Anda di halaman 1dari 25

FILSAFAT ILMU

PENDEKATAN ILMIAH

DISUSUN OLEH:

Agus Hernowo 4115153408


Irfan Nursandi 4115152783
Petrus S. Sianturi 4115153302

DOSEN: Dr. Achmad Husen, M.Pd

JURUSAN : ILMU SOSIAL POLITIK/PPKN C

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2015

i
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Menulis makalah pendekatan ilmiah dalam filsafat ilmu merupakan suatu


pekerjaan yang tidak mudah, para mahasiswa baru harus diperkenalkan oleh ilmu
yang mereka pelajari yaitu ilmu filsafat. Makalah ini berisikan teori-teori
pendekatan ilmiah, juga membicarakan hal-hal lain yang diharapkan akan
menambah cakrawala para pembaca.

Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
rangka penyusunan makalah ini baik berupa pendapat dan waktu sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan baik dan tepat waktu, tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. Achmad Husen, M.Pd yang telah memberi tugas
ini sehingga kami tahu pendekatan ilmiah dalam ilmu filsafat.

Akhir kata kami penulis mengucapkan terimakasih.

Jakarta, 12 Oktober 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
Halaman Sampul ………………………………………………………………..i

Kata Pengantar ..……………………………………………………………......ii

Daftar Isi .……………………………………………………………………....iii

BAB 1: Pendahuluan.…………………………………………………………..1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………...2

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………….2

BAB 2: Pembahasan……………………………………………………………3

A. Pendekatan Ilmiah……………………………………………………..3
B. Pendekatan Non Ilmiah……………………….……………………….4
C. Metode Ilmiah…………………………………………………………6

BAB 3: PENUTUP…………………………………………………………….19

A. Simpulan………………………………………………………………19
B. Saran…………………………………………………………………..19

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….20

BAB 1
PENDAHULUAN

iii
A. Latar Belakang

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu


pengetahuan yang funsional terhadap masalah tertentu. Pendekatan
ilmiah wujudnya adalah metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan cara
dalam mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. atau dengan perkataan
lain, pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah dapat
digolongkan kepada pengetahuan yang bersifat ilmiah: disingkat
pengetahuan ilmiah, atau secara pendek disebut ilmu.

Metode berasal dari bahasa yunani kuno; Metodos, Meta artinya menuju,
melalui, sesudah, mengikuti, dan Hodos artinya jalan, cara atau arah
(istilah yunani itu berasal dari kata latin Methodus). Arti luas metode
adalah cara bertindak menurut sistem atau aturan tertentu. Arti khusus;
cara berpikir menurut aturan atau sistem tertentu.

Penelitian dalam tinjauan social adalah suatu proses yang berupa suatu
rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis
untuk memperoleh pemecahan permasalahan dan mendapatkan jawaban
atas pertanyaan tersebut ( R.H Sumitro, 1982:19).

Metode penelitian filsafat dapat diartikan suatu cara atau jalan yang
ditempuh dalam suatu proses tindakan atau rangkaian langkah-langkah
yang dilakukan secara terencana, sistematis untuk memperoleh pemecahan
permasalahan atau jawaban tentang kefilsafatan. Sedangkan pengertian
metodologi penelitian filsafat adalah metode penelitian filsafat yang telah
diangkat menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Perlu juga dibedakan
pengertian metode penelitian filsafat dengan metode-metode filsafat.
Pengertian metode-metode filsafat adalah, jalan yang ditempuh oleh para
filsuf atau ahli filsafat dalam proses berpikir untuk mencari kebenaran atau
kenyataan.

B. Rumusan Masalah

iv
1. Apakah definisi dari pendekatan Ilmiah dan Pendekatan Non
Ilmiah ?
2. Bagaimanakah perbedaan antara Pendekatan Ilmiah dengan
Pendekatan Non Ilmiah ?
3. Bagaimanakah metode-metode dalam pendekatan ilmiah yang
meliputi:
a) Definisi metode ilmiah
b) Jenis-Jenis Metode Ilmiah
c) Unsur-unsur Metode Ilmiah
d) Alat-alat Metode Ilmiah
e) Langkah-langkah Metode Ilmiah

C. Tujuan Penulisan

1. Menyelesaikan tugas mata kuliah ilmu filsafat


2. Mengetahui pendekatan ilmiah dalam ilmu filsafat
3. Mengetahui perbedaan pendekatan ilmiah dengan pendekatan non
ilmiah
4. Mengetahui syarat-syarat sebuah pengetahuan dapat dikatakan
bersifat ilmiah dan empiric
5. Mengetahui definisi dari pendekataan ilmiah yang meliputi;
a) Metode Ilmiah
b) Jenis-Jenis Metode Ilmiah
c) Unsur-Unsur Metode Ilmiah
d) Alat-Alat Metode Ilmiah
e) Langkah-Langkah Metode Ilmiah
6. Mahasiswa dapat menyimpulkan apakah itu pendekatan ilmiah
dalam ilmu filsafat

BAB 2
PEMBAHASAN

v
A. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan


yang funsional terhadap masalah tertentu. Pendekatan ilmiah wujudnya adalah
metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat
melalui metode ilmiah. Menurut Checkland, berdasarkan sejarah perkembangan
ilmu, di dapatkan tiga karakteristik utama dari pendekatan ilmiah yaitu:

1. Reductionism adalah pendekatan yang mereduksi kompleksitas


permasalahan menjadi bagian bagian yang lebih kecil sehingga dapat
dengan mudah di amati dan di teliti. Contohnya : permasalahan mutu
belajar di UNJ dalam pendekatan Reductionism di perinci agar lebih
fokus di suatu permasalahan menjadi permasalahan mutu belajar di
PPKN UNJ.

