PENDEKATAN ILMIAH
DISUSUN OLEH:
2015
i
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
rangka penyusunan makalah ini baik berupa pendapat dan waktu sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan baik dan tepat waktu, tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. Achmad Husen, M.Pd yang telah memberi tugas
ini sehingga kami tahu pendekatan ilmiah dalam ilmu filsafat.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
Halaman Sampul ………………………………………………………………..i
BAB 1: Pendahuluan.…………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...2
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………….2
BAB 2: Pembahasan……………………………………………………………3
A. Pendekatan Ilmiah……………………………………………………..3
B. Pendekatan Non Ilmiah……………………….……………………….4
C. Metode Ilmiah…………………………………………………………6
BAB 3: PENUTUP…………………………………………………………….19
A. Simpulan………………………………………………………………19
B. Saran…………………………………………………………………..19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….20
BAB 1
PENDAHULUAN
iii
A. Latar Belakang
Metode berasal dari bahasa yunani kuno; Metodos, Meta artinya menuju,
melalui, sesudah, mengikuti, dan Hodos artinya jalan, cara atau arah
(istilah yunani itu berasal dari kata latin Methodus). Arti luas metode
adalah cara bertindak menurut sistem atau aturan tertentu. Arti khusus;
cara berpikir menurut aturan atau sistem tertentu.
Penelitian dalam tinjauan social adalah suatu proses yang berupa suatu
rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis
untuk memperoleh pemecahan permasalahan dan mendapatkan jawaban
atas pertanyaan tersebut ( R.H Sumitro, 1982:19).
Metode penelitian filsafat dapat diartikan suatu cara atau jalan yang
ditempuh dalam suatu proses tindakan atau rangkaian langkah-langkah
yang dilakukan secara terencana, sistematis untuk memperoleh pemecahan
permasalahan atau jawaban tentang kefilsafatan. Sedangkan pengertian
metodologi penelitian filsafat adalah metode penelitian filsafat yang telah
diangkat menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Perlu juga dibedakan
pengertian metode penelitian filsafat dengan metode-metode filsafat.
Pengertian metode-metode filsafat adalah, jalan yang ditempuh oleh para
filsuf atau ahli filsafat dalam proses berpikir untuk mencari kebenaran atau
kenyataan.
B. Rumusan Masalah
iv
1. Apakah definisi dari pendekatan Ilmiah dan Pendekatan Non
Ilmiah ?
2. Bagaimanakah perbedaan antara Pendekatan Ilmiah dengan
Pendekatan Non Ilmiah ?
3. Bagaimanakah metode-metode dalam pendekatan ilmiah yang
meliputi:
a) Definisi metode ilmiah
b) Jenis-Jenis Metode Ilmiah
c) Unsur-unsur Metode Ilmiah
d) Alat-alat Metode Ilmiah
e) Langkah-langkah Metode Ilmiah
C. Tujuan Penulisan
BAB 2
PEMBAHASAN
v
A. Pendekatan Ilmiah
vi
Pendekatan non ilmiah adalah kegiatan manusia dalam usaha mencari ilmu
pengetahuan dan mencari kebenaran, terutama sebelum diketemukannya
metode ilmiah, dilakukan berbagai cara diantaranya ialah penemuan ilmu
pengetahuan secara kebetulan, menggunakan akal sehat (common sense),
mengunakan intuisi, melalui wahyu, melalui usaha coba-coba (trial and
eror), dan lain sebagainya.
vii
C. Perbedaan Pendekatan Ilmiah dan Pendekatan Non Ilmiah
2. Masalah merupakan hal yang dapat 2. Masalah tidak selalu diukur secara
diamati dan diukur secara empiris empiris dan dapat bersifat
supranatural/dogmatis.
5. Kesimpulan yang didapat siap atau 5. Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji
terbuka untuk diuji oleh orang lain. ulang oleh orang lain.
