Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SEJARAH INDONESIA

“PERKEMBANGAN PENJAJAHAN BANGSA EROPA DI INDONESIA”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

ACHMAD IQBAL
A. SYAHRUL RAMADHAN
ANDE SYAHPUTRA GULO
AIDIL MUHAMMAD SYAFI’I
ASTO SETIANTORO

X TBSM
SMKN 1 MANDAU
2021
PERKEMBANGAN PENJAJAHAN BANGSA EROPA DI INDONESIA

Latar Belakang Masuknya Bangsa Eropa

Menurut Kartonagoro, (1975:138) dalam abad ke-15 Eropa sangat membutuhkan

rempah-rempah dari Indonesia, Sailon, dan India yang biasanya dikumpulkan oleh pedagang-

pedagang Arab lalu disalurkan ke Eropa melalui Alexsandria dan Konstantinopel.

Pendistribusian rempah-rempah tersebut melalui pedagang-pedagang Italy dari Amalfi,

Venitia, dan dari Genua dan kota-kota besar di laut tengah, rempah-rempah tersebut dikirim

ke Jerman dan Prancis. Dengan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani (1453)

mengakibatkan hubungan perdagangan antara Eropa dan Asia Barat (Timur Tengah) terputus

yang berdampak pada kurangnya persediaan rempah-rempah di daerah Eropa

(http://sejarah11-jt.blogspot.com/2012/10/masuknya-bangsa-asing-ke-indonesia.html).

Hal tersebut membuat beberapa bangsa di Eropa mencari solusi lain untuk

mendapatkan rempah-rempah. Ada beberapa negara di Eropa yang berlayar mencari rempah-

rempah kearah utara dan ada beberapa yang berlayar menuju timur. Terdapat beberapa faktor

yang mendorong bangsa Eropa pergi ke dunia Timur, antara lain sebagai berikut :

1. Dikuasainya rute dan pusat-pusat perdagangan di Timur Tengah oleh orang-orang

Islam.

2. Adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu dengan ditemukan

peta dan kompas yang sangat penting bagi pelayaran

3. Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah-rempah dari daerah asal sehingga

harganya lebih murah dan dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya

4. Adanya keinginan untuk melanjutkan Perang Salib dan menyebarkan agama Nasrani ke

daerah-daerah yang dikunjungi


5. Adanya jiwa petualangan sehingga menggugah semangat untuk melakukan

penjelajahan samudra

Perkembangan Kekuasaan Bangsa Eropa di Indonesia 

Di antara bangsa-bangsa tersebut, Belanda merupakan negara yang cukup lama berada

di Indonesia. Hingga akhirnya mereka membuat perusahaan dagang di Indonesia. Vereenigde

Oostindische Compagnie atau lebih dikenal dengan VOC merupakan perusahaan dagang

tersebut. VOC didirikan pada 20 Maret 1602 oleh Johan van Oldenbarnevelt.

Kepemimpinannya dipegang oleh 17 orang pemegang saham (Heeren Zeventien) yang

berkedudukan di Amsterdam. Tujuan pembentukannya adalah:

1) Menghindari persaingan sesama pedagang Belanda.

2) Memperkuat Belanda dalam persaingan dengan Bangsa Eropa lain.

3) Memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.

Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi kekuatan

politik. VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan, mencetak mata uang

sendiri, mengadakan perjanjian, menyatakan perang dengan negara lain, menjalankan

kekuasaan kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan mendirikan

benteng. VOC pun memiliki beberapa kebijakan, yaitu:

1. Contingenten: pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan ke VOC.

2. Verplichte leverantie: penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah

ditentukan VOC. Kebijakan ini berlaku di daerah jajahan yang tidak secara langsung

dikuasai VOC, misalnya Kesultanan Mataram.

3. Ekstirpasi: menebang kelebihan jumlah tanaman agar produksinya tidak berlebihan,

sehingga harga dapat dipertahankan.


4. Pelayaran Hongi: Pelayaran dengan perahu kora-kora untuk memantau penanaman

dan perdagangan rempah-rempah oleh petani.

Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan

korupsi, menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan moral para pegawai. Dengan

dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di Indonesia kemudian diambil alih oleh

pemerintah kerajaan Belanda yang saat itu dikuasai Prancis.

Perebutan Politik Hegemoni Bangsa Eropa di Indonesia

1. Masa Pemerintahan Republik Bataaf

Kerajaan Belanda dipimpin Louis Napoleon, yang merupakan adik Napoleon

Bonaparte, mengangkat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808

untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Tugas lainnya adalah

memperbaiki nasib rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi Prancis. Adapun kebijakan

Daendels adalah: Sisi negatif pemerintahan Daendels adalah membiarkan terus praktik

perbudakan serta hubungan dengan raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan

banyak perlawanan. Daendels ditarik ke Eropa, lalu digantikan Gubernur Jenderal

Janssens pada tahun 1811. Masa pemerintahannya tidak lama, karena pasukan Inggris

datang menyerang. Janssens dan pasukannya menyerah dengan ditandatanganinya

Perjanjian Tuntang, sehingga selanjutnya Nusantara berada di bawah kekuasaan Inggris.

