
ADHD (misalnya, performa akademis yang rendah, tidak melengkapi tugas, dan
akurasi atau ketepatan) (Harlacher, Roberts, & Merrell, 2006). Bentuk-bentuk
intervensi dari tipe ini antara lain:
Peer tutoring adalah strategi manipulasi instruksi dkmana dua siswa bekerja
sama dalam sebuah aktivitas akademis, dimaba seorang siswa memberikan
pendampingan, instruksi, dan umpan balik kepada yang lain. Siswa dipasangkan,
disediakan materi-materi dalam kurikulum, dan bergantian membimbing satu sama
lain. Classwide peer tutoring fleksibel dan memungkinkan modifikasi sesuai
lingkungan kelas, serta memungkinkan siswa untuk menerima umpan balik atau
perbaikan satu demi satu, hang sulit diperoleh dari instruksi untuk satu kelas.
Namum, membutuhkan banyak waktu untul mengembanglan materi dan melatih
siswa di awal (Harlacher, Roberts, Merrell, 2006).
2. Instructional Modification
Merupakan strategi proaktif dimana perubahan dalam tugas untuk siswa demi
mencapai target kebutuhan akademis siswa. Misalnya guru membagi tugas siswa
menjadi tiga bagian, menyediakan batas waktu yang lebih banyak untuk tugas-tugas
siswa, atau mengubah tempo bacaan dari tape yabg digunakan untuk daftar kata. Cara
ini fleksibel, mudah diimplementasikan dan dapat meningkatkan lingkungan
akademis dari siswa yang mengalami kesulitan (DuPaul & Stoner dalam Harlacher,
Roberts, & Merrell, 2006)
20
Misalnya, simbol-simbol matematika yang diwarnai, penggunaan audio-visual, dan
sebagainya. Cara ini meningkatkan performa matematika dan penurunan tingkah laku
tidak mau mengerjakan tugas (Ota & DaPaul, 2002 dalam Harlacher, Roberts, &
Merrell, 2006).
21
menonjol dan dapat memberikan prestasi yang tinggi. Definisi anak berbakat dari
USOE ini diambil karena memiliki daya cakupan yang luas dan lengkap yaitu
meninjau keterbakatan dari berbagai dimensi serta menekankan perlunya anak
berbakat mendapatkan pelayanan pendidikan khusus.
2.2.2 Klasifikasi dan Ciri-ciri Keberbakatan
Mengenai klasifikasi keberbakatan dari anak berbakat, pandangan beberapa
pakar anak berbakat terlihat bervariasi. Hasil pengamatan Feldman (1979, dalam
Hawadi 1993) menunjukkan sebagai berikut ada pakar yang membatasi anak berbakat
sebagai anak yang berada di atas dua persen, dengan pembagian keberbakatan dalam
intelektual sebesar 0,1 persen dan keberbakatan dalam bidang khusus (talenta) 1,9
persen tetapi ada juga sejumlah pakar yang lebih suka menyebut anak berbakat
sebagai anak yang berada dalam tujuh persen teratas, dengan pembagian keberbakatn
intelektual sebesar dua persen dan talenta sebesar lima persen.
Mengenai ciri-ciri anak berbakat ada beberapa sudut pandang untuk ciri-ciri
anak berbakat seperti sudut pandang psikologis dan tingkah laku. Berdasarkan sudut
pandang psikologi, pembahasan mengenai konsep diri, hubungan sosial dan
karakteristik psikologis lainnya mengenai anak berbakat merupakan suatu kajian yang
menarik. Sebagian dari anak berbakat merasa dirinya bahagia, disukai oleh teman
kelompoknya, memiliki kestabilan emosi dan self-sufficient.
2.2.3 Etiologi/Penyebab Keberbakatan
Dalam literature anak berbakat, memang tidak secara tegas disebutkan
pandangan pakar tentang etiologic keberbakatan. Kebanyakan pakar tidak
memasalahkan asal muasal keunggulan yang ada namun mereka lebih memasalahkan
pada kondisi yang sudah terjadi sebagai seseorang yang memiliki kelebihan-
kelebihan dibandingkan orang-orang lain. Dan rata-rata para pakar bersepakat bahwa
kelebihan yang ada tersebut yang ditampilkan dalam karakteristik diri yang khas,
sangat membutuhkan pelayanan pendidikan yang berbeda dari lazimnya.
