Anda di halaman 1dari 25

Makalah Asal Usul Nenek Moyang Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunianyalah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya . Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah dengan judul
Asal Usul Nenek Moyang Indonesia. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk
lebih mengenal tentang Asal Usul Nenek Moyang Indonesia .

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa
yang akan datang.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri
bagi generasi muda bahwa kita juga harus mengetahui Asal Usul dan Perkembangan nenek
moyang kita di Indonesia .

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul………………………………………………………………………………
Kata pengantar………………………………………………………………………………
Daftar isi…………………………………………………………………………………….

Bab I pendahuluan
1.1 latar belakang…………………………………………………………………………….
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………………….
1.3 Tujuan penulisan………………………………………………………………………..

Bab II pembahasan
2.1 Pembagian Masa Praaksara di Indonesia………………………………………………
2.2 Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia……………………………………………..
2.3 Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia…………………………………………

Bab III penutup


3.1 kesimpulan………………………………………………………………………………
3.2 saran…………………………………………………………………………………….
Daftar pustaka………………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah bangsa yang sangat besar, tetapi banyak masyarakat yang tidak tahu
akan nenek moyang bangsa Indonesia sendiri. Dengan semakin berkembangnya zaman, semakin
banyak masyarakat yang tidak perduli akan sejarah nenek moyangnya sendiri . Hal ini
mengakibatkan Sumber Daya Manusia di Indonesia masih di ragukan . berangkat dari
permasalahan ini, kami ingin membahas tentang Asal Usul Nenek Moyang Indonesia .

1.2. Perumusan Masalah


Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat
mengambil perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pembagian Masa Praaksara di Indonesia?


2. Menjelaskan Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia?
3. Menjelaskan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat
bermanfaat bagi para remaja dalam pemahaman tentang Asal Usul dan Persebaran Manusia di
Kepulauan Indonesia. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Pembagian Masa Praaksara di Indonesia!
2. Mengetahui Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia!
3. Mengetahui Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia!

1.4. Metode Penulisan


Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan teknik
studi kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari bahan dan sumber-
sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu, Internet.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pembagian Masa Praaksara di Indonesia


1. Pembagian masa praaksara berdasarkan geologi :
a. Arkaeozoikum
Zaman ini terjadi sekitar 2500 juta tahun yang lalu. Belum ada kehidupan apapun karena
kondisi/keadaan bumi yang masih panas.

b. Palaeozoikum
Zaman ini disebut juga Zaman Primer dan terjadi sekitar 340 juta tahun yang lalu. Sudah ada
kehidupan berupa makhluk bersel satu. Kondisi bumipun masih panas.

c. Mesozoikum
Zaman ini disebut juga Zaman Sekunder dan terjadi sekitar 140 juta tahun yang lalu. Di zaman
ini, mulai muncul reptil-reptil raksasa yang disebut dinosaurus. Zaman ini disebut juga Zaman
Reptil.

d. Neozoikum
Zaman ini disebut juga Kainozoikum dan terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini
terbagi menjadi dua masa, yaitu Zaman Tersier yang ditandai dengan munculnya binatang-
binatang mamalia dan Zaman Kuarter yang ditandai dengan munculnya jenis manusia purba.
Zaman Kuarter terbagi lagi menjadi dua, yaitu Zaman Dilluvium (Pleistosin) atau zaman es dan
Zaman Alluvium (Holosin) yang ditandai dengan munculnya manusia.

2. Pembagian masa praaksara berdasarkan arkeologi dan corak kehidupan :


a. Berdasarkan arkeologi :

1) Zaman Batu
Zaman Batu merupakan zaman dimana manusia menggunakan batu menjadi bahan utama untuk
membuat peralatan hidup. Zaman batu dibagi menjadi 4, yaitu Zaman Batu Tua
(Palaeolithikum), Zaman Batu Madya (Mesolithikum), Zaman Batu Muda (Neolithikum),
dan Zaman Batu Besar (Megalithikum).
a) Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)
Ciri-ciri Zaman Batu Tua :
1. Manusia menggunakan alat-alat dari batu, sebagian kecil dari tulang yang kasar.
2. Alat yang digunakan berupa kapak genggam, kapak berimbas, dan alat serpik.
3. Bertempat tinggal secara berpindah-pindah (nomaden).
4. Belum mengenal seni.
5. Manusia hidup dengan cara meramu dan berburu (food gathering).
Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di Pacitan dan Ngandong, Jawa Timur.

b) Zaman Batu Madya (Mesolithikum)


Ciri-ciri Zaman Batu Madya :
1. Alat-alat yang digunakan lebih halus daripada Zaman Batu Tua.
2. Ditemukan goa tempat tinggal (abris sous roche).
3. Mulai mengenal seni yang berupa lukisan cap tangan di dinding gua.
4. Ditemukan bukit karang hasil sisa sampah dapur (kjokkenmoddinger).
5. Mulai mengenal kepercayaan.
Mulai ditemukan pebble atau kapak Sumatera.

c) Zaman Batu Muda (Neolithikum)


Ciri-ciri Zaman Batu Muda :
1. Peralatan yang digunakan batu sudah dihaluskan.
2. Mengenal pakaian dari kayu, perhiasan manik-manik.
3. Tempat tinggal mulai menetap (sedenter).
4. Mulai bercocok tanam (food producing).
5. Kepercayaan animisme dan dinamisme mulai berkembang.
Ditemukannya kapak lonjong dan beliung persegi.

d) Zaman Batu Besar (Megalithikum)


