Anda di halaman 1dari 35

Konsep Dasar Konseling

Pengertian
Tujuan
Teknik
Prinsip-prinsip
Faktor Penunjang dan Penghambat
Fungsi Konseling Kebidanan
Jenis Konseling dalam Kebidanan
Proses Konseling dalam Kebidanan
• Pengertian konvensional :
– a. Mortensen dan Schmuller (1964), Konseling adalah
jantungnya program bimbingan
– b. Ruth Strang dikutip dari Urya dan Natawidjaja (1986),
bimbingan lebih luas daripada Konseling, dan Konseling
merupakan alat penting dari pelayanan bimbingan, dengan
kata lain Konseling sebagai tekhniknya bimbingan
– c. Rogers (1951), Konseling adalah serangkaian hubungan
langsung dengan individu Konseli dengan tujuan memberikan
bantuan kepadanya agar dapat mengubah sikap dan
perilakunya.
– d. Tolbert yang dikutip dari Winkel (1991), Konseling adalah
bantuan pribadi secara tatap muka antara dua orang, yaitu
seorang yang disebut Konselor yang berkompeten dalam
bidang Konseling membantu seseorang yang disebut Konseli.
• Pengertian modern :
– a. Konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai
budaya
– b. Konseling adalah merupakan bantuan perkembangan individu
(helping of individual development) dan kelompok individu (helping of
individual group development)
– c. Konseling adalah pelayanan bantuan dengan menggunakan kerangka
berpikir dan bertindak kemanusiaan, atau pengembangan Konseling
diorientasikan pada kondisi masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge based society) yang menempatkan kemanusiaan dan belajar
sepanjang hayat.
– d. Konseling adalah pelayanan bantuan yang berorientasi dari kondisi
supply-side ke demand side yang menuntut upaya proaktif Konselor
dalam melayani Konseli dengan menggunakan berbagai sumber dan
teknologi informasi untuk memperkaya peran professional,
mengembangkan manajemen informasi dan jaringan kerja , serta
memanfaatkan berbagai jalur dan setting layanan baik formal maupun
nonformal
– e. Konseling adalah suatu profesi yang terbuka dan berkembang selaras
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS)
serta tuntutan lingkungan akademis dan professional, sehingga mampu
memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia pendidikan nasional
dan kehidupan masyarakat.
• Tujuan Konseling:
– Umum
• Konseli dapat mengubah perilakunya kearah yang lebih maju (progressive
behavior changed), melalui terlaksananya tugas-tugas perkembangan
secara optimal , kemandirian, dan kebahagiaan hidup
– Khusus
• tergantung dari masalah yang dihadapi oleh masing-masing Konseli.
• Jones (1995)
– setiap Konselor dapat merumuskan tujuan konseling yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing Konseli
• McDaniel yang dikutip dari Munandir (2005)
– dirumuskan sebagai tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang
• Tujuan jangka pendek, agar Konseli dapat menemukan penyelesaian
masalahnya sekarang
• Tujuan jangka panjang, memberikan pengalaman belajar bagi Konseli untuk
mengembangkan pemahaman diri yang realistis, untuk menghadapi situasi
baru, dan untuk mengembangkan pribadi mandiri yang bertanggung jawab.
• Corey (1997) dua kategori, yaitu tujuan-tujuan global
dan tujuan-tujuan yang spesifik
– Tujuan global:
• Konseli lebih menyadari diri, bergerak kearah kesadaran yang lebih
penuh atas kehidupan batinnya, dan menjadi kurang melakukan
penyangkalandan pendistorsian
• Konseli menerima tanggung jawab yang lebih besar atas siapa
dirinya, menerima perasaan-perasaannya sendiri, menghindari
tindakan menyalahkan lingkungan dan orang lain atas keadaan
dirinya dan menyadari bahwa sekarang dia bertanggung jawab untuk
apa yang dilakukannya
• Konseli menjadi lebih berpegang kepada kekuatan-kekuatan batin
dan pribadinya sendiri, menghindari tindakan-tindakan memainkan
peran orang yang tak berdaya, dan menerima kekuatan yang
dimilikinya untuk mengubah kehidupannya sendiri
• Konseli memperjelas nilai-nilainya sendiri, mengambil perspektif
yang lebih jelas atas masalah-masalah yang dihadapinya dan
menemukan dalam dirinya sendiri penyelesaian-penyelesaian bagi
konflik-konflik yang dialaminya
• Konseli menjadi lebih terintegrasi serta menghadapi, mengakui,
menerima, dan menangani aspek-aspek dirinya yang terpecah dan
diingkari dan mengintegrasi semua perasaan dan pengalaman ke
dalam seluruh hidupnya
• Konseli belajar mengambil risiko yang akan membuka pintu-pintu
kearah cara-cara hidup yang baru serta menghargai kehidupan
dengan ketidakpastiannya, yang diperlukan bagi pembangunan
landasan untuk pertumbuhan
• Konseli menjadi lebih mempercayai diri serta bersedia mendorong
dirinya sendiri untuk melakukan apa yang dipilih untuk dilakukannya
• Konseli menjadi lebih sadar atas alternatif-alternatif yang mungkin
serta bersedia memilih bagi dirinya sendiri dan menerima
konsekuensi-konsekuensi dari pilihannya.