1) Faktor Genetik dan Biologis lainnya
Pendapat bahwa intelegensi dan kemampuan yang berkualitas unggul itu
diturunkan, kurang dapat di terima dimasyarakat yang memandang bahwa
22
semua orang itu sama. Hal itu dapat menimbulkan perdebatan untuk
menyeleksi pasangan unggul dalam hal reproduksi manusia. Penelitian dalam
genetika perilaku menyatakan bahwa setiap jenis dari perkembangan perilaku
di pengaruhi secara signifikan melalui gen/keturunan.
2) Faktor-faktor lingkungan
Keluarga, sekolah, teman sebaya dan masyarakat jelas memiliki pengaruh
dalam perkembangan diri keberbakatan. Stimulasi-stimulasi, kesempatan-
kesempatan, harapan-harapan, tuntutan-tuntutan dan imbalan-imbalan untuk
suatu kinerja akan mempengaruhi proses belajar seorang anak.
2.2.4 Identifikasi, Diagnosis dan Asesmen
Pengukuran mengenai keberbakatan bersifat kompleks. Ada beberapa
komponen yang tidak dapat diukut dengan menggunakan cara biasa dan juga ada
beberaoa bagian dari definisi keberbakatan akan menentukan bagaimana tes skor
diinterprestasikan. Sangatlah penting untuk menggunakan metode yang tepat dalam
melakukan identifikasi awal keberbakatan untuk membantu anak dengan special
talents meraih pemenuhan ciri (self-fulfilment) dan membantu mereka untuk
mengembangkan potensi untuk memberikan kontribusi bagi lingkungan mereka.
Ada delapan identifikasi umum yang ditentukan oleh hunser dan Callahan
(1995 dalam Hallahan, Kauffman dan pullen,2009) :
Pengukuran mengenai keberkatan melebihi konsep sempit dari talents
Strategi identifikasi tepat dan terpisah diperlukam dalam melakukan identifikasi
aspel yang berbeda dari keberbakatan
Instrument dan strategi yang reliable dan valid dibutuhkan dalam menilai
keberbakatan
Instrument yang tepat digunakan untuk underserver population (populasi yang
dilayani)
23
Setiap anak dilihat secara individu, dikenali dari skor tunggal pada semua
pengukuran
Pendekatan multiple-measure/multiple-criteria (menggunakan beberapa kriteria
dan pengukuran) diijinkan
Apreasiasi ditunjukkan pada nilai dari kasus setiap individu dan keterbatasan
kombinasi pengukuran
Identifikasi dan penempatan didasarkan pada kebutuhan individu dan
kemampuan dibandingkan dengan jumlah individu
2.2.5 Dampak Keberbakatan dari segi Psikologis, Sosial-Emosional dan
Pendidikan
Keberbakatan terkadang membuat anak tampak “berbeda” dibandingkan
dengan anak lainnya. Sebagian anak dapat menerima hal itu dalam kondisi yang
positif. Mereka dapat hidup dengna bahagia, disukai oleh teman kelompoknya,
memiliki kestabilan emosi dan self-sufficient. Anak berbakat memiliki minat yang
bervariasi serta dapat menerima diri mereka dengan positif. Anak berbakat yang
berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan diri mereka, mendapatkan kesempatan pendidikan yang tepat,
kesempatan untuk menggali minat secara dalam.
Di sisi lain, ada anak-anak berbakat yang tidak mendapatkan kesempatan
untuk mengembangkan apa yang menjadi bakat mereka. Merka tidak diuntungkan
karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung anak berbakat. Anak berbakat
dapat menampilkan tingkah laku yang luar biasa buruknya. Anak berbakat juga bisa
menjadi individu yang melalukan bullying terhadap lingkungan, atau menjadi korban
bullying dari teman-temannya. Individu berbakat memiliki kecenderungan untuk
menjauh dari kelompok usia mereka. (Hallahan. Kauffman dan Pullen, 2009).
