A. Identitas Konseli
Nama :A
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Domisili : Bijawang
D. Diagnosis
Suka melamun dan lebih mengingat kekurangan pada dirinya
E. Prognosis
Membantu konseli agar dapat aktif membantu diri dengan mengisi hari-harinya
dengan kegiatan yang dapat mengurangi kegiata melamunnya.
F. Tujuan Konseling
Mendorong konseli agar berani berkomitmen dan bertanggung jawab serta
memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam
perkembangan dan pertumbuhannya.
G. Layanan Konseling
1. Pendekatan yang digunakan
Reality Therapy (Terapi Realitas). Pendekatan ini digunakan dengan alasan
bahwa konseli hendaknya bertanggungjawab atas apa yang telah menjadi pilihannya,
yaitu pindah ke Bimbingan dan Konseling, dan menghadapi segala konsekuensinya.
2. Teknik
Konselor membantu konseli untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan
dilakukannya dan juga melalui humor. Humor digunakan untuk mendorong suasana
yang segar dan rileks. Secara verbal dapat juga digunakan untuk memotivasi konseli
dan memberikan penguatan atau mungkin konfrontasi.
3. Langkah-langkah konseling yang ditempuh
Mengawali Konseling. Bentuknya berupa attending agar konseli merasa diterima
dan nyaman dengan konselor. Konselor juga menciptakan rapport, yaitu
hubungan baik dengan konseli agar timbul rasa percaya konseli bahwa segala
usaha konselor disadari benar oleh konseli untuk kepentingannya.
Inti Konseling. Konseli didorong untuk mengatakan perasaan-perasaannya saat
menjalani konseling, bukan berkutat dan menceritakan masa lalu. Memotivasi
konseli untuk menyadari apa yang menjadi tanggung jawabnya saat ini.
Mengakhiri Konseling. Setelah konseli memperoleh pemahaman tentang dirinya
dan menyadari tanggung jawab yang dimiliki, konseling akan memasuki tahap
akhir. Konseli memiliki kepercayaan terhadap dirinya bahwa dia mampu
menghadapi segala konsekuensi atas pilihannya.
4. Pelaksanaan konseling
Selama konseling, konselor berperan sebagai motivator, yang mendorong
konseli untuk : (a) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan
maupun harapan yang ingin dicapainya; dan (b) merangsang konseli untuk mampu
mengambil keputusan sendiri, sehingga tidak menjadi individu yang hidup selalu
dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri. Konselor juga berperan
sebagai moralis yang memegang peranan untuk menentukan kedudukan nilai dari
tingkah laku konseli. Konselor akan memberi pujian apabila konseli bertanggung
jawab atas perilakunya, dan sebaliknya. Teknik humor dipakai dalam keadaan tertentu
yang memungkinkan konseli merasa rileks atau konseling menjadi proses yang tidak
menegangkan seperti diadili.
Guru BK