Zaman Megalithikum merupakan zaman manusia membuat kebudayaan dari batu-batu besar.
Hasil kehidupannya adalah :
1. Menhir merupakan tugu baru yang digunakan untuk memuja arwah leluhur.
2. Dolmen merupakan meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji.
3. Kubur batu merupakan tempat yang menyimpan mayat. Ada dua macam, yaitu waruga
(berbentuk kubus) dan sarkofagus (berbentuk lesung).
4. Punden berundak merupakan bangunan batu yang disusun berundak-undak.
Guna dari artefak besar ini adalah sarana untuk memuja roh-roh nenek moyang. Pada zaman ini,
mulai muncul kepercayaan kepada fenomena alam dan roh nenek moyang.
2) Zaman Logam
Pada zaman ini, barang dan alat logam sudah dikenal (menjadi alat yang dominan) dan peralatan
dari batu pun terus berkembang. Zaman Logam dibagi menjadi tiga, yaitu :
- Zaman Perunggu
– Zaman Tembaga (tidak dikenal di Indonesia)
– Zaman Besi
Peninggalan pada Zaman Logam adalah nekara, moko, kapak corong/kapak sepatu, arca
perunggu, dan bejana perunggu. Nekara merupakan genderang besar yang terbuat dari perunggu
yang berfungsi untuk upacara ritual (khususnya untuk memanggil hujan). Nekara terbesar di
Indonesia adalah Nekara “The Moon of Pejeng” yang terdapat di Bali. Sedangkan moko adalah
nekara yang lebih kecil yang berfungsi sebagai mas kawin.
Selain perunggu, logam lain yang digunakan pada zaman itu adalah besi. peninggalan dari
Zaman Besi berupa senjata tombak dan mata panah. Ada pula alat pertanian seperti cangkul,
sabit, dan mata bajak. Peninggalan dari besi susah ditemui karena sifat besi yang mudah
berkarat.

b. Berdasarkan corak kehidupan :


1) Masa Meramu dan Berburu
Masa Meramu dan Berburu berlangsung bersamaan dengan Zaman Batu Tua (Palaeolithikum).
Maka dari itu, Masa Meramu dan Berburu ini hampir sama dengan Zaman Batu Tua. Kegiatan
pokoknya adalah mengumpulkan makanan dari hasil hutan (atau berburu). Kehidupan
masyarakat pada saat itu hanya bergantung pada alam. Manusia pada saat itu bertempat tinggal
secara berpindah-pindah (nomaden). Beberapa alat yang digunakan pada Zaman Meramu dan
Berburu adalah :
1. Kapak perimbas yang digunakan untuk merimbas (memotong) kayu dan menguliti binatang.
2. Kapak genggam yang digunakan untuk mencari ubi dan memotong daging hasil buruan.
3. Tombak yang digunakan untuk berburu binatang buas.
Pada masa ini, manusia sudah menggunakan api untuk memasak, penerangan, dan menghalau
binatang buas.

2) Masa Bercocok Tanam


Di jaman ini, manusia mulai bercocok tanam diladang/sawah. Peralatan pun mulai diasah seperti
kapak batu, mata anak panah, mata tombak. Yang terkenal adalah beliung persegi. Tempat-
tempat yang ditemukan kapak dan beliung persegi yang masih kasar disebut atelier. Atelier
ditemukan di Punung, Jawa Timur dan Pasir Kawat, Jawa Barat. Manusia mulai bertempat
tinggal tetap (sedenter). Tempat tinggalnya perlahan-lahan berbentuk ke bentuk yang lebih baik.
Mulai mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Mulai juga ditemukan kapak lonjong.
Kapak lonjong merupakan alat untuk berburu yang tidak bisa ditemukan di daerah Indonesia
Barat.
3) Masa Perundagian
Masa ini merupakan perkembangan dari masa bercocok tanam. Masa Perundagian ditandai
dengan munculnya kaum undagi, yaitu sekelompok orang yang ahli menciptakan suatu barang
berupa cetakan dari perunggu, besi, dan gerabah. Pada masa itu, ada teknik khusus dalam
menciptakan logam, yaitu teknik mencetak logam dengan cara berulang-ulang yang disebut
bivalve. Di jaman itu, mulai adanya perkampungan, dan adanya kegiatan perdagangan serta
pelayaran. Pada saat itu, masyarakat hidup penuh setia kawan dan solidaritas.

2.2 Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia


Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak bersamaan. Mengapa demikian? Hal ini
berkaitan erat dengan tingkat peradaban dari bangsa-bangsa yang bersangkutan. Bangsa Sumeria
misalnya, telah mengenal tulisan sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria menggunakan simbol-simbol
sebagai huruf yang disebut piktograf. Sedangkan, Bangsa Mesir Kuno mengenal tulisan sejak
3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir Kuno hampir sama dengan tulisan Bangsa Sumeria. Hanya
perbedaannya, huruf Bangsa Mesir Kuno menggunakan simbol-simbol seperti perkakas, hewan,
atau alat transportasi tertentu. Huruf ini disebut hieroglif.
Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi. Para pedagang India datang
pada saat itu dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur bangunan, sistem
pemerintahan, seni sastra dan tulisan. Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai,
Kalimantan Timur. Tulisan tersebut menggunakan huruf Pallawa. Sejak berakhirnya masa
praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di Indonesia, sudah mengalami kemajuan.
Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama Hindu-Buddha mulai berkembang.
Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.

a. Manusia Purba di Indonesia


Indonesia merupakan tempat yang sangat penting untuk penelitian manusia purba. Ini karena
Indonesia banyak ditemukan fosil manusia purba. Fosil manusia yang menjadi pengungkap masa
praaksara di Indonesia disebut fosil pandu. Di Indonesia, ada dua ra manusia yaitu Ras
Austromelanesoid dan Ras Mongoloid. Ras Austromelanesoid memiliki ciri-ciri : tubuh agak
besar, tengkorak kecil, rahang ke depan, hidung lebar, dan alat pengunyah kuat. Ras Mongoloid
memiliki ciri-ciri : tubuh lebih kecil, tengkorak sedang dan bundar, muka lebar dan datar, hidung
sedang. Sisa-sisa manusia di Langsa, Tamiang, dan Binjai (Sumatra Utara) menunjukkan ciri-ciri
Ras Austromelanesoid. Juga di Goa Lawa, Sampung, Ponorogo dan di Flores (Liang Toge, Liang
Momer, dan Liang Panas) menunjukkan ciri-ciri Ras Austromelanesoid. Sedangkan, di Sulawesi
Selatan menunjukkan ciri-ciri Ras Mongoloid. Manusia purba di Indonesia ada tiga jenis, yaitu
Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, dan Homo.
1. Meganthropus Palaeojavanicus
Nama ini terdiri dari empat kata, yaitu mega (besar), anthropus (manusia), palaeo (tua), dan
javanicus (Jawa). Maka, arti Meganthropus Palaeojavanicus adalah manusia besar tertua di
Jawa. Ini merupakan manusia paling primitif di Indonesia. Fosilnya ditemukan oleh Von
Koeningswald di Sangiran, Surakarta pada tahun 1941. Ciri-ciri Meganthropus Palaeojavanicus
adalah :