2.2.6 Intervensi dan Bantuan Pendidikan
Seluruh siswa pada segala usia memiliki kekuatan bakat yang relatif dan
sekolah seharusnya dapat membantu siswa untuk mengidentifikasi dan memahami
kemampuan terbaiki yang dimilikinya demikian juga pada anak berbakat. Sekolah
seharusnya dapat memfasilitasi anak berbakat dalam mengidentifikasi dan memahami
kemampuan terbaik yang dimilikinya. Menurut Utami Munandar (1985) menyatakan
24
bahwa mengajar anak berbakat menuntut konsep belajar yang berbeda, peran, teknik
mengajar dan penilaian hasil belajar yang berbeda pula.
Ada tiga karakteristik mengenai pendidikan yang dikhususkan bagi siswa
dengan kemampuan dan bakat yang spesifik yaitu :
Kurikulum dirancang untuk mengakomodasi kemampuan kognitif siswa
Strategi instruksi yang diberikan konsisten dengan pembelajaran siswa dengan
kemampuan yang di atas rata-rata pada bagian isi dari kurikulum
Penyusunan administrasi memfasilitasi instruksi pada kelompok yang tepat
25
Menurut Southern dan Jones (1991, dalam Nuraida, dkk, 2007) menyebutkan
beberapa dampak positif dari program percepatan belajar (akselarasi) bagi anak
berbakat:
Meningkatkan efesiensi dan efektifitas belajar pada anak berbakat
Memberikan penghargaan/pengakuan atas prestasi yang dimiliki kepada anak
berbakat
Memberikan kesempatan yang lebih cepat untuk berkarir dibandingkan anak
seusianya
Meningkaykan produktivitas
Meningkatkan pilihan eksplorasi dalam pendidikan
Dari sisi lain, program percepatan belajar (akselarasi) juga memiliki pengaruh
negatif menurut Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan beberapa
kekurangan dari program percepatan belajar (akselarasi) bagi anak berbakat. Salah
satunya adalah dari segi penyesuaian sosial dan emosional, dimana karakteristik anak
berbakat yang kurang matang baik secara sosial, fisik maupun emosional untuk
berada dalam tingkat kelas yang lebih tinggi walaupun memenuhi standard kualitas
akademik.
2. Kerjasama antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah
dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan
pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak.
Orang tua dapat membantu sekolah dalam merencanakan dan menyelenggarakan
kunjungan ke proyek-proyek tertentu, seperti pabrik, perusahaan, museum dan
kegiatan pendidikan lainnya.
Perlu diadakan pertemuan berkala antara guru-guru yang membimbing anak
berbakat dan para orang tua anak berbakat untuk bersama-sama membicarakan dan
membahas masalah-masalah yang timbul yang berkaitan dengan keberbakatan anak,
baik masalah-masalah di sekolah maupun masalah-masalah dirumah. Lebih baik lagi
jika konselor psikolog yang membantu disekolah tersebut ikut hadir dalam
pertemuan-pertemuan ini.
Semua usaha yang dilakukan bagi pengembangan potensi anak-anak dan
individu yang berbakat ini tidak akan sia-sia karena bukankah “ kejayaan suatu
26
bangsa dan Negara tergantung dari bagaimana masyarakat nya menghargai dan
memanfaatkan sumber daya manusianya berupa potensi unggul untuk menghadapi
masalah-masalah hari esok” (Munandar, 1985).
Nancy ann tappe yang diwawancari oleh JanTober (dalam Carroll & Tober,
1999), mengemukakan empat tipe anak indigo, yaitu:
1. Humanis
Anak indigo tipe ini akan bekerja dengan orang banyak. Anak tipe ini
mempunyai kelebihan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Biasanya
mereka menggunakan kemampuannya untuk menolong orang lain.
27
Kecenderungan karir mereka di masa datang akan menjadi dokter,
pengacara, guru, pengusaha, politikus atau pramuniaga. Perilaku yang
menonjol saat ini adalah hiperaktif, sehingga perhatiannya mudah tersebar.
Mereka sangat sosial, ramah, dan memiliki pendapat yang kokoh.
2. Konseptual
Anak indigo tipe ini lebih enjoy bekerja sendiri dengan proyek-proyek
yang ia ciptakan sendiri. Mereka amat menonjol dalam merancang suatu
program. Misalnya dalam rangka menyelamatkan perusahaan yang akan
bangkrut atau membuat usaha baru yang booming dan mandatangkan
keuntungan finansial bagi banyak orang. Contoh karir mereka di masa
depan adalah sebagai arstiek, perancang, pilot, astronot, prajurit militer.
Perilaku yang menonjol adalah suka mengontrol perilaku orang lain.
