E. Diagnosis
Diagnosis permasalahan konseli adalah :
1) Konseli kesulitan dalam megendalikan emosi hingga melukai dir inya
sendir i.
2) Konseli merasa dirinya banyak kekurangan dan tidak percaya diri karena
perkataan yang sering dilontarkan oleh ibunya.
G. Tujuan Konseling
Proses konseling ini bertujuan untuk membantu konseli dalam memahami
dirinya sendiri serta membantu konseli untuk menemukan alternative pemecahan
permasalahannya sehingga konseli dapat menjalani kehidupan secara optimal.
H. Layanan Konseling
1. Pendekatan yang digunakan
Pendekatan realitas ini bertujuan agar konseli mampu mencapai identitas
diri dan mendorong konseli untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
dengan memenuhi kebutuhan dasarnya. Konseling realitas dapat digunakan untuk
menganalisis kebutuhan dasar apa yang belum terpenuhi dari konseli, dengan ini
konselor dan konseli mampu membuat rencana-rencana agar kebutuhan dasar
mampu terpenuhi, sehingga konseli mampu bertanggung jawab dengan dirinya
sendiri.
2. Teknik
Konselor menggunakan teknik yang berkaitan dengan konseling realitas.
Yaitu teknik WDEP (Wants-Doing-Evaluation-Planning) wants digunakan untuk
mencari tahu apa yang diinginkan konseli. Dengan ini konselor mulai mencari
informasi mengenai keinginan dari konseli itu sendiri. Setelah data keinginan dan
kebutuhan konseli didapat maka dapat melangkah ke langkah selanjutnya.
Poin doing adalah poin yang berisi tentang apa yang telah dilakukan
konseli dan dapat diberikan arahan oleh konselor. Konselor mencari tahu apa
yang telah atau sedang dilakukan oleh konseli untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Dalam poin ini konselor biasanya memberikan arahan atau
masukan sesuai dengan apa yang telah diusahakan oleh konseli. Harapannya
adalah segala upaya konseli dapat bernilai positif dan memberikan dampak yang
baik khususnya bagi konseli sendiri. Poin selanjutnya adalah poin evaluation.
Dalam poin ini dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap segala yang telah
dilakukan atau yang sedang dilakukan oleh konseli. Segala usaha dalam segala
aspek dinilai agar dapat menjadi pertimbangan untuk langkah yang diambil ke
depannya. Evaluasi bukan hanya dilakukan terhadap usaha konseli namun juga
terhadap keadaan yang sedang dialami oleh konseli. Jika konseli masih bersedia
melanjutkan usahanya maka usaha tersebut dapat dilanjutkan. Dengan catatan
konseli bersedia menanggung segala resiko yang mungkin muncul.
M. Diagnosis
Diagnosis permasalahan konseli adalah :
1) Konseli merasa tidak nyaman berada di kelas karena sering di olok-olok
oleh teman sekelasnya.
2) Konseli merasa tidak nyaman jawaban tugas konseli di contek oleh teman-
temannya.
3) Konseli ingin pindah sekolah karena tidak betah untuk meunggu 3 tahun
sampai dirinya lulus.
N. Prognosis
Prognosis merupakan prediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
apabila permasalahan yang dihadapi mengalami penyelesaian. Maka kemungkinan
yang dapat terjadi, jika permasalahan tidak tertangani adalah:
1. konseli merasa murung dan sulit dalam bersosialisasi bahkan pindah dari
sekolah.
Sedangkan apabila permasalahan dapat teratasi, maka peserta didik akan :
1. konseli merasa nyaman, ceria, serta dapat bersosialisasi dengan baik.
O. Tujuan Konseling
Proses konseling ini bertujuan untuk membantu konseli dalam memahami
dirinya sendiri serta membantu konseli untuk menemukan alternative pemecahan
permasalahannya sehingga konseli dapat menjalani kehidupan secara optimal.
P. Layanan Konseling
1. Pendekatan yang digunakan
Pendekatan realitas ini bertujuan agar konseli mampu mencapai identitas
diri dan mendorong konseli untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
dengan memenuhi kebutuhan dasarnya. Konseling realitas dapat digunakan untuk
menganalisis kebutuhan dasar apa yang belum terpenuhi dari konseli, dengan ini
konselor dan konseli mampu membuat rencana-rencana agar kebutuhan dasar
mampu terpenuhi, sehingga konseli mampu bertanggung jawab dengan dirinya
sendiri.
2. Teknik
Konselor menggunakan teknik yang berkaitan dengan konseling realitas.
Yaitu teknik WDEP (Wants-Doing-Evaluation-Planning) wants digunakan untuk
mencari tahu apa yang diinginkan konseli. Dengan ini konselor mulai mencari
informasi mengenai keinginan dari konseli itu sendiri. Setelah data keinginan dan
kebutuhan konseli didapat maka dapat melangkah ke langkah selanjutnya.
Poin doing adalah poin yang berisi tentang apa yang telah dilakukan
konseli dan dapat diberikan arahan oleh konselor. Konselor mencari tahu apa
yang telah atau sedang dilakukan oleh konseli untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Dalam poin ini konselor biasanya memberikan arahan atau
masukan sesuai dengan apa yang telah diusahakan oleh konseli. Harapannya
adalah segala upaya konseli dapat bernilai positif dan memberikan dampak yang
baik khususnya bagi konseli sendiri. Poin selanjutnya adalah poin evaluation.
Dalam poin ini dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap segala yang telah
dilakukan atau yang sedang dilakukan oleh konseli. Segala usaha dalam segala
aspek dinilai agar dapat menjadi pertimbangan untuk langkah yang diambil ke
depannya. Evaluasi bukan hanya dilakukan terhadap usaha konseli namun juga
terhadap keadaan yang sedang dialami oleh konseli. Jika konseli masih bersedia
melanjutkan usahanya maka usaha tersebut dapat dilanjutkan. Dengan catatan
konseli bersedia menanggung segala resiko yang mungkin muncul.