Pendekatan Ilmiah memiliki metode dan struktur ilmiah, yaitu sebagai berikut:
A. Metode Ilmiah
viii
Menurut Senn, metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis (Jujun S.Suria
sumantri). Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian
dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini
secara filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan dengan epistemologi.
Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan
pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan? Apakah manusia
dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan
yang mungkin di tangkap manusia. metode ilmiah merupakan cara dalam
mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. Atau dengan perkataan lain,
pengetahuan yang diperoleh dengan mempergunakan metode ilmiah dapat
digolongkan kepada pengetahuan yang bersifat ilmiah
ix
Suatu pernyataan adalah benar bila terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung
pernyataan itu. Contoh: seseorang menyatakan bahwa “salju berwarna putih”
maka pernyataan itu adalah benar sekiranya terdapat kenyataan yang mendukung
isi pernyataan tersebut,yakni bahwa dalam daerah pengalaman kita memang dapat
diuji bahwa salju itu benar-benar berwarna putih.
Ilmu pengetahuan lainnya seperti fisika dan kimia menitik beratkan pada
eksperimen. Pada ilmu pengetahuan lainnya di perguanakan metode : “trial and
error”, statistik dan metode sampling. Kita perlu memperbincangkan metode-
metode ilmiah dari pada membicarakan metode ilmu pengetahuan itu sendiri.
Metode ilmu penegetahaun di pergunakan tergantung pada materi atau masalah
yang akan di pelajari.
A. Observasi
x
berhubungan erat dengan perbaikan dari teleskop, kemajuan dalam bidang
biologi secara bersamaan berhubungan erat dengan peningkatan dari
mikroskop.
Cara mengatur posisi, tempat, atau kondisi yang memungkinkan observasi
dapat dilakukan dnegan cermat.
Si peneliti melakukan pengamatan terus menerus. Karena itu perlu
perhatiannya pada kondisi-kondisi yang cermat, memperhatikan faktor
waktu, tempat, gerakan, suhu, cahaya, keadaan cuaca, dan gangguan-
gangguan suara. Kesalahan atau kegagalan observasi mungkin di sebabkan
adanya gangguan pada faktor-faktor tersebut, yang dengan mudah
menyesatkan kesimpulan yang kita buat.
Pengetahuan lapangan
Orang yang mengenal lapangan studi, sejarahnya, dan saling hubungannya
dengan lapangan studi, serta pengalaman lainnya akan lebih beruntung.
C. Metode eksperimen
xi
ayam di dalam fisika. Mengapa bulu ayam jatuh lebih perlahan dari pada
uang logam maka sebuah ekperimen dilakukan. Sebuah uang logam dan
sebuah bulu ayam dijatuhkan pada waktu yang sama ke dalam satu ruang
yang diperlengkapi dengan pompa udara, dimana udara masih tetap ada.
Uang logam jatuh dengan cepat dan bulu ayam itu baru kemudian. Dengan
faktor yang lain dijaga supaya konstan, udara dikeluarkan dari ruang itu,
uang logam dan bulu ayam dijatuhkan lagi. Pada kesempatan ini
keduannya mencapai dasar ruang pada waktu yang sama. Kesimpulan
dengan adanya udara jatuhnya bulu itu menjadi lebih perlahan apabila
udara dihampakan kedua benda itu jatuhnya bersamaan. Hal ini
menunjukan bahwa tekanan udara memperlambat jatuhnya bulu ayam itu.
D. Metode statistik
xii
keseluruhan kelompok tersebut dapat mewakili secara keseluruhan atau
tidak. Seandainya bahan yang akan kita uji itu menunjukkan kesamaan
jenisnya melalui sebuah sampel dapatlah diperoleh hasil dengan ketetapan
yang tinggi. Dalam hal ini sampel random yang wajar sudah mencukupi,
sebab tidak ada kondisi-kondisi lainnya yang harus di perhatikan.
