Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca

Jakarta,

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................... 1


1
DAFTAR ISI ................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
A. LATAR BELAKANG .......................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................... 4
C. TUJUAN ............................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Metode Ilmiah ........................................................................ 5

2.2 Metode Abduksi ..................................................................... 9

2.3 Metode Deduksi ..................................................................... 13

2.4 Metode Induksi ...................................................................... 15

2.5 Aliran – Aliran Ilmiah ............................................................ 17

2.6 Hukum Dan Teori Ilmiah ....................................................... 19

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN..................................................................... 28
B. SARAN ................................................................................. 29

DAFTAR PUSAKA .................................................................. 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ilmu pengetahuan tidak akan diam begitu saja karena secara spontan rasa
ingin tahu manusia akan bergerak mencari yang belum diketahui. Hal tersebut
terjadi karena objek alam adalah misteri besaryang sedikit demi sedikit disibakkan
manusia dengan kegiatannya meneliti melalui pengamatan dan analisis. Selain itu,
dengan kreativitasnya setiap ilmu mempunyai bahasan dan tujuan-tujuan tersendiri,
melakukan pengetahuan sendiri dan “dihidupi” oleh pemirsanya untuk
2
memperoleh kebenaran-kebenaran lebih lanjut akan apa yang diamato dan menjadi
objeknya.

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
Metode ilmiah merupakan bagian yang paling penting dalam mempelajari
ilmu ilmiah. Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini tidak harus selalu
berurutan. Langkah demi langkah seperti contoh yang tercantum berikut ini, yang
penting ialah pemecahan masalah untuk mendapatkan kesimpulan umum
(generalisasi) yang didasarkan atas data dan uji dengan data bukan oleh keinginan,
prasangka, kepercayaan atau pertimbangan lain.

Seorang ilmuwan memulai penelitian dengan membuat pertanyaan atau


keraguan. Setiap pertanyaan atau keraguan membutuhkan penjelasan yang
dipercaya atau diandalkan. Tidak pernah ada pertanyaan retoris dalam ilmu
pengetahuan. Pertanyaan selalu merupakan pertanyaan yang real yang menggugah
ilmuwan untuk mencari solusi atau penjelasan. Solusi ilmiah mengajak ilmuwan
untuk mencoba menemukan the imagined action. Maka dari itu, dalam solusi
ilmiah diperlukan metode ilmiah yang akan dibahas dalam makalah ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian metode ilmiah dan bagaimana metode ilmiah tersebut ?


2. Bagaimana dengan metode abduksi ?
3. Bagaimana dengan metode deduksi dalam sains ?
4. Bagaimana dengan metode induksi dalam sains ?
5. Bagaimana dengan aliran-aliran ilmiah ?
6. Apa hukum dan teori metode ilmiah ?

1.3 TUJUAN

 Dapat memahami metode ilmiah.


 Dapat memilih serta merancang metode yang tepat dalam menjawab
pertanyaan tentang alam atau permasalahan yang dihadapi.

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode Ilmiah

Kata “metode’’ berasal dari kata Yunani, meta yang berarti “sesudah’’ dan
“hodos” yang berarti “jalan’’. Metode adalah langkah-langkah berurutan yang
diambil untuk mencapai pengetahuan yang benar. Langkah-langkah tersebut dapat
berupa tatacara, tehnik, teori beserta urutannya, atau jalan yang telah dirancang
sebelumnya, maupun langkah-langkah baru yang ditemukan dijalan. Pada
kenyataannya penyimpangan dari langkah-langkah yang telah ditentuka sangat
mungkin terjadi karena ditemukannya fakta-fakta baru yang mungkin lebih
menarik dan bahkan bisa mngubah hipotesis sebelumnya.

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk


memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk
menjelaskan fenomena alam. prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut
diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali,
hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.Metode utama dalam sains
biasanya diwarnai pendekatan empiris. Hal ini disebabkan oleh sejarah sains yang
sangat berkembang karena adanya eksperimen-eksperimen yang dilakukandi
laboratorium untuk meniru ituasi dan kondisi alam. Dimulai dengan aliran empiris
John Locke dan David Hume, sains merupakan hasil “permainan’’ berbagai
variabel dan parameter buatan manusia. 4

Sains juga berkembang karena adanya kepentingan pragmatis dari pengguna


sains dan para pelaku teknologi. Untuk itu terciptalah berbagai metode ilmiah baru
HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,
SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
yang berbeda dari metode sebelumnya yang telah dibahas oleh Francis Bacon.
Aliran positivisme menggunakan sains dan hasil-hasil sains empiris untuk aplikasi
ke semua bidang. Kaum positivisme zaman itu dipelopori Auguste Comte dan John
Stuart Mill yang sangat membantu dengan rumusan-rumusan logikanya, membuat
metode ilmiah meluas penggunaannya untuk ilmu-ilmu lainnya termasuk ilmu
sosial dan budaya, antropologi, sejarah, ekonomi dan sebagainya.