• Tujuan spesifik
– hasil mengkongkretkan tujuan global ke dalam bentuk-
bentuk perilaku Konseli yang spesifik sesuai dengan
permasalahanmasing-masing Konseli, sehingga setiap orang
yang terlibat dalam Konseling mengetahui secara pasti apa
yang akan dicapainya.
Teknik-teknik Dasar Konseling
• 1. Perilaku Attending
– Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri Konseli yang mencakup
komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. dimaksudkan untuk
mengenal Konseli beserta gejala-gejala yang nampak, sehingga Konseli bisa
mandiri.
• Perilaku attending yang baik dapat :
– Meningkatkan harga diri Konseli.
– Menciptakan suasana yang aman
– Mempermudah ekspresi perasaan Konseli dengan bebas.
• Contoh perilaku attending yang baik :
– Kepala : melakukan anggukan jika setuju
– Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
– Posisi tubuh : agak condong ke arah Konseli, jarak antara Konselor dengan
Konseli agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
– Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah,
menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk
menekankan ucapan.
– Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan Konseli hingga
selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada
lawan bicara.
• Contoh perilaku attending yang tidak baik :
– Kepala : kaku
– Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan
pandangan, tidak melihat saat Konseli sedang bicara,
mata melotot.
– Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk
dengan Konseli menjauh, duduk kurang akrab dan
berpaling.
– Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada
teknik diam untuk memberi kesempatan Konseli berfikir
dan berbicara.
– Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
• 2. Empati
– Empati ialah kemampuan Konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan Konseli, merasa dan berfikir bersama Konseli
– Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa
perilaku attending mustahil terbentuk empati.
• Terdapat dua macam empati, yaitu :
– Empati primer  hanya berusaha memahami perasaan, pikiran
dan keinginan Konseli, dengan tujuan agar Konseli dapat terlibat
dan terbuka.
• Contoh :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”.”Saya dapat
memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
– Empati tingkat tinggi  apabila kepahaman Konselor terhadap
perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman Konseli lebih
mendalam dan menyentuh Konseli karena Konselor ikut dengan
perasaan tersebut  membuat Konseli tersentuh dan terbuka
untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan,
pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.
• Contoh : “Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut
terluka dengan pengalaman ...”
• 3. Refleksi
– Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada
Konseli tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non
verbalnya.
• Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
– Refleksi perasaan  keterampilan atau teknik untuk dapat
memantulkan perasaan Konseli sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbal Konseli
• Contoh : ” Tampaknya yang Anda rasakan adalah ….”
– Refleksi pikiran  memantulkan ide, pikiran, dan pendapat
Konseli sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal
dan non verbal Konseli
• Contoh : ” Tampaknya yang Anda pikirkan adalah …”
– Refleksi pengalaman , yaitu teknik untuk memantulkan
pengalaman-pengalaman Konseli sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbal Konseli
• Contoh : ” Tampaknya yang Anda alami suatu…”
• 4. Eksplorasi
– Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran,
dan pengalaman Konseli  penting dilakukan karena banyak
Konseli menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak
mampu mengemukakan pendapatnya  Konseli untuk
bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.
• Terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
– Eksplorasi perasaan  menggali perasaan Konseli yang
tersimpan
• Contoh :” Bisakah Ibu menjelaskan apa perasaan bingung yang
dimaksudkan ….”
– Eksplorasi pikiran  menggali ide, pikiran, dan pendapat
Konseli
• Contoh : ” Saya yakin Ibu dapat menjelaskan lebih lanjut ide Ibu
tentang kehamilan sambil bekerja”.
– Eksplorasi pengalaman  keterampilan atau teknik untuk
menggali pengalaman-pengalaman Konseli.
• Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Ibu lalui ...
Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman
tersebut dan pengaruhnya terhadap pesalinan Ibu”
• 5. Menangkap Pesan (Paraphrasing)
– Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan
kembali esensi atau initi ungkapan Konseli dengan teliti
mendengarkan pesan utama Konseli, mengungkapkan kalimat
yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat
awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons Konseli
terhadap Konselor.
• Tujuan paraphrasing adalah :
– untuk mengatakan kembali kepada Konseli bahwa Konselor
bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan
Konseli;
– mengendapkan apa yang dikemukakan Konseli dalam bentuk
ringkasan ;
– memberi arah wawancara Konseling; dan
– pengecekan kembali persepsi Konselor tentang apa yang
dikemukakan Konseli.
• Contoh :
– Konseli :”itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya
tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian.
– Konselor :”Tampaknya Anda masih ragu.”
• 6. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
– Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara
mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan
teknik pertanyaan terbuka (opened question)  sebaiknya tidak menggunakan
kata tanya mengapa atau apa sebabnya  akan menyulitkan Konseli, jika dia
tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya lebih baik gunakan kata tanya
apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
• Contoh : ” Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan?
• 7. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
– Dalam Konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka,
dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus
dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat.
• Tujuan pertanyaan tertutup untuk :
– mengumpulkan informasi;
– menjernihkan atau memperjelas sesuatu;
– menghentikan pembicaraan Konseli yang melantur atau menyimpang jauh.
• Contoh:
– Konseli :” Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar
kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan.”
– Konselor :”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ?
– Konseli : “Empat.
– Konselor : “Sekarang berapa ?
– Konseli : “Sebelas.
• 8. Dorongan minimal (Minimal Encouragement)
– Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu
dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah
dikemukakan Konseli.
– Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh.., ya.., lalu..,
terus.., dan.
– Tujuan
• Konseli terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan
mencapai tujuan  diberikan pada saat Konseli akan mengurangi
atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat Konseli kurang
memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat Konselor
ragu atas pembicaraan Konseli.
• Contoh:
– Konseli : “Saya putus asa… dan saya nyaris…” (Konseli
menghentikan pembicaraan)
– Konselor: “ya…
– Konseli : “nekad bunuh diri
– Konselor : “lalu…
• 9. Interpretasi
– Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan
pengalaman Konseli dengan merujuk pada teori-teori, bukan
pandangan subyektif Konselor, dengan tujuan untuk
memberikan rujukan pandangan agar Konseli mengerti dan
berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru
tersebut.
• Contoh:
– Konseli :”Saya pikir dengan berhenti sekolah dan
memusatkan perhatian membantu orang tua merupakan
bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan
amat membutuhkan biaya.”
– Konselor : ” Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang
adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di
kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan
makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang
berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun
mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong
akan meninggalkan SMA”.
• 10. Mengarahkan (Directing)
– Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan Konseli
melakukan sesuatu
– Misalnya menyuruh Konseli untuk bermain peran
dengan Konselor atau menghayalkan sesuatu.
• Contoh:
– Konseli : ”Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab.
Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi
pertengkaran sengit.”
– Konselor : ”Bisakah Anda mencobakan di depan saya,
bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi
Anda.”
• 11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
– Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan
sehingga arah pembicaraan semakin jelas.
• Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk:
– memberikan kesempatan kepada Konseli untuk mengambil kilas
balik dari hal-hal yang telah dibicarakan;
– menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap;
– meningkatkan kualitas diskusi;
– mempertajam fokus pada wawancara konseling.
• Contoh :
– ” Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika
simpulkan dulu agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari
materi materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah
sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil
kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan
hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda
segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh
sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.”
• Dalam rangka untuk mencapai tujuan dari pada
teknik-teknik diatas, maka Konselor menggunakan
cara/langkah-langkah yaitu :
– Langkah pertama :Mengadakan penelitian terhadap
Konseli beserta latar belakangya  memperoleh
pemahaman yang sebaik-baiknya tentang masalah atau
kesulitan yang sebenarnya sehingga dapat ditetapkan
jenis bantuan apa yang dapat diberikan kepada Konseli.
– Langkah kedua : Konseli dipanggil untuk diajak
berwawancara. Kepadanya dijelaskan, bahwa Konselor
bermaksud untuk membantunya bukan untuk
menghukumnya.
– Langkah ketiga : Konselor mengunjungi keluarga Konseli
– Langkah keempat : Konseli diajak untuk periksa
kesehatan.