Seandainya ketidak seragaman itu besar, maka sampel pun harus di
perbanyak pula,contoh: seandainya kita ketahui bahwa pasir di pantai itu
seragam, maka kita mengambil sampel yang sederhana saja sudah
mencukupi, tetapi seandainya kita mencurigai bahwa pasir itu seluruhnya
tidak seragam, maka kita akan mengambil sampel dari berbagai tempat
yang berbeda-beda. Semuanya ini dapat dicampurkan dan kita akan
memperoleh sampel dalam sampel.
xiii
Deduksi harus berasal dari hipotesis
Dalam mengambil kesimpulan prinsip logika formal akan membantu kita.
Matematika mungkin akan membantu kita untuk menemukan bentuk-
bentuk perumusan dan hubungannya, yang akan ditemukan dalam
penelitian tersebut. Contoh : seandainya A dan B itu benar, maka C pun
harus benar. Hal ini mengarah kepada langkah selanjutnya.
Pembuktian kebenaran verifikasi
Setelah ditentukan dengan cara analisis deduktif, apapun akan benar
seandainya hipotesis itu benar, kemudian kita melihat apakah kondisi-
kondisi lainnya sebagai suatu kenyataan itu benar pula. Seandainya itu
mengatakan benar maka hipotesis kita telah dibuktikan kebenarannya.
Proses pembuktian kebenaran ini dapat dilakukan dengan mempergunakan
media observasi, eksperimen, atau dengan mengecek ketetapan pada
hipotesis yang berhubungan dengan fakta yang kita percayai akan
kebenarannya. Seandainya sebuah hipotesis itu kita buang karena tidak
benar, kita kembali pada permulaan lagi dan memilih kembali hipotesis
lain dan diproses seperti semula lagi. Pengujian kebenaran atau verifikasi
hanya akan memberikan pada pendekatan kebenaran saja atau hanya akan
memberi kepada kita derajat probabilitasnya saja.
xiv
empiris meliputi beberapa tahapan, yakni: observasi, induksi, deduksi,
kajian(eksperimentasi) dan evaluasi. Tahapan itu pada dasarnya tidak
berlaku secar berturut-turut, melainkan terjadi sekaligus.
a. Induksi, adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat khusus
ke hal-hal yang bersifat umum, induksi pada umumnya disebut
generalisasi. Ilmu eksakta mengumpulkan data yang jumlahnya
tertentu, dan diatas dasar data itu disusun suatu pengertian umum.
b. Deduktif , adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat umum
ke hal-hal yang bersifat khusus.
c. Lingkaran hermeneutic, sebenarnya istilah induksi, deduksi, tidak
dapat dijelaskan mana yang terjadi terlebih dahulu. Yang khusus
dari semula dipahami akan dilatarbelakangi oleh yang umum,
seakan-akan yang umum telah diketahui sebelumnya. Jadi antara
deduksi dan induksi ada terdapat suatu lingkaran hermeneutic, dari
umum ke khusus, dan dari khusus ke umum.
d. Identifikasi, peneliti sendiri melebarkan horizon pribadi
(pandangan pribadi secara mendatar) dengan cara mengolah
lingkaran pemahaman antara yang khusus dan yang umum itu.
Justru di dalam pemahaman transcendental ia dapat lebih
memahami diri. Oleh sebab itu peneliti kembali ke introspeksi dan
melibatkan diri. Sebaliknya, pemahaman akan diri sendiri
memungkinkan ia untuk memahami kenyataan yang lebih luas.
3. Korehensi intern
Yaitu usaha untuk memahami secara benar guna memperoleh hakikat
dengan menunjukkan semua unsure-unsur structural dilihat dalam
suatu struktur yang konsisten, sehingga benar-benar merupakan intern
structur atau internal relations. Dengan demikian akan terjadi suatu
lingkaran pemahaman antara hakikat menurut keseluruhannya dari satu
pihak dan unsure-unsur dipihak lain.
4. Holistik
Tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran secara utuh.