Dalam proses pencarian yang dilakukan manusia, ada dua momen yang
melahirkan metode ilmiah. Momen yang pertama adalah momen kesadaran akan
adanya masalah. Momen yang kedua adalah proses berpikir baru untuk
mengusahakan pemecahan masalah. Dan proses yang terjadi di antara kesadaran
akan masalah dan pemecahan masalah ini merupakan penelitian dimana di
dalamnya digunakan metode. Jika diteliti lebih lanjut, momen-momen kesadaran
ini sangatlah rumit dinamikanya, dan banyak menarik perhatian para pemikir di
abad pertengahan.

Rene Descartes yang juga dijuluki Bapak Filsafat Modern pernah


merenungkan perihal pengetahuan dan kesadaran, dan hasil pemikiran Descartes
sanagat berpengaruh pada lahirnya metode-metode dalam ilmu pengetahuan.
“Kesadaran’’ dari subjek yang berpikir mendapat tempat istimewa dalam
penggalian pengetahuan menurut Descartes.

Dalam salah satu buku utamanya yaitu “Wacana Metode’’ (Discours de la


Methode, 1637) Descartes mengatakan bahwa beberapa kaidah pokok perihal
metode adalah sebagai berikut :

a. Jangan pernah menerima apapun sebagai benar kecuali jika


mengetahui secara jelas bahwa hal itu memang benar, artinya hindari
secara berhati-hati penyimpulan terlalu cepat prasangka; dan jangan
memasukkan apapun ke dalam pandangan Anda kecuali apa yang
ditampilkan sangat jelas dan gamblang di dalam nalar, sehingga tidak akan
ada kesempatan untuk meragukannya.
b. Memilah-milah satu per satu kesulitan yang akan ditelaah menjadi
bagian-bagian kecil sebanyak mungkin atau sejumlah yang diperlukan, 5
untuk lebih memudahkan menyelesaikannya.

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
c. Memikirkan secara runtut, mulai dari objek-objek yang paling
sederhana dan paling mudah dikenali, lalu meningkat setahap demi setahap
sampai ke masalah yang paling rumit, dan bahkan dengan menata urutan
objek-objek yang secara alami tidak beraturan.
d. Membuat perincian selengkap mungkin dan memeriksa secara
menyeluruh sampai yakin bahwa tidak ada yang terlupakan.

Objek kajian juga dapat menentukan metode. Ada keterkaitan tersendiri


antara objek formal dengan metode dan juga hukum yang berlaku. Dalam ilmu
alam, data pengamatan awal adalah hasil persepsrena objek indrawi manusia, dan
diolah dan dicari tahu sebab-sebabnya serta komponen-komponennya. Untuk
penyelidikannya, diperlukan berpikir abstrak, mengidentifikasi, memilah,
menggolongkan, menjelaskan, dan lain-lain dengan atau tanpa alat bantu.

Dalam menelaah memerlukan metodologi yang tepat karena objek antara sama lain
mempunyai proses dan karakteristik yang berbeda.

Komponen umum siklus empirik mencakup tahapan-tahapan :

Tahap I : OBSERVASI

Ilmuwan bekerja lebih dari sekedar mengamati, melainkan termasuk


mengumpulkan data, mendaftar, mengidentifikasi, memilah-milah,
menggolongkan, mengklasifikasi secara ilmiah, serta mengadakan evalusi awal

Tahap II : INDUKSI AWAL

Induksi awal selalu dibantu oleh logika dan kadang-kadang oleh matematika.

Tahap III : DEDUKSI LOGIS

Deduksi logis untuk mengolah lebih lanjut data empiris awal tadi yang akan 6
dirumuskan hipotesis.

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
Tahap IV : VERIFIKASI

Verifikasi adalah tahap pengukuhan dugaan sementara tadi dengan


memperlakukan eksperimen empiris terhadap objek

Tahap V: KLASIFIKASI EMPIRIK

Hasil yang didapat akan diamati dan dianalisis, yang merupakan tahap klarifikasi
ilmiah, dimana hasil analisis akan menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis
sebelumnya.

