Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN INDIVIDU

1. Laporan Konseling Individu


A. Identitas Konselor
Nama : Putri Eka Lestari
NIM : 12306193116
Umur : 21 tahun
B. Identitas Konseli
Nama : D.M
Tanggal Lahir : 8 Agustus 2009
Alamat : dsn. Purwodadi, Tanen, Rejotangan
Nama Ayah : M.Kusen
Nama Ibu : Lilis Ernawati
Pekerjaan Bapak : Tenaga Kerja Indonesia
Kasus : Konseli sulit megendalikan emosi hingga melukai diri
sendiri karena frustasi dengan perkataan orangtua yang
selalu menyalahkan dan memarahi konseli.
C. Deskripsi Masalah yang Dikeluhkan
Konseli adalah siswi kelas 7 SMPN 1 Rejotangan bernama Dzilmaziyya
Malika merupakan anak pertama dari 2 bersaudara yang dirumah hanya tinggal
bersama ibu dan satu adiknya, sedangkan ayah dari konseli ini bekerja sebagai
tenaga kerja indonesia yang berada di Malaysia selama 3 tahun terakhir. Konseli
memiliki permasalahan keluarga yang sampai mengganggu proses belajarnya di
sekolah. Jika konseli berada di rumah dan bermain hp, konseli dimarahi oleh
ibunya dengan bahasa yang kurang baik seperti membentak dan melontarkan kata
bodoh, jelek, dan dibanding-bandingkan oleh orangtuanya, konseli merasa
perlakuan orangtuanya terhadap dirinya berbeda dengan perlakuan orangtuanya
ke adiknya yang membuat konseli merasa marah dan sedih, tetapi konseli tidak
bisa melawan ibunya, jika dimarahi konseli hanya diam dan memendam
meyendiri di kamarnya lalu menangis, konseli tidak memiliki teman dekat untuk
bercerita. Parahnya konseli kesulitan untuk megendalikan emosi, konseli sampai
melukai dirinya sendiri degan menyayat pergelangan tangan bagian kiri dengan
menggunakan cutter untuk melampiaskan emosinya. Tidak hanya sekali konseli
mencoba melukai dirinya sendiri namun sudah beberapa kali dan dilakukan ketika
ia sedang menyendiri di kamar. Konseli selalu merasa banyak kekurangan dalam
dirinya, tidak percaya diri, dan juga membandingkan dirinya dengan temannya.
Permasalahan konseli ini hingga membuat konseli kesulitan dalam belajar,
konseli ingin dirinya pintar dan menguasai mata pelajaran di sekolah, namun tetap
saja konseli tidak bisa fokus karena pikirannya terganggu dengan permasalahan
yang ada di rumah yang sedang dialami oleh konseli.

D. Kerangka Kerja Teoritik


Tokoh dari pendekatan realitas adalah Wiliam Gletser, Wiliam Gletser adalah
seorang psikiater yang mengembangkan konseling realitas pada tahun 1950-an,
awal mula pengembangan teori ini karena merasa tidak puas akan terapi yang
dilakukan sigmun freud. Corey mengatakan bahwa pendekatan realitas merupakan
model konseling yang berfokus pada tingkah laku sekarang, yang mana seorang
konselor berperan sebagai guru dan model, yang dimaksut dapat membantu
konseli berprilaku lebih realistis, sehingga konseli dapat membentuk identitas
dirinya. Dengan pengertian ini pendekatan realitas merupakan pendekatan yang
difokuskan dalam memodifikasi prilaku pada perasaan dan tingkah laku saat ini
serta mengarahkan konseli keluar dari permasalahanya dan berfokus pada tujuan
hidupnya di masa depan.

Tujuan dari konseling realitas adalah membantu individu menemukan


identitas dirinya dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar yang
dimaksut adalah kebutuhan bertahan (survival), kebutuhan mencintai dan memiliki
(love and belonging), kebutuhan kekuasaan (freedom/independen) dan kebutuhan
kesenangan (fun). Beberapa ciri Reality Theraphy antara lain : (1) Menolak adanya
konsep sakit mental pada setiap individu, yang ada adalah perilaku tak
bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat; (2) Berorientasi
pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang
mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak
bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga; (3)
Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku
tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli. Tanggung jawab
dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan
bermakna dan disadarinya; (4) Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli
dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.

E. Diagnosis
Diagnosis permasalahan konseli adalah :
1) Konseli kesulitan dalam megendalikan emosi hingga melukai dir inya
sendir i.