2. Repeatability adalah Suatu pengetahuan di sebut ilmu, bila


pengetahuan tersebut dapat di cek dengan mengulang eksperimen atau
penelitian yang di lakukan oleh orang lain di tempat dan waktu yang
berbeda. Contohnya : seorang mahasiswa di UNJ melakukan pengujian
kafein pada kopi yang menghasilkan bahwa kopi dapat menyebabkan
Insomnia, dan pada waktu dan tempat berbeda Mahasiswa UI menguji
kafein pada Kopi dapat menyebabkan Insomnia. Jadi pengujian kopi
menyebabkan insomnia merupakan suatu kebenaran.

3. Refutation adalah sifat ini mensyaratkan bahwa suatu ilmu harus


memuat informasi yang dapat di tolak kebenarannya oleh orang lain.
Contohnya : teori atom menurut john Dalton yang menganggap atom
merupakan unsur terkecil di alam semesta yang ditolak beberapa
ilmuan seperti J.J Thomson yang membagi atom menjadi proton dan
neutron dalam teorinya roti kismis.

B. Pendekatan Non Ilmiah

vi
Pendekatan non ilmiah adalah kegiatan manusia dalam usaha mencari ilmu
pengetahuan dan mencari kebenaran, terutama sebelum diketemukannya
metode ilmiah, dilakukan berbagai cara diantaranya ialah penemuan ilmu
pengetahuan secara kebetulan, menggunakan akal sehat (common sense),
mengunakan intuisi, melalui wahyu, melalui usaha coba-coba (trial and
eror), dan lain sebagainya.

Beberapa penemuan besar secara kebetulan, yakni tanpa menggunakan


langkah-langkah sebagaimana yang dikehendaki dalam penelitian ilmiah.
Salah satu contoh adalah penemuan kina sebagai obat penyakit malaria.

1. Akal Sehat (Common Sense)


Merupakan konsep atau pandangan umum yang digunakan oleh
manusia secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pada satu sisi
akal sehat memang merupakan suatu kebenaran pada sisi yang lain
akal sehat dapat menyesatkan manusia dalam mengambil suatu
keputusan. Contoh: menurut orang awam bulan berbentuk bulat
dan rata setelah diteliti oleh para ilmuwan pandangan tersebut tidak
benar karena konstur permukaan bulan tidak rata dan
bergelombang.
2. Wahyu
Merupakan suatu pengetahuan yang datang secara langsung dari
tuhan, sama sekali bukan merupakan usaha aktif manusia melalui
kegiatan kenalaran. Contoh: kitab-kitab suci yang diwahyukan
tuhan kepada orang pilihannya seperti Zabur kepada Daud As,
Taurat kepada Musa As, Injil kepada Isa Al-Masih, Al-Quran
kepada Muhammad Saw.
3. Intuisi
Merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu melalui bisikan
hati. Contoh: pada saat seorang ingin melakukan suatu tindakan
maka dia akan merasa apakah tindakan itu sesuai hati nurani.
4. Coba-Coba
Serangkaian percobaan yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan menggunakan cara dan materi yang berbeda-
beda,dilaksanakan tanpa menggunakan metode yang bersifat
sistematis. Contoh: pada saat Issac Newton bersandar di bawah
pohon Apel secara tidak sengaja buah Apel itu jatuh di
hadapannya, lalu ia berpikir mengapa buah apel jatuh kebawah, hal
inilah yang menginspirasi terciptanya teori gaya gravitasi bumi.

vii
C. Perbedaan Pendekatan Ilmiah dan Pendekatan Non Ilmiah

Pendekatan Ilmiah Pendekatan Non Ilmiah

1. Perumusan masalah jelas dan 1. Perumusan masalah kabur dan


spesifik abstrak

2. Masalah merupakan hal yang dapat 2. Masalah tidak selalu diukur secara
diamati dan diukur secara empiris empiris dan dapat bersifat
supranatural/dogmatis.

3. Jawaban permasalahan didasarkan 3. Jawaban tidak diperoleh dari hasil


pada data dan fakta. pengamatan dari data di lapangan.

4. Proses pengumpulan dan analisis 4. Keputusan tidak didasarkan pada


data,serta pengambilan keputusan hasil pengumpulan data dan analisis
berdasarkan logika yang benar. data secara logis.

5. Kesimpulan yang didapat siap atau 5. Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji
terbuka untuk diuji oleh orang lain. ulang oleh orang lain.