2.2 Metode Abduksi


Metode Abduksi merupakan semua proses yang terdiri dari mencari dan
merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan dan dan berkisar seputar
hipotesis dan preses penyimpulan. Tujuan utama ilmu pengetahuan tidak berhenti
dengan pengumpulan data, melainkan lebih dari itu coba mencarikan dan
menemukan penjelasan atau eksplanasi atas data. Ilmuwan tidak pernah puas hanya
dengan menerima data begitu saja dan tidak merupakan sumber satu-satunya bagi
pengatahuan manusia. Ilmu pengetahaun merupakan suatu proses hidup yang
dijalani oleh ilmuwan dalam menemukan hipotesis untuk menjelaskan fenomena
atau data.

a. Pemikiran Pierce tentang abduksi

Pemikiran Pierce tentang abduksi mengalami perkembangan panjang dan


baru mencapai kematangannya dalam karya-karyanya setelah tahun 1893. Mula-
mula ia memandang abduksi sebagai suatu bentuk penyimpulan yang terdiri dari
tiga proposisi, yaitu, proposisi tentang suatu hukum (rule), proposisi tentang suatu
kasus (case), dan terakhir proposisi tentang kesimpulan (result). Dalam abduksi,
hukum, kasus, dan kesimpulan dibentuk dalam suatu silogisme hipotesis yang
terdiri dari premis mayor, minor, dan kesimpulan. Bentuk silogisme hipotesis bisa 7
dilihhat sebagai berikut:

Jika A, maka B
HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,
SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
Dan A:

Maka B

Namun setelah tahun 1893, Peirce semakin sadar bahwa abduksi lebih dari
sekedar suatu bentuk logis. Abduksi merupakan tahap pertama dari penelitian
ilmiah. Minat penelitian ilmuan berawal dari keheranan terhadap peristiwa atau
fakta. Pengalaman ini membangkitkan keraguan, pertanyaan dan karena itu ia coba
mencari penjelasan atau hipotesis. Oleh karena itu secara formal, abduksi
sebenarnya merupakan suatu bentuk silogisme yang bertolak dari fakta atau kasus.
Dari fakta itu kita merumuskan suatu hipotesis untuk menjelaskan kasus tersebut.
Hipotesis tersebut mengandung makna general atau universal.

Maka, abduksi pertama-tama berfungsi menawarkan suatu hipotesis yang


bisa memberikan penjelasan terhadap fakta-fakta itu. Ada fakta, dan fakta itu harus
dijelaskan dengan sebuah hipotesis. Oleh karena itu silogisme abduksi selalu mulai
dari fakta dan dari fakta itu dirumuskan sebuah hipotesis untuk menjelaskan fakta
tersebut. Sehubungan dengan itu, Peirce merincikan dua ciri dari abduksi dalam hal
ini. Pertama, abduksi menawarkan suatu hipotesis yang memberikan eksplanasi
yang probable. Peirce dalam hal ini sengaja menggunakan istilah probable untuk
menegaskan bahwa hipotesis merupakan suatu kemungkinan penjelasan. Hipotesis
hanya berfungsi sebagai konjektur atau dugaan. Seorang ilmuwan harus tahu
bahwa jika penjelasannya benar, maka fakta-fakta yang diobservasi akan dapat
dijelaskan dengan benar. Kebenaran hipotesis itu masih harus dibuktikan melalui
proses verifikasi. Kedua, hipotesis itu dapat memberikan eksplanasi terhadap fakta-
fakta lain yang belum dijelaskan dan bahkan tidak dapat diobservasi secara
langsung. Peirce di sini jelas-jelas anti-positivis yang beranggapan bahwa semua
hipotesis harus dapat secara langsung menjelaskan fakta. Setiap hipotesis memang
harus diverifikasi, namun hal itu tidak perlu dibuktikan dengan observasi langsung.
Cukup kalau hipotesis itu dapat menjelaskan fakta yang diobsevasi dan ada
kemungkinan untuk diverifikasikan melalui pengalaman dimasa depan.

Alasan filosofis menjelaskan kenyataan ini bisa dillihat dari sudut pandang
tugas ilmu pengetahuan pada umumnya. Ilmu pengetahuan sebagai kegiatan akal 8
budi manusia, yang didukung oleh fakta-fakta pengalaman, bertugas untuk
memperkenalkan gagasan baru dalam bentuk penjelasan tentang masalah tertentu.
HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,
SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
Pengalam merupakan satu segi dari ilmu pengetahuan. Segi lainnya adalah
pemikiran yang orisinil yang tidak dapat dihasilkan melalui logika saja melainkan
juga melakui imajinasi. Kecintaan akan pengetahuan mendorong ilmuan untuk
senantiasa memikirkan kebenaran macam apa yang bisa dibayangkan. Imajinasi
ilmiah membawa ia kepada kebenaran. Peirce melihat imajinasi sebagai faktor
penting bagi temuan ilmiah atau hipotesis dan coba melukiskan kemampuan ini
sebagai suatu locatan; loncatan dari pengalaman dan data kepada suatu plausibility,
kemasukakalan, atas dasar dan pengalaman. Maka, imajinasi mendapat tempat
paling sentral dalam metode ilmiah. Tetapi, imajinasi dapat mengacaukan kalau
tidak diarahkan oleh pengalaman karena hanya pengalaman atau obervasi yang
mencetuskan loncatan imajinasi.

