Di susun Oleh :
Delima Trifena
Marfuah
Meri Juwita
Widya Anggar Sari
Kelompok 2
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia dan izin-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Humaniora dengan tepat
waktu. Tugas ini diberikan guna memenuhi ketuntasan materi mata kuliah dan
standar kompetensi yang telah ditentukan oleh pihak kampus Poltekkes Kemenkes
Bengkulu.
Penulis,
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan tidak akan diam begitu saja karena secara spontan rasa
ingin tahu manusia akan bergerak mencari yang belum diketahui. Hal tersebut
terjadi karena objek alam adalah misteri besaryang sedikit demi sedikit
disibakkan manusia dengan kegiatannya meneliti melalui pengamatan dan
analisis. Selain itu, dengan kreativitasnya setiap ilmu mempunyai bahasan
dan tujuan-tujuan tersendiri, melakukan pengetahuan sendiri dan “dihidupi”
oleh pemirsanya untuk memperoleh kebenaran-kebenaran lebih lanjut akan
apa yang diamato dan menjadi objeknya.
Metode ilmiah merupakan bagian yang paling penting dalam mempelajari
ilmu ilmiah. Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini tidak harus
selalu berurutan. Langkah demi langkah seperti contoh yang tercantum
berikut ini, yang penting ialah pemecahan masalah untuk mendapatkan
kesimpulan umum (generalisasi) yang didasarkan atas data dan uji dengan
data bukan oleh keinginan, prasangka, kepercayaan atau pertimbangan lain.
Seorang ilmuwan memulai penelitian dengan membuat pertanyaan atau
keraguan. Setiap pertanyaan atau keraguan membutuhkan penjelasan yang
dipercaya atau diandalkan. Tidak pernah ada pertanyaan retoris dalam ilmu
pengetahuan. Pertanyaan selalu merupakan pertanyaan yang real yang
menggugah ilmuwan untuk mencari solusi atau penjelasan. Solusi ilmiah
mengajak ilmuwan untuk mencoba menemukan the imagined action. Maka
dari itu, dalam solusi ilmiah diperlukan metode ilmiah yang akan dibahas
dalam makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan metode abduksi?
2. Apa saja tujuan metode abduksi?
3. Apa saja ciri-ciri metode abduksi?
4. Bagaimana proses dari metode abduksi?
5. Apa saja syarat pemilihan hipotesis metode abduksi?
6. Apa saja nilai dari fase abduksi?
7. Apa yang dimaksud dengan metode deduksi?
8. Bagaimana proses dengan metode deduksi?
9. Apa yang dimaksud dengan metode berfikir deduksi?
10. Apa saja cir-ciri dengan metode deduksi?
11. Apa saja contoh dari dengan metode deduksi?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, dapat kita ambil
tujuan penulisan masalah ini adalah untuk mengetahui apa itu metode
diilmu pengetahuan dengan metode abduksi dan deduksi.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu membedakan dan memahami bagaimana metode di
ilmu pengetahuan dengan metode abduksi dan deduksi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Metode Ilmiah
Kata “metode’’ berasal dari kata Yunani, meta yang berarti “sesudah’’ dan
hodos yang berarti “jalan’’. Metode adalah langkah-langkah berurutan yang
diambil untuk mencapai pengetahuan yang benar. Langkah-langkah tersebut
dapat berupa tatacara, tehnik, teori beserta urutannya, atau jalan yang telah
dirancang sebelumnya, maupun langkah-langkah baru yang ditemukan
dijalan. Pada kenyataannya penyimpangan dari langkah-langkah yang telah
ditentuka sangat mungkin terjadi karena ditemukannya fakta-fakta baru yang
mungkin lebih menarik dan bahkan bisa mngubah hipotesis sebelumnya.
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk
menjelaskan fenomena alam. prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis
tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji
berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.Metode utama
dalam sains biasanya diwarnai pendekatan empiris. Hal ini disebabkan oleh
sejarah sains yang sangat berkembang karena adanya eksperimen-eksperimen
yang dilakukandi laboratorium untuk meniru ituasi dan kondisi alam. Dimulai
dengan aliran empiris John Locke dan David Hume, sains merupakan hasil
“permainan’’ berbagai variabel dan parameter buatan manusia.