 Memiliki tulang pipi yang tebal


 Memiliki otot kunyah yang kuat
 Memiliki tonjolan kening yang mencolok
 Memiliki tonjolan belakang yang tajam
 Tidak memiliki dagu
 Memiliki perawakan yang tegap
 Memakan jenis tumbuhan

2. Pithecanthropus Erectus
Nama ini terdiri dari tiga kata, yaitu pithecos (kera), anthropus (manusia), dan erectus (tegak).
Jadi arti Pithecanthropus Erectus ialah manusia kera yang berjalan tegak. Fosilnya ditemukan di
Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois. Fosil sejenis juga
ditemukan di Desa Jetis, Mojokerto, Jawa Timur tepatnya di Lembah Sungai Brantas pada tahun
1936 oleh Von Koeningswald. Karena itu fosil anak-anak, Weidenreich menamakannya
Pithecanthropus Robustus. Sedangkan Von Koeningswald menamakannya Pithecanthropus
Mojokertensis. Ciri-ciri Pithecanthropus Erectus adalah :

 Tinggi badan sekitar 165-180 cm


 Volume otak berkisar antara 750-1350 cc
 Bentuk tubuh dan anggota badan tegap
 Alah pengunyah dan otot tengkuk kuat
 Bentuk geraham besar dengan rahang yang kuat
 Bentuk tonjolan kening tebal melintang
 Bentuk hidung tebal
 Bagian belakang kepala menonjol
 Muka menonjol ke depan dan dahi ke belakang

3. Homo
Homo diberi nama homo sapiens yang berarti manusia cerdas. Homo di Indonesia ada dua jenis,
yaitu Homo Wajakensis dan Homo Soloensis.
a. Homo Soloensis
Nama ini berarti manusia dari Solo. Fosil ini ditemukan oleh Ter Haar dan Oppenoorth di daerah
Ngandong, Lembah Bengawan Solo pada tahun 1931-1934.
b. Homo Wajakensis
Nama ini berarti manusia dari Wajak. Homo Wajakensis mirip dengan penduduk asli Australia.
Fosilnya ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di Desa Wajak, Tulungagung, Jawa
Timur.
Ciri-ciri Homo adalah :

 Volume otaknya antara 1000-1200 cc


 Tinggi badan antara 130-210 cm
 Otot tengkuk mengalami penyusutan
 Muka tidak menonjol ke depan
 Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

Manusia purba tidak hanya di Indonesia, ada pula di luar Indonesia, yaitu di China, Afrika, dan
Eropa.
1. Manusia dari China
Pada tahun 1927, Davidson Black menemukan fosil manusia purba di China yang diberi nama
Homo Pekinensis yang berarti manusia dari Peking. Ia menemukan fosil tersebut di Goa
Choukhoutien sekitar 40 km dari Kota Peking. Homo Pekinensis mirip dengan Pithecanthropus
Erectus sehingga diberi nama Pithecanthropus Pekinensis yang artinya manusia kera dari Peking.

2. Manusia purba di Afrika


Fosilnya diberi nama Homo Africanus yang artinya manusia dari Afrika. Fosil ini ditemukan
oleh Raymond Dart di sebuah pertambangan di Taung, Botswana pada tahun 1924. Fosil Homo
Africanus disebut Austrolopithecus Africanus karena mirip dengan penduduk asli Australia.
3. Manusia purba di Eropa
Pada tahun 1856, Rudolf Virchow melakukan penggalian di Lembah Neanderthal, Dusserdolf,
Jerman. Ia menemukan fosil yang diberi nama Homo Neanderthalensis atau manusia
Neanderthal. Di Goa Spy, Belgia juga ditemukan fosil sejenis. Di Perancis juga ditemukan fosil
manusia yang diberi nama Homo Cro-Magnon.

b. Terbentuknya kepulauan di indonesia

Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya
dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula sebagai kepulauan Nusantara atau kepulauan
Indonesia. Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi and 130 di antaranya termasuk
gunung berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari
permukaan laut. Indonesia merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian gunung berapi aktif (Ring
of Fire). Terdapat puluhan patahan aktif di wilayah Indonesia.
Indonesia terletak pada pertemuan 4 lempeng besar dunia(Lempeng Eurasia, Indo-Australia,
Filipina dan Pasifik) Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak 5-9 cm per tahun , namun,
karena masa batuan yang bergerak besar, maka energinya besar pula. Hal tersebut berdampak
pada banyaknya aktivitas vulkanisme, tektonisme bahkan gempa bumi di wilayah kepulauan
Indonesia.
Teori tektonik lempeng (plate tectonic) adalah teori yang menjelaskan pergerakan yang terjadi
di kulit bumi sehingga memunculkan bentuk permukaan bumi seperti yang sekarang kita diami.
Menunjamnya lempeng dasar samudra disebabkan oleh desakan lempeng benua yang lebih tebal
dan keras, dan di tempat inilah terbentuk palung laut (dasar laut yang dalam dan memanjang).
Dampak dari pergerakan lempeng terhadap wilayah Indonesia, membuat wilayah Indonesia
rawan akan gempa bumi.
Adanya pergerakan subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya deretan gunung
berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng
Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di
Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang pulau Jawa, Bali, dan Lombok, serta
parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda). Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu
saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Jika ini terjadi, timbullah
gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan.
Bagaimana proses terbentuknya Kepulauan di Indonesia ?
Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, sampai kepulauan di provinsi NTT dan NTB : Pulau-
pulau tersebut terbentuk Karena adanya aktivitas vulkanisme di bawah permukaan bumi, maka
hasil yang dapat dirasakan di permukaan Bumi adalah adanya lava(cairan larutan magma pijar
yang mengalir keluar dari dalam bumi). Lama kelamaan lava tersebut memadat bertambah besar
membentuk sebuah busur pulau. Proses seperti ini dikenal sebagai Island Arc.
Pulau Sulawesi : Pulau Sulawesi terbentuk akibat pertemuan lempeng Filipina, Indo-Australia,
Eurasia dan lempeng mikro lain di daerah tersebut.
Pulau Irian Jaya dan Kalimantan : Keduanya memilki kesamaan proses terbentuknya,
keduanya terbentuk dari pecahan super benua pada awal terbentuknya permukaan bumi, sesuai
teori tektonik lempeng yang menyebutkan bahwa dahulu seluruh daratan di muka bumi ini
adalah satu daratan yang maha luas bernama Pangea yang terpecah menjadi dua yaitu
Godwana(di Utara) dan Laurasia(di Selatan). Seiring berjalannya waktu kedua lempeng besar
tersebut terpecah-pecah kembali menjadi pecahan benua-benua seperti sekarang .
Pulau-pulau kecil : Proses terbentuknya pulau-pulau ini, sangat sederhana dibanding yang lain.
Mereka berasal dari endapan pecahan kerang, koral dan binatang laut lainnya. Semakin lama
semakin besar, dan akhirnya terbentuklah sebuah pulau baru.