3. Artis
Anak indigo tipe ini menyukai pekerjaan di bidang seni. Perilaku yang
menonjol adalah sensitif, dan kreatif. Mereka mampu menunjukkan minat
sekaligus dalam 5 atau 6 bidang seni, namun beranjak remaja minat
mereka terfokus hanya pada satu bidang saja yang dikuasai secara baik.
4. Interdimensional.
Anak indigo tipe ini yang memiliki ketazaman indera keenam di masa
yang akan datang menjadi seorang filsuf, pemuka agama. Dalam usia 1
atau 2 tahun, orangtua merasa tidak perlu mengajarkan apapun kepada
mereka karena mereka sudah mengetahuinya.
Setiap makhluk hidup memiliki energy vital (chi) yang mengalir masuk dan
keluar dari tubuh melalui nafas dan pori-pori, serta pintu-pintu khusus yang disebut
cakra (Effendi, 2001 dalam Sumarlis, 2003). Pers juga mulai mengabarkan mengenai
paranormal dan sebagainya. Anak- anak yang dilahirkan pada pertengahan tahun
1970-an sampai saat ini seringkali disebut anak Indigo, karena mereka adalah “anak-
anak sinar indigo”. Mereka sangat spiritualis, memiliki visi spiritual dan pengetahuan
28
tentang keberhargaan diri (Virtue, 2001). Cakra ajna ini terletak diantara kedua alis
dan membuat anak indigo memiliki kemampuan indra keenam atau extrasensory
perception (Kusuma, dalam Sumarlis, 2003).
Dua hal spiritual yang biasanya dimiliki atau dialami oleh anak-anak indigo
adalah:
29
dimensi ketiga, dan sebagian lainnya datang dari pelanet lain, yaitu mereka
yang termasuk indigo interdimensional.
1. Lapangan aura
Lapangan aura yang mengelilingi anak indigo berwarna biru gelap/nila.
Untuk mengetahuinya maka dapat dilakukan foto aura melalui aura video
station.
2. Kecerdasan
Anak indigo memiliki kecerdasan di atas rata-rata. McCloskey (dalam
Carroll & Tober, 1999) menyatakan bahwa tidak semua anak indigo
berada dalam rentang berbakat, namun hampir seluruh anak indigo
memiliki kecerdasan sekurang-kurangnya pada satu subtes dalam rentang
sangat superior. Untuk mengetahui hal ini dapat dilakukan tes IQ dengan
menggunakan skala Wechsler.
3. Prestasi belajar
Dengan kecerdasan yang dimilikinya, seharusnya anak indigo memiliki
prestasi belajar yang baik. Namun adanya batasan-batasan di sekolah
membuat prestasi belajar yang dimiliki mereka tidak tampil dengan
optimal. Untuk mengetahui prestasi belajar yang sebenarnya dapat
dilakukan tes prestasi belajar yang terstandar. McCloskey (dalam Carrolll
& Tober, 1999) menggambarkan bahwa hasil tes prestasi belajar anak
indigo sekurang-kurangnya berada dalam rentang rata-rata.
4. Perilaku
30
Anak indigo seringkali diduga memiliki gangguan pemusatan
perhatian/hiperaktivitas. Oleh karena itu diperlukan observasi yang lebih
cermat dengan mengamati rentang perilaku “merusak” yang kebanyakan
orang sering salah mengartikannya sebagai gangguan pemusatan
perhatian/hiperaktivitas. Menurut McCloskey (dalam Carroll & Tober,
1999), anak indigo akan disebut sebagai anak hiperaktif yang memicu
masalah karena mereka tidak berespon terhadap instruksi langsung.