Tetapi abduksi, dimana imajinasi yang brilian dan bebas menjadi bagian
yang tidak dapat diabaikan begitu saja, tidak menjalankan fungsi kritis. Abduksi
hanya menghasilkan hipotesis sebagai penjelasan sementara. Abduksi hanya
memberika suatu konjektur atau dugaan yang masuk akal sebagai salah satu cara
untuk memahami fakta. Maka, hipotesis yang coba ditawarkan melaui abduksi
tidak lebih dari suatu vague ideas, yang masih harus dibuktikan melaui induksi dan
deduksi.

b. Ciri-ciri abduksi yaitu :


1. Menawarkan suatu hepatitis yang memberikan eksplanasi yang probable :
hipotesis merupakan suatu kemungkinan penjelasan.
2. Memberikan eksplanasi terhadap fakta-fakta lain yang belum dijelaskan dan
bahkan tidak dapat diobservasi secara langsung.

Daya tarik metode abduksi yaitu untuk menjelaskan fakta yang tampak
maupun fakta yang tidak kelihatan di masa depan namun bisa dinalar sejak
sekarang. Seperti hipotesisKopernikus saat mengajukan konsep heliosentris.

c. Beberapa syarat dalam pemilihan hipotesis, sebagi berikut : 9

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
1. Suatu hipotesis yang baik adalah hipotesis yang terbuka dan mendalam,
dapat menjelaskan fenomena lain secara bersamaan (tentu masih dalam
lingkup ilmu yang bersangkutan).
2. Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang bisa diuji, dan sekaligus juga
yang sangat membantu bagi perkembangan ilmu itu sendiri.

d. Kesimpulan nilai teoretis fase abduksi


1. Abduksi menghasilkan suatu proposisi yang mengandung konsep
universal (generalitas).
2. Merupakan suatu proses yang tidak dapat dipatok dengan satu jenis
penalaran formal (reason) saja.
3. Menegaskan bahwa ilmu pengetahuan selalu berusaha untuk menangkap
orisinalitas realitas.
4. Interpretatif : abduksi yang berhasil mengandaikan keterlibatan yang
menyeluruh dan imajinasi yang bebas.

2.3 Metode Deduksi


Deduksi berasal dari bahasa inggris deduction yang berarti penarikani
kesimpulan dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari yang
umum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 273 W.J.S. Poerwadarminta, Balai
pustaka, 2006)

Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola pikir silogisme yang secara sederhana digambarkan
sebagai penyusun dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang
mendukung silogisme disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai
premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang
didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal 10

yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
bagiannya yang khusus. Contoh penarikan kesimpulan berdasarkan metode
deduktif adalah sebagai berikut :

Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidup (premis mayor)
Anton adalah seorang makhluk hidup (premis
minor) Jadi, Anton perlu makan untuk mempertahankan hidupnya.

Pengujian atas hipotesis dapat di mulai dengan memeriksa implikasi eksperensial


(Virtual prediction) dari hipotesis. Setelah seorang ilmuan memilih hipotesis,
langkah beriktu adalah menyimpulkan prediksi-prediksi eksperiensial dari
hipotesis itu, mencatat dan menyelesaikan prediksi serta pada akhirnya mengamati
apakah prediksi itu terjadi atau tidak. Proses menarik prediksi-prediksi dari suatu
hipotesis kita sebut proses deduksi.

Sebagai ilustrasi, mari kita pilih hipotesis berikut ini “Si Tommy percaya pada
infalibilitas Paus”. Jika hipotesis ini benar, orang yang sama akan sangat percaya
pada semua ajaran yang diterima umum oleh orang-orang katolik. Ia juga akan
terlibat dalam praktek-praktek devosi Katolik. Lebih dari itu, keluarganya memiliki
keyakinan yang sama. Semuanya ini merupakan proposi-proposi yang diturunkan
secara deduktif dari hipotesis di atas dan merupakan prediksi-prediksi yang harus
diuji kebenaranya sehingga pada gilirannya hipotesis di atas dapat terbukti benar.
Maka sekali lagi, deduksi adalah usaha untuk menyikapkan konsejuensi-
konsekuensi eksperiensial dari hipotesis eksplanatoris. Tugasnya adalah
mengeksplikasi hipotesis denga cara menarik konsekuensi eksperensial dari suatu
hipotesis.

Sebuah contoh, jika kita mengatakan bahwa semua anggota kelas B memiliki ciri
X, Y, Z. Dan peristiwa A merupakan anggota kelas B. Maka peristiwa A
seharusnya memiliki ciri X,Y,Z. Dalam bentuk silogisme, kita bisa merumuska
sebagai berikut:

Semua anggota B memilki ciri X, Y, Z.

Peristiwa A merupakan anggota kelas B.