• Faktor Penunjang Dalam Konseling Antara Lain
• 1.Ruang Konseling:
– ruangan khusus( pribadi) yang dapat menimbulkan rasa
aman dan nyaman kepada calon akseptor sehingga dapat
mengemukakan perasaan secara bebas
• 2.Alat komunikasi,informasi dan edukasi ( KIE )
– penggunaan alat bantu sangat menolong,untuk menjelaskan
kontrasepsi tertentu kepada Konseli misalnya, poster, gambar
anatomi tubuh manusia,dll.Sehingga calon akseptor akan
mendapatkan gambaran jelas tentang benda asing/alat
kontrasepsi yang akan diletakkan dalam tubuhnya.
• 3. Suasana Konseling
– Konselor /bidan,harus bisa menciptakan suasana aman untuk
berbicara.ruang pribadi memang mendukung terciptanya
suasana aman dan Konseling.
• 4. Hubungan rapport adalah istilah yang digunakan bila
antara Konselor dengan Konseli tercipta hubungan yang
dilandasi saling percaya
– Konselor percaya bahwa Konseli mampu untuk memutuskan
alat kontrasepsi yang akan dipakainnya dan Konseli percaya
bahwa Konselor memang menghargainya sebagai
pribadi.hubungan rapport yang baik akan memudahkan
terciptanya suasana Konseling yang baik dan merupakan
salah satu unsur yang akan menunjang keberhasilan.
• 5. Sikap Konselor.
– Konselor harus mempunyai sikap dasar yang menunjang.
• 6.Penampilan Konselor
– Mampu menempatkan dan menampilkan diri sesuai dengan
keadaan yang dihadapinya,misalnya cara berpakaian harus
menampilkan citra bersih dan netral sehingga dapat diterima
oleh masyarakat.
• Faktor penghambat dalam Konseling antara lain :
• 1. Faktor individual
– Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa
seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini
merupakan gabungan dari:
• Faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks
• Sudut pandang terhadap nilai-nilai
• Faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran
dalam masyarakat, status sosial
• Bahasa
• 2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi, antara lain:
– Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
– Sikap terhadap interaksi
– Pembawaan diri terhadap orang lain
– Sejarah hubungan.
• 3. Faktor situasional
• 4. Kompetensi dalam melakukan percakapan
– Komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap perilaku
kompeten dari kedua belah pihak.
– Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi
adalah:
• Kegagalan informasi penting
• Perpindahan topik bicara
• Komunikasi idak lancar
• Salah pengertian.
• Fungsi Konseling Kebidanan
– Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan.
– Pemahaman : untuk menghasilkan pemahaman tentang
sesuatu oleh individu atau Konseli sesuai
dengan kepentingan individu atau kelompok yang
mendapatkan pelayanan tersebut.
– Penyesuaian : membantu Konseli mengalami perubahan
biologis, psikologis, kultural dan lingkungan .
– Perbaikan : perbaikan terjadi bila ada penyimpangan perilaku
Konseli
– Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan.
– Advokasi : untuk mengasilkan kondisi pembelaan terhadap
pengingkaran atas hak-hak dan atau kepentingan pendidikan
atau informasi atau perkembangan atau perawatan biologis-
psikologis-sosial-spiritual yang dialami Konseli atau pengguna
pelayanan Konseling
• Jenis Konseling dalam kebidanan
– a. Konseling remaja dan kesehatan reproduksi remaja
• Biasanya dipengaruhi oleh masalah menikah dan melakukan
hubungan seksual pada usia dini, akses pendidikan dan
pekerjaan, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual, dan
pengaruh media massa. Kualitas sumber daya manusia
ditentukan oleh anak-anak dan remaja.Karena ini sangat
berkualitas pada kepribadian, kesehatan, maupun pendidikan.
– Topik Konseling remaja meliputi:
• Remaja dan kesehatan reproduksinya.
• Seksualitas.
• Infeksi menular seksual.
• Isu gender.
• Narkoba dan zat adiktif.
• b. Konseling Ibu Hamil
– Tingginya kematian ibu merupakan permasalahan, karena kematian ibu akan
berdampak pada seluruh keluarga. Ini dikarenakan adanya komplikasi dari
• Konseling kunjungan pertama :
– 1. Pentingnya 7T
– 2. Perlunya pendampingan
– 3. Kebutuhan gizi ibu
– 4. Beban kerja ibu
– 5. Program KB
– 6. Senggama pada saat kelahiran.
