DISUSUN OLEH :
SITI NUR FITRY
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Teori – Teori Tentang Nilai”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Pengertian Aksiologi........................................................................................2
D. Jenis Nilai.........................................................................................................7
KESIMPULAN..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dikenal sebagai makhluk berfikir. Dan hal inilah yang menjadikan
manusia istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Kemampuan berpikir atau daya
nalar manusia yang menyebabkannya mampu mengembangkan pengetahuan
berfilsafatnya. Dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang
baik dan mana yang buruk, yang indah dan yang jelek. Secara terus menerus manusia
diberikan berbagai pilihan.
Perilaku manusia sangat berhubungan dengan nilai. Semua yang dikerjakan
manusia dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai. Salah satu kajian di dalam filsafat
adalah aksiologi. Pada pembahasan aksiologi ini, maka manusia akan berfikir “apakah
yang saya lakukan ini pantas atau tidak?” atau muncul pertanyaan “apakah benda itu
bernilai karena kita menilainya, ataukah kita menilainya karena benda itu bernilai?”.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas lebih jauh mengenai
dimensi aksiologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
2. Apa pengertian aksiologi?
3. Bagaimana konsep nilai, karakteristik dan tingkatan nilai?
4. Bagaimana jenis, hakikat, dan makna nilai?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian aksiologi.
2. Untuk memahami konsep nilai, karakteristik dan tingkatan nilai.
3. Untuk mengetahui jenis, hakikat, dan makna nilai.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aksiologi
Kata aksiologi berasal dari bahasa Inggris “axiology”; dari kata Yunani “axios”
yang artinya layak; pantas; nilai, dan “logos” artinya ilmu; studi mengenai. Aksiologi
dipahami sebagai teori nilai. Dari pengertian menurut bahasa tersebut, ada beberapa
pengertian secara istilah, yaitu:
1. Aksiologi merupakan analisis nilai-nilai. Maksud dari analisis ini ialah membatasi
arti, ciri-ciri, asal, tipe, kriteria dan status epistimologis dari nilai-nilai itu.
2. Aksiologi merupakan studi yang menyangkut teori umum tentang nilai atau suatu
studi yang menyangkut segala yang bernilai.
3. Aksiologi adalah studi filosofis tentang hakikat nilai-nilai. Pertanyaan mengenai
hakikat nilai ini dapat dijawab dengan tiga macam cara, yaitu:
a. Nilai sepenuhnya berhakikat subjektif. Ditinjau dari sudut pandangan ini,
nilai-nilai merupakan reaksi-reaksi yang diberikan oleh manusia sebagai
pelaku. Pengikut teori idealisme subjektif (positivisme logis, emotivisme,
analisis linguistik dalam etika) menganggap nilai sebagai sebuah fenomena
kasadaran dan memandang nilai sebagai pengungkapan perasaan
psikologis, sikap subjektif manusia kepada objek yang dinilainya.
b. Nilai-nilai merupakan kenyataan, namun tidak terdapat dalam ruang waktu.
Nilai-nilai merupakan esensi-esensi logis dan dapat diketahui melalui akal.
c. Nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.
Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial, dan agama. Sistem mempunyai
rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian
terhadap satu institusi dapat terwujud.
Nilai merupakan tema baru dalam filsafat aksiologi, cabang filsafat yang
mempelajarinya muncul pertama kali pada paroh kedua abad ke-19. Aksiologi ialah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut
pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang
bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti epistimologis, etika
dan estetika. Epistimologi bersangkutan dengan masalah kebenaran, etika bersangkutan
dengan masalah kebaikan, dan estetika bersangkutan dengan masalah keindahan.
Menurut Richard Bender, suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang
memberikan suatu pemuasan kebutuhan yang diakui bertalian dengan pemuasan
kebutuhan yang diakui bertalian, atau yang menyumbangkan pada pemuasan yang
demikian. Dengan demikian kehidupan yang bermanfaat ialah pencapaian dan sejumlah
pengalaman nilai yang senantiasa bertambah.
Lorens Bagus (2002) dalam bukunya Kamus Filsafat menjelaskan tentang nilai
yaitu sebagai berikut:
1. Nilai dalam bahasa Inggris value, bahasa Latin valere (berguna,mampu akan,
berdaya, berlaku, kuat).