Pendekatan Ilmiah memiliki metode dan struktur ilmiah, yaitu sebagai berikut:

A. Metode Ilmiah

viii
Menurut Senn, metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis (Jujun S.Suria
sumantri). Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian
dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini
secara filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan dengan epistemologi.
Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan
pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan? Apakah manusia
dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan
yang mungkin di tangkap manusia. metode ilmiah merupakan cara dalam
mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. Atau dengan perkataan lain,
pengetahuan yang diperoleh dengan mempergunakan metode ilmiah dapat
digolongkan kepada pengetahuan yang bersifat ilmiah

Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan


cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai
karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu
sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya
merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode
ilmiah mencoba menggabungkan syarat berfikir deduktif dan cara berfikir induktif
dalam membangun tubuh pengetahuannya.

Berpikir deduktif adalah memberikan sifat yang rasional kepada


pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dalam pengetahuan yang telah
dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah
disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu
yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Dengan demikian maka ilmu
merupakan tubuh pengetahuan yang tersusun dan terorganisasikan dengan baik
sebab penemuan yang tidak teratur dapat diibaratkan sebagai”rumah atau batu
bata yang bercerai berai” secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba
memberikan penjelasan yang rasional kepada obyek yang berada dalam fokus
penelahaan. Contoh: semua manusia pasti akan mati adalah suatu pernyataan yang
benar,bahwa si Polan adalah seorang manusia dan si Fullan pasti akan mati adalah
benar pula sebab pernyataan keduanya adalah konsisten dengan pernyataan
pertama.

Berpikir induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi. Teori


korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar
sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan itu bersesuaian
(berkorespondensi) dengan obyek factual yang dituju oleh pernyataan tersebut.

ix
Suatu pernyataan adalah benar bila terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung
pernyataan itu. Contoh: seseorang menyatakan bahwa “salju berwarna putih”
maka pernyataan itu adalah benar sekiranya terdapat kenyataan yang mendukung
isi pernyataan tersebut,yakni bahwa dalam daerah pengalaman kita memang dapat
diuji bahwa salju itu benar-benar berwarna putih.

B. Jenis-Jenis Metode Ilmiah

Diantara para ilmuwan belum ada kesepakatan yang bersifat universal


mengenai apa yang dimaksud dengan metode ilmiah ini. ilmu pengetahuan telah
berkembang dari : “common sense” , dimana perubahannya dari yang satu ke
yang lain secara bertahap dan terus menerus. Suatu pengujian ilmu pengetahuan
yang cermat telah di lakukan seperti dala fisika,astronomi,psikologi,serta tidak
hanya mengguanakan satu macam metode saja. ilmu pengetahuan seperti
astronomi berangkat dengan memperguanakan metode observasi.

Ilmu pengetahuan lainnya seperti fisika dan kimia menitik beratkan pada
eksperimen. Pada ilmu pengetahuan lainnya di perguanakan metode : “trial and
error”, statistik dan metode sampling. Kita perlu memperbincangkan metode-
metode ilmiah dari pada membicarakan metode ilmu pengetahuan itu sendiri.
Metode ilmu penegetahaun di pergunakan tergantung pada materi atau masalah
yang akan di pelajari.

A. Observasi

Di dalam metode observasi melingkupi pengamatan indrawi seperti:


melihat, mendengar, menyentuh, meraba, membawa sesuatu, juga di
dalamnya termasuk bahwa kita sadar, berada dalam situasi yang bermakna
dengan berbagai fakta yang saling berhubungan. Observasi yang cermat
sangat di perlukan di dalam penelitian ilmiah. ada beberapa kondisi yang
sangat penting untuk diketahui dalam melakukan observasi, yaitu:
 Indra yang normal dan sehat
Seperti kejelasan penglihatan dan ketajaman pendengaran.
 Kematangan mental
Dalam hal ini bukan hanya kemampuan berpikir tetapi juga benar-benar
paham tentang instrument intelektual yang di perlukan seperti istilah
istilah, konsep-konsep, dan kemampuan menggunakan symbol-simbol
secara umum.
 Alat-alat bantu fisik
Seperti teleskop, Mikroskop, dan alat-alat lain untuk mengukur waktu
dengan tepat, luas, berat, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk
mendapatkan kesimpulan yang cermat. Contoh; perkembanagan astronomi

x
berhubungan erat dengan perbaikan dari teleskop, kemajuan dalam bidang
biologi secara bersamaan berhubungan erat dengan peningkatan dari
mikroskop.
 Cara mengatur posisi, tempat, atau kondisi yang memungkinkan observasi
dapat dilakukan dnegan cermat.
Si peneliti melakukan pengamatan terus menerus. Karena itu perlu
perhatiannya pada kondisi-kondisi yang cermat, memperhatikan faktor
waktu, tempat, gerakan, suhu, cahaya, keadaan cuaca, dan gangguan-
gangguan suara. Kesalahan atau kegagalan observasi mungkin di sebabkan
adanya gangguan pada faktor-faktor tersebut, yang dengan mudah
menyesatkan kesimpulan yang kita buat.
 Pengetahuan lapangan
Orang yang mengenal lapangan studi, sejarahnya, dan saling hubungannya
dengan lapangan studi, serta pengalaman lainnya akan lebih beruntung.