– 7. Kunjungan ulang
• Kunjungan Kehamilan 36 minggu:
– 1. Kesehatan ibu dan janin
– 2. Tanda-tanda persalinan dini
– 3. Rencana persalinan
– 4. Persiapan bayi
– 5. Pentingnya kolostrum
– 6. Keuntungan ASI
• Kunjungan Kehamilan >36 minggu
– 1. Tanda-tanda persalinan
– 2. Tempat persalinan
– 3. Pentingnya persalinan di fasilitas kesehatan
• c. Konseling Pada Ibu Bersalin
– Merupakan proses alamiah, teapi meskipun proses alamiah, tidak semua ibu
bersalin mampu beradaptasi dengan persalinan terutama pada kala 1 yang merupakan
nyeri hebat bagi si ibu. Karena pada tahap ini risiko komplikasi yang dapat mengancam
keselamatan ibu dan bayi.Lancarnya persalinan ditentukan oleh faktor psikologis.
• Konseling tahap I
– 1. Masalah dalam persalinan
– 2. Tindakan selama persalinan
– 3. Menganjurkan ibu tidak menahan BAK
– 4. Menganjurkan ibu untuk istirahat
– 5. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu.
• Konseling tahap II
– 1. Mengajari cara meneran yang baik.
– 2. Menganjurkan ibu untuk meneran pada saat his.
– 3. Memberikan semangat dan dukungan.
• Konseling Tahap III
– 1. Mengajari ibu untuk mesase uterus.
– 2. Memberikan informasi ibu tentang pendarahan.
• Konseling Tahap IV
– 1. Memberikan informasi perawatan tentang alat kelamin.
– 2. Menganjurkan ibu sering mengganti pembalut.
– 3. Memberikan informasi dan memotifasi ibu utuk melakukan mobilisasi.
– 4. Memberikan informasi tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
• d. Koseling Ibu Nifas
• Konseling pada ibu
– 1. Proses masa nifas.
– 2. Keluhan umum 1-72 jam masa nifas.
– 3. Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu.
– 4. Tanda komplikasi masa nifas.
– 5. Kebersihan ibu.
– 6. Kolostrum dan pemberian ASI.
– 7. Teknik menyusui
– 8. Kebutuhan nutrisi ibu pada masa nifas.
• Konseling pada bayi
– 1. Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada bayi.
– 2. Kebersihan bayi.
– 3. Perawatan tali pusat bayi.
– 4. Imunisasi.
– 5. Status kesehatan bayi.
– 6. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan bayi.
• Konseling KB
– 1. Memperlakukan Konseli dengan baik.
– 2. Interaksi dengan Konseli.
– 3. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan.
– 4. Menyediakan metode yang diinginkan klie
• Proses Konseling
– Hubungan antara Konselor dan Konseli adalah inti proses
Konseling.
• Proses Konseling meliputi:
– 1.Pembinaan hubungan baik (rapport) :
• Pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal pertemuan dengan
Konseli dan perlu dijaga seterusnya dengan :
– Memberi salam pada awal setiap pertemuan.
– Memperkenalkan diri
– Menciptakan suasana nyaman dan aman.
– Memberikan perhatian penuh pada Konseli (SOLER)
» S : Face your clients squarely (menghadap Konseli) & smile/ nod at
clients (senyum/ mengganggukkan kepala)
» O : Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka
menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai)
» L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah Konseli)
» E : Eye Contact in a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap
mata sesuia dengan cara yang diterima budaya setempat)
» R : Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat).
– Bersabar.
– Tidak memotong pembicaraan Konseli
– 2. Pengumpulan dan pemberian informasi.
• Pengumpulan dan pemberian informasi merupakan tugas dari
Konselor.
• Dengan cara: mendengar keluhan Konseli, mengamati komunikasi
non verbal Konseli, bertanya riwayat kesehatan, latar belakang
keluarga, masalah, memberikan penjelasan masalah yang
dihadapinya.
– 3. Perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah
• Apabila data telah lengkap, maka Bidan membantu Konseli untuk
memecahkan masalah atau membuat perencanaan dalam
pemecahan masalahnya.
– Tahapan dalam memecahkan masalah adalah:
• Menjajaki masalah (menetapkan masalah yang dihadapi Konseli)
• Memahami masalah (mempertegas masalah yang sesungguhnya)
• Membatasi masalah (menetapkan batas-batas masalah)
• Menjabarkan alternatif pemecahan masalah
• Mengevaluasi alternatif (menilai setiap alternatif dgn analisis SWOT)
• Memilih alternatif terbaik
• Menerapkan alternatif dan menindaklanjuti pertemuan.

Anda mungkin juga menyukai