11
Karena itu peristiwa A seharusnya memiliki ciri X, Y, Z.

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
Kepastian konklusi dalam silogisme ini sangat ditentukan oleh kepastian
dalam premis minor. Premis minor disini merupakan hipotesis yang harus
dibuktikan kebenaranya. Konklusi yang dirumuskan dalam silogisme ini bisa
diterima hanya karena bersifat logis atau masuk akal. Karena itu harus dibuktikan.
Proses deduktif dalam penelitian ilmiah harus berhenti dengan prediksi dalam
bentuk jika-maka. Ini berarti hasil dari pengujian tidak di ketahui, atau belum
diketahui. Seorang ilmuwan harus bertanya apakah peristiwa A memang memiliki
sifat-sifat X, Y, Z. Dalam ketidak tahuannya, ia harus menanti jawaban dari alam,
atau dari pengalamannya tentang alam. Jika hipotesis benar, prediksi dapat terjadi.
Tetapi, sebelum ada pemerikasaan yang serius mengenai hasil-hasil eksperimen, ia
tetap harus mempertanyakan kebenaran dari hipotesisnya. Hasil-hasil ekperimen
itu disebtu prediksi, bukan karena hasil eksperimen itu terjadi di masa depan, tetapi
terlebih karena pengetahuan tentang prediksi itu mendahului pembuktian mengenai
kebenaranya. Jadi, fase deduktif berakhir dengan perumusan prediksi yang di tarik
secara logis dari hipotesis eksplanatoris.

2.4 Metode Induksi


Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau
peristiwa khusus untuk menemukan hukum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal.
444 W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006)

Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah


tertentu, dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Observasi dan
eksperimen dilakukan untuk mengenai gejala-gejala dengan tepat dan saksama,
sedang hipotesis dan induksi membuat rumusan dari hukum-hukumnya.

Metode berpikir induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara


menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Untuk itu, penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas
dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat
umum.
12
Contoh dari induksi :

1. Kuda sumba punya jantung


HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,
SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
2. Kuda Australia punya sebuah jantung
3. Kuda amerika punya sebuah jantung
4. Jadi, setiap kuda punya sebuah jantung

Untuk mengatasi perdebatan masalah objetivisme, Bacon memberikan beberapa


rambu-rambu untuk metode induksi dalam pengamatan objek terutama objek
dialam, diantaranya yaitu :

a. Bebas dari spekulasi awal (anggapan, dugaan, harapan, asumsi)


b. Sedapatnya memperhatikan dan mencatat fakta yang kontradiktif
c. Mengadakan evalusi stelah pengumpulan dan pencatatan data
d. Mengingat bahwa proses induksi bersifat sementara, maka harus
senantiasa ada dalam pikiran

Manfaat metode induksi untuk perkembangan sains :

a. Fakta dilihat dengan sangat objektif oleh pengamat

b. Sains dan kegiatan ilmiah tidak menjadi semacam ideologi

Kelemahan metode induksi, yaitu :

a. Fakta yang diamati tidak dapat lepas dari persepsi manusia

b. Fakta tidak pernah tampil sebagai fakta saja

c. Metode induksi tidak pernah lengkap

Langkah-langkah terpenting metode induksi :

1. Memahami situasi masalah untuk tujuan identifikasi


2. Mengajukan hipotesis
3. Meneliti hipotesis 13
4. Melakukan analisis data dan pengujian hipotesis untuk menentukan dugaan
awal terbukti atau hipotesis harus ditolak

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
5. Menarik kesimpulan

2.5 Aliran-aliran Ilmiah


Ada dua aliran dalam sejarah ilmu pengetahuan :

a. Rasionalisme

Para rasionalis dari tokoh di Eropa seperti Descartes, WG Leibniz (1646-


1716) dan Barukh Spinoza (1632-1677). Para ahli ini memikirkan bagaimana cara
akal budi membantu memecahkan masalah yang datang dari penganut aliran
skeptisisme.

b. Empirisme

Setelah di Inggris terjadi revolusi pemikiran besar-besaran di zaman tokoh John


Loce, David Hume (1711-1776) dan Barkeley. Menurut tokoh-tokoh empirisme,
pengetahuan dan kepastian dapat ditelaah dengan bantuan informasi atas objek dari
pancaindera.

Ada beberapa hal penting yang menjadi prinsip dalam aliran empirisme adalah :

a. Semua proposisi disimpulkan dari pengalaman yang sudah diolah otak


manusia
b. Tanpa pen gamatan akan objek tidak mungkin timbul ide mengenai objek
tersebut
c. Akal budi atau rasio dapat berfungsi jika mempunyai acuan ke realitas nyata
dalam bentuk pengalaman
14
Tiga prinsip dasar dalam hukum asosiasi, yaitu

1. prinsip kemiripan
HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,
SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
2. prinsip kontinuitas
3. prinsip sebab-akibat

2.6 Hukum dan Teori Ilmiah


1. Hubungan Sebab Akibat

Ilmu pengetahuan sesungguhnya bertujuan untuk mengkaji hubungan


khusus antara peristiwa tertentu dengan peristiwa lainnya. Kalau satu
peristiwa terjadi, peristiwa yang lain pasti terjadi atau menyusul. Atau kalau
peristiwa yang satu terjadi, peristiwa yang lain sudah terjadi mendahuluinya.
Hubungan diantara kedua peristiwa ini kemudian ditemukan sebagai
hubungan sebab akibat, yaitu bahwa ternyata peristiwa yang satu menjadi
sebab dari peristiwa yang lain atau bahwa yang satu menjadi akibat dan yang
lain menjadi sebabnya.