Objek dilihat interaksi dengan seluruh kenyataannya. Identitas objek
akan terlihat bila ada korelasi dan komunikasi dengan lingkungannya.
Objek (manusia) hanya dapat dipahami dengan mengamati seluruh
kenyataan dalam hubungannya dengan manusia, dan manusia sendiri
dengan segalanya yang mencakup hubungan aksi reaksi sesuai dengan
tema zamannya. Pandangan menyeluruh ini juga disebut totalisasi,
semua dipandang dalam kesinambungannya dalam satu totalitas.
xv
5. Kesinambungan historis
Jika ditinjau menurut perkembangannya, manusia itu adalah makhluk
historis karena ia berkembang dalam pengalaman dan pikiran bersama
dengan lingkungan zamannya.
6. Idealisasi
Penelitian filsafat berusaha untuk memahami kenyataan secara lebih
mendalam,karena yang tersembunyi dalam kenyataan a possible world
atau dapat juga dapat disebut a potential mode of human existence
(ricoeur,1982:16). Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal,
artinya upaya dalam penelitian untuk memperoleh hasil yang ideal atau
yang sempurna .
7. Komparasi
Usaha untuk memperbandingkan sifat hakiki dalam objek penelitian
sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. Justru
perbandingan itu dapat menentukan secara tegas kesamaan dan
perbedaan sesuatu sehingga hakikat objek dapat dipahami dengan
semakin murni.
8. Heuristika
Metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah untuk memecahkan
masalah. Heuristika benar-benar dalam mengatur terjadinya
pembaharuan ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat memberikan
kaidah yang mengacu.
9. Analogikal
Filsafat meneliti arti, nilai dan maksud yang diekspresikan dalam fakta
dan data. Dengan demikian, akan dilihat analogi antara situasi atau
kasus yang lebih terbatas dengan yang lebih luas.
10. Deskripsi
Seluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan atau
dibahasakan,ada kesatuan mutlak antara bahasa dan pikiran seperti
antara jiwa dan raga. Data yang dieksplisitkan memungkinkan dapat
dipahami secara mantap.
Menurut Prof. Drs. Notonegoro dalam buku metodologi penelitian filsafat (1975)
ada 4 macam alat metodologi penelitian filsafat, yaitu:
xvi
1. Definisi
Suatu batasan mengenai masalah atau objek yang diselidiki,yang meliputi:
2. Pembagian
xvii
Sesuatu itu hanya dapat ditangkap dengan analisis yaitu ditentukan bagian-
bagian atau perinciannya dengan cara:
1. Dibagi secara fisis, yaitu hanya dapat dibagi-bagi sehingga merupakan
barang sesuatu yang lepas satu dari yang lain. Tetapi ada kalanya
sesuatu tak dapat dibagi ssecara fisis.
2. Dibagi secara potensial, yaitu hanya dapat dibagi dalam angan-angan .
Bagian yang satu terlepas dari yang lain, namun tetap mempunyai
fungsi,kemampuan meskipun secara fisis terpisah. Tujuan pembagian,
tujuannya yaitu untuk membuat bersahaja pengertian yang tersususn,
namun kalau disentesiskan kembali akan mempunyai pengertian yang
lebih jelas.
Syarat-syarat pembagian:
1. Pembagian harus lengkap, artinya bagian bagian nya(fisis atau
potensial) merupakan wujud sesuatu sepenuhnya .
2. Masing-masing bagian betul-betul harus terpisah satu dengan yang
lain. Batas-batas fisis harus jelas, msalnya jika yang [otensial ialah
batas kekuatan sumber-sumbernya.
3. Pembagian harus teratur, bagian-bagian itu harus didasarkan atas
suatu sudut pandang yang sama, misalkan membagi benda
berdasarkan bentuk atau warna nya.
4. Jangan sampai terlalu jauh kedalam bagian-bagian yang terkecil,
karena dapat menimbulkan kerumitan.