1. Berkemauan kuat
2. Lahir pada tahun 1978 atau setelahnya
3. Keras kepala
4. Kreatif
5. Mudah teradiksi
6. Memiliki “old soul”
7. Intutitif atau spiritualis
8. Isolasionis
9. Independen dan bangga
10. Memilliki hasrat mendalam untuk membantu dunia dengan cara yang besar
11. Berada diantara harga diri yang rendah dan perasaan besar
12. Mudah bosan
13. Mungin pernah di diagnosa ADD atau ADHD
14. Mudah insomnia, sulit tidur, mimpi buruk, atau tidur tidak enak
15. Memiliki sejarah depresi
16. Mencari persahabatan yang dalam
17. Mudah menjalani hubungan dengan tanaman dan binatang
1. Mereka menuntut perhatian lebih dan merasa bahwa hidup terlalu berharga
untuk dilewati begitu saja. Mereka menginginkan hal-hal tertentu terjadi dan
seringkali memaksakan situasi supaya sesuai dengan harapan mereka
31
2. Mereka seringkali merasa dikecewakan oleh teman-temannya yang tidak
memahami fenomena indigo
3. Mereka sering dicap sebagai ana yang mengalami ADD atau bentuk-bentuk
hiperaktivitas lainnya
Terapi yang tepat untuk anak indigo menurut Tappe (dalam Carroll & Tober,
1999) adalah terapi dari seorang psikolog anak yang baik. Namun syangnya, banyak
psikolog yang tidak dilatih untuk menangani indigo karena mmereka terbiasa dilatih
dengan psikologo anak dasar dari Spock, Freud, Jung, dan sebagainya
32
aku akan menjadi rewel dan cepat bosan.” Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi hambatan tidur bagi anak-anak indigo (Virtue, 2001), antara lain:
Gerak badan tengah hari. Jangan lakukan ini pada waktu kurang dari tiga jam
sebelum tidur.
Buat “boks baik” dalam kamar anak.
Jika anak tidak dapat tidur karena mendaprt penglihatan yang menyeramkan
seperti dalam film the sixth sense, peluklah si anak dan katakana,”mari
panggil archangel Michael bersama-sama.
Mainkan bagian “malam” dari kaset chakra clearing yang memiliki efek
meditasi untuk menenangkan dan menyenyakan tidur
Letakan penerangan dengan cahaya putih di sekitar rumah
Tempelkan gambar malaikat penjaga dikamar tidur anak
Cat dindin dan berikan shampoo pada karpet apabila anda merasa bahwa
kamar tidur anak memiliki “penunggu” atau “penghuni lama”
Letakan benda-benda alam, seperti Kristal, tanaman, alcohol, air laut, atau air
asin
Gunakan metode Feng Shui (Collins dalam Virtue, 2001)
Cerahkan mood anak dengan music, bau-bauan, pencahayaan, sentuhan
Jauhkan barang-barang yang dapat mendatangkan electromagnetic
frequencies
Adapula cara-cara khusus lainnya yang mumgkin berbed-bda bagi masing-
masing anak
Mengamati
Mengelompokan; mengklasifikasi
33
Mengulang pernyataan; mengingat; mengulas
Membandingkan; memahami
Menalar; menilai
Mengaplikasikan
Mendesain
Menciptkan
Asesmen dapat dilakukan oleh anak sendiri, teman-teman, atau guru, dalam
bentuk yang berbeda-beda, seperti jurnal pembelajaran, persentasi, poster, demontrsi,
role-play, analisis produk, kriteria khusus, cacatan anekdot tertulis, konferensi, atau
catatan harian yang difilimkan.
Palmer (dalam Carroll & Tobber, 1999) juga menyebutkan kriteria sekolah yang
akan sesuai untuk pendidikan anak indigo, yaitu:
34
Di Indonesia, belum terlalu banyak perhatian terhadap masa depan anak
indigo yang diperkirakan berjumlah sekitar 600 orang ini (Generasi Super, 2009).
“Jumlah anak indigo ibarat gunung es (ice-berg), hanaya sepersepuluh bagian yang
tampak di atas permukaan,” tutur Dr. Tb. Erwin Kusuma, SpKJ, psikiater anak yang
memiliki perhatian khusus terhadap indigo. Mereka yang peduli terhadap indigo,
termasuk Dr. Erwin, spiritualis Leo Lumanto, dan sebagainya, tengah memikirkan
bagaimana mendidik dan menangni anak-anak indigo di Indonesia. Jika mendapat
bimbingan yang sempurna, Erwin yakin anak-anak indigo ini akan menjadi
pemimpin-pemimpin masa depan yang bijak sana dan cinta damai (Nurdin, 2008
dalam Ogiefreak, 2008). Dengan pemahaman dan bantuan yang diberikan maka
proses pengembangan potensi yang harus dilalui tidak terbuang sia-sia, kebingungan
yang di alami individu indigo tidak membuat kehidupan mereka menjadi tidak
bahagia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bagian ini berisi ringkasan dan simpulan dari seluruh pembahasan yang telah
dipaparkan di BAB II. Dalam kesimpulan tidak perlu memasukkan kutipan apapun.