Ilmu pengetahuan sesungguhnya mengkaji atau meneliti hubungan


sebab akibat antara berbagai peristiwa dalam alam dan dalam hidup
manusia. Hubungan ini dianggap sebagai suatu hubungan yang bersifat pasti
karena kalau satu peristiwa terjadi yang lain dengan sendirinya akan
menyusul atau pasti telah terjadi sebelumnya. Inilah hubungan yang dlam
ilmu pengetahuan disebut hukum.

2. Sifat – sifat hukum ilmiah

Hukum ilmiah mempunyai sifat-sifat lebih pasti, lebih berlaku umum


atau universal, dan punya daya terang yang lebih kuat.

a. Lebih Pasti

Hukum ilmiah adalah perkembangan lebih lanjut dari hipotesis. Yang 15


mengungkapkan hubungan sebab akibat antara peristiwa yang satu dengan
peristiwa yang lain, lanjutan dari hipotesis yang telah mendapat status yang
HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,
SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
lebih pasti sifatnya karena telah terbukti benar dengan didukung oleh fakta
dan data yang tidak terbantahkan. Setiap hukum ilmiah bagaimanapun tetap
mengandung unsur hipotesis walaupun bersifat lebih pasti, selalu saj
kebenarannya bersifat sementara atau tidak definitif selalu ada
kemungkinan.

Semakin pasti hipotesis, hipotesis itu akan berubah menjadi sebuah


hukum ilmiah. Ini ter bukti benar bahwa ada hubungan langsung tanpa
terkecuali antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain. Dengan
kata lain, kalau dalam bentuk hipotesis masih merupakan sebuah dugaan
bahwa ada hubungan sebab akibat antara A dan B, dalam bentuknya sebagai
hukum hubungan sebab akibat itu terbukti benar. Jika A terjadi maka B pun
pasti terjadi dan terbukti ada hubungan sebab akibat antara keduanya.
Sebaliknya, jika A terjadi dan B hanya kadang-kadang saja itu berarti
hubungan A dan B bukan merupakan hubungan hukum ilmiah.

b. Berlaku Umum atau Universal

Berkaitan dengan sifat hukum yang lebih pasti diatas, karena hukum
lebih pasti sifatnya dengan sendirinya akan lebih umum atau universal pula
keberlakuannya. Hukum bersifat umum karena:

Hukum mengungkapkan hubungan yang bersifat universal antara dua


peristiwa. Hubungan ini merupakan sebuah hukum ilmiah tidak hanya terjadi
pada kasus partikular, yaitu antara dua peristiwa khusus dalam kurun waktu
dan tempat tertentu saja. Melainkan, berlaku untuk semua peristiwa sejenis
lainnya kapan saja dan dimana saja. Hubungan sebab akibat diungkapkan,
hukum ilmiah dengan sendirinya akan terjadi.

Hukum ilmiah siapapun akan sepakat dan menyetujui bahwa memang


benar ada hubungan sebab akibat antara peristiwa sejenis yang satu dengan 16
yang lainnya.

c. Punya Daya Terang yang Lebih Luas


HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,
SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
Kedua sifat diatas, belum cukup untuk menentukan dengan jelas batas
antara hipotesis dengan hukum, yang paling membedakan antara hukum dan
hipotesis adalah bahwa hukum mempunyai daya terang yang jauh lebih
jelas. Dengan hukum ilmiah, ilmuan ingin mendapatkan penjelasan ilmiah
(socientific explanation) yang memperlihatkan secara gamblang hubungan
antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lainnya. Dengan hukum yang
memberi penjelasan mengenai hubungan antara peristiwa yang dikaji agar
bisa dimengerti dan masuk akal.

Hubungan sebab akibat yang bersifat pasti dan deterministik


bukannya meniadakan kebebasan manusia. Dengan kata lain penjelasan
yang diberikan hukum ilmiah jauh lebih memuaskan karena dengan
penjelasan itu manusia tahu bahwa ada hubungan terkait yang erat sekali
antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain.

3. Hukum, Kebetulan, dan Kontituitas Alam

Ilmuwan alam tunduk pada hukum (regularitas dan uniformitas), dan


karena itu alam dapat dimengerti karena hanya hukum yang terbuka bagi
pikiran manusia. Hukum berkembang dari kebetulan, dalam pengertian
bahwa variasi kebetulan secara bertahap tunduk pada hukum dan pada
giliranya akan menjadi mantap dala pola-pola yang reguler dan karena itu
dapat dipahami.

Hal ini terjadi secara continue, kontinuitas membuat peristiwa dan


benda semakin lama semakin mencapai status hukum. Maka penjelasan
tentang hukum juga dapat diperlihatkan dengan menunjukkan bagaimana ia
berkembang dari kebetulan. Alam semesta berkembang dari kebetulan-
kebetulan dan akan terus berkembang sehingga terbentuklah regularitas dan
hukum. Dari kebetulan-kebetulan dimasa lampau dunia berkembang dan
tumbuh ke arah hukum, ketetapan dan regularitas.

Selain kebetulan, kemunculan regularitas atau hukum alam dapat pula 17


dipahami dalam konteks kontinuitas, kontinuitas merupakan kenyataan
dasar dari setiap benda. Dengan unsur kebetulan potensialitas itu
HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,
SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
menampakan diri dalam bentuk-bentuk yang lebih spesifik maka kontinuitas
sudah ad sejak permulaan, atau ketika bend-benda belum terbentuk tetapi
masih sebagai permulaan yang nengandung segala kemungkinan (arkhe).

Benda-benda pun semakin lam semakin membentuk diri dengan


kebiasan tertentu. Maka ada kontinuitas dari situasi baru, spontanitas, dan
orisinalitas arkhe kepada kebiasaan. Tahap ini disebut dengan apa yang
disebut oleh peirce dengan the formation of habit pad benda-benda. Maka
kontinuitas merupakan unsur yang penting dalam perkembangan alam atau
benda-benda tetentu yakni kontinuitas chaos kepada formation of habit, dari
kebetuln kepada hukum.

4. Evolusi dan Kontinuitas Pengetahuan

Evolusi dan kontinuitas tidak hanya merupakan kenyataan alam,


melinkan juga kenyataan pengetahun itu sendiri. Hal ini disebabkan karena
pemikiran menusia selalu mengalami perkembangan, perkembangan itu
terjdi baik dalam fikiran seorang ilmuan atau pun dalam fikiran komunitas
ilmuan. Metode ilmu pengetahuan juga mengalami perkembangn dari zman
ke zaman. Metode ilmu pengetahuan yang kita temukan dewasa ini
merupakan hasil dari usah ayang panjang dari ilmu pengetahuan.

Ilmuwan melihat ilmu pengetahuan sebagai proses, suatu penelitian


hidup tanpa henti. Proposisi-proposisi ilmiah yang diterima pada suatu
waktu tertentu tidak lebih dari suatu demi-cadense dalam simponi
kebenaran. Temuan-temuan ilmiah yang dicapai hanya merupakan suatu
prestasi

5. Aktifitas Fikiran dan Alam

Dasar dari kesuksesn ilmu pengetahuan adalah afinitas antara diri


manusia dan alam. Ever y single truth of scince is due to the affinity of the 18

human soul and the soul of the universe. Keberhasilan ilmu pengetahuan
dalam memilih hepotesis juga merupakan akibat dari fakta bahwa fikiran
HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,
SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
manusia bekerja bersamaan dengan alam. Dalam rumusan kaant,
pengetahuan manusia terjdi karena kategori-kategori tertentu dalam akal
budi manusia yang memungkinkannya untuk menangkap alam sebagai objek
pengetahuan.

Keberhasilan ilmu pengetahuan berangkat dari kepercayaan dasar


bahwa budi menusia memiliki kemampuan natural yang mengenal realitas
alam. Galileo menyebutnya dengan kepercayaan kepada il lume naturale,
natural light, or light nature. Jadi ilmu pengetahuan berkembang karena
insting budi atau intuisi budi yang langsung menyentuk kebenaran dn
keindahan alam. Mind, as, one with nature, and also as a knowing fakulty,
must have an instinctive feel for the ways of natura. Diatas kepercayaan ini,
ilmu pengetahuan menugaskan diri untuk memilih atau menentukan
hipotesis untuk diuji.

6. Dari Hukum Menuju Teori

Fungsi dari teori adalah untuk menjelaskan hukum ilmiah. Oleh


karena itu, antara hukum dan teori ada kaitan yang sangat erat, namun
demikian ada perbedaan yang besar diantara keduanya, hukum lebih bersifat
empiris dan harus diperiksa dan ditolak berdasarkan fakta empiris.
Sebaliknya, teori lebih merupakan pandangan umum yang sulit diperiksa
langsung secara empiris. Teori terutama dimaksudkan sebagai huimpunan
pengetahuan yang meliputi banyak kenyataan dan hukum yang sudah
diketahui dan diperiksa berdasarkan kenyataan empiris. Jadi teori mencakup
pula hukum.

a. Fungsi teori: 19

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
 Teori merupakan upaya relatif untuk membangun
hubungan yang cukup luas antara sejumlah hukum
ilmiah.
 Teori berfungsi menjelaskan hukum–hukum yang
mempunyai hubungan satu sama lain, sehingga hukum–
hukum tersebut dapat dipahami dn masuk akal.