3. Pembuktian
xviii
a. Bukti langsung, yaitu yang dapat diterima akal. Misalnya,
adanya kehendak untuk merdeka adalah kehendak setiap
manusia.
b. Bukti yang tidak langsung, yaitu bukti yang tidak secara
langsung dapat di terima oleh akal.
4. Metodologi
Dalam penelitian perlu adanya metode atau jalan, karena kebenaran itu
hanya dapat di peroleh dengan cara setapak demi setapak. Orang tidak
akan dapat melihat secara keseluruhan dengan satu cara pandang saja
mulai dari atas sampai bawah atau dari kiri kekanan. Panca indra pun
perlu ditingkatkan sedemikian rupa sebagaimana akal kita dalam
memperoleh pengetahuan dah harus diberlakukan setapak demi
setapak. Dengan demikian bila telah tercapai hasilnya dalam ilmu
pengetahuan, itu merupakan urutan-urutan demonstrasi pembuktian
tentang kebenaran-kebenaran mulai dari asas-asasnya yang telah
diketahui sedikit demi sedikit untuk memperoleh pengetahuan tentang
hal yang beum diketahui. Bagi pengembangan pengetahuan yang
bersifsat ilmiah perlu sekali dikewtahu pokok pangkalnya, kemudian
ketertiban perjalanannya. Jalannya itu harus berdasarkan atutran-
aturan, hukum-hukum yang memungkinkan orang berangkat dari yang
diketahu sampai pada yang tidak diketahui jadi hasil dari yang
diketahui merupakan kesimpulan ilmiah. dapat disimpulkan bahwa
metode adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan
ilmiah, jika jalan yang ditempuh dalam penelitian tidak sampai pada
suatu kesimpuan ilmiah hal itu tidak dapat dikatakan sebagai metode.
xix
Alur berpikir yang tercakup dalam metrode ilmiah dapat dijabarkan
dalam beberapa langka yang mencerminkan tahap-tahap dalam
kegiatan ilmiah. kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses
logico-hypotetico – verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-
langkah sebagai berikut:
xx
5. Penarikan Kesimpulan
Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan
itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian
terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka
hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya dalam proses
pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung
hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima
kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah
sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni
mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan
pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji
kebenarannya. Pengertian kebenaran disini harus ditafsirkan
secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini belum
terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.
BAB 3
xxi
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
xxii
Sudarto. 1996. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Pertanyaan !
xxiii
1. Siti Mana Rusanah: Perbedaan antara metode dan pendekatan ilmiah dan
kaitan keduanya?
2. Aiida Putri: Jenis metode ilmiah yang paling akurat dalam suatu
kebenaran?
3. Fia Rusmiyanti: Karakteristik pendekatan ilmiah yang terakhir adalah
Refutation (adanya penolakan), jika dari para ilmuwan menghasilkan
banyak teori yang salah dan masyarakat masih mempercayainya. Apakah
itu termasuk dalam reputation?
4. Aini Nur Aziz: Masalah atau objek yang akan diteliti terdiri dari objek
formal dan objek material perbedaannya?
5. Carina Kusuma Wardani: Jika suatu unsure dalam metode ilmiah tidak
ada, Apakah bisa disebut metode ilmiah?
Jawaban!
xxiv
4. Perbedaan objek material ialah hal yang akan diteliti atau sasaran
penyelidikan, dipandang atau dipermudahkan oleh suatu disiplin ilmu
yang mencakup hal yang bersifat konkrit. Sedangkan, objek formal
merupakan sudut pandang yang ditujukan pada bahan penelitian atau
pembentukan pengetahuan dan sudut darimana objek material itu
diselidiki.
5. Tidak. Karena syarat dari sebuah pengetahuan dikatakan sebagai
pengetahuan ilmiah dalam hal ini metode ilmiah, jika dalam pengetahuan
tersebut memiliki syarat yang lengkap.
KELOMPOK 5
1. Agus Hernowo
2. Irfan Nursandi
3. Petrus S. Sianturi
xxv