PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu. Berbedanya cara dalam mendapatkan pengetahuan tersebut serta
tentang apa yang dikaji oleh pengetahuan tersebut membedakan antara
jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya.
B. Tujuan
1. Mengetahui struktur ilmu pengetahuan
2. Mengetahui sifat-sifat ilmu pengetahuan
3. Mengetahui pembagian jenis ilmu
4. Mengatahui apa–apa saja ilmu dan pembagian ilmu
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
diceritakannya bagaimana semenjak anak-anak ia mengagumi ciri-ciri
ilmu pasti.
Dalam rangka sejarah penemuan (context of discovery) dalil—dalil
ilmu pasti, seakan-akan berdasarkan suatu ilham sang ilmuan tahu bahwa
kebenaran atau keberlakuan salah satu rumus atau gagasannya dapat
dibuktikan.
Kemudian pentahapan dalam terbentunya ilmu-ilmu pasti secara
berturut-turut di tandai oleh adanya sejumlah paham dasar, aksioma, dan
patokan kerja. Tahap kedua dengan memakai ketiga undur induk itu si
ilmuan secara deduktif menurunkan sejumlah dalil yang tak terbatas
banyaknya. Dengan begitu suatu sistem dapat diteruskan secara tak
terhingga. Kepastian deduksi berlaku mutlak.
Cara lain yang sudah pasti tetapi belum dijelaskan ialah bahwa
berbeda dari ilmu-ilmu empiris yang bersifat konkret, ilmu-ilmu pasti
bersifat abstrak, justru karena tidak berdasarkan pengalaman yang empiris
itu.
5) Penyelidikan modern tentang dasar-dasar ilmu pasti
Pada tahun 1899 david Hilbert (1862-1943) menerbitkan buku
grundlagen de geometri (the fondations of geometry). Dalam buku itu,
yang diselidiki Hilbert ialah anggapan dasar apa yang kiranya terdapat
sebelum bermacam-macam aksioma itu? Upaya Hilbert itu salah satu
contohdari berbagai penyelidikan mengenai dasar-dasar (foundational
research) yang sejak permulaan abad ke-20 berlangsung pada banyak
bidang ilmu pengetahuan. Selain matematika dan logika, juga ilmu bahasa
dan fisik. Hal ini dianggap sebagai kelanjutan upaya Immanuel kant
(1724-1804), yang jasanya bagi filsafat ilmu pengetahuan masih akan kita
lihat.
Brower menganut apa yang disebut konstruktivisme
(constructvism). Ini karena setiap matematikus diangggap sedang
mengkonstruksikan apa yang cocok dengan intuisi awal tadi. Anggapan
brouwer sendiri itu cukup radikal, yakni tidak ada satu aksioma pun yang
3
seolah-olah berlaku mutlakdan harus diikut sertakan dalam menyusun
(constructing) salah satu sistem matematika atau logika.
Pada tahun 1913, teori brouwer dilengkapi dan diperkuat oleh Kurt
Goedel (1906-1978) dan dalil yang termashur sebagai “Teorema Goedel”.
Dalil itu mengenai ada tidaknya kemungkinan suatu sistem apriori bisa
menjadi lengkap. Goedel membuktikan bahwa kemungkinan itu tidak ada.
Salah satu rumusnya yang sederhana adalah: “mustahillah matematika
diformalisasikan secara lengkap dan tangguh hanya dalam satu sistem
saja.” Dan, “ matematika tak dapat di ungkapkan secara tuntas dalam suatu
sistem formal manapun.
6) Deduksi
Deduksi berasal dari kata latin deducere (de + ducere) yang berarti
mengantar dari menuju.
4
b. Sifat-sifat Ilmu Pengetahuan
Sejarah membuktikan, bahwa dengan metode ilmu, akn membawa
manusia kepada kemajuan dalam pengetahuannya. Kemajuan dalam
pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmu itu memungkinkan, karena
beberapa sifat, atau cirri khas yang dimiliki oleh ilmu.
Dalam hal ini, Randall mengemukakan beberapa ciri umum
daripada ilmu, di antaranya ialah:
1. Hasil ilmu sifatnya akumulatif dan merupakan milik bersama. Artinya,
hasil daripada ilmu yang telah lalu dapat dipergunakan untuk
penyelidikan dan penemuan hal-hal yang baru, dan tidak menjadi
monopoli bagi yang menemukannya saja, setiap orang dapat
menggunakan, memanfaatkan hasil penyelidikan atau hasil penemuan
orang lain.
2. Hasil ilmu, kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan,
karena yang menyelidikinya adalah manusia. Namun yang perlu
diketahui, kesalahan-kesalahan itu bukan karena metodenya,
melainkan terletak pada manusia yang menggunakan metode tersebut.
3. Ilmu itu objektif, artinya prosedur cara penggunaan mtode ilmu tidak
tergantung kepada yang menggunakannya, tidak tergantung kepada
pemahaman secara pribadi. Berbeda dengan prosedur otoritas dan
intuisi, yang tergantung kepada pemahaman secara pribadi.
Selanjutnya, Ralph Ross dan Ernest Van den Hagg yang disunting
oleh Prof. Drs. Harsojo, mengemukakan ciri-ciri umum daripada ilmu,
yaitu:
1. Bahwa ilmu itu rasional
2. Bahwa ilmu itu Bersifat empiris
3. Bahwa ilmu itu Umum
4. Bahwa ilmu itu Akumulatif
5
Pada umumnya, orang-orang menggolongkan filsafat itu pasti ke
dalam ilmu-ilmu pengetahuan. Walaupun filasafat iu muncul sebagai salah
satu ilmu pengetahuan, akan tetapi ia mempunyai struktur tersendiri dan
tidak dapat begitu saja dianggap sebagai “ilmu pengetahuan”.
Tentu saja sedikit banyak bagi setiap ilmu pengetahuan berlaku,
bahwa ilmu itu mempunyai struktur dan karakteristik tersendiri. Studi
tentang ilmu kedokteran adalah sesuatu yang berbeda sekali dengan
sejarah kesenian, dan ilmu pasti/matematika sesuatu yang berlainan sekali
dengan ilmu pendidikan. Akan tetapi untuk filsafat, hal yang “tersendiri”
ini berlaku dengan cara yang dasarnya lain.
6
menyusun yang telah diuji kebenarannya secara empiris. Sekiranya ilmu
memasukkan daerah di luar batas pengalaman empirisnya, maka
pembuktian metodologis tidak dapat dilakukan.
Ilmu tanpa bimbingan moral agama adalah buta. Kebutaan moral
dari ilmu mungkin membawa kemanusiaan ke jurang malapetaka. Contoh
penyalahgunaan teknologi nuklir yang telah merenggut jutaan jiwa.
Ruang penjelajahan keilmuan kemudian kita menjadi “kapling
kapling” berbagai disiplin keilmuan. Kapling ini makin lama makin
sempit sesuai dengn perkembangan kuantitatif disiplin keilmuan. Dahulu
ilmu dibagi menjadi dua, ilmu alam dan ilmu sosial. Kini telah terdapat
lebih dari 650 cabang keilmuan. Oleh karena itu, seorang ilmuwan harus
tahu benar batas-batas penjelajahan cabang keilmuan maing-masing.
Mengenai batas-batas kapling ini, disamping menunjukkan
kematangan keilmuan dan profesional kita, juga dimaksudkan agar kita
mengenal tetangga-tetangga kita. Dengan makin sempitnya daerah
penjelajahan suatu bidang keilmuan, maka sering sekali diperlukan
“pandangan” dari disiplin-disiplin yang lain. Saling pandang memandang
ini atau pendekatan multi disipliner, membutuhkan pengetahuan tentang
tetangga-tetangga yang berdekatan. Artinya harus jelas bagi semua,
dimana disiplin seseorang berhenti dan dimana disiplin orang lain mulai.
Tanpa kejelasan batas-batas ini maka pendekatan multi disipliner akan
berubah menjadi sengketa kapling.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Awal mula ilmu-ilmu pasti
Awal mula ilmu-ilmu ini berhubungan erat dengan kebutuhan
praktis dan pengamatan empiris (panca indera) dengan kebutuhan praktis ini
dimaksudkan kebutuhan pengukuran, yang memang tdak dapat dipisahkan
dari upaya manusia mengatasi kendala-kendala hidupnya. Umpamanya
keperluan mengukur kembali dengan tepat tanah yang secara berkala
digenangi air entah itu di Mesir, Mesopotamia, India, Cina (pusat-pusat
kebudayaan dan perkembangan ilmu kuno), maupun dalam rangka
pembangunan piramida di Mesir. Sedangkan yang dimaksud dengan
pengamatan empiris seperti yang berkaitan dengan ilmu falak, penanggalan,
dan perhitungan tahun sehubungan dengan agama, dan juga dalam rangka
upaya mengarungi samudra.
B. Saran
Demikianlah pembahasan kelompok kami tentang Ilmu Pasti.
Pembahasan kami hanya merunut dimanakah posisi dan peran ilmu dalam
kehidupan.
8
DAFTAR PUSTAKA