Jika kita menerima teori tersebut sebagai benar maka kita dapat
membuktikan bahwa hukum yang harus dijelaskannya juga benar dengan
sendirinya. Dalam hal ini hukum dideduksikan dari teori yang bersangkutan.

Bilamana suatu teori ilmiah dapat memberikan penjelasan dengan baik


tentang fenomena yang jadi sasarannya, Bill Newton-Smith telah
mengidentifikasi 8 ciri teori ilmiah yang mampu digunakan untuk
memberikan penjelasan dengan baik, yang bias digunakan acuan dalam
memilih suatu teori, yaitu :

a. Observational nesting. Suatu teori seharusnya mempunyai


paling tidak konsekuensi observasi yang sama dengan teori–
teori sebelumnya.
b. Fertility. Suatu teori seharusnya terbuka untuk diuji dan
dikembangkan.
c. Track-record. Suatu teori hendaknya memiliki keberhasilan
pada waktu-waktu sebelumnya.
d. Inter-theory support. Suatu teori seharusnya terintegrasi dan
memberikan dukungan pada teori–teori lainnya.
e. Smootness. Jika suatu teori tidak sesuai dengan fenomena yang
dijelaskannya hendaknya terbuka untuk dilakukan perbaikan.
f. Internal consistency. Suatu teori hendaknya memiliki 20
konsistensi internal.

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
g. Compaibility with well-grounded metaphysical beliefs. Suatu
teori hendaknya konsisten dengan asumsiasumsi umum atau
metafisis thenrtang dunia.
h. Simplicity. Teori yang simpel lebih baik dari pada teori yang
rumit.

Dalam sejarah sains perjalanan suatu teori atau hipotesis ilmiah


ternyata adalah juga perkara survival of the fittest dalam pengertian positif.
Seperti hipotesis sains lainnya, dua hipotesis di atas, juga Teori Evolusi
Darwin, harus selalu terbuka untuk diuji keandalannya. Teori Big Bang di
ranah fisika adalah satu contoh teori yang bisa bertahan dari kritik. John
Maddox, editor Nature, di tahun 1989 pernah mengganggapnya sebagai
teori yang ”…unlikely to survive the decade ahead…” Hingga sekarang,
Teori Big Bang masih merupakan teori sains yang sangat kuat.

Dengan kata lain satu teori mendekati kebenaran daripada yang lain.
Meminjam istilah Popper, teori tersebut akan memiliki verisimilitude
(nearness to the truth) yang lebih besar. Semakin menantang dan berani
mengambil resiko untuk dibuktikan gagal dalam pengujian, suatu hipotesis
itu sebenarnya menjadi lebih berguna secara ilmiah (bold hypotheses).

21

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

a. Metode Ilmiah
b. Metode ilmiah adalah prosedur yang mencakup penalaran ilmiah berupa
pemikiran dan disertai tindakan, pola kerja empiris dan prosedur pengujian
yang sudah ada beserta strukturnya.
c. Metode Abduksi
d. Metode abduksi adalah semua proses yang terdiri dari mencari dan
merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan dan berkisar seputar
hipotesis dan proses penyimpulan.

e. Metode deduksi dalam sains


f. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus
g. Metode Induksi dalam sains
h. Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah
tertentu, dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Metode berpikir
induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
i. Aliran-aliran ilmiah : rasionalisme dan empirisme
j. Fungsi dari teori adalah untuk menjelaskan hukum ilmiah. Fungsi teori:
k. Teori merupakan upaya relatif untuk membangun hubungan yang cukup luas
antara sejumlah hukum ilmiah. 22
l. Teori berfungsi menjelaskan hukum–hukum yang mempunyai hubungan
satu sama lain, sehingga hukum–hukum tersebut dapat dipahami dn masuk
akal.
HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,
SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
B. SARAN

Metode yang digunakan dalam suatu masalah dengan masalah lain berbeda-beda.
Maka kita harus menganalisa dulu permasalahannya dan menggunakan metode
yang sesuai dengan permasalahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Muslih, Mohammad. 2008. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Belukar

Soetriono. 2007. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Andi

S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Susanto. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara

Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 23

Ihsan, Fuad, 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
Keraf, A Sonny and Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan
Filosofis. PENERBIT KANISIUS: Yogyakarta

24

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH
CATATAN

25

HUMANIORA | METODE ILMIAH, METODE ABDUKSI,DEDUKSI DAN INDUKSI,


SERTA HUKUM DAN TEORI ILMIAH

Anda mungkin juga menyukai