2.3 Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia


Nenek moyang bangsa Indonesia termasuk dalam bangsa Melayu Austronesia. Menurut Kern
dan Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Hindia Belakang di
China Selatan. Persebarannya ke Indonesia melalui dua periode, yaitu pada tahun 1500 SM dan
500 SM. Sebelum bangsa Melayu Austronesia datang, di Indonesia sudah didiami oleh Suku
Wedoid dan Negrito. Sisa-sisa Suku Wedodi yang masih hidup adalah Suku Sakai di Siak, Suku
Kubu di Jambi, dan Suku Duku Lubu di Palembang. Adapun sisa-sisa Suku Negrito dikatakan
“lenyap” dari Indonesia.

1. Periode Persebaran Tahun 1500 SM


Periode pertama persebaran nenek moyang bangsa Indonesia ini juga disebut persebaran Proto
Melayu (Melayu Tua). Persebaran Proto Melayu terjadi melalui dua jalur, yaitu jalur barat-
selatan dan jalur timur-utara.
a. Persebaran Jalur Barat-Selatan berawal dari Yunan-Melayu-Sumatra-Jawa-Kalimantan.
b. Persebaran Jalur Timur-Utara berawal dari Yunan-Vietnam-Filipina-Sulawesi-Irian.
Persebaran periode Proto Melayu membawa kebudayaan batu muda (Neolithikum) yang berpusat
di Baschon Hoabinh (Indochina). Bangsa Proto Melayu menurunkan berbagai suku seperti Suku
Toraja, Suku Nias, Suku Batak, Suku Dayak, dan Suku Sasak.

2. Periode Persebaran Tahun 500 SM


Periode persebaran tahun 500 SM juga disebut persebaran Deutero Melayu (Melayu Muda).
Jalur persebarannya adalah melalui Daratan Asia-Semenanjung Melayu-Sumatra-Jawa. Periode
persebaran Deutero Melayu membawa kebudayaan logam yang berpusat di Dongson
(Indochina). Bangsa Deutero Melayu menurunkan Suku Minang, Suku Jawa, dan Suku Bugis.
Pendapat Von Heine Geldern tentang asal usul nenek moyang bangsa Indonesia diperkuat hasil
penyelidikan Prof. Dr. H. Kern pada tahun 1899 yang melakukan perbandingan-perbandingan
terhadap rumpun bahasa Austronesia. Hasilnya membuktikan bahwa berbagai bahasa daerah
yang tersebar di Indonesia pada mulanya ialah satu rumpun bahasa yaitu Rumpun Bahasa
Austronesia. Penyelidikan ini juga memperkuat teori bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari Yunan, Cina Selatan.
a. Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia
Menurut Von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan, China
bagian Selatan.
Kedatangan nenek moyang dari wilayah Yunnan ke wilayah nusantara terbagi dalam dua
gelombang yakni:
1. Proto Melayu: tiba di wilayah nusantara kira-kira tahun 2000 SM, mereka membawa
kebudayaan Neolithikum. Arah persebaran proto melayu terbagi dalam 2 cabang yakni: Bangsa
yang membawa peralatan kapak lonjong (ras papua melanesoid) , datang dari Yunnan melalui
Filipina, kemudian menyebar ke Sulawesi Utara, Maluku, bahkan sampai ke Papua. Cabang yang
kedua adalah Ras Austronesia, membawa kebudayaan kapak persegi, menyebar melalui
Yunnan, Malaya, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara.

Hasil budaya proto melayu


2. Deutro Melayu: sampai di wilayah Nusantara kira-kira tahun 500 SM, membawa kebudayaan
Dongson, wilayah Vietnam bagian utara, benda yang dibawa antara lain: nekara, candrasa, bejana, arca,
manik-manik. Alur penyebaran Melayu Muda ini, berawal dari daratan Asia, Thailand, Malaysia Barat,
kemudian menyebar ke wilayah Nusantara.
Contoh hasil kebudayaan Dongson (nekara dan moko)

Jenis – Jenis Manusia Indonesia Yang Hidup Pada Masa Pra Aksara
1. Megantropus paleojavanicus
diketemukan didaerah sangiran solo oleh Von Konigswald tahun 1936.
2. Pithekantropus Mojokertensis
Ditemukan di daerah perning Mojokerto oleh Cokro Handoyo tahun 1936.
3. Pithekantropus Erectus
Ditemukan didaerah Trinil lembah Bengawan Solo Ngawi oleh Eugine Duboise tahu 1890.
4. Homo Soloensis
ditemukan di lembah Bengawan Solo di Ngandong oleh Ter Haar dan Ir. Openoreth tahun 1931 – 1934.
5. Homo Wajakensis
Ditemukan di daerah Wajak Tulungagung oleh Van Reischoten tahun 1889.

Ciri – ciri Manusia Pra Aksara :


Meganthropus Palaeo Pithe Canthropus Erectus Homo
Jaavanicus
- Berbadan tegap dengan - Tinggi tubuhnya 165 – 180- Tinggi tubuh sekitar 130 –
tonjolan di belakang kepala cm 210 cm
- Bertulang pipi tebal - Berbadan tegap - Otot kenyal, gigi dan rahang
- Tidak berdagu - Hidung lebar tidak berdagu sudah menyusut
- Gigi dan rahang besar dan - Volumea otak antara 750 cc –- sudah merdagu
kuat 1300 cc - Volume otak 1000 – 1300 cc

Catatan :
1. di Indonesia ditemukan fosil manusia purba terbanyak di dunia ini dan fosil manusia purba tertua juga
ditemukan di Indonesia yang ditemukan di sekitar lembah bengawan Solo kabupaten Sragen. Sragen telah
ditetapkan oleh UNESCO sebagai "World Heritage" atau Warisan Dunia.
2. Indonesia merupakan surga bagi penelitian kehidupan manusia purba, karena fosil yang ditemukan di
Indonesia paling banyak jenisnya.