Panjang kesimpulan dibatasi maksimal sebanyak 2 lembar. Kesimpulan dan seluruh
isi BAB III Penutup diketik dengan format margin 4 cm (kiri), 4 cm (atas), 3 cm
(kanan), dan 3 cm (bawah). font yang digunakan adalah Times New Roman ukuran 12
pt. dengan spasi ukuran 1.5. Judul BAB dan setiap sub-judul yang ada dalam BAB III
Penutup wajib diketik cetak tebal (bold).
3.2 Saran
Bagian ini berisi saran-saran yang dikemukakan oleh mahasiswa bagi Guru
BK dan Mahasiswa BK sebagai konsekuensi dari membaca isi pembahasan makalah
35
yang telah dipaparkan sebelumnya. Saran dibuat dalam bentuk poin-poin sebagai
berikut:
3.2.1 Bagi Guru BK
a. Saran pertama
b. Saran kedua
c. Dst.
3.2.2 Bagi Mahasiswa BK
a. Saran pertama
b. Saran kedua
c. Dst.
DAFTAR PUSTAKA
Hawadi L, F. (1993). Idemtifikasi anak berbakat intelektual menurut konsep Renzuli
berdasarkan nominasi guru, teman sebaya dan diri pribadi.Jakarta: Disertai
Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Semua rujukan-rujukan yang diacu di dalam isi makalah harus didaftarkan di bagian
Daftar Pustaka. Isi daftar pustaka minimal harus memuat pustaka-pustaka acuan yang
berasal dari sumber yang direkomendassikan oleh dosen pengampu mata kuliah.
36
Sangat dianjurkan untuk menggunakan sumber acuan atau literatur yang diterbitkan
selama 10 tahun terakhir.
Penulisan Daftar Pustaka sebaiknya menggunakan aplikasi manajemen referensi
seperti Mendeley atau References Ms. Word. Bentuk font yang digunakan adalah
Times New Roman ukuran 12 pt. Spasi untuk daftar referensi adalah 1 spasi. Daftar
pustaka ditulis dengan model paragraf Hanging. Format penulisan yang digunakan
adalah sesuai dengan format APA 6th Edition (American Psychological Association).
Berikut adalah contoh penggunaan beberapa referensi.
Catatan: Penjelasan ini tidak perlu dimasukkan dalam penulisan daftar pustaka yang
sebenarnya. Demikin juga dengan tulisan bertanda *) tidak perlu dimasukkan pada
daftar pustaka sebenarnya.
Buku 1 Penulis*)
Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Buku 2 Penulis*)
Tubagus, A, & Wijonarko. (2009). Langkah-Langkah Memasak. Jakarta: PT
Gramedia.
Buku 3 Penulis*)
Leen, B., Bell, M., & McQuillan, P. (2014). Evidence-Based Practice: a Practice
Manual. USA: Health Service Executive.
Buku Terjemahan*)
Gladding, S. T. (2012). Konseling: Profesi yang Menyeluruh (6th ed.). (Terj. P.
Winarno, & L. Yuwono). Jakarta: PT. Indeks.
38
dependence, DRD2 Al allele, and depressive traits. Nicotine and Tobacco
Research, 6, 249—267
Majalah*)
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17.
Majalah Online*)
Susanta, R. (Juni 2010). “Ambush Marketing”. Marketing, 140 (2), 15-17. Diakses
dari: http//majalahmarketing.com//
Surat Kabar*)
39
Irawan, A. (24 September 2010). “Impor Beras dan Manajemen Logistik Baru”.
Koran Tempo, A11.
Video*)
American Psychological Association. (Produser). (2000). Responding therapeutically
to patient expressions of sexual attraction [DVD]. Tersedia di
http://www.apa.org/videos/
Serial Televisi
Egan, D. (Penulis), & Alexander, J. (Pengarah). (2005). Failure to communicate
[Episode Seri Televisi]. In D. Shore (Produser Pelaksana), House. New York,
NY: Fox Broadcasting.
Musik Rekaman*)
Lang, K.D. (2008). Shadow and the frame. On Watershed [CD]. New York, NY:
Nonesuch Records.
40