B. Trial and Error

Teknik ini dipergunakan oleh ahli psikologi yang diterapkan pada


penelitian tentang hewan dan manusia. kita dapat lihat pengguanaan
metode ini pada tikus yang mencoba keluar dari “taman sesat” ia mencoba
coba, berputar-putar menghindari rintangan-rintangan yang ada pada
lorong taman sesat itu. Kita juga dapat melihat teknik ini dipergunakan
pada seekor simpanse yang mencoba berbagai cara untuk mendapatkan
makanan yang tidak terjangkau oleh jangkauannya, pada manusia
seringkali menggunakan metode ini untuk mengetahui bagaimana sesuatu
hal yang baru itu bekerja. Trial and error pada tahap ideologis dan
imajinatif menghemat waktu tenaga dan sering kali dalam kehidupan itu
sendiri.

C. Metode eksperimen

Kegiatan ekperimen adalah berdasarkan prinsip metode penemuan sebab


akibat dan pengujian hipotesis. Dalam ekperimen, di dalamnya termasuk
masalah manipulasi dan pengawasan. Perkembangan yang sangat besar
dalam penelitian ilmiah adalah kemungkinan di temukannya teknik
pengawasan, da sekaligus digunakan dalam suatu percobaan dimana si
pengamat mengontrol kondisi-kondisi yang behubungan dengan subjek
yang sedang ia pelajari. Ia kemudian memanipulasi kondisi-kondisi ini,
pada satu saat ia menguabah suatu faktor tertentu kemudian ia mencatat
akibat-akibat nya. Contohnya: percobaan anatara uang logam dengan bulu

xi
ayam di dalam fisika. Mengapa bulu ayam jatuh lebih perlahan dari pada
uang logam maka sebuah ekperimen dilakukan. Sebuah uang logam dan
sebuah bulu ayam dijatuhkan pada waktu yang sama ke dalam satu ruang
yang diperlengkapi dengan pompa udara, dimana udara masih tetap ada.
Uang logam jatuh dengan cepat dan bulu ayam itu baru kemudian. Dengan
faktor yang lain dijaga supaya konstan, udara dikeluarkan dari ruang itu,
uang logam dan bulu ayam dijatuhkan lagi. Pada kesempatan ini
keduannya mencapai dasar ruang pada waktu yang sama. Kesimpulan
dengan adanya udara jatuhnya bulu itu menjadi lebih perlahan apabila
udara dihampakan kedua benda itu jatuhnya bersamaan. Hal ini
menunjukan bahwa tekanan udara memperlambat jatuhnya bulu ayam itu.

D. Metode statistik

Istilah statistik berarti pengetahuan tentang mengumpulkan ,menganalisis,


dan menggolongkan bilangan data sebagai dasar induksi. Metode statistic
telah ada sejak lama, yaitu untuk membantu pemimpin dan penguasa
mengumpulkan data tentang penduduk ,kelakuan, kematian, kesehatan,dan
perpajakan. Metode statistik dipakai dalam berbagai kehidupan sehari-
hari,dalam perdagangan, peredaran keuangan, dan berbagai ilmu
pengetahuan: menghitung, mengukur, merata-ratakan, min, median, dan
pengukuran-pengukuran korelasi, memungkinkan bagi kita unttuk
membuat penjelasan yang cermat dan membawa kita kea rah penjelasan
yang lebih luas dan terperinci. Statistic memungkinkan kita melihat
berbagai proses yang tidak mungkin dapat kita lihat hanya melalui
penggunaan alat indra saja, menjelaskan sebab dan akibat dan
pengaruhnya, melukiskan tipe-tipe dari fenomena-fenomena, dan kita
dapat membuat perbandingan dengan mempergunakan tabel-tabel, dan
grafik.

E. Metode sampling (pengambilan sample)

Terjadinya sampling, yaitu apabila kita mengambil beberapa anggota atau


bilangan tertentu dari suatu kelas atau kelompok sebagai wakil dari

xii
keseluruhan kelompok tersebut dapat mewakili secara keseluruhan atau
tidak. Seandainya bahan yang akan kita uji itu menunjukkan kesamaan
jenisnya melalui sebuah sampel dapatlah diperoleh hasil dengan ketetapan
yang tinggi. Dalam hal ini sampel random yang wajar sudah mencukupi,
sebab tidak ada kondisi-kondisi lainnya yang harus di perhatikan.
Seandainya ketidak seragaman itu besar, maka sampel pun harus di
perbanyak pula,contoh: seandainya kita ketahui bahwa pasir di pantai itu
seragam, maka kita mengambil sampel yang sederhana saja sudah
mencukupi, tetapi seandainya kita mencurigai bahwa pasir itu seluruhnya
tidak seragam, maka kita akan mengambil sampel dari berbagai tempat
yang berbeda-beda. Semuanya ini dapat dicampurkan dan kita akan
memperoleh sampel dalam sampel.