C. Perkembangan corak kehidupan dan peralatan yang digunakan manusia purba dibagi menjadi 4 tahap :
1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
corak kehidupan :
 Nomaden ( berpindah – pindah )
 Kebutuhan hidup tergantung pada alam
Peralatan yang digunakan :
 Kapak berimbas
 Kapak penetak
 Kapak genggam
2. Masa Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan
Corak kehidupan :
 Bertempat tinggal di gua – gua ( setengah menetap )
 Sudah mengenal api
 Sudah mengenal bertanam sederhana
Peralataan yang digunakan :
 Kapak berimbas
 Kapak penetak
 Kapak genggam
 Peralatan serpih
 Peralatan dari tulang
3. Masa bercocok tanam
 Sudah mampu mengatur dan memanfaatkan sumber daya alam
 Sudah mampu menghasilkan makanan sendiri
 Sudah mulai hidup menetapSudah mengenal sistem gotong royong
Peralatan yang digunakan :
Beliung : Kapak batu, mata anak panah, mata tombak, gerabah
Beliung persegi > batu yang sudah dihaluskan pada sisi - sisinya
4. Masa Perundagian
Corak kehidupan pada masa perundagian
 Manusia terbagi dalam kelompok – kelompok yang memiliki ketrampilan
 Manusia membangun tempat pemujaan dari batu – batu besar.
Peralatan yang digunakan :
 Kapak perunggu ( kapak corong, kapak sepatu ), nekara, moko, peralatan upacara manik – manik dll.

D. Sistem Kepercayaan dan Peninggalan – Peninggalan kebudayaan pada masa perundagian :


1. Sistem kepercayaan a.l.
 Anismisme
Yaitu kepercayaan kepada nenek moyang terhadap roh ( jiwa ) nenek moyang yaang telah meninggal dan
masih berpengaruh terhadap kehidupan di dunia.
 Dinamisme
Yaitu paham kepercayaan terhadap benda – benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib
 Totemisme
Yaitu paham kepercayaaan yang menganggap suci / memiliki kekuatan supranatural roh binatang tertentu
seperti harimau, sapi, ular, dan kucing.
 Shamamisme
Yaitu paham pemujaan terhadap pelaksana upacara ritual, misal dukun / kepala suku

2. Bentuk bangunan masa perundagian


 Menhir
Yaitu tiang batu sebagai tugu peringatan kepada arwah nenek moyang
 Dolmen
Yaitu meja batu tempat meletakkan sesaji
 Peti kubur batu
Yaitu Lempengan batu besar berbentuk kotak persegi panjang sebagai peti jenasah
 Sarkofagus
Yaitu Bangunan batu besar berbentuk seperti mangkuk sepasang sebagai peti jenasah
 Patung nenek moyang
yaitu bangunan berbentuk arca bagian kepala sebagai lambang nenek moyang
 Punden berundah
Yaitu Susunan batu bertingkat menyerupai candi sebagai upacara pemujaan
 Waruga
yaitu Peti kubur batu berukuran kecil berbentuk kubus dan memiliki tutup dari lempengan batu lebar
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asal usul manusia berkaitan dengan teori evolusi. Tokoh yang mengeluarkan
teori evolusi ialah Charles Darwin. Berdasarkan teorinya, Darwin mencoba memberikan jawaban
tentang asal-usul manusia dan bagaimana manusia itu mengalami perkembangan secara fisik.
Penemuan manusia purba di Indonesia dapat menjelaskan tentang asal usul dan penyebaran
manusia di Indonesia. Berdasarkan penemuan-penemuan tersebut maka timbul berbagai teori
mengenai asal usul dan persebaran manusia di Indonesia.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini saya susun dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini .
DAFTAR PUSTAKA

Mustafa Shodiq . 2006. Wawasan Sejarah 1 Indonesia dan Dunia. Solo : Tiga Serangkai
Mustopo Habib. 2007. Sejarah 1. Jakarta : Yudhistira
http://www.sejarawan.wordpress.com/2007/10/05/penduduk-indonesia-tertua-dan-
persebaran-bangsa-bangsa-dalam-zaman-prehistori/
http://fitrinuraenialhafidza.wordpress.com/2013/02/19/makalah-asal-usul-penyebaran-dan-
pengaruh-nenek-moyang-bangsa-indonesia/
Makalah Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mempelajari bagaimana kehidupan dimasalalu merupakan kegiatan yang amat menarik.Kahidupan
manusia dari jaman kezaman senantiasa mengalami perkembangan.Kehidupan manusia pada jaman pra
aksara atau jaman pra sejarah dapat di pelajari melalui berbagai temuan fosil dan artefak sisa kehidupan
dimasa lalu.Kehidupan manusia purba adalah kehidupan yang amat sederhana. Manusia purba hidup
dan memenuhi kebutuhanya dengan cara berburu dan meramu, berpindah pindah dari satu empat
ketempat lain (nomaden). Pada masa pra sejarah manusia belum mengenal tulisan sehingga masa ini di
sebut dengan masa pra aksara.Sejak pertama kali bumi diciptakan hingga saat ini, bumi telah banyak
sekali mengalami perubahan dan perkebangan.Diperkirakan bumi saat ini telah berusia kurang lebih
2.500 juta tahun.Para ahli geologi membagi masa perkembangan bumi mejadi beberapa zaman yaitu
arkeozoikum, paleozoikum, mesozoikum, neozoikum.

Selain membahas manusia atau masyarakat, sejarah juga melihat hal lain yaitu waktu. Waktu menjadi
konsep penting dalam ilmu sejarah.Sehubungan dengan konsep waktu, dalam ilmu sejarah menurut
Kuntowijoyo meliputi perkembangan, keberlanjutan/kesinambungan, pengulangan dan perubahan.

Disebut mengalami perkembangan apabila dalam kehidupan masyarakat terjadi gerak secara berturut-
turut dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Perkembangan terjadi biasanya dari bentuk yang
sederhana ke bentuk yang kompleks. Misalnya adalah perkembangan demokrasi di Amerika yang
mengikuti perkembangan kota. Pada awalnya masyarakat di Amerika tinggal di kota-kota kecil. Di kota-
kota kecil itulah tumbuh dewan-dewan kota, tempat orang berkumpul. Dari kota-kota kecil mengalami
proses menjadi kota-kota besar hingga menjadi kota metropolitan. Di sini, demokrasi berkembang
mengikuti perkembangan kota.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia?
2. Bagaimana Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia?
3. Bagaimana Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara?
4. Bagaimana Perkembangan Teknologi dan Hasil Budaya Praaksara Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui dan lebih memahami Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan lebih memahami Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
3. Untuk mengetahui dan lebih memahami Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara.
4. Untuk mengetahui dan lebih memahami Perkembangan Teknologi dan Hasil Budaya Praaksara
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Manusia Purba


A. Jenis Pithecanthropus
1. Pithecanthropus Erectus
Jenis manusia purba ini ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun
1891.Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, geraham dan tulang kaki.Fosil
ini ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang
berjalan tegak.

