Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KONSELING IDIVIDUAL

I. Identitas konseli
A Identitas Konselor : Ulfah
B Sasaran Layanan :
a) Nama : fitri ( nama samara )
b) Umur : 17 tahun
c) Pekerjaan : Murid di sekolah kejuruan
d) Jenis kelamin : Perempuan
e) Domisili : Gunung kidul kecamatan gunung kaler
f) Alokasi waktu : 1 x 60menit
g) Bidang layanan : Belajar dan pribadi
h) Fungsi layanan : pengentasan permasalahan
i) Bentuk layanan : konseling individual
j) Tempat : Ruang BK Sekolah Smkn 3 kab.tangerang
II. Topik / Permasalahan
Jadi kejadiannya terjadi pada pukul 10.00 pada waktu istirahat hari senin. Fitri bersama
teman-teman saya sehabis makan dari kantin di panggil kaka kelas jad satu jurusan
ternyata sewaktu fitri ke atas fitri di bully habis-habisan bahkan sampai fisik fitri
menjadi korbannya.
Di hari pertama fitri masih diam sampai konsentrasi fitri menurunn dan nilai di
satu semester anjlok drastis, orang tuanya yang menyadari menanyakan kepada fitri
dari situ guru bk juga mengetahui tetapi tidak sampai disini mereka membuly fitri
bukan di sekolah lagi tetapi di luar dengan ajakan jebakan dari teman nya yang di hasut
oleh kaka kelasnya.
Dari kejadian itu fitri mengalami depresi kekhawatiran yang berlebihan dan dia
tidak percaya dengan orang disekitarnya.
III. Kerangka Kerja Teoritik
Menurut Levitsky dan Perls (dalam Coray, 2010:133), salah satu teknik Gestalt adalah
permainan dialog dan diterapkan dengan menggunakan kursi kosong. Teknik kursi
kosong adalah suatu cara untuk mengajak klien agar mengeksternalisasi introyeksinya.
Dalam teknik ini, dua kursi diletakkan ditengah ruangan. Terapis meminta klien untuk
duduk dikursi yang satu dan memainkan peran sebagai top dog, kemudian pindah ke
kursi yang lain dan menjadi underdog. Pada dasarnya teknik kursi kosong adalah suatu
tekniknpermainan peran yang semua perannya dimainkan oleh klien.

IV. Diagnosis
Klien sering mengalami kekhawatiran yang berlebihan tidak percaya dengan orang lain
( depresi ) serta menurunya kualitas belajar klien.
V. Prognosis

Membantu konseli agar dapat mencari jalan keluar dan solusi untuk permasalahan klien.

VI. Tujuan Konseling


Mendorong konseli agar berani mengungkapkan prasaan yang sebenarnya kepada
teman-temannya serta dapat percaya dnegan orang lain dan peningkatan belajar.
VII. Layanan Konseli
1. Pendekatan yang di gunakan
Pendekatan Gestalt adalah terapi humanistik eksistensial yang berlandaskan
premis, bahwa individu harus menemukan caranya sendiri dalam hidup dan
menerima tanggungjawab pribadi jika individu ingin mencapai kedewasaan.
Asumsi ini didasarkan pada bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif
sebagai suatu keseluruhan.Setiap individu bukan semata-mata merupakan
penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan
sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan,
dan tingkah lakunya.

2. Teknik
Teknik permainan dialog menurut Fredrick teknik ini dilakukan dengan cara
konseli dikondisikan untuk mendialogkn dua kecenderungan yang saling
bertentangan yaitu kecenderungan top dog dan under dog.
3. Langkah-langkah konseling
 Mengawali Konseling. Bentuknya berupa attending agar konseli merasa
diterima dan nyaman dengan konselor. Konselor juga menciptakan
rapport, yaitu hubungan baik dengan konseli agar timbul rasa percaya
konseli bahwa segala usaha konselor disadari benar oleh konseli untuk
kepentingannya.
 Inti Konseling. Konseli didorong untuk mengatakan perasaan-
perasaannya saat menjalani konseling, bukan berkutat dan menceritakan
masa lalu. Memotivasi konseli untuk menyadari apa yang menjadi
tanggung jawabnya saat ini.
 Mengakhiri Konseling. Setelah konseli memperoleh pemahaman
tentang dirinya dan menyadari tanggung jawab yang dimiliki, konseling
akan memasuki tahap akhir. Konseli memiliki kepercayaan terhadap
dirinya bahwa dia mampu menghadapi segala konsekuensi atas
pilihannya.
4. Pelaksanaan Konseli
Selama konseling, konselor berperan sebagai motivator, yang mendorong
konseli untuk : (a) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam
perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya; dan (b) merangsang konseli
untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga tidak menjadi individu
yang hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya
sendiri. Konselor juga berperan sebagai moralis yang memegang peranan untuk
menentukan kedudukan nilai dari tingkah laku konseli. Konselor akan memberi
pujian apabila konseli bertanggung jawab atas perilakunya, dan sebaliknya.
Teknik humor dipakai dalam keadaan tertentu yang memungkinkan konseli
merasa rileks atau konseling menjadi proses yang tidak menegangkan seperti
diadili.
VIII. Hasil Layanan yang di capai

Konseli dapat membuat kontrak dengan konselor dan membuat kegiatan baru sesuai
apa yang diinginkan konseli dan apabila itu dilanggar maka konseli bertanggungjawab
dan menerima konsekuensi yang telah dibuat konseli sendiri.

IX. Rencana Tindak Lanjut


Apabila konseli kembali mengalami kekerasan atau pembulyan serta konseli belum
mampu untuk memperaktikan 2 kecenderungan itu maka klien akan di atur untuk
pertemuan selanjutnya meliaht apa yang salah sehingga masih belum terlaksana.

Anda mungkin juga menyukai