F. Metode berpikir reflective


Metode reflective thinking pada umumnya melalui 6 tahap, yaitu:

 Adanya kesadaran pada sesuatu permasalahan


Biasanya berpikir itu mulai berjalan apabila ada sesuatu hambatan atau
kesulitan. Dimulainya apabila kita mulai ingin tahu kepada sesuatu, atau
apabila ada beberapa permasalahan yang harus dipecahkan.
 Data yang diperoleh dan relevan yang harus dikumpulkan
Untuk masalah yang sederhana, data mungkin mudah diperolehnya,
namun untuk yang lainnya mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan
atau bertahun-tahun untuk menemukan data-data yang diperlukan. Fakta
yang ingin kita peroleh kadang-kadang kita temukan melaui penelitian
yang seksama.
 Data yang terorganisasi
Yaitu yang telah disusun atau yang telah dihitung,dianalisis, diklasifikasi.
Perlu kiranya diadakan perbandingan dan perbedaannya, dan diusahakan
agar data itu mempunyai arti. Perhitungan, analisis, dan klasifikasi
merupakan dasar metode yang ilmiah.
 Formulasi hipotesis
Berbagai pemecahan masalah sementara mungkin akan terjadi pada
ilmuwan pada waktu memproses, meng analisis dan mengklasifikasi.
Saran- saran atau perkiraan yang mungkin timbul sewaktu si peneliti itu
sedang menguji permasalahan atau pokok soal yang ia sedang kerjakan. Ia
akan memilih dari sekumpulan data yang ia sedang kerjakan, suatu data
yang sangat dekat probabilitasnya untuk di uji. Tidak ada pembatasan
dalam jumlah hipotesis yang ia rencanakan.

xiii
 Deduksi harus berasal dari hipotesis
Dalam mengambil kesimpulan prinsip logika formal akan membantu kita.
Matematika mungkin akan membantu kita untuk menemukan bentuk-
bentuk perumusan dan hubungannya, yang akan ditemukan dalam
penelitian tersebut. Contoh : seandainya A dan B itu benar, maka C pun
harus benar. Hal ini mengarah kepada langkah selanjutnya.
 Pembuktian kebenaran verifikasi
Setelah ditentukan dengan cara analisis deduktif, apapun akan benar
seandainya hipotesis itu benar, kemudian kita melihat apakah kondisi-
kondisi lainnya sebagai suatu kenyataan itu benar pula. Seandainya itu
mengatakan benar maka hipotesis kita telah dibuktikan kebenarannya.
Proses pembuktian kebenaran ini dapat dilakukan dengan mempergunakan
media observasi, eksperimen, atau dengan mengecek ketetapan pada
hipotesis yang berhubungan dengan fakta yang kita percayai akan
kebenarannya. Seandainya sebuah hipotesis itu kita buang karena tidak
benar, kita kembali pada permulaan lagi dan memilih kembali hipotesis
lain dan diproses seperti semula lagi. Pengujian kebenaran atau verifikasi
hanya akan memberikan pada pendekatan kebenaran saja atau hanya akan
memberi kepada kita derajat probabilitasnya saja.

C. Unsur-Unsur Metode Ilmiah

Unsur-unsur metode sebagaimana telah dirumuskan oleh anton bakker dan


achmad charris zubair dalam buku metodologi penelitian filsafat (1994),
antara lain dijelaskan sebagai berikut:
1. Interpretasi
Artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat
subjektif (menurut selera orang yang menafsirkannya) melainkan harus
bertumpu pada evidensi objektif, untuk mencapai kebenaran yang
otentik. Dengan interpretasi ini diharapkan manusia dapat memperoleh
pengertian, pemahaman atau verstehen. Pada dasarnya interpretasi
berarti tercapainya pemahaman yang benar mengenai ekspresi
manusiawi yang dipelajari.

2. Induksi dan deduksi

Dikatakan oleh Beerling, bahwa setiap ilmu terdapat penggunaan


metode induksi dan deduksi, munurut pengertian siklus empiris. Siklus

xiv
empiris meliputi beberapa tahapan, yakni: observasi, induksi, deduksi,
kajian(eksperimentasi) dan evaluasi. Tahapan itu pada dasarnya tidak
berlaku secar berturut-turut, melainkan terjadi sekaligus.
a. Induksi, adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat khusus
ke hal-hal yang bersifat umum, induksi pada umumnya disebut
generalisasi. Ilmu eksakta mengumpulkan data yang jumlahnya
tertentu, dan diatas dasar data itu disusun suatu pengertian umum.
b. Deduktif , adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat umum
ke hal-hal yang bersifat khusus.
c. Lingkaran hermeneutic, sebenarnya istilah induksi, deduksi, tidak
dapat dijelaskan mana yang terjadi terlebih dahulu. Yang khusus
dari semula dipahami akan dilatarbelakangi oleh yang umum,
seakan-akan yang umum telah diketahui sebelumnya. Jadi antara
deduksi dan induksi ada terdapat suatu lingkaran hermeneutic, dari
umum ke khusus, dan dari khusus ke umum.
d. Identifikasi, peneliti sendiri melebarkan horizon pribadi
(pandangan pribadi secara mendatar) dengan cara mengolah
lingkaran pemahaman antara yang khusus dan yang umum itu.
Justru di dalam pemahaman transcendental ia dapat lebih
memahami diri. Oleh sebab itu peneliti kembali ke introspeksi dan
melibatkan diri. Sebaliknya, pemahaman akan diri sendiri
memungkinkan ia untuk memahami kenyataan yang lebih luas.

3. Korehensi intern
Yaitu usaha untuk memahami secara benar guna memperoleh hakikat
dengan menunjukkan semua unsure-unsur structural dilihat dalam
suatu struktur yang konsisten, sehingga benar-benar merupakan intern
structur atau internal relations. Dengan demikian akan terjadi suatu
lingkaran pemahaman antara hakikat menurut keseluruhannya dari satu
pihak dan unsure-unsur dipihak lain.