2
2. Nilai ditinjau dari segi Harkat adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu
dapat disukai,diinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan.
3. Nilai ditinjau dari segi Keistimewaan adalah apa yang dihargai, dinilai tinggi atau
dihargai sebagai sesuatu kebaikan. Lawan dari suatu nilai positif adalah “tidak
bernilai” atau “nilai negatif”. Baik akan menjadi suatu nilai dan lawannya (jelek,
buruk) akan menjadi suatu “nilai negatif” atau “tidak bernilai”.
4. Nilai ditinjau dari sudut Ilmu Ekonomi yang bergelut dengan kegunaan dan nilai
tukar benda-benda material, pertama kali menggunakan kata “nilai”.
3
menyenangi atau tidak menyenangi hal itu, dan tidak seorang pun yang dapat
meyakinkan lawan bicaranya. Jika terdapat persoalan dalam sebuah diskusi di
antara dua orang terpelajar, maka akan teringat peribahasa latin yang sering
diucapakan: “selera tidak dapat diperdebatkan” (de gustibus non disputandum).
Orang yang mendukung tesis de gustibus non disputandum ingin menunjukkan
satu ciri khas nilai, yaitu sifat yang mendalam dan langsung dari penilaian.
Konflik ini merupakan yang sangat menggelitik bagi aksiologi kontemporer.
Sebenarnya, hal itu lahir bersama aksiologi itu sendiri dan sejarah teori nilai dapat
ditulis, dengan memandang persoalan ini sebagai sumber dan dengan
mensketsakan berbagai penyelesaian yang telah dikemukakan dalam rangka
menyelesaikannya. Meskipun maknanya mungkin berbeda, persoalan tersebut telah
muncul pada Plato; shakespeare yang menempatkannya dalam Troilus and Cresida
(II,2) dan Spinoza memilih salah satu alternatif di dalam Etika-nya (III, prop.IX).
4
b) Subyektivisme Aksiologis
Teori-teori berkaitan dengan pandangan ini mereduksi penentuan nilai-
nilai, seperti kebaikan, kebenaran, keindahan ke dalam statmen yang
berkaitan dengan sikap mental terhadap suatu objek atau situasi. Penentuan
nilai sejalan dengan pernyataan setuju atau tidak. Nilai memiliki realitas
hanya sebagai suatu keadaan pikiran terhadap suatu objek.
Subyektivisme aksiologis cenderung mengabsahkan teori etika yang
disebut hedonisme, sebuah teori yang menyatakan kebahagiaan sebagai
kriteria nilai, dan naturalisme yang meyakini bahwa suatu nilai dapat
direduksi ke dalam suatu pernyataan psikologis. Nilai tergantung dengan
pengalaman manusia tentangnya; nilai tidak memiliki realitas yang
independen (relativisme aksiologis). Yang termasuk pendukung
subyektivisme aksiologis adalah Hume, Perry, Prall, Parker, Santayana,
Sartre, dan lain-lain. Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai
yang berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku
serta abasah sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa
memperhatikan ras, maupun kelas social. Dipihak lain ada yang beranggapan
bahwa semua nilai relatif sesuai dengan keinginan atau harapan manusia.
3. Relasionisme Aksiologis
Nilai tidak bersifat privat (subyektif), tetapi bersifat publik, meskipun tidak
bersifat obyektif dalam arti tidak terlepas dari berbagai kepentingan. Penganjur
relasionisme aksiologis di antaranya Dewey, Pepper, Ducasse, Lepley, dan lain-
lain.
5
membuat pembedaan tajam antara nilai dan kebaikan. Karena nilai-nilai dalam arti ini
dipikirkan sebagai ide-ide dari dunia lain yang dapat diperkenalkan kepada dunia
nyata dengan peralatan manusia, pandangan ini pantas dinamakan teori “idealisme
nilai”. Lawan idealisme nilai adalah realisme nilai atau lebih baik, metafisika nilai,
yang mengatasi pemisahan nilai dari yang ada (al-mawjud).
Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan tingkatan atau hierarki nilai :
1. Kaum Idealis
2. Mereka berpandangan secara pasti terhadap tingkatan nilai, dimana nilai spiritual
lebih tinggi dari pada nilai non spiritual (nilai material).