Ciri-ciri :
a. Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
b. Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
c. Bentuk tubuh & anggota badan tegap
d. Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
e. Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
f. Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
g. Bentuk hidung tebal
h. Bagian belakang kepala tampak menonjol
i. Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang
2. Pithecanthropus Mojokertensis
Pithecanthropus Mojokertensis itu artinya manusia kera dari Mojokerto disebut juga Pithecanthropus
Robustus. Pithecanthropus Mojokertensis ini salah satu jenis pithecanthropus yang ditemukan Ralph
von Koeningswald di Mojokerto tahun 1936 Disebut juga Pithecanthropus Robustus.
Ciri- ciri :
a. Tinggi antara 165- 180
b. Badan tegap, tidak setegap Meganthropus
c. Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus
d. Hidung lebar dan tonjolan di kening melintang sepanjang pelipis
e. Tidak berdagu
f. Makanannya tumbuhan dan hewan hasil buruan
g. Umurnya diperkirakan 30.000- 2 juta tahun.
B. Jenis Meganthropus
1. Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia raksasa dari Pulau Jawa.Jenis manusia purba ini
ditemukan di Sangiran oleh von Koenigswald tahun 1936-1941.

Ciri-ciri :
a. Memiliki tulang pipi yang tebal
b. Memiliki otot kunyah yang kuat
c. Memiliki tonjolan kening yang mencolok
d. Memiliki tonjolan belakang yang tajam
e. Tidak memiliki dagu
f. Memiliki perawakan yang tegap
g. Memakan jenis tumbuhan
h. Masa hidupnya pada zaman Pleistosen Awal
C. Jenis Homo
1. Homo Wajakensis
Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak.Fosilnya ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene
Debois.Homo Wajakensis mirip dengan penduduk asli Australia dan setingkat dengan Homo Soloensis.
Ciri-ciri :
a. Muka datar dan lebar
b. Hidung lebar dan bagian mulut menonjol (maju)
c. Dahinya agak miring dan diatas mata terdapat busur dahi yang nyata
d. Pipinya menonjol ke samping
e. Kapasitas otak mencapai 1300 cc
f. Berat badan dari 30 - 150 kg
g. Tinggi badan 130 - 210 cm
h. Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
i. Perawakannya masih seperti kera
j. Sudah berdiri tegak
k. Homo Wajakensis sudah mampu memasak makanannya, walaupun masih sederhana.
2. Homo Soloensis
Homo Soloensis (manusia dari Solo), Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran
dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931—1933
dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun
yang lalu.Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis.
Ciri-ciri :
a. Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
b. Tinggi badan antara 130 – 210 cm
c. Otot tengkuk mengalami penyusutan
d. Muka tidak menonjol ke depan
e. Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
3. Homo Sapiens
Homo sapiens berarti manusia cerdas, kadang-kadang disebut dengan manusia bijaksana. • Ditemukan
di Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur oleh Van Rietschoten. Jenis manusia purba ini paling maju dan
dikatakan sebagai cikal bakal nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan.Jenis manusia
purba ini hidup sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu.
Ciri-ciri :
a. Tinggi tubuh 130-210 cm
b. Otak berkembang sangat signifikan dibandingkan Meganthropus dan pithecanthropus.
c. Volume otak antara 1000 cc-1300 cc
d. Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
e. Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
f. Tulang alis lebih besar
g. Sudah tidak berbulu
h. Berdiri tegak dan berjalan tegak
i. Disebut manusia berbudaya
j. Tidak berburu tapi berternak dan bercocok tanam

2.2 Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia


a. Bangsa Proto Melayu (Bangsa Melayu Tua)
Kira-kira pada tahun 1500 SM bangsa Proto Melayu masuk ke Indonesia.Bangsa Proto Melayu memasuki
Indonesia melalui dua jalur/ jalan, yakni jalan barat, yaitu melalui Malaya – Sumatra dan jalan timur,
yaitu melalui Pilipina - Sulawesi Utara.Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih
tinggi daripada kebudayaan Homo Sapiens Indonesia. Kebudayaan mereka adalah kebudayan batu-baru
atau Neolitikum (neo = baru, lithos = batu). Meskipun barang-barang hasil kebudayaan mereka masih
terbuat dari batu, tetapi telah dikerjakan dengan baik.Barang-barang hasil kebudayaan yang terkenal
ialah kapak persegi dan kapak lonjong.Kebudayaan kapak persegi dibawa oleh bangsa Proto Melayu
yang melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak lonjong dibawa melalui jalan timur.Bangsa Proto
Melayu akhirnya terdesak dan bercampur dengan bangsa Deutero Melayu yang kemudian menyusul
masuk ke Indonesia.Bangsa Indonesia sekarang yang termasuk keturunan bangsa Proto Melayu,
misalnya suku bangsa Batak, Dayak, dan Toraja.

b. Bangsa Deutero Melayu (Bangsa Melayu Muda)