4. Holistik
Tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran secara utuh.
Objek dilihat interaksi dengan seluruh kenyataannya. Identitas objek
akan terlihat bila ada korelasi dan komunikasi dengan lingkungannya.
Objek (manusia) hanya dapat dipahami dengan mengamati seluruh
kenyataan dalam hubungannya dengan manusia, dan manusia sendiri
dengan segalanya yang mencakup hubungan aksi reaksi sesuai dengan
tema zamannya. Pandangan menyeluruh ini juga disebut totalisasi,
semua dipandang dalam kesinambungannya dalam satu totalitas.

xv
5. Kesinambungan historis
Jika ditinjau menurut perkembangannya, manusia itu adalah makhluk
historis karena ia berkembang dalam pengalaman dan pikiran bersama
dengan lingkungan zamannya.
6. Idealisasi
Penelitian filsafat berusaha untuk memahami kenyataan secara lebih
mendalam,karena yang tersembunyi dalam kenyataan a possible world
atau dapat juga dapat disebut a potential mode of human existence
(ricoeur,1982:16). Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal,
artinya upaya dalam penelitian untuk memperoleh hasil yang ideal atau
yang sempurna .
7. Komparasi
Usaha untuk memperbandingkan sifat hakiki dalam objek penelitian
sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. Justru
perbandingan itu dapat menentukan secara tegas kesamaan dan
perbedaan sesuatu sehingga hakikat objek dapat dipahami dengan
semakin murni.
8. Heuristika
Metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah untuk memecahkan
masalah. Heuristika benar-benar dalam mengatur terjadinya
pembaharuan ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat memberikan
kaidah yang mengacu.
9. Analogikal
Filsafat meneliti arti, nilai dan maksud yang diekspresikan dalam fakta
dan data. Dengan demikian, akan dilihat analogi antara situasi atau
kasus yang lebih terbatas dengan yang lebih luas.
10. Deskripsi
Seluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan atau
dibahasakan,ada kesatuan mutlak antara bahasa dan pikiran seperti
antara jiwa dan raga. Data yang dieksplisitkan memungkinkan dapat
dipahami secara mantap.

D. Alat-Alat Metode Ilmiah

Menurut Prof. Drs. Notonegoro dalam buku metodologi penelitian filsafat (1975)
ada 4 macam alat metodologi penelitian filsafat, yaitu:

xvi
1. Definisi
Suatu batasan mengenai masalah atau objek yang diselidiki,yang meliputi:

a. Objek material: yang menjadi lapangan penelitian


b. Objek formal: yang menjadi sudut tinjauan

Dalam menyusun definisi harus diperinci hal-hal yang akan dijadikan


objek penelitian, untuk itu perlu dibuat definisi secara pertingkat, yaitu:

a. definisi nominalis,yaitu membuat definisi menurut namanya, meliputi


sifat-sifat yang terdapat pada halnya namun belum sampai pada
penggolongannya.

b. definisi realis,yaitu menafsirkan hal yang diselidiki menurut sifat-sifat


dari halnya. Dalam defines realis ini harus dibedakan sifat-sifat yang
ada, yang meliputi:

1. Sifat yang kebetulan


2. Sifat yang tentu ada
3. Sifat yang mutlak harus ada

c. Definisi metal fisis,yaitu mengungkapkan esensi dari hal sesuatu


sehingga menjadikan kita menjadi lebih jelas

Pedoman dalam membuat definisi agar terhindar dari kesalahan

a. definisi itu harus tepat,yaitu sungguh-sungguh mengenai barang


yang bersangkutan atau yang dipersoalkan.

b. definisi harus terang,yaitu:

-hanya menggunakan perkataan-perkataan atau hal-hal yang sudah


umum dan tidak mendua arti.

-tidak menggunakan perkataan yang negative,misalkan: lingkaran itu


bukan segitiga

c. jangan menggunakan kata yang berlebihan

2. Pembagian

xvii
Sesuatu itu hanya dapat ditangkap dengan analisis yaitu ditentukan bagian-
bagian atau perinciannya dengan cara:
1. Dibagi secara fisis, yaitu hanya dapat dibagi-bagi sehingga merupakan
barang sesuatu yang lepas satu dari yang lain. Tetapi ada kalanya
sesuatu tak dapat dibagi ssecara fisis.
2. Dibagi secara potensial, yaitu hanya dapat dibagi dalam angan-angan .

Bagian yang satu terlepas dari yang lain, namun tetap mempunyai
fungsi,kemampuan meskipun secara fisis terpisah. Tujuan pembagian,
tujuannya yaitu untuk membuat bersahaja pengertian yang tersususn,
namun kalau disentesiskan kembali akan mempunyai pengertian yang
lebih jelas.
Syarat-syarat pembagian:
1. Pembagian harus lengkap, artinya bagian bagian nya(fisis atau
potensial) merupakan wujud sesuatu sepenuhnya .
2. Masing-masing bagian betul-betul harus terpisah satu dengan yang
lain. Batas-batas fisis harus jelas, msalnya jika yang [otensial ialah
batas kekuatan sumber-sumbernya.
3. Pembagian harus teratur, bagian-bagian itu harus didasarkan atas
suatu sudut pandang yang sama, misalkan membagi benda
berdasarkan bentuk atau warna nya.
4. Jangan sampai terlalu jauh kedalam bagian-bagian yang terkecil,
karena dapat menimbulkan kerumitan.
3. Pembuktian

Pada hakikatnya perjalanan penelitian adalah untuk menghasilkan


kebenaran kenyataan. Tujuan pembuktian ialah supaya setingkat demi
setingkat hasilnya secara pasti merupakan kebenaran kenyataan yang
sesungguhnya, ada dua hal yang dapat dijadikan bukti, yaitu:
a. Bukti a priori, ialah hal sesuatu jika dibandingkan dengan
hasilnya merupakan sebabnya.
b. Bukti a posteriori, ialah bukti yang adanya lebih kemudian dari
pada yang dibuktikan.