2. Masa Pemerintahan Inggris

Pada 1811, pimpinan Inggris di India, Lord Minto, memerintahkan Thomas

Stamford Raffles yang berada di Penang untuk menguasai Pulau Jawa. Penjajahan

bangsa Inggris tidak berlangsung lama. Sejak 1816, Inggris menyerahkan kembali

kekuasaannya kepada Belanda. Indonesia kembali berada di bawah kekuasaan Belanda.


3. Masa Pemerintahan Belanda

Van der Capellen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, menerapkan kebijakan

dalam menghapuskan peran penguasa tradisional, menerapkan pajak yang memberatkan

rakyat, sehingga muncul banyak perlawanan dari rakyat. Belanda juga mengutus

Johannes van den Bosch untuk meningkatkan penerimaan negara Belanda yang kosong

akibat perang dengan masyarakat Nusantara dan bangsa Eropa lainnya.

Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak tahun

1830. Penerapan cultuur stelsel banyak mengalami penyimpangan, seperti waktu tanam

yang melebihi usia tanam padi, tanah yang seharusnya bebas pajak tetap kena pajak,

hingga rakyat harus menyediakan sampai setengah tanahnya. Meski begitu, Tanam Paksa

juga berdampak positif karena rakyat Indonesia mengetahui jenis-jenis tanaman baru dan

mengetahui cara tanam yang baik.

Pada tahun 1870, Tanam Paksa dihapus dan diganti Politik Pintu Terbuka yang

tertuang dalam UU Agraria 1870 yang mengatur tentang kepemilikan tanah pribumi dan

pemerintah. Di sini, mulai diberlakukan politik pintu terbuka, investor asing mulai

muncul, terjadi pengembangan usaha perkebunan di luar Jawa, dan sistem kerja paksa

diganti dengan sistem kerja bebas.

Perkembangan Teknologi & Sains

Setelah kekalahan di Perang Salib, perkembangan teknologi dan sains di Eropa justru

berkembang pesat seiring berakhirnya fase Abad Gelap dan digantikan dengan Renaisans

alias Abad Pencerahan sejak abad ke-15 M. Selain itu, kekalahan Perang Salib membuat

bangsa-bangsa Eropa menyadari kekurangan mereka dalam hal teknologi dan ilmu

pengetahuan.
Pada masa-masa itu, muncul teori heliosentrisme yang diperkenalkan oleh Nicolas

Copernicus dan Galileo Galilei. Pembuktian-pembuktian bahwa bumi berbentuk bulat, dan

mempunyai orbit yang mengelilingi matahari dapat dilakukan setelah ilmu astronomi

ditemukan dan berkembang. Baca juga: Sejarah Uang dalam Peradaban Manusia: Dari Barter

Hingga Bitcoin Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Masa Dinasti Abbasiyah Teori ini membuka tabir

bahwa pengetahuan orang Eropa atas dunia ternyata begitu sempit. Maka, muncul keinginan

untuk mencari tahu hal-hal yang belum diketahui tentang alam semesta, keadaan geografi

dunia, dan tentang bangsa-bangsa lain yang ada di belahan dunia lain. Keinginan untuk

menjelajah tersebut ditunjang oleh berkembangnya teknologi pelayaran, seperti

ditemukannya kompas, meriam, dan alat-alat lainnya, juga perkembangan ilmu astronomi

dalam navigasi pelayaran.

Teknologi dan pengetahuan membuat pencarian tempat penghasil rempah-rempah

dapat dilakukan melalui laut, tidak melalui darat yang sudah terputus karena jatuhnya

Konstantinopel. Baca juga: Sejarah Hidup Sultan Nuku dan Kekalahan VOC di Perang

Tidore Arti Gold, Glory, Gospel (3G): Sejarah, Latar Belakang, & Tujuan Apa itu Pengertian

VOC, Sejarah Kapan Didirikan, dan Tujuannya? Semangat 3G Pada akhirnya, penjelajahan

samudera yang dilakukan bangsa-bangsa Eropa disertai semangat 3G, yakni gold (kekayaan),

glory (kejayaan), dan gospel (menyebarkan agama Nasrani). Gold berarti keinginan

memperoleh kekayaan di wilayah-wilayah baru yang ditemukan. Kekayaan yang

dieksploitasi dari daerah baru itu kemudian digunakan untuk kepentingan kerajaan/negara

imperialis Glory diartikan sebagai kejayaan atau untuk menguasai wilayah yang didatangi

dan dijadikan sebagai koloni. Indonesia, misalnya, pernah cukup lama menjadi jajahan

Belanda. Gospel merupakan misi menyebarkan ajaran Nasrani (Kristen Katolik dan Kristen
Protestan). Misionaris bangsa-bangsa Eropa menyebarkan agamanya di wilayah-wilayah baru

yang mereka datangi.