: FAS
: RRA
: RSP
Kelas : 7A, 7C
1. Tahap-Tahap Konseling :
a. Tahap Pembentukan b. Mengucapkan salam
d. Do’a
2. Uraian Kegiatan
a. Identifikasi masalah
yang diungkapkan oleh GWS : tidak bisa menjaga sikap dan sering berkata kotor.
masing- masing anggota FAS : dibanding-bandingkan oleh keluarganya.
RRA : sering bolos pelajaran matematika.
RSP : tidak bisa mengatur waktu.
b. Masalah yang semua konseli memiliki masalah yang berbeda, maka dari
disepakati untuk dibahas itu di dalam sesi konseling ini perlu dibahas satu persatu,
namun konselor memutuskan akan mendahulukan
permasalahan yang paling berat untuk diselesaikan.
c. Analisis penyebab dari Konseli pertama sering berkata kotor dan sulit
masalah mengendalikan sikap yang buruk karena terbiasa dengan
lingkungannya dimana ia tumbuh, konseli kedua selalu
dibandingkan oleh keluarganya dengan anak dari tetangga
mereka yang pintar dan bersekolah di sekolah favorit,
konseli ketiga sering bolos pelajaran matematika karena
kurang menyukai metode pembelajaran yang disampaikan
oleh gurunya, konseli keempat tidak bisa megatur waktu
antara belajar, bermain, dan berkumpul bersama keluarga
karena kegiatan yang terlalu padat.
d. Alternatif pemecahan a. Pemberian informasi pada konseli terkait sopan santun
masalah serta kedisiplinan
C. STUDI KASUS
1. Identitas Konselor
Nama : Putri Eka Lestari
NIM : 12306193116
A. Identifikasi Masalah
a. Identitas Konseli
Nama : DM
TTL : Tulungagung, 8 Agustus 2009
Alamat : dsn. Purwodadi, Tanen, Rejotangan
Agama : islam
Jenis kelamin : perempuan
Kelas : 7C
b. Gejala Yang Muncul :
Konseli merupakan siswi kelas 7C di SMPN 1 Rejotangan merupakan anak
pertama dari 2 bersaudara, konseli memiliki adik laki-laki dan tinggal dirumah
bersama ibu beserta adiknya, sedangkan ayah dari konseli bekerja sebagai
tenaga kerja indonesia yang berada di Malaysia selama 3 tahun. Konseli
memiliki keluhan sering dimarahi oleh ibunya ketika berada dirumah dan
bermain hp, ibu dari konseli memarahi konseli dengan kata-kata yang kurang
pantas dan kasar. Kemudian konseli merasa orangtua nya memiliki perlakuan
yang berbeda dengan adik nya, semenjak itu konseli kesulitan untuk
megendalikan emosi dan sering mengurung diri di kamar untuk menangis
bahkan sampai melukai dirinya sendiri. Akibatnya konseli tidak bisa fokus
dalam menerima pelajaran di sekolah .
B. Analisis
Analisis terhadap konseli berinisial DM ini dapat dilakukan dengan
konseling individu secara langsung, meggali informasi melalui teman sekelas nya.
Adapun pengumpulan data ini adalah untuk memperoleh informasai dari peserta
didik yang mengalami masalah berdasarkan latar belakanya dan sudut pandang
yang lain. Adapun hasil data adalah seperti yang tertera pada form identifikasi
masalah.
C. Sintesis
Dari beberapa identifikasi masalah atau gejala yang muncul dari konseli,
ia memiliki permasalahan pada dirinya dan menyangkut gangguan emosi serta
prestasi belajar konseli. Yang dimana jika hal ini terjadi secara terus menerus
konseli akan melukai dirinya lebih dari menyayat tangan dan tidak dapat fokus
pada mata pelajaran sehingga konseli sulit untuk meraih prestasi belajar.
D. Diagnosis
Berdasarkan hasil pengamatan dalam sesi konseling, dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi penyebab konseli sulit mengendalikan emosi dengan
melukai dirinya sendiri dan kesulitan untuk fokus dalam mata pelajaran adalah :
1. Konseli tidak memiliki teman dekat untuk diajak bertukar cerita
2. Konseli memiliki sifat yang sangat perasa
3. Konseli terlalu memendam permasalahan yang sedang dialaminya.
E. Prognosis
Apabila masalah yang dihadapi konseli tidak segera diatasi, maka
kemungkinan yang dapat terjadi adalah:
1) Konseli akan melukai dirinya lebih dari menyayat tangan
2) Konseli akan kesulitan untuk merai prestasi belajar
3) Konseli akan kesulitan dalam mengaktualisasikan dirinya
Sedangkan apabila permasalahan dapat teratasi, maka peserta didik
akan :
1) Lebih bersemangat
2) Dapat mengaktualisasikan dirinya
3) Dapat meraih prestasi belajar di sekolah
F. Treatment
Pada tahap ini dilaksanakan alternatif bantuan sebagaimana dirumuskan
dalam prognosis, maka dalam treatment akan diambil tindakan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
Hambatan lain yang ditemukan yaitu datang dari konseli bisa karena
konseli tidak terbuka sepenuhnya kepada konselor atas persoalan yang sedang
dihadapi atau konseli merasa tidak bebas untuk mengungkapkan persoalannya
karena suasana di sekitaran tempat pelayanan kurang nyaman/aman atau konseli
tidak percaya kepada konselor untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan
yang sedang dihadapinya, terutama bagi konseli yang dipanggil.