Bukti merupakan akibat atau untuk mendapat kesimpulan mengenai sebabnya


berdasarkan atas akibatnya. Macam-macam bukti yaitu:

xviii
a. Bukti langsung, yaitu yang dapat diterima akal. Misalnya,
adanya kehendak untuk merdeka adalah kehendak setiap
manusia.
b. Bukti yang tidak langsung, yaitu bukti yang tidak secara
langsung dapat di terima oleh akal.

4. Metodologi

Dalam penelitian perlu adanya metode atau jalan, karena kebenaran itu
hanya dapat di peroleh dengan cara setapak demi setapak. Orang tidak
akan dapat melihat secara keseluruhan dengan satu cara pandang saja
mulai dari atas sampai bawah atau dari kiri kekanan. Panca indra pun
perlu ditingkatkan sedemikian rupa sebagaimana akal kita dalam
memperoleh pengetahuan dah harus diberlakukan setapak demi
setapak. Dengan demikian bila telah tercapai hasilnya dalam ilmu
pengetahuan, itu merupakan urutan-urutan demonstrasi pembuktian
tentang kebenaran-kebenaran mulai dari asas-asasnya yang telah
diketahui sedikit demi sedikit untuk memperoleh pengetahuan tentang
hal yang beum diketahui. Bagi pengembangan pengetahuan yang
bersifsat ilmiah perlu sekali dikewtahu pokok pangkalnya, kemudian
ketertiban perjalanannya. Jalannya itu harus berdasarkan atutran-
aturan, hukum-hukum yang memungkinkan orang berangkat dari yang
diketahu sampai pada yang tidak diketahui jadi hasil dari yang
diketahui merupakan kesimpulan ilmiah. dapat disimpulkan bahwa
metode adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan
ilmiah, jika jalan yang ditempuh dalam penelitian tidak sampai pada
suatu kesimpuan ilmiah hal itu tidak dapat dikatakan sebagai metode.

E. Langkah-langkah metode ilmiah

xix
Alur berpikir yang tercakup dalam metrode ilmiah dapat dijabarkan
dalam beberapa langka yang mencerminkan tahap-tahap dalam
kegiatan ilmiah. kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses
logico-hypotetico – verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Perumusan masalah atau penentuan masalah


Merupakan mengenai objek empiris yang batasan-
batasannya harus jelas. Sebab tanpa kejelasan ini kita akan
mengalami kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan
berikutnya, hal-hal terpenting mengindentifikasi faktor-
faktor di dalamnya.
2. Perumusan kerangka masalah
Merupakan usaha untuk mendeskripsikan masalah dengan
lebih jelas. Pada langakah ini kiota mengidentifikasikan
faktor-faktor yang terlibat dalam masalah tersebut. Faktor-
faktor tersebut membentuk suatu kerangka masalah yang
berwujud gejala yang sedang kita telaah. Kerangka berpikir
ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah
yang telah teruji kebenenarannya dengan memperhatikan
faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3. Perumusan dan pengajuan hipotesis
Merupakan usaha kita untuk memberikan jawaban,
prenjelasan sementara mengenai hubungan sebab akibat
yang mengikat faktor-faktor yang membentuk kerangka
masalah tersebut. Hipotesis ini pada hakikatnya merupakan
hasil sesuatu penalaran induktif - deduktif, dengan
mempergunakan pengetahuan sudah kita ketahui
kebenarannya.
4. Pengujian hipotesis
Merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah
terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau
tidak. Kalau fakta-fakta tersebut memang ada dalam dunia
empiris kita, maka dinyatakan bahwa hipotesis itu telah
terbukti, sebab di dukung oleh fakta-fakta yang nyata. Dalam
hal hipotesis tidak terbukti, maka hipotesis itu ditolak
kebenarannya dan kita kembali mengajukan hipotesis yang
lain. Sampai saat kita menemukan hipotesis tertentu yang
didukung oleh fakta.

xx
5. Penarikan Kesimpulan
Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan
itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian
terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka
hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya dalam proses
pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung
hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima
kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah
sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni
mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan
pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji
kebenarannya. Pengertian kebenaran disini harus ditafsirkan
secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini belum
terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.