3. Kaum Realis
4. Mereka menempatkan nilai rasional dan empiris pada tingkatan atas, sebab
membantu manusia menemukan realitas objektif, hukum-hukum alam dan aturan
berfikir logis.
5. Kaum Pragmatis
6. Menurut mereka, suatu aktivitas dikatakan baik seperti yang lainnya, apabila
memuaskan kebutuhan yang penting, dan memiliki nilai instrumental. Mereka
sangat sensitif terhadap nilai-nilai yang menghargai masyarakat.
6
D. Jenis Nilai
Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2, yaitu:
a. Etika dan Pendidikan
Etika
Etika berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan.
Dalam istilah lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika menyebutkan
dengan moral, berasal dari bahasa Yunani, juga berarti kebiasaan. Etika
merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu
kesusilaan yang memuat dasar untuk berbuat susila. Sedangkan moral
pelaksanaannya dalam kehidupan. Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang
membicarakan perbuatan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan
tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia.
Filsafat Pendidikan Islam dan Etika Pendidikan
Antara ilmu (pendidikan) dan etika memiliki hubungan erat. Masalah moral
tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran,
sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih untuk mempertahankan
kebenaran, diperlukan keberanian moral. Sangat sulit membayangkan
perkembangan iptek tanpa adanya kendali dari nilai-nilai etika agama. Untuk
itulah kemudian ada rumusan pendekatan konseptual yang dapat dipergunakan
sebagai jalan pemecahannya, yakni dengan menggunakan pendekatan etik-
moral, dimana setiap persoalan pendidikan Islam coba dilihat dari perspektif
yang mengikut sertakan kepentingan masing-masing pihak, baik itu siswa, guru,
pemerintah, pendidik serta masyarakat luas. Ini berarti pendidikan Islam
diorientasikan pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang mantap dan
dinamis, mandiri dan kreatif. Tidak hanya pada siswa melainkan pada seluruh
komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Terwujudnya
kondisi mental-moral dan spiritual religius menjadi target arah pengembangan
sistem pendidikan Islam. Oleh sebab itu, berdasarkan pada pendekatan etik
moral pendidikan Islam harus berbentuk proses pengarahan perkembangan
kehidupan dan keberagamaan pada peserta didik ke arah idealitas kehidupan
Islami, dengan tetap memperhatikan dan memperlakukan peserta didik sesuai
dengan potensi dasar yang dimiliki serta latar belakang sosio budaya masing-
masing.
7
diberikan pada hasil seni. Dalam dunia pendidikan sebagaimana diungkapkan
oleh Randall dan Buchler mengemukakan ada tiga interpretasi tentang hakikat
seni:
1. Seni sebagai penembusan terhadap realitas, selain pengalaman.
2. Seni sebagai alat kesenangan.
3. Seni sebagai ekspresi yang sebenarnya tentang pengalaman.
Namun, dalam dunia pendidikan hendaklah nilai estetika menjadi
patokan penting dalam proses pengembangan pendidikan yakni dengan
menggunakan pendekatan estetis-moral, dimana setiap persoalan pendidikan
Islam dilihat dari perspektif yang mengikutsertakan kepentingan masing-masing
pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik serta masyarakat luas. Ini
berarti pendidikan Islam diorientasikan pada upaya menciptakan suatu
kepribadian yang kreatif, berseni (sesuai dengan Islam).
8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Filsafat nilai atau aksiologi merupakan studi yang menyangkut teori umum tentang
nilai atau suatu studi yang menyangkut segala yang bernilai secara filosofis, mendasar,
menyeluruh, sistematis, sampai pada hakikat nilai itu sendiri untuk mendapatkan kebenaran
sesuai dengan kenyataan. Aksiologi terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan
konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.
Selain itu, aksiologi berhubungan dengan etika dan estetika, baik nilai itu sesuatu yang
bersifat subjektif maupun objektif. Tujuan nilai adalah untuk mengetahui apakah sesuatu itu
baik atau buruk, suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, dan sebagainya. Sehingga
dengan mengetahui nilai, maka akan tercapai apa yang menjadi tujuan manusia.
9
DAFTAR PUSTAKA
10