Kira-kira tahun 500 SM, nenek moyang kita gelombang ke dua mulai memasuki Indonesia. Bangsa
Deutero Melayu memasuki Indonesia melalui satu jalan saja, yaitu jalan barat (yakni melalui Malaya -
Sumatera ). Menurut N. Daldjoeni (1984), bangsa Deutero Melayu atau Melayu Muda ini berasal dari
Dongson di Vietnam Utara, sehingga mereka ini kadang kala disebut orang-orang Dongson. Mereka telah
memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada bangsa Proto Melayu.Peradaban mereka ditandai
dengan kemampuan mengerjakan logam dengan sempurna.Barang-barang hasil kebudayaan mereka
telah terbuat dari logam.Mula-mula dari perunggu dan kemudian dari besi.Hasil kebudayaan logam di
Indonesia yang terpenting ialah kapak corong atau kapak sepatu dan nekara.Di bidang pengolahan
tanah, mereka telah sampai pada usaha irigasi atas tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka
wujudkan, yakni dengan membabad hutan terlebih dahulu.Sudah selayaknya mereka mencari daerah-
daerah seperti di Jawa dan pantai-pantai Sumatra untuk digarap seperti di negeri asal mereka.Mereka
juga telah mengenal perikanan laut dan pelayaran, sehingga rute perpindahan ke Nusantara juga
memanfaatkan jalan laut.Bangsa Indonesia sekarang yang termasuk keturunan bangsa Deutero Melayu,
misalnya suku bangsa Jawa, Madura, Menado dan Melayu (Sumatra, Kalimantan dan Malaka).
c. Golongan Papua Melanesoid
Ciri-ciri golongan Papua Melanesoid adalah rambut keriting, bibir tebal, dan kulit hitam.Kelompok
manusia yang termasuk golongan ini adalah penduduk Pulau Papua, Kai, dan Aru.
d. Golongan Negroid
Golongan Negroid mempunyai sifat seperti orang negro, tetapi mereka bukan keturunan negro. Dengan
ciri-ciri rambut keriting, perawakan kecil, dan kulit hitam.Persebarannya di Semenanjung Malaka dan
orang Mikroskopi di Pulau Andaman.
e. Golongan Weddoid
Golongan Weddoid berasal dari Srilanka dengan ciri-cirinya adalah perawakan, kulit sawo matang, dan
rambut berombak. Persebarannya adalah orang Sakai di Siak, orang Kubu di Jambi, orang Enggano
(Bengkulu), Mentawai, Toala Tokea, dan Tomuna di Kepulauan Muna.
f. Golongan Melayu Mongoloid
Golongan Melayu Mongoloid adalah golongan terbesar yang ditemukan di Indonesia dan dianggap
sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Ciri-cirinya adalah rambut ikal atau lurus dan muka bulat.
Golongan ini dibagi atas: Golongan Melayu Tua (Proto Melayu) seperti Suku Batak, Toraja, dan Dayak.
Golongan Melayu Muda (Deutro Melayu) seperti Jawa, Bali dan Banjar.

2.3 Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara


a. Pola Hunian
Lingkungan merupakan faktor penentu manusia memilih lokasi permukiman.Oleh karena itu, manusia
memperhatikan kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi. Terdapat beberapa variabel yang
berhubungan dengan kondisi lingkungan, antara lain:
1. Tersedianya kebutuhan akan air, adanya tempat berteduh, dan kondisi tanah yang tidak terlalu
lembab,
2. Tersedianya sumber daya makanan baik berupa flora-fauna dan faktor-faktor yang memberikan
kemudahan di dalam cara-cara perolehannya (tempat untuk minum binatang, batas-batas topografi,
pola vegetasi),
3. Faktor-faktor yang memberi elemen-elemen tambahan akan binatang laut atau binatang air (dekat
pantai, danau, sungai, mata air) (Subroto,1995:133-138;Butzer,1984:14-21).
Kehidupan manusia pada masa prasejarah tergantung pada lingkungan dan penguasaan
teknologi.Sumber-sumber subsistensi dari lingkungan ditambah dengan penguasaan teknologi pada
masa itu, mengakibatkan pola kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan.Selain itu, manusia juga
memanfaatkan bentukan alam untuk mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, gua dan ceruk
menjadi salah satu alternatif tempat tinggal bagi manusia pada masa prasejarah (Nurani,1999:1-13).

Selain sumber daya yang memadai, aspek-aspek fisik lingkungan merupakan faktor penting lainnya yang
menentukan kelayakan suatu lokasi untuk permukiman. Dalam kaitannya dengan hunian gua, faktor-
faktor tersebut meliputi morfologi dan dimensi tempat hunian, sirkulasi udara, intensitas cahaya,
kelembaban, kerataan dan kekeringan tanah, dan kelonggaran dalam bergerak (Yuwono,2005).
Kawasan Gunung Sewu merupakan daerah yang bercirikan ribuan bukit karst yang menampilkan sejarah
kehidupan manusia, setidaknya sejak kala Pleistosen Akhir hingga Holosen Awal.Salah satu karakter
budaya yang khas adalah pemanfataan gua dan ceruk secara intensif. Ekskavasi yang telah dilakukan di
sejumlah gua hunian prasejarah di Gunungkidul memberikan gambaran adanya aktivitas pemanfaatan
bahan baku yang tidak berasal dari wilayah permukimannya. Beberapa temuan yang didapatkan di gua-
gua itu merupakan hasil dari daerah pantai, bukan dari daerah pedalaman, seperti peralatan dan
perhiasan dari cangkang kerang laut dan juga adanya temuan hasil eksploitasi daerah pantai di situs-
situs pedalaman tetapi belum diketahui bagaimana temuan itu dapat sampai di pedalaman. Dari hasil
barter antara komunitas pantai dan pedalaman, atau hasil eksploitasi komunitas pedalaman di daerah
pantai. Dengan terungkapnya bagaimana hubungan itu terjadi maka data tersebut berguna untuk
memahami proses penghunian dan migrasi manusia purba di Jawa dan Indonesia (Tanudirjo dkk,2003:1–
2).

Data yang diperoleh dari hasil survei penelitian pendahuluan di Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul
yang dilakukan oleh Tim PTKA UGM pada tahun 2003 (Tanudirjo, dkk., 2003; Yuwono, 2005: 40-51; lihat
Peta 1) dan survei lanjutan oleh penulis pada tahun 2006 diketahui adanya 53 situs gua dan 23
diantaranya merupakan situs gua dan ceruk yang potensial dijadikan hunian pada masa prasejarah. Dari
hasil PTKA tahun 2003 tersebut diketahui adanya pola spasial gua dan ceruknya, terdiri atas tiga
kelompok yaitu daerah pesisir, daerah pedalaman, dan daerah ‘antara’.Namun dari penelitian tersebut
tipe hunian gua dan ceruk tersebut belum diketahui, gua untuk hunian sementara atau atau hunian
menetap.