Sains juga berkembang karena adanya kepentingan pragmatis dari
pengguna sains dan para pelaku teknologi. Untuk itu terciptalah berbagai
metode ilmiah baru yang berbeda dari metode sebelumnya yang telah dibahas
oleh Francis Bacon. Aliran positivisme menggunakan sains dan hasil-hasil
sains empiris untuk aplikasi ke semua bidang. Kaum positivisme zaman itu
dipelopori Auguste Comte dan John Stuart Mill yang sangat membantu
dengan rumusan-rumusan logikanya, membuat metode ilmiah meluas
penggunaannya untuk ilmu-ilmu lainnya termasuk ilmu sosial dan budaya,
antropologi, sejarah, ekonomi dan sebagainya.
Dalam proses pencarian yang dilakukan manusia, ada dua momen yang
melahirkan metode ilmiah. Momen yang pertama adalah momen kesadaran
akan adanya masalah. Momen yang kedua adalah proses berpikir baru untuk
mengusahakan pemecahan masalah. Dan proses yang terjadi di antara
kesadaran akan masalah dan pemecahan masalah ini merupakan penelitian
dimana di dalamnya digunakan metode. Jika diteliti lebih lanjut, momen-
momen kesadaran ini sangatlah rumit dinamikanya, dan banyak menarik
perhatian para pemikir di abad pertengahan.
Rene Descartes yang juga dijuluki Bapak Filsafat Modern pernah
merenungkan perihal pengetahuan dan kesadaran, dan hasil pemikiran
Descartes sanagat berpengaruh pada lahirnya metode-metode dalam ilmu
pengetahuan. “Kesadaran’’ dari subjek yang berpikir mendapat tempat
istimewa dalam penggalian pengetahuan menurut Descartes. Dalam salah satu
buku utamanya yaitu “Wacana Metode’’ (Discours de la Methode, 1637)
Descartes mengatakan bahwa beberapa kaidah pokok perihal metode adalah
sebagai berikut:
1) Jangan pernah menerima apapun sebagai benar kecuali jika
mengetahui secara jelas bahwa hal itu memang benar, artinya hindari
secara berhati-hati penyimpulan terlalu cepat prasangka; dan jangan
memasukkan apapun ke dalam pandangan Anda kecuali apa yang
ditampilkan sangat jelas dan gamblang di dalam nalar, sehingga tidak
akan ada kesempatan untuk meragukannya.
2) Memilah-milah satu per satu kesulitan yang akan ditelaah menjadi
bagian-bagian kecil sebanyak mungkin atau sejumlah yang
diperlukan, untuk lebih memudahkan menyelesaikannya.
3) Memikirkan secara runtut, mulai dari objek-objek yang paling
sederhana dan paling mudah dikenali, lalu meningkat setahap demi
setahap sampai ke masalah yang paling rumit, dan bahkan dengan
menata urutan objek-objek yang secara alami tidak beraturan.
4) Membuat perincian selengkap mungkin dan memeriksa secara
menyeluruh sampai yakin bahwa tidak ada yang terlupakan.
Komponen umum siklus empirik mencakup tahapan-tahapan :
1) Tahap I : Observasi
Ilmuwan bekerja lebih dari sekedar mengamati, melainkan
termasuk mengumpulkan data, mendaftar,
mengidentifikasi, memilah-milah, menggolongkan,
mengklasifikasi secara ilmiah, serta mengadakan evalusi
awal
2) Tahap II : Induksi awal
Induksi awal selalu dibantu oleh logika dan kadang-kadang
oleh matematika.
3) Tahap III : Deduksi Logis
Deduksi logis untuk mengolah lebih lanjut data empiris
awal tadi yang akan dirumuskan hipotesis.