Penjajahan dan Penjelajahan bangsa Eropa

Penjajahan dan penjelajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa ke wilayah Indonesia terjadi

sejak abad keenam belas. Terhitung semenjak awal kedatangan perwakilan dari kerajaan

Portugis, Alfonso de Albuquerque di pelabuhan Maluku. Setelah itu, berangsur-angsur datang

perwakilan dari kerajaan-kerajaan yang lainnya:

1. Portugis

Melalui penjelajahan samudra, bangsa Portugis berhasil mencapai India (Calcuta)

tahun 1498 dan berhasil mendirikan kantor dagangnya di Goa (1509). Tahun 1551,

Portugis berhasil menguasai malaka, selanjutnya Portugis mengadakan hubungan dagang

dengan Maluku yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah di Indonesia.

Tahun 1512, Alfonso de Albuquerque mengurumkan beberapa buah kapal ke

Maluku. Awalnya masyarakat Maluku menyambut baik dan saling berebut menanamkan

pangaruh kepada Portugis agar dapat membeli rempah-rempah dan membantu

masyarakat Maluku menghadapi musuh-musuhnya.

Perjanjian monopoli pendagangan rempah-rempah tersebut ternyata menimbulkan

kesengsaraan. Rakyat tidak dapat menjual rempah-rmpah secara bebas, rakyat ternate

harus menjual rempah-rempah kepada Portugis. Hal itu merugikan rayat

Oleh karena itu tejadi permusuhan antara rakyat ternate dan Portugis. Selain

mengadakan monopoli pendagangan rempah-rempah di maluku, portugis juga aktif

menyebarkan agama katolik dengan tokohnya Franciscus Xaverius.


2. Spanyol

Tahun 1521 bangsa Spanyol berhasil untuk pertama kali mendara di Tidore

(Maluku) kemundian singgah di Bacan dan Jailolo. Mereka tergabung dlam ekspedisi

Megelhaens-del Cano. Kedatangan bangsa Spanyol disambut baik oleh masyarakat

setepat karena pada saat itu rakyat Maluku sedang bersengketa dengan Portugis.

Kedatangan spanyol di Maluku merupakan keberhasilan bangsa Spanyol dalam

mencapai daerah yang di idam-idamkan, yaitu daerah penghasil rempah-rempah. Bagi

Portugis kehadiran Spanyol merupakan pelanggaran atas hak monopolinya. Akibatnya

timbul persaingan antara Portugis dan Spanyol. Persaingan tersebut sejalan dengan

pertentangan antara sultan Ternate dan sultan Tidore. Sultan Ternate bersekutu dengan

Portugis, sendangkan sultan Tidore bersekutu dengan Spanyol. Puncaknya Portugis dan

Spanyol menempuh jalan perundingan yang dilaksanakan di Saragosa (Spanyol) tahun

1529

Perundingan itu menghasilkan kesepakatan yang disebut dengan Perjanjian

Saragosa yang berisi :

1. Spanyol harus meninggalkan maluku dan melakukan perdagangan di Filipina;

2. Portugis tetap melakukan kegiatan perdagangan di Kepulauan Maluku.

Dengan perjanjian teresebut, Spanyol segera meninggalkan Maluku, bangsa

Portugis berusaha keras menguasai pedangangan rempah-rempah di Maluku dengan

praktik monopoli.

3. Belanda

Sebelum datang ke Indonesia untuk membeli rempah-rempah, para pedagang

Belanda membeli rempah-rempah hasil kekayaan alam indonesia di Lisabon (ibukota


Portugis) Pada masa itu, Belanda masih dalam penjajahan Spanyol. Tahun 1585 Belanda

tidak lagi mengambil rempah-rempah dari Lisabon karena Portugis di kuasai oleh bangsa

Spanyol. Putusnya pendagangan rempah-rempah dari Lisabon karena Portugis di Kuasai

oleh bangsa Spanyol banyak menderita kerugia, Sejak saat itu bangsa Belanda mulai

mengadakan penjelajahan samudra untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah,

yaitu Indonesia. Bulan April 1595 Belanda memulai pelayaranya menuju nusantara

dengan empat buah kapal dibawah pimpinan Cornelis de Houtman dan De Keyzer

4. Inggris

Sejak abad ke-17, para pedagang Inggris sudah berdagang sampai di daerah India.

Di India timur, para pedagang Inggris mendirikan kongsi dagang yakni East India

Company (EIC) pada tahun 1600, dengan daerah operasinya adalah India. Pusat

kekuasaan EIC adalah Kalkuta (India), dan dari kota inilah Inggris meluaskan

wilayahnya ke Asia Tenggara. Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh

Francis Drake dan Thomas Covendish pada tahun 1579 mereka berhasil membawa

rempah - rempah dari Maluku. Di bawah Gubernur Jenderal Lord Minto yang

berkedudukan di Kalkuta dibentuk ekspedisi Inggris untuk merebut daerah-daerah

kekuasaan Belanda yang ada di wilayah Indonesia. Inggris berhasil menjalin hubungan

dagang dengan Aceh, Jayakarta, Banjar, Maluku dan Makassar. Kemudian Inggris

mengirimkan Kapten James Lancaster yang mendarat di Jawa dan Bali. Pada tahun 1811,

Thomas Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di

Indonesia. Berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris diharuskan

mengembalikan kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Dan pada tahun 1816

Inggris melaksanakan kewajibannya itu.

Anda mungkin juga menyukai