Keseluruhan langkah tersebut harus di tempuh agar sesuatu penelaahan dapat


diseebut ilmiah. meskipun langkah – langkah tersebut tersususun dalam urutan
yang teratur, dimana secara konseptual langkah yang satu merupakan persapan
bagi langkah yang lainnya namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan.
Umpamanya saja dari langkah pertama melompat kelangkah ketiga dan kembali
kelangkah kedua lagi dan seterusnya langkah seperti ini bersifat dinamis : langkah
yang satu menjelaskan langkah-langkah yang lainnya. Dengan jalan ini
ditemukanlah pengetahuan-pengetahuan yang konsisten dengan pengetahuan
sebelumnya dan didukung oleh fakta-falkta di sekeliling kehidupan kita.

BAB 3

xxi
PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia


mengamati sesuatu. Tentu saja hal ini membawa kita kepada pertanyaan
lain; mengapa manusia mengamati sesuatu ? kalau kita telaah lebih lanjut
ternyata bahwa kita mulai mengamati objek tertentu kalau kita mempunyai
perhatian tertentu terhadap objek tersebut. Perhatian tersebut dinamakan
John Dewey sebagai suatu masalah atau kesukaran yang dirasakan bila
kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita yang menimbulkan
pertanyaan. Dan pertanyaan itu timbul disebabkan oleh adanya kontak
manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan berbagai ragam
permasalahan. Dapat disimpulkan bahwa karena ada masalahlah maka
proses kegiatan berpikir dimualai, dan karena masalah ini berasal dari
dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan
objek yang bersangkutan, yang bereksistensi dalam dunia empiris pula.
Dan karena bersifat empiris dan dari proses pengamatan pula maka yang
dikatakan diatas dapat pula dinamakan pengetahuan ilmiah yang berasal
dari pendekatan ilmiah.

B. SARAN

Pendekatan ilmiah merupakan hal yang penting dalam merumuskan


sebuah pengetahuan yang disebut ilmu. namun, mahasiswa dan
masyarakat terpelajar diharapkan untuk tidak juga mendewa-dewakan
pendekatan ilmiah dan melupakan pendekatan non ilmiah dikarenakan
kedua pendekatan tersebut saling melengkapi satu dengan yang lain
sehingga lahirlah sebuah ilmua yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

xxii
Sudarto. 1996. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Salam, Burhanudin. 2008. Pengantar Filsafat. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan

Salam, Burhanudin. 2003. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:


PT. Rineka Cipta

Pertanyaan !

xxiii
1. Siti Mana Rusanah: Perbedaan antara metode dan pendekatan ilmiah dan
kaitan keduanya?
2. Aiida Putri: Jenis metode ilmiah yang paling akurat dalam suatu
kebenaran?
3. Fia Rusmiyanti: Karakteristik pendekatan ilmiah yang terakhir adalah
Refutation (adanya penolakan), jika dari para ilmuwan menghasilkan
banyak teori yang salah dan masyarakat masih mempercayainya. Apakah
itu termasuk dalam reputation?
4. Aini Nur Aziz: Masalah atau objek yang akan diteliti terdiri dari objek
formal dan objek material perbedaannya?
5. Carina Kusuma Wardani: Jika suatu unsure dalam metode ilmiah tidak
ada, Apakah bisa disebut metode ilmiah?

Jawaban!

1. Perbedaannya adalah pendekatan ilmiah ialah perumusan masalah jelas


dan spesifik jawaban permasalahan didasarkan pada proses pengumpulan
dan analisis data, serta kesimpulan bersifat terbuka artinya dapat diuji oleh
orang lain. Sedangkan, metode ilmiah menunjukan adanya proses yang
tepat untuk mengidentifikasi masalah. Jadi pendekatan ilmiah wujudnya
adalah metode ilmiah
2. Dari beberapa metode yang ada, metode ilmiah dipergunakan tergantung
pada materi atau masalah yang akan dipelajari. Jadi dalam metode ilmiah
tidak dapat dikatakan metode mana yang paling akurat karena tergantung
dari materi atau masalah yang dipelajari
3. Tidak. Refutation adalah sifat ini mensyaratkan bahwa suatu ilmu harus
memuat informasi yang dapat di tolak kebenarannya oleh orang lain.
Contohnya : teori atom menurut john Dalton yang menganggap atom
merupakan unsur terkecil di alam semesta yang ditolak beberapa ilmuan
seperti J.J Thomson yang membagi atom menjadi proton dan neutron
dalam teorinya roti kismis. Jadi reputation merupakan syarat apakah
sesuatu pengetahuan dapat dikatakan ilmiah atau tidak. Urusan masyarakat
masih percaya teori yang salah itu dikembalikan lagi kepada pemikiran
individu yang berbeda mengenai pengetahuan ilmiah.

xxiv
4. Perbedaan objek material ialah hal yang akan diteliti atau sasaran
penyelidikan, dipandang atau dipermudahkan oleh suatu disiplin ilmu
yang mencakup hal yang bersifat konkrit. Sedangkan, objek formal
merupakan sudut pandang yang ditujukan pada bahan penelitian atau
pembentukan pengetahuan dan sudut darimana objek material itu
diselidiki.
5. Tidak. Karena syarat dari sebuah pengetahuan dikatakan sebagai
pengetahuan ilmiah dalam hal ini metode ilmiah, jika dalam pengetahuan
tersebut memiliki syarat yang lengkap.

KELOMPOK 5
1. Agus Hernowo
2. Irfan Nursandi
3. Petrus S. Sianturi

xxv

Anda mungkin juga menyukai