4) Tahap IV : Verifikasi
Verifikasi adalah tahap pengukuhan dugaan sementara tadi
dengan memperlakukan eksperimen empiris terhadap objek
5) Tahap V: Klasifikasi Empirik
Hasil yang didapat akan diamati dan dianalisis,
yang merupakan tahap klarifikasi ilmiah, dimana hasil
analisis akan menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis
sebelumnya
2. Metode Abduksi
a) Pengertian Metode Abduksi
Menurut C. S. Pierce metode abduksi adalah semua proses yang
terdiri dari mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran
ilmuwan dan berkisar seputar hipotesis dan proses penyimpulan. Mula-
mula ia memandang abduksi sebagai suatu bentuk penyimpulan yang
terdiri dari tiga proposisi, yaitu, proposisi tentang suatu hukum (rule),
proposisi tentang suatu kasus (case), dan terakhir proposisi tentang
kesimpulan (result), yang dibentuk dalam suatu silogisme hipotesis yang
terdiri dari premis mayor, minor, dan kesimpulan :
Jika A, maka B
Dan A :
Maka B
Secara formal, abduksi sebenarnya merupakan suatu bentuk silogisme
yang bertolak dari fakta atau kasus.
b) Tujuan metode abduksi
Tujuan utama ilmu pengetahuan tidak berhenti dengan pengumpulan
data, melainkan lebih dari itu coba mencarikan dan menemukan penjelasan
atau eksplanasi atas data. Ilmuwan tidak pernah puas hanya dengan menerima
data begitu saja dan tidak merupakan sumber satu-satunya bagi pengatahuan
manusia. Ilmu pengetahaun merupakan suatu proses hidup yang dijalani oleh
ilmuwan dalam menemukan hipotesis untuk menjelaskan fenomena atau data.
3. Metode Deduksi
a) Pengertian Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara befikir
deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme ini
merupakan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk
dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. Di dalam proses berpikir
deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dilakukan secara umum pada kelas
tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi
pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
Deduksi berasal dari bahasa inggris deduction yang berarti penarikani
kesimpulan dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari
yang umum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 273 W.J.S.
Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006). Deduksi adalah cara berpikir
dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola pikir silogisme yang secara sederhana digambarkan
sebagai penyusun dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pernyataan yang mendukung silogisme disebut premis yang kemudian
dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan
merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan
kedua premis tersebut.
b) Proses deduksi
Proses deduksi adalah proses menarik prediksi-prediksi dari suatu
hipotesis. Dengan kata lain, deduksi adalah usaha untuk menyingkapkan
konsekuensi-konsekuensi eksperiensial dari hipotesis eksplanatoris.
Tugasnya adalah mengeksplikasi hipotesis dengan cara menarik
konsekuensi eksperiensial dari suatu hipotesis. Dalam proses memikirkan
prediksi dari hipotesis, seorang ilmuwan dapat berkonsentrasi hanya pada
makna generalitas predikat dari hipotesis. Proses ini membuat hipotesis
menjadi semakin lama makin jelas dan mudah dipahami. Proses deduktif
dalam penelitian ilmiah harus berhenti dengan prediksi dalam bentuk jika-
maka. Ini berarti hasil dari pengujian tidak atau belum diketahui.
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
Menurut C. S. Pierce metode abduksi adalah semua proses yang terdiri dari
mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan dan
berkisar seputar hipotesis dan proses penyimpulan. Deduksi adalah
pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.
Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara befikir deduksi ini ke dalam
suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme ini merupakan suatu bentuk
deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan
yang lebih baik.
B. Saran
Penulis mengharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memanfaatkan
makalah ini untuk menambah wawasan tentang metode abduksi dan deduksi.
DAFTAR PUSTAKA
Icka. 2015. https://ikamakoto.wordpress.com/kuliah-ku/filsafat-ilmu/c-penalaran-
logika-deduktif-induktif-dan-metode-ilmiah. Diaskes pada tanggal 3 Mei 2016.
Lisa. 2013. http://amalia-lisa.blogspot.co.id/2013/12/metode-ilmiah-metode-
abduksi-metode.html. Diaskes pada tanggal 2 Mei 2016.