2) Konseli merasa dirinya banyak kekurangan dan tidak percaya diri karena
perkataan yang sering dilontarkan oleh ibunya.

3) Konseli kesulitan dalam memeahami materi di sekolah.


F. Prognosis
Prognosis merupakan prediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
apabila permasalahan yang dihadapi mengalami penyelesaian. Maka kemungkinan
yang dapat terjadi, jika permasalahan tidak tertangani adalah:
1. keinginan konseli untuk melukai dirinya sendiri ketika sulit mengendalikan
emosi akan lebih besar, sehingga besar kemungkinan timbul keinginan bunuh diri
dan melukai dirinya sendiri lebih parah dari menyayat tangan menggunakan cutter.
Sedangkan apabila permasalahan dapat teratasi, maka peserta didik akan :
1. konseli akan lebih bisa mengaktualisasikan dirinya, fokus dalam mata pelajaran,
mampu berprestasi, dan meraih cita citanya.

G. Tujuan Konseling
Proses konseling ini bertujuan untuk membantu konseli dalam memahami
dirinya sendiri serta membantu konseli untuk menemukan alternative pemecahan
permasalahannya sehingga konseli dapat menjalani kehidupan secara optimal.

H. Layanan Konseling
1. Pendekatan yang digunakan
Pendekatan realitas ini bertujuan agar konseli mampu mencapai identitas
diri dan mendorong konseli untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
dengan memenuhi kebutuhan dasarnya. Konseling realitas dapat digunakan untuk
menganalisis kebutuhan dasar apa yang belum terpenuhi dari konseli, dengan ini
konselor dan konseli mampu membuat rencana-rencana agar kebutuhan dasar
mampu terpenuhi, sehingga konseli mampu bertanggung jawab dengan dirinya
sendiri.

2. Teknik
Konselor menggunakan teknik yang berkaitan dengan konseling realitas.
Yaitu teknik WDEP (Wants-Doing-Evaluation-Planning) wants digunakan untuk
mencari tahu apa yang diinginkan konseli. Dengan ini konselor mulai mencari
informasi mengenai keinginan dari konseli itu sendiri. Setelah data keinginan dan
kebutuhan konseli didapat maka dapat melangkah ke langkah selanjutnya.

Poin doing adalah poin yang berisi tentang apa yang telah dilakukan
konseli dan dapat diberikan arahan oleh konselor. Konselor mencari tahu apa
yang telah atau sedang dilakukan oleh konseli untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Dalam poin ini konselor biasanya memberikan arahan atau
masukan sesuai dengan apa yang telah diusahakan oleh konseli. Harapannya
adalah segala upaya konseli dapat bernilai positif dan memberikan dampak yang
baik khususnya bagi konseli sendiri. Poin selanjutnya adalah poin evaluation.
Dalam poin ini dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap segala yang telah
dilakukan atau yang sedang dilakukan oleh konseli. Segala usaha dalam segala
aspek dinilai agar dapat menjadi pertimbangan untuk langkah yang diambil ke
depannya. Evaluasi bukan hanya dilakukan terhadap usaha konseli namun juga
terhadap keadaan yang sedang dialami oleh konseli. Jika konseli masih bersedia
melanjutkan usahanya maka usaha tersebut dapat dilanjutkan. Dengan catatan
konseli bersedia menanggung segala resiko yang mungkin muncul.

Poin terakhir dalam teknik WDEP adalah planning. Perencanaan


dilakukan setelah melalui poin-poin sebelumnya. Rencana-rencana tersebut
disusun untuk menentukan langkah yang selanjutnya perlu diambil oleh konseli.
Penyusunan rencana itu tidak hanya satu. Beberapa rencana alternatif dapat
dituangkan agar konseli memiliki alternatif lain jika rencana yang dilakukan
gagal terlaksana.

3. Langkah-langkah konseling yang ditempuh


a. Tahap awal yaitu attending dimaksutkan agar konseli merasa diterima dan
nyaman dalam sesi konseling. Konselor menciptakan rapport membangun
hubungan baik antara konselor dan konseli, tahap awal ini konselor menerima
dengan baik kehadiran konseli dan menciptakan suasana yang hangat, disini
konselor memberi pemahaman tentang apa itu layanan konseling, disini
konselor juga memberikan batasan waktu yaitu 30 menit karena konseli harus
mengikuti mata pelajaran selanjutnya.
b. Tahap Inti. Konselor mulai mengonfirmasi mengenai konseli yang
melampiaskan emosi dengan melukai dirinya sendiri, konselor juga
mendorong konseli untuk bercerita mengenai penyebabnya. Memotivasi
konseli untuk menyadari tentang apa yang ia lakukan dan mendorong untuk
bertanggung jawab konselor juga mendorong konseli untuk membuat
perencanaan yang digunakan untuk mengatasi masalah yang ia alami dengan
catatatan konseli bersedia, berkomitmen dan bertanggung jawab
c. Mengakhiri Konseling. Setelah konseli menyadari, bertanggung jawab dan
pemahami tentang permasalahan dirinya, konselor dan konseli membuat
rencana-rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
konseli. Kemudian konselor mengakhiri sesi konseling
4. Pelaksanaan Konseling

Selama proses konseling berlangsung, konselor menerima konseli dengan


senang hati dan mencoba membina hubungan baik dengan konseli agar konseli
merasa nyaman dan dapat terbuka dengan konselor untuk menceritakan
permasalahannya dan mengikuti proses konseling dari awal hingga akhir. Dalam
sesi konseling ini konselor bertugas sebagai penengah dan bersikap netral antara
konseli dengan permasalahan yang dihadapinya. Setelah konseli merasa nyaman
maka konselor mempersilahkan konseli untuk menceritakan permasalahannya dari
awal hingga akhir, kemudian konselor menanggapi dengan memberikan empati dan
memberikan arahan agar konseli mampu menemukan identitas dirinya dan
bertanggungjawab terhadap dirinya sendri dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Kemudian konselor dan konseli membuat rencana-rencana untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya.

I. Hasil layanan yang dicapai


Dengan dilaksanakannya proses konseling individu ini menggunakan
teknik konseling realitas, konseli merasa mampu memahami permasalahan yang
sedang konseli alami sehingga dapat merencanakan apa yang seharusnya
dilakukam konseli untuk menghadapi permasalahannya. Konseli ingin lebih fokus
terhadap dirinya sendiri dan tidak menghiraukan perkataan yang sering
dilontarkan oleh ibunya, kemudian membuat planing yang ingin dilakukan untuk
lebih fokus pada pendidikannya di sekolah agar konseli mampu
mengaktualisasikan dirinya.

Konselor memberikan empati, semangat, dan dorongan atas apa rencana-


rencana konseli untuk lebih fokus terhadap dirinya sendiri tanpa meghiraukan
perkataan buruk ibunya. Serta memotivasi konseli agar dirinya mampu belajar
dengan sungguh-sungguh di sekolah.

J. Rencana tindak lanjut


Pada tahap ini konselor melakukan evaluasi dengan melihat sejauh mana
keberhasilan proses layanan konseling yang telah diberikan kepada konseli. Jika
tidak ada hasil selama melakukan proses konseling maka rencana tindak lanjut
dapat terlaksana.
2. Laporan Konseling Individu
I. Identitas Konselor
Nama : Putri Eka Lestari
NIM : 12306193116
Umur : 21 tahun
J. Identitas Konseli
Nama : A.R
Tanggal Lahir : 14 September 2009
Alamat : RT 01/RW 02, Ds. Kates, Rejotangan
Nama Ayah : Candi
Nama Ibu : Rumiati
Pekerjaan Bapak : Buruh Bangunan
Kasus : konseli di bully oleh teman sekelasnya dengan megolok-
olok dirinya, sedangkan ketika ada tugas dari guru, teman
yang membully dirinya di kelas justru malah mencontek
jawaban konseli sehingga konseli merasa tidak nyaman dan
ingin pindah dari sekolah.
K. Deskripsi Masalah yang Dikeluhkan
Konseli merupakan siswa kelas 7D di SMPN 1 Rejotangan. Konseli
mengalami pembullyan di kelas yang dimana pelakunya adalah teman-teman satu
kelasnya lebih dari satu orang. Namun konseli hanya mengalami bulyng verbal,
teman sekelasnya tidak sampai membully fisik. Konseli sering di olok-olok teman
sekelasnya dan mencontek jawaban tugasnya sehingga konseli ingin pindah
sekolah. Konseli merasa temannya hanya memanfaatkan dirinya untuk mendapat
jawaban ulangan atau hanya sekedar tugas harian. Konseli merasa menunggu 3
tahun di sekolah ini untuk lulus adalah hal yang sangat lama, maka dari itu
konseli ingin pindah dari sekolah ini.

L. Kerangka Kerja Teoritik


Tokoh dari pendekatan realitas adalah Wiliam Gletser, Wiliam Gletser adalah
seorang psikiater yang mengembangkan konseling realitas pada tahun 1950-an,
awal mula pengembangan teori ini karena merasa tidak puas akan terapi yang
dilakukan sigmun freud. Corey mengatakan bahwa pendekatan realitas merupakan
model konseling yang berfokus pada tingkah laku sekarang, yang mana seorang
konselor berperan sebagai guru dan model, yang dimaksut dapat membantu
konseli berprilaku lebih realistis, sehingga konseli dapat membentuk identitas
dirinya. Dengan pengertian ini pendekatan realitas merupakan pendekatan yang
difokuskan dalam memodifikasi prilaku pada perasaan dan tingkah laku saat ini
serta mengarahkan konseli keluar dari permasalahanya dan berfokus pada tujuan
hidupnya di masa depan.

Tujuan dari konseling realitas adalah membantu individu menemukan


identitas dirinya dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar yang
dimaksut adalah kebutuhan bertahan (survival), kebutuhan mencintai dan memiliki
(love and belonging), kebutuhan kekuasaan (freedom/independen) dan kebutuhan
kesenangan (fun). Beberapa ciri Reality Theraphy antara lain : (1) Menolak adanya
konsep sakit mental pada setiap individu, yang ada adalah perilaku tak
bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat; (2) Berorientasi
pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang
mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak
bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga; (3)
Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku
tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli. Tanggung jawab
dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan
bermakna dan disadarinya; (4) Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli
dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.

M. Diagnosis
Diagnosis permasalahan konseli adalah :
1) Konseli merasa tidak nyaman berada di kelas karena sering di olok-olok
oleh teman sekelasnya.
2) Konseli merasa tidak nyaman jawaban tugas konseli di contek oleh teman-
temannya.
3) Konseli ingin pindah sekolah karena tidak betah untuk meunggu 3 tahun
sampai dirinya lulus.

N. Prognosis
Prognosis merupakan prediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
apabila permasalahan yang dihadapi mengalami penyelesaian. Maka kemungkinan
yang dapat terjadi, jika permasalahan tidak tertangani adalah:
1. konseli merasa murung dan sulit dalam bersosialisasi bahkan pindah dari
sekolah.
Sedangkan apabila permasalahan dapat teratasi, maka peserta didik akan :
1. konseli merasa nyaman, ceria, serta dapat bersosialisasi dengan baik.

O. Tujuan Konseling
Proses konseling ini bertujuan untuk membantu konseli dalam memahami
dirinya sendiri serta membantu konseli untuk menemukan alternative pemecahan
permasalahannya sehingga konseli dapat menjalani kehidupan secara optimal.

P. Layanan Konseling
1. Pendekatan yang digunakan
Pendekatan realitas ini bertujuan agar konseli mampu mencapai identitas
diri dan mendorong konseli untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
dengan memenuhi kebutuhan dasarnya. Konseling realitas dapat digunakan untuk
menganalisis kebutuhan dasar apa yang belum terpenuhi dari konseli, dengan ini
konselor dan konseli mampu membuat rencana-rencana agar kebutuhan dasar
mampu terpenuhi, sehingga konseli mampu bertanggung jawab dengan dirinya
sendiri.

2. Teknik
Konselor menggunakan teknik yang berkaitan dengan konseling realitas.
Yaitu teknik WDEP (Wants-Doing-Evaluation-Planning) wants digunakan untuk
mencari tahu apa yang diinginkan konseli. Dengan ini konselor mulai mencari
informasi mengenai keinginan dari konseli itu sendiri. Setelah data keinginan dan
kebutuhan konseli didapat maka dapat melangkah ke langkah selanjutnya.
Poin doing adalah poin yang berisi tentang apa yang telah dilakukan
konseli dan dapat diberikan arahan oleh konselor. Konselor mencari tahu apa
yang telah atau sedang dilakukan oleh konseli untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Dalam poin ini konselor biasanya memberikan arahan atau
masukan sesuai dengan apa yang telah diusahakan oleh konseli. Harapannya
adalah segala upaya konseli dapat bernilai positif dan memberikan dampak yang
baik khususnya bagi konseli sendiri. Poin selanjutnya adalah poin evaluation.
Dalam poin ini dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap segala yang telah
dilakukan atau yang sedang dilakukan oleh konseli. Segala usaha dalam segala
aspek dinilai agar dapat menjadi pertimbangan untuk langkah yang diambil ke
depannya. Evaluasi bukan hanya dilakukan terhadap usaha konseli namun juga
terhadap keadaan yang sedang dialami oleh konseli. Jika konseli masih bersedia
melanjutkan usahanya maka usaha tersebut dapat dilanjutkan. Dengan catatan
konseli bersedia menanggung segala resiko yang mungkin muncul.

Poin terakhir dalam teknik WDEP adalah planning. Perencanaan


dilakukan setelah melalui poin-poin sebelumnya. Rencana-rencana tersebut
disusun untuk menentukan langkah yang selanjutnya perlu diambil oleh konseli.
Penyusunan rencana itu tidak hanya satu. Beberapa rencana alternatif dapat
dituangkan agar konseli memiliki alternatif lain jika rencana yang dilakukan
gagal terlaksana.

3. Langkah-langkah konseling yang ditempuh


a. Tahap awal yaitu attending dimaksutkan agar konseli merasa diterima dan
nyaman dalam sesi konseling. Konselor menciptakan rapport membangun
hubungan baik antara konselor dan konseli, tahap awal ini konselor menerima
dengan baik kehadiran konseli dan menciptakan suasana yang hangat, disini
konselor memberi pemahaman tentang apa itu layanan konseling, serta
menjelaskan bahwa konselor memiliki asas kerahasiaan dimana permasalahan
yang diceritakan konseli selama sesi konseling berlangsung akan menjadi
rahasia konselor, sehingga konseli dapat dengan gamblang mejelaskan
permasalahannya tanpa rasa takut. Disini konselor juga memberikan batasan
waktu yaitu 30 menit karena konseli harus mengikuti mata pelajaran
selanjutnya.
b. Tahap Inti. Konselor mulai mengonfirmasi mengenai konseli yang tidak
nyaman berada di kelas sehingga ingin pindah dari sekolah, konselor juga
mendorong konseli untuk bercerita mengenai penyebabnya. Memotivasi
konseli untuk menyadari tentang apa yang ia lakukan dan mendorong untuk
bertanggung jawab konselor juga mendorong konseli untuk membuat
perencanaan yang digunakan untuk mengatasi masalah yang ia alami dengan
catatatan konseli bersedia, berkomitmen dan bertanggung jawab
c. Mengakhiri Konseling. Setelah konseli menyadari, bertanggung jawab dan
pemahami tentang permasalahan dirinya, konselor dan konseli membuat
rencana-rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
konseli. Kemudian konselor mengakhiri sesi konseling
4. Pelaksanaan Konseling

Selama proses konseling berlangsung, konselor menerima konseli dengan


senang hati dan mencoba membina hubungan baik dengan konseli agar konseli
merasa nyaman dan dapat terbuka dengan konselor untuk menceritakan
permasalahannya dan mengikuti proses konseling dari awal hingga akhir. Dalam
sesi konseling ini konselor bertugas sebagai penengah dan bersikap netral antara
konseli dengan permasalahan yang dihadapinya. Setelah konseli merasa nyaman
maka konselor mempersilahkan konseli untuk menceritakan permasalahannya dari
awal hingga akhir, kemudian konselor menanggapi dengan memberikan empati dan
memberikan arahan agar konseli mampu menemukan identitas dirinya dan
bertanggungjawab terhadap dirinya sendri dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Kemudian konselor dan konseli membuat rencana-rencana untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya.

K. Hasil layanan yang dicapai


Dengan dilaksanakannya proses konseling individu ini menggunakan
teknik konseling realitas, konseli merasa mampu memahami permasalahan yang
sedang konseli alami sehingga dapat merencanakan apa yang seharusnya
dilakukam konseli untuk menghadapi permasalahannya. Konseli ingin berteman
baik dengan teman-teman nya tanpa tersinggung dengan perkataan temannya.
Lalu konseli memiliki planing untuk bermain dengan teman nya dan menganggap
perkataan teman nya yang mengolok-olok adalah angin lalu, konseli berencana
untuk tidak berhenti berbuat baik dengan teman nya. Konseli sudah melakukan
hal itu sebelumnya, namun hanya kurang diterapkan dengan baik saja.

Konselor memberikan empati, semangat, dan dorongan atas apa rencana-


rencana konseli untuk lebih fokus terhadap dirinya sendiri tanpa meghiraukan
perkataan buruk ibunya. Serta memotivasi konseli agar dirinya mampu belajar
dengan sungguh-sungguh dan bersosialisasi dengan baik di sekolah.

L. Rencana tindak lanjut


Pada tahap ini konselor melakukan evaluasi dengan melihat sejauh mana
keberhasilan proses layanan konseling yang telah diberikan kepada konseli. Jika
tidak ada hasil selama melakukan proses konseling maka rencana tindak lanjut
dapat terlaksana.
KONSELING KELOMPOK PER INDIVIDU

1. Pemimpin Kelompok : Putri Eka Lestari


Konseli : GWS

: FAS

: RRA

: RSP

Kelas : 7A, 7C

Topik : Setiap konseli memiliki permasalahan yang berbeda-beda, seperti


sulit mengatur waktu, suka bolos pelajaran matematika, tidak bisa
mejaga sikap dan sering berkata kotor, hingga dibanding-
bandingkan oleh orangtuanya.

Hari/Tanggal : Selasa/27 September 2022

Tempat : Ruang Multimedia

Waktu : 09:40 WIB

1. Tahap-Tahap Konseling :
a. Tahap Pembentukan b. Mengucapkan salam

c. Mengucapkan terimakasih kepada konseli karena sudah hadir

d. Do’a

e. Menanyakan apakah konseli sebelumnya pernah melakukan


konseling kelompok

f. Menjelaskan pengertian dari konseling kelompok dan


tujuanya

g. Menjelaskan asas-asas dalam konseling dan kontrak kegiatan


b. Tahap peralihan a. Menjelaskan peranan pimpinan kelompok dan anggota
kelompok
b. Menentukan dan menyepakati permasalahan yang akan
dibahas

c. Tahap Kegiatan a. Setiap konseli menjelaskan mengenai permasalahan yang ia


rasakan

b. Konselor mempersilakan masing-masing konseli untuk saling


bertukar pendapat

c. Konselor mulai memetakan hal-hal positif maupun negative


dari kuliah dan bekerja

d. Konselor meminta konseli untuk menyampaikan hal positif


dan negative yang telah dipikirkan

e. Masing-masing saling menanggapi atas pernyataan anggota


kelompok

d. Pemimpin kelompok meluruskan pemikiran konseli

e. Konseli mulai menentukan keputusan yang terbaik untuk diri


mereka masing masing

d. Tahap Pengakhiran a. Pemimpin kelompok menanyakan apakah ada yang ingin


disampaikan
b. Pemimpin kelompok memberikan motivasi- motivasi

c. Pemimpin kelompok akan menyampaikan, bahwa


konselingkelompok akan berakhir

d. Pemimpin kelompok, memberikan kesimpulan terkait


konseling kelompok kali ini

e. Pemimpin kelompok mengucapkan terimakasih serta


menutup konseling kelompok dengan ber Do’a

2. Uraian Kegiatan
a. Identifikasi masalah
yang diungkapkan oleh GWS : tidak bisa menjaga sikap dan sering berkata kotor.
masing- masing anggota FAS : dibanding-bandingkan oleh keluarganya.
RRA : sering bolos pelajaran matematika.
RSP : tidak bisa mengatur waktu.

b. Masalah yang semua konseli memiliki masalah yang berbeda, maka dari
disepakati untuk dibahas itu di dalam sesi konseling ini perlu dibahas satu persatu,
namun konselor memutuskan akan mendahulukan
permasalahan yang paling berat untuk diselesaikan.
c. Analisis penyebab dari Konseli pertama sering berkata kotor dan sulit
masalah mengendalikan sikap yang buruk karena terbiasa dengan
lingkungannya dimana ia tumbuh, konseli kedua selalu
dibandingkan oleh keluarganya dengan anak dari tetangga
mereka yang pintar dan bersekolah di sekolah favorit,
konseli ketiga sering bolos pelajaran matematika karena
kurang menyukai metode pembelajaran yang disampaikan
oleh gurunya, konseli keempat tidak bisa megatur waktu
antara belajar, bermain, dan berkumpul bersama keluarga
karena kegiatan yang terlalu padat.
d. Alternatif pemecahan a. Pemberian informasi pada konseli terkait sopan santun
masalah serta kedisiplinan

b. Memberi penyadaran kepada konseli bahwa semua


harus dimulai dari diri sendiri

c. Pendapat dari anggota lain bisa menjadi jembatan


penyadaran anggota kelompok atas pemikiranya

d. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok


memikirkan dampak positif maupun negative dari
masing-masing konseli

e. Pemimpin kelompok dan anggota kelompok saling


bertukar pendapat

f. konseli dipersilakan untuk memikirkan mana yang lebih


menguntungkan bagi dirinya dan membuat keputusan
yang terbaik.
g. respon anggota pemimpin kelompok menerima semua pemikiran-pemikiran
kelompok terhadap dari masing-masing anggota dan pemimpin kelompok,
penggunaan alternative anggota kelompok juga menjadi terbuka, dengan ini konseli
berharap bisa menentukan keputusanya dengan sebaik
mungkin
h. respon seluruh anggota Anggota kelompok merasa bahwa konseling kelompok
kelompok mengenai mampu memberikan pemahaman mengenai setiap
konseling kelompok permasalahan yang dialami oleh masing-masing konseli,
bagaimana dampaknya dan bagaimana penyelesaiannya
STUDI KASUS PER INDIVIDU

C. STUDI KASUS
1. Identitas Konselor
Nama : Putri Eka Lestari
NIM : 12306193116
A. Identifikasi Masalah
a. Identitas Konseli
Nama : DM
TTL : Tulungagung, 8 Agustus 2009
Alamat : dsn. Purwodadi, Tanen, Rejotangan
Agama : islam
Jenis kelamin : perempuan
Kelas : 7C
b. Gejala Yang Muncul :
Konseli merupakan siswi kelas 7C di SMPN 1 Rejotangan merupakan anak
pertama dari 2 bersaudara, konseli memiliki adik laki-laki dan tinggal dirumah
bersama ibu beserta adiknya, sedangkan ayah dari konseli bekerja sebagai
tenaga kerja indonesia yang berada di Malaysia selama 3 tahun. Konseli
memiliki keluhan sering dimarahi oleh ibunya ketika berada dirumah dan
bermain hp, ibu dari konseli memarahi konseli dengan kata-kata yang kurang
pantas dan kasar. Kemudian konseli merasa orangtua nya memiliki perlakuan
yang berbeda dengan adik nya, semenjak itu konseli kesulitan untuk
megendalikan emosi dan sering mengurung diri di kamar untuk menangis
bahkan sampai melukai dirinya sendiri. Akibatnya konseli tidak bisa fokus
dalam menerima pelajaran di sekolah .

B. Analisis
Analisis terhadap konseli berinisial DM ini dapat dilakukan dengan
konseling individu secara langsung, meggali informasi melalui teman sekelas nya.
Adapun pengumpulan data ini adalah untuk memperoleh informasai dari peserta
didik yang mengalami masalah berdasarkan latar belakanya dan sudut pandang
yang lain. Adapun hasil data adalah seperti yang tertera pada form identifikasi
masalah.

C. Sintesis
Dari beberapa identifikasi masalah atau gejala yang muncul dari konseli,
ia memiliki permasalahan pada dirinya dan menyangkut gangguan emosi serta
prestasi belajar konseli. Yang dimana jika hal ini terjadi secara terus menerus
konseli akan melukai dirinya lebih dari menyayat tangan dan tidak dapat fokus
pada mata pelajaran sehingga konseli sulit untuk meraih prestasi belajar.

D. Diagnosis
Berdasarkan hasil pengamatan dalam sesi konseling, dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi penyebab konseli sulit mengendalikan emosi dengan
melukai dirinya sendiri dan kesulitan untuk fokus dalam mata pelajaran adalah :
1. Konseli tidak memiliki teman dekat untuk diajak bertukar cerita
2. Konseli memiliki sifat yang sangat perasa
3. Konseli terlalu memendam permasalahan yang sedang dialaminya.
E. Prognosis
Apabila masalah yang dihadapi konseli tidak segera diatasi, maka
kemungkinan yang dapat terjadi adalah:
1) Konseli akan melukai dirinya lebih dari menyayat tangan
2) Konseli akan kesulitan untuk merai prestasi belajar
3) Konseli akan kesulitan dalam mengaktualisasikan dirinya
Sedangkan apabila permasalahan dapat teratasi, maka peserta didik
akan :

1) Lebih bersemangat
2) Dapat mengaktualisasikan dirinya
3) Dapat meraih prestasi belajar di sekolah
F. Treatment
Pada tahap ini dilaksanakan alternatif bantuan sebagaimana dirumuskan
dalam prognosis, maka dalam treatment akan diambil tindakan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :

a. Pertama konselor dan konseli membangun hubungan konseling yang


melibatkan klien. Konselor dan konseli memperkenalkan diri konselor
menjelaskan asas dalam bimbingan dan konseling, terutama asas
kerahasiaan, kesuka relaan, keterbukaan. Hubungan konselor dan konseli
sudah terbentuk konseli sedikit demi sedikit mengungkapkan masalahnya.
Masalah konseli yakni sulit mengendalikan emosi ketika dimarai oleh ibunya
sampai melukai dirinya sendiri dengan menyayat pergelangan tangan
sehingga berimbas pada fokus belajarnya ketika berada di sekolah.
b. Konselor mulai menggali dan mengeksplorasi beberapa masalah konseli.
konseli merasa nyaman dalam pembicaraan pada saat konseling, karena ia
merasa didengarkan dengan baik saat ia menceritakan permasalahan yang
sedang ia hadapi saat ini. Dan konseli juga bercerita bahwa kehadiran
konselor disini sangat membantu ia karena dulu pernah bercerita dengan
salah satu teman nya namun tanggapan yang diberikan sangat kurang
mendukung untuk penyelesaian masalahnya dan akhirnya ia tidak mau lagi
bercerita dengan siapapun mengenai permasalahan yang sedang ia hadapi.
Kehadiran konselor disini sangat berperan positif untuk menampakan
kebutuhan mengembangkann diri dan memecahkan masalah yang dialami
konseli.
c. Selanjutnya konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil
konseling, kemudian menyusun rencana apa yang bisa dicoba untuk bisa
mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang konseli alami. Pada
tahap ke tiga ini konseli tampaknya masih bingung dan merasa masih sakit
hati karena mendengar perkataan dari ibunya dengan nada yang tinggi,
namun tidak menjadi halangan untuk konseli tetap mencari solusi agar
keinginan dimasa depan bisa terwujud dan dilakukan dengan nyaman sesuai
dengan yang konsei harapkan. Dan pastinya ada sisi untuk merubah perilaku
konseli kearah lebih positif, dan perencanaan diri dengan program yang
jelas.
d. Konselor disini juga memberikan motivasi untuk tetap semangat dalam
menduduki bangku kelas 7 dan pastinya tetap mempersiapkan rencana
kedepan yang ingin konseli lakukan dan pastinya akan berdampak positif
untuk dirinya sendiri dan orang lain dan bisa bermanfaat bagi sekitar.

G. Evaluasi / Tindak Lanjut (Follow Up)


Setelah melaksanakan treatment, langkah selanjutnya adalah tindak lanjut
dengan harapan konseli bisa meneruskan rencana yang sudah ia buat dan
dilaksanakan dengan baik serta berhasil. Adapun beberapa tindak lanjut yang
dapat dilakukan yaitu sebagai berikut :

a. Mengamati dan memperhatikan perilaku konseli


b. Memberikan motivasi pada konseli
c. Evaluasi bersama konseli tentang perkembangan yang sudah dilakukan

H. Kendala, Hambatan, dan Solusi


Kendala yang dihadapi oleh penulis yaitu proses identifikasi masalah dari
konseli sendiri yang terlihat kurang nyaman ketika melakukan konseling, sehingga
memerlukan waktu untuk menganalisis kepribadian dan keadaan lingkunganya.

Hambatan lain yang ditemukan yaitu datang dari konseli bisa karena
konseli tidak terbuka sepenuhnya kepada konselor atas persoalan yang sedang
dihadapi atau konseli merasa tidak bebas untuk mengungkapkan persoalannya
karena suasana di sekitaran tempat pelayanan kurang nyaman/aman atau konseli
tidak percaya kepada konselor untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan
yang sedang dihadapinya, terutama bagi konseli yang dipanggil.

Solusi dari adanya permasalahan tersebut yakni konselor berusaha


menjalin hubungan baik menciptakan suasana konseling yang nyaman agar
konseli bisa bebas untuk menceritakan masalah yang sedang mereka hadapi dan
bisa menemukan solusi yang terbaik tanpa adanya rasa terbebani.

Anda mungkin juga menyukai