b. Sejarah api pertama kali ditemukan


Dalam sejarah banyak sekali penemuan-penemuan yang sangat membantu bagi kehidupan kita, dan
hampir setiap penemuan dalam sejarah bisa merubah kehidupan umat manusia hingga dunia. Salah
satunya adalah api, sedikit aneh memang kalau kita membicarakan tentang api, namun api yang kita
pergunakan memang merubah bagi kehidupan, dan kita juga harus tahu sejarah pertama kali api itu
ditemukan di dunia ini. Api sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia walau kadang api ini
menimbulkan masalah. Tergantung seperti apa api itu kita gunakan, ada pepatah mengatakan "kecil jadi
kawan dan besar jadi lawan". Manfaat api memang sudah bisa kita rasakan dalam kehidupan seperti
untuk penerangan, memasak, menghangatkan tubuh dan lain sebagainya. image source : public-domain-
image.com Dan terkadang kita bertanya-tanya bagaimana api mula-mula ditemukan dan siapa
penemunya?, Api atau energi panas yang pada awalnya bisa kita dapatkan dengan membenturkan dua
buah batu atau dengan mmenggesekan dua buah kayu, sehingga akan menimbulkan percikan api yang
kemudian bisa kita gunakan pada ranting kering atau daun kering yang kemudian bisa menjadi sebuah
api. Pertama kali api dikenal adalah pada zaman purba yang secara tidak sengaja mereka melihat petir
yaitu cahaya panas dilangit yang menyambar pohon-pohon disekitarnya, sehingga api itu pun muncul
membakar pohon-pohon itu. Mulai dari situ lah peradaban mulai berubah, para manusia purba itu pun
baru mengenal api untuk memasak, penerangan dan yang lainnya.

c. Sistem Kepercayaan
Pada Masa Praaksara Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia purba mulai
mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya.Untuk menjalankan kepercayaan
yang diyakininya manusia purba malakukan berbagai upacara dan ritual. Sistem akepercayaan yang di
anut manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme,
dan shamanisme.

a. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi
kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan
memberikan sesaji.
b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib. Manusia purba
melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung.
c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan. Dalam
melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan membangun
bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar.Masa ini di sebut sebagai kebudayaan
Megalitikum (kebudayaan batu besar).

2.4 Perkembangan Teknologi dan Hasil Budaya Praaksara Indonesia


Kehidupan manusia purba pada masa praaksara senantiasa mengalami perubahan dan
perkembangan.Perubahan dan perkembangan itu dapat di jelaskan sebagai berikut.
1. Masa Berburu dan Meramu Kehidupan.
Manusia purba masa berburu dan meramu senantiasa berpindah-pindah (nomaden).
Kehidupan pada masa berburu dan meramu disebut food gathering artinya mengumpulkan makanan
yang di sediakan oleh alam tanpa mengolah atau menanam terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan
pada masa itu antara lain kapak perimbas untuk marimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah
tulang; kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong hewan buruan; dan alat serpih digunkaan
sebagai pisau.

2. Masa Bercocok Tanam Pada.


Masa ini manusia purba sudah mengenal bercocok tanam (food producing).Namun demikian kehidupan
berburu dan merapu tidak sepenuhnya ditinggalkan.Masa ini pula manusia purba mulai tinggal menetap
(sedenter) di suatu kampung dengan rumah panggung. Alat-alat yang di gunakan pada masa bercocok
tanam berasal dari batu yang telah di haluskan, antara lain mata panah untuk berburu; barang pecah
belah dari tanah liat (gerabah); beliung persegi untuk menebang kayu dan mencangkul; kapak lonjong
untuk mengolah tanah.
3. Masa Perundagian (Pertukangan)
Pada masa ini manusia sudah mengenal teknologi sederhana dan pembagian kerja.Saat itu manusia
menganal pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu, tembaga dan besi sebagai
barangbarang kebutuhan rumah tangga.
a. Nekara dan Moko, berbentuk seperti tambur atau dandang terbalik. Digunkaan pada upacara adapt
sebagai benda pusaka.

b. Kapak perunggu/kapak corong, berbentuk menyerupai corong terbuat dari perunggu.

c. Benda-benda lain, seperti bejana perunggu, manik-manik, gerabah dan mata tombak.

Bangunan yang di buat pada masa megalitikum diantaranya.


a. Menhir, adalah tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai prasasti dan melambangkan kehormatan
arwah nenek moyang.

b. Dolmen, adalah meja batu untuk meletakkan sesaji.

c. Peti Kubur Batu, adalah lempeng batu besar berbentuk kotak persegi panjang berfungsi sebagai peti
jenazah.
d. Sarkofagus, adalah batu besar yang di pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua keeping yang
ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi sebagai peti jenazah.

e. Punden Berundak, adalah bangunan berupa batu susunan batu berundak seperti candi. Digunakan
untuk upacara pemujaan.

f. Waruga, adalah peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki tutup lempengan batu
yang lebar.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak bersamaan.Mengapa demikian?Hal ini berkaitan erat
dengan tingkat peradaban dari bangsa-bangsa yang bersangkutan.Bangsa Sumeria misalnya, telah
mengenal tulisan sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria menggunakan simbol-simbol sebagai huruf yang
disebut piktograf. Sedangkan, Bangsa Mesir Kuno mengenal tulisan sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir
Kuno hampir sama dengan tulisan Bangsa Sumeria. Hanya perbedaannya, huruf Bangsa Mesir Kuno
menggunakan simbol-simbol seperti perkakas, hewan, atau alat transportasi tertentu.Huruf ini disebut
hieroglif.

Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi.Para pedagang India datang pada
saat itu dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur bangunan, sistem pemerintahan,
seni sastra dan tulisan.Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai, Kalimantan Timur.Tulisan
tersebut menggunakan huruf Pallawa.Sejak berakhirnya masa praaksara, muncullah masa aksara (masa
sejarah). Di Indonesia, sudah mengalami kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang,
agama Hindu-Buddha mulai berkembang.Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.

3.2 Saran
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman praaksara, keterangan mengenai zaman
ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi,
arkeologi.Dalam artian bahwa bukti-bukti praaksara didapat dari artefak-artefak yang ditemukan di
daerah penggalian situs praaksara.Oleh sebab itu ada baiknya kita menjaga dengan baik benda-benda
peninggalan manusia praaksara, agar kita dapat mengetahui kehidupan jaman dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

http://jhonmiduk8.blogspot.com/2014/08/proses-terbentuknya-kepulauan-indonesia.html
http://brainly.co.id/tugas/496331
zulkhanbrambang.blogspot.com
http://herydotus.wordpress.com/2012/03/01/ras-manusia-di-indonesia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